Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8330 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Parker, Glenn M.
San Francisco: Jossey-Bass, 1994
658.402 PAR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Guntur Sulis Dwi Cahyo
"Due to an increase in market competition, companies in various industries are expected to be responsive to their dynamic environment. The service industry is no exception. This paper aims to identify the effective internal factors of a cross-functional team in technological-based service company: NSIAPay in order to keep the value among employees while facing a fast-changing business world. A case study from technological-based service company helps to characterize several factors that influenced the effectiveness of the cross-functional team through shared leadership, cohesion and internal team environment with its antecedent factors. This research used Structured Equation Modelling and only carried out in financial technology company, NSIAPay. Through this research, it shows the influence of internal team environment, cohesion and Shared Leadership towards cross-functional team effectiveness. The higher the level of internal team environment and partially mediated by Cohesion will give positive influence towards Cross-Functional team effectiveness. The relationship between internal team environment mediated by shared leadership does not have a positive influence towards cross-functional team effectiveness.

Karena meningkatnya persaingan pasar, perusahaan di berbagai industri diharapkan responsif terhadap lingkungan dinamis mereka. Industri jasa tidak terkecuali. Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal yang efektif dari tim lintasfungsional di perusahaan layanan berbasis teknologi: NSIAPay untuk menjaga nilai di antara karyawan saat menghadapi dunia bisnis yang cepat berubah. Sebuah studi kasus dari perusahaan jasa berbasis teknologi membantu untuk mengkarakterisasi beberapa faktor yang memengaruhi efektivitas tim lintas fungsi melalui kepemimpinan bersama, kohesi, dan lingkungan tim internal dengan faktor pendahulunya. Penelitian ini menggunakan Structured Equation Modeling dan hanya dilakukan di perusahaan teknologi keuangan, NSIAPay. Melalui penelitian ini, ini menunjukkan pengaruh lingkungan tim internal, kohesi dan Kepemimpinan Bersama terhadap efektivitas tim lintas fungsional. Semakin tinggi tingkat lingkungan tim internal dan sebagian dimediasi oleh Kohesi akan memberikan pengaruh positif terhadap efektivitas tim CrossFungsional. Hubungan antara lingkungan tim internal yang dimediasi oleh kepemimpinan bersama tidak memiliki pengaruh positif terhadap efektivitas tim lintas fungsional.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Murwani
"ABSTRAK
Penelitian ini dilandasi pada suatu asumsi bahwa perilaku konflik merupakan interaksi komunikatif. Situasi terjadinya interaksi konflik sangat mempengaruhi pilihan perilaku orang yang terlibat konflik. Dalam konteks penelitian ini, 'situasi' organisasi seperti struktur, aturan maupun iklim organisasi akan mempengaruhi perilaku orang dalam interaksi konflik. Disamping dipengaruhi oleh suasana lingkungan kerja, perilaku seseorang dalam organisasi juga dipengaruhi oleh faktor internal. Perbedaan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan usia diasumsikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam organisasi.
Beranjak dari asumsi diatas, studi ini bertujuan untuk menggali dan menemukan indikasi adanya perbedaan perilaku konflik manajer-staf, staf-manajer dan staf-staf dilihat dari variabel--variabel lingkungan kerja dan karakteristik individu
Secara konseptual, studi ini mengidentifikasi lima variabel lingkungan kerja, yakni hubungan struktural, intensitas komunikasi, partisipasi dalam pengambilan keputusan, kkepercayaan dari atasan dan kerjasama tim. Dari faktor karakteristik individu tercatat 4 variabel, yakni jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan masa kerja. Kesembilan variabel tersebut diduga potensial dalam mempengaruhi perbedaan perilaku konflik.
Dilakukan di perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam Kelompok Astra Mobil dengan mengambil 40 manajer dan 100 staf, penelitian ini menemukan bahwa variabel-variabel yang termasuk dalam lingkungan kerja hampir sebagian besar mempengaruhi perbedaan perilaku konflik. Sedangkan faktor internal - yang dalam konteks penelitian ini merupakan variabel karakteristik individu - hampir sebagian besar tidak terbukti mempengaruhi perilaku konflik.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa hubungan struktural mempengaruhi perbedaan perilaku pasip, yakni staf cenderung berperilaku pasip terhadap atasannya. Dan, yang menarik untuk dicatat adalah bahwa perilaku distributif justru lebih sering digunakan dalam konflik diantara staf. Intensitas komunikasi manajer-staf hanya mempengaruhi perbedaan perilaku integratif, yakni manajer yang intensitas komunikasinya tinggi cenderung memilih perilaku tersebut. Sedangkan intensitas komunikasi staf-manajer mempengaruhi perbedaan perilaku distributif dan integratif. Dilihat dari intensitas komunikasi diantara staf, penelitian menemukan tidak adanya perbedaan perilaku konflik. Variabel partisipasi dalam pengambilan keputusan dan kepercayaan dari atasan mempengaruhi perbedaan perilaku distributif dan integratif. staf yang merasa diberi kepercayaan atasan dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan cenderung berperilaku distributif dan integratif. Dilihat dari kerjasama tim, perbedaan hanya ditemukan pada perilaku integratif, yakni staf yang memiliki kerjasama tinggi lebih sering memilih perilaku tersebut.
Dari faktor karakteristik individu, ternyata variabel jenis kelamin terbukti sangat mempengaruhi perbedaan perilaku konflik manajer-staf, staf-manajer maupun staf-staf. Perbedaan tersebut ditemukan pada perilaku pasip dan distributif. Manajer wanita cenderung berperilaku pasip, sebaliknya manajer pria cenderung berperilaku distributif terhadap bawahannya. Kecenderungan yang sama ditemukan dalam perbedaan pendapat staf-manajer maupun staf-staf. Dilihat dari perbedaan usia manajer, perbedaan hanya ditemukan pada perilaku distributif, yakni manajer yang berusia 30-40 tahun cenderung memilih perilaku distributif dalam menghadapi perbedaan pendapat dengan bawahannya. Sedangkan dalam perbedaan pendapat staf-manajer dan staf-staf, variabel usia tidak terbukti mempengaruhi perbedaan perilaku. Demikian pula halnya dengan variabel masa kerja, ternyata tidak mempengaruhi perbedaan perilaku baik dalam konflik manajer-staf, staf-manajer maupun staf-staf.
Kenyataan bahwa variabel-variabel lingkungan kerja sangat mempengaruhi perbedaan perilaku konflik, mengisyaratkan suatu implikasi teoritis yang sangat penting, yaitu bahwa tidak ada perilaku atau cara terbaik dalam menangani perbedaan pendapat. Persepsi terhadap situasi terjadinya konflik inilah yang menentukan seseorang untuk memilih perilaku konflik tertentu, dimana persepsi tersebut dipengaruhi oleh pengalaman, harapan-harapan dan motivasi. "
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fenomena persepsi antar kelompok, khususnya fenomena bias antar kelompok
pada pengguna jalan di Jakarta. Bias antar kelompok adalah kecenderungan untuk mempersepsi, mengutamakan dan memperlakukan kelompok sendiri (ingroup) secara lebih baik dibandingkan kelompok lain (outgroup). Partisipan penelitian ini adalah 360 pengguna jalan, terdiri dari pengemudi kendaraan pribadi (N= 45), pengemudi motor (N= 51),
pengemudi kendaraan umum (N= 50), polisi lalu lintas (N= 54), pejalan kaki (N= 49), pedagang kaki lima (N= 58) dan satuan pengaman pasar atau satpol PP (N= 58). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner (tujuh versi kuesioner), dan bias antar kelompok yang terjadi digali melalui tiga macam cara, yaitu bias persepsi antar kelompok, bias atribusi, dan
alokasi sumber daya antar kelompok. Temuan
studi menunjukkan adanya kecenderungan bias persepsi yang bervariasi antar kelompok pengguna jalan raya, baik dalam bentuk bias persepsi, bias atribusi maupun alokasi sumber daya. Bias yang sangat kuat untuk atribusi terhadap tingkah laku yang positif terlihat pada
pengendara motor, pengendara kendaraan umum, dan pedagang kaki lima. Untuk tingkah laku negatif terdapat biaspada semua kelompok penelitian. Bias persepsi juga terd
apat pada semua kelompok penelitian, demikian pula dengan
alokasi sumber daya.

Abstract
The goal of this study is to examine intergroup bias among people who use roads in Jakarta. Intergroup bias refers to the
tendency to prioritize, treat and perceive in-group members more favorable than out-groups. Three different groups of
road users participated in this study: private drivers, motor
riders, and public transportation drivers. Intergroup bias is
measured as perception bias and attributio
n bias. The findings show that both forms of bias occur among the road users. Intergroup attribution bias that is found among the three groups are more in-group than out-group attribution bias.
The private car drivers, motor riders, and public transportati
on drivers tend to attribute positive behavior of in-group to
internal factor and negative behavior of in-group to external factors. Index of effect size in perception bias indicates substantive levels and represents
large effect in the population. "
[Fakultas Psikologi Universitas Indonesia;Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia], 2011
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Whinda Yustisia
"Past studies indicate that the effect of intergroup contact on outgroup attitude is not isolated to contextual factors. One of the contextual factors that has begun to be studied is group norm. However, group norm in these studies is still merely conceptualized as the perception of how ingroup members evaluate outgroup members. In fact, according to norm focus theory, in a given context, individuals are influenced, at least, by two types of group norms, namely injunctive norms (i.e., what most people morally accept to do) and descriptive norms (i.e., what most people do). To fill the gap, present studies attempt to answer the question of how two types of group norms might have different effects on the relationship of intergroup contact and outgroup attitude. Built on past studies, it was hypothesized that both quality (H1) and quantity (H2) of cross-group friendship would positively affect outgroup attitude. Further, built on the fact that the nature of attitude in present studies is more utilitarian than hedonic, it was predicted that injunctive norms would be more likely to function as moderator in the effect of cross-group friendship on outgroup attitude, either in dimensions of quality (H3) or quantity (H4). 110 Muslim students were recruited as participants and asked to fill in a self-report questionnaire regarding their interactions with Christians. The findings partly support the hypotheses.

Studi terdahulu menunjukkan bahwa efek kontak antarkelompok pada sikap terhadap outgroup tidak terisolasi faktor kontekstual. Salah satu faktor kontesktual yang mendapatkan perhatian cukup luas pada penelitian sebelumnya adalah norma kelompok. Namun, norma kelompok pada penelitian terdahulu masih semata-mata dikonseptualisasikan sebagai persepsi bagaimana anggota ingroup mengevaluasi anggota outgroup. Padahal, menurut teori norm focus, dalam konteks tertentu, individu dipengaruhi setidaknya oleh dua jenis norma kelompok, yaitu norma injunktif (apa yang kebanyakan orang secara moral terima untuk dilakukan) dan norma deskriptif (apa yang kebanyakan orang benar-benar lakukan). Untuk mengisi kesenjangan pemahaman tentang efek dua jenis norma kelompok tersebut dalam hubungan kontak antar kelompok dan sikap pada outgroup, penelitian ini dilakukan. Hipotesis penelitian ini adalah baik kualitas (H1) dan kuantitas (H2) kontak pertemanan antar kelompok akan mempengaruhi sikap outgroup. Lebih jauh, bergerak dari karakteristik sikap dalam penelitian ini lebih bersifat utilitarian daripada hedonis, diprediksi bahwa norma injunktif akan lebih cenderung berfungsi sebagai moderator dalam efek kontak pertemanan antar kelompok terhadap sikap pada outgroup, baik dalam dimensi kualitas (H3) atau kuantitas (H4). Seratus sepuluh mahasiswa Muslim direkrut sebagai peserta dan diminta untuk mengisi kuesioner laporan diri mengenai interaksi mereka dengan orang-orang Kristen. Temuan sebagian mendukung hipotesis."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Brewer, Marilynn B., 1942-
Buckingham: Open University Press, 2003
302.3 BRE i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"ABSTRAK
Studi untuk mempelajari hubungan antara orang Kristen dan Islam di Indonesia
penting sekali dilakukan karena di Indonesia akhir-akhir ini banyak terjadi konflik
yang melibatkan kedua agama. Penelitian ini dimaksudkan untuk: (1) mengetahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hubungan antara orang Kristen dan orang
Islam, (2) memberikan sumbangan terhadap teori tentang hubungan antar kelompok
dalam masyarakat sipil, (3) memberikan rekomendasi kepada pemerintah, pemimpin
agama dan umat beragama agar memiliki hubungan yang semakin membaik, dan (4)
memberikan rekomendasi bagi penguatan masyarakat sipil. Lokasi penelitian yang
dipilih yaitu Kota Bandung dan Kota Sukabumi karena kedua kota ini relatif kurang
mengalami konflik agama, kota Bandung mewakili kota yang besar sedangkan
Sukabumi mewakili kota kecil (desa).
Variabel dependen dari penelitian ini yaitu: Perilaku Inklusif, Sikap Inklusif
dan trust terhadap orang dari agama lain. Sedangkan variabel independen
dikelompokkan ke dalam tiga tingkat yaitu: (1) identitas dan interaksi sehari-hari
yang termasuk dalam tingkat mikro, (2) interaksi asosiasional yang mewakili tingkat
meso, dan (3) pengaruh negara (state) yang merupakan tingkat makro. Untuk
mengukur variabel perlu dibuat alat ukur berupaya kuesioner. Survei pendahuluan
dilakukan di Kota Bogor terhadap 31 orang responden untuk melakukan uji
reliabilitas dari alat ukur yang akan digunakan. Selain itu juga dilakukan juga uji
validitas terhadap instrumen yang akan digunakan. Instrumen yang telah diuji
validitas maupun reliabilitas dipakai untuk melakukan wawancara terhadap 149
orang di Sukabumi dan 147 orang di Bandung. Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara multi stage sampling. Data dianalisis dengan menggunakan path
analysis, Mann Whitney dan korelasi Pearson.
Dari hasil pengolahan data, didapatkan beberapa temuan sebagai berikut: (1)
Orang Kristen sebagai kelompok minoritas di kedua kota yang diteliti, lebih
berperilaku inldusif dibandingkan dengan orang Islam. Hal ini seturut dengan teori
Blau yang mengatakan bahwa semakin besar ukuran suatu kelompok maka semakin
keeil kemungkinan anggota kelompok tersebut berhubungan dengan kelompok lain.
(2) Di kota kecil (Sukabumi), semakin tinggi perilaku inldusif seseorang maka
semakin tinggi sikap inklusif maupun tingkat trust-terhadap-agama-lain; namun
demikian hal ini tidak berlaku di kota besar seperti Bandung. Hal ini sejalan dengan
teori Varshney yang menyatakan bahwa di desa (atau kota kecil) cara yang efektif
untuk meningkatkan hubungan yaitu melalui interaksi sehari-hari. (3) Di Kota besar,
seorang yang aktif di organisasi non-agama akan mempunyai trust-terhadap-agama-lain yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak. Hal ini pun sesuai dengan
teori Varshney yang mengatakan bahwa di kota besar interaksi sehari-hari tidaklah
efektif untuk meningkatkan hubungan, dan cara yang efektif yaitu interaksi
asosiasional. (4) Di kota besar (seperti Bandung) anggota dari kelompok minoritas
(seperti Kristen) akan kurang menonjolkan identitas kekristenannya dan lebih
menonjolkan identitas yang lain. Kenyataan di Bandung ini sesuai dengan pendapat
Stryker yang mengatakan bahwa individu akan cenderung untuk lebih menonjolkan
identitas snsial yang sama dengan yang dimiliki oleh mayolitas orang dalam
masyarakat tersebut. (5) Di Kota besa: (seperti Bandung) seorang yang memiliki
identitas yang kuat akan lebih inklusif dibandingkan dengan yang lain. Namun hal
ini tidak berlaku di kota kecil seperti Sukabumi. (6) Untuk orang Islam, semakin
tinggi mobilitas seseorang rnaka sernakin tinggi juga perilaku maupun sikap
inklusifnya, namun hal ini tidaklah berlaku untuk orang Kristen. Kenyataan ini
sesuai dengan teori Blau yang rnengatakan bahwa bahwa mobilitas meningkatkan
kemungkinan untuk terjadinya kontak antar kelompok, sebab orang-orang yang
punya mobilitas tinggi akan cenderung untuk membawa kenalan lama dan kenalan
baru bersama-sama. (7) Berlawanan dengan pendapat orang pada umumnya, ternyata
orang-orang Muhammaddiah di Kota Sukabumi dan Bandung lebih memiliki trust-
terhadap-agama-lain dibandingkan dengan orang Islam lainnya termasuk NU.
Selanjutnya didapati bahwa dalam hal keagamaan, kiai dan ustad adalah agen-
sosialisasi yang dominan bagi orang-orang NU; sedangkan untuk orang
Muhammadiah yaitu orang tua dan guru sekolah.
Untuk peranan negara didapatkan bahwa masyarakat merasa sudah cukup
rnendapat perlindungan pernerintah dalam hubungan antar agama, namun pemerintah
dinilai kurang memfasilitasi hubungan antar agama dan dianggap tidak adil terhadap
kelompok minoritas.
Dari hasil penelitian ini, ada beberapa saran dan rekomendasi yang
disampaikan, antara lain: (1) Di kota besar, setiap umat beragama dianjurkan
meningkatkan kegiatan asosiasional dengan bergabung dengan organisasi-organisasi
non agama baik yang formal maupun yang informal. Hal ini akan bisa meningkatkan
hubungan antar kelompok beragama dan penguatan masyarakat sipil. (2) Untuk
menjaga supaya masyarakat sipil tetap bebas dari negara, maka tokoh-tokoh ormas
(termasuk partai) yang sudah menjabat di pemerintahan harus berhenti dari
jabatannya di ormas dan bukan hanya sekedar non-aktif. (3) Pemerintah perlu
melakukan affirmative action secara vertikal dengan menolong yang miskin atau pun
yang lemah. Jangan affirmative action dilakukan secara horisontal. Ini berarti
pemerintah harus menolong yang perlu ditolong tanpa melihat apa agama atau pun
sukunya. (4) KTP (Kartu Tanda Penduduk) leblh baik tidak mencantumkan idenlitas
seseorang, terutama identitas agamanya karena kelnmpok minoritas umumnya tidak
merasa aman jika identitas minoritasnya diketahui. Lagi pula informasi ini bisa
disalah-gunakan untuk melakukan tindakan yang diskriminatif."
2006
D803
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Yuni Mantara
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh status keanggotaan kelompok sumber kritik outgroup, ex-outgroup dan durasi tinggal lama, baru terhadap intergroup sensitivity effect ISE . ISE diukur melalui 3 dimensi, yaitu likeability, constructiveness, dan agreeableness. Penelitian ini merupakan sebuah quasi experiment terhadap 185 partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kritik yang disampaikan oleh ex-outgroup dinilai lebih positif dibandingkan dengan kritik yang disampaikan oleh outgroup. Sedangkan durasi tinggal tidak menimbulkan intergroup sensitivity effect dalam ketiga dimensi. Status keanggotaan sumber kritik dan durasi tinggal secara bersama-sama mempengaruhi intergroup sensitivity effect hanya apabila sumber kritik merupakan orang yang baru tinggal bersama ingroup. Lebih lanjut, kritik dari ex-outgroup yang baru tinggal di Indonesia dinilai lebih positif dibandingkan kritik yang disampaikan outgroup.

This study aims to determine the effect of the Source of Critics rsquo Group Status outgroup. ex outgroup and the duration of stay old, new of the intergroup sensitivity effect ISE . ISE si measured through three dimension, likeability, constructiveness, and agreeableness. This study is a quasi experiment to 185 participants. The results showed that the criticism delivered by ex outgroup rated more positively than criticism delivered by outgroup. While the duration of the stay does not cause intergroup sensitivity effect in all three dimensions. Membership status critic and duration of stay in Indonesia jointly affect intergroup sensitivity effect only if the source of criticism is the new people living with ingroup. Furthermore, critics of the ex outgroup recently living in Indonesia rated more positively than criticism from outgroup who recently staf with ingroup.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T47694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joevarian
"ABSTRAK
Kontak antar kelompok telah terbukti mampu mengurangi prasangka. Akan tetapi, seringkali riset-riset yang berkembang fokus pada kondisi obyektif dalam kontak dan mengabaikan faktor individual yang mungkin mempengaruhi interaksi antar kelompok yang terjadi. Studi ini mencoba membuktikan apakah ada efek moderasi nilai-nilai moral yang dipegang individu dalam konteks interaksi antar kelompok. Peneliti berargumen bahwa efek kontak terhadap prasangka terjadi lebih lemah ketika individu dengan nilai-nilai moral inklusif (nilai kasih sayang dan keadilan) melakukan kontak dengan anggota kelompok lain. Sementara yang sebaliknya terjadi ketika individu dengan nilai-nilai moral eksklusif (nilai kesucian, kesetiaan, patuh otoritas) melakukan kontak. Efek kontak terhadap prasangka juga dimediasi oleh empati dan kecemasan. Untuk membuktikan hipotesis-hipotesis ini, peneliti mengumpulkan data survei. Hasil riset menunjukkan bahwa nilai kasih sayang dan patuh otoritas mampu memoderasi efek kontak terhadap prasangka. Diskusi difokuskan pada implikasi teoretis dan konteks interaksi terhadap kelompok Tionghoa Kristen di Indonesia.

ABSTRACT
Contact between groups has been proven to reduce prejudice. However, oftentimes previous studies exert much efforts in focusing on the objective condition which facilitate contact and neglecting individual factors that may shape the interactions between groups. This study attempt to prove whether there is a moderation effect of moral values held within the context of intergroup interactions. We argue that prejudice tends to be lower when individuals with individualizing moral values (caring and fairness) interact with outgroup members while it tends to be stronger when individuals with binding moral values (sanctity, loyalty, authority) interact with outgroup members. Additionally, the contact-prejudice effects are mediated by empathy and anxiety. We attempt to test these hypotheses using series of statistical analyses. We found that caring and authority morality can moderate the contact-prejudice effect. The discussion is focused on the theoretical implication and the implication related to the context of prejudice toward Christian Chinese in Indonesia."
2017
T48144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>