Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190911 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hayati Rahmah
"Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan harga diri pada remaja. Harga diri didefinisikan sebagai evaluasi individu terhadap dirinya dan menghasilkan perasaan keberhargaan yang diasosiasikan dengan konsep dirinya (Atwater, 1999).
Ada dua komponen penting yang mempengaruhi tingkat harga diri seseorang, yaitu perasaan dicintai oleh orang lain dan perasaan bahwa individu berharga dan memiliki kemampuan terhadap sesuatu (Felker, dalam Isnasari, 1992). Remaja dengan harga diri tinggi lebih percaya diri, berani menghadapi tantangan, dan mandiri. Sedang remaja dengan harga diri rendah menunjukkan gejala kecemasan. Mereka cenderung berada di luar lingkungan sosial, tidak berpartisipasi di kelas maupun kegiatan sosial. Mereka cenderung merasa terisolasi dan kesepian (Rice, 1990).
Sekolah merupakan salah satu lingkungan sosial remaja dan memiliki pengaruh besar dalam perkembangan remaja. Dari berbagai macam kegiatan yang dilakukan di sekolah, salah satunya adalah kegiatan ekstrakurikuler.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah dan harga diri pada remaja. Hasil tambahan menunjukkan bahwa alasan utama remaja mengikuti kegiatan ekstrakurikuler adalah karena faktor minat/hobi. Selain itu, tiga jenis kegiatan ekstrkurikuler yang paling diminati adalah kegiatan seni, olahraga, dan kerohanian.

The research aimed to find how is the relationship between participation in extracurricular activity and self esteem on adolescence. Self esteem is defined as personal evaluation to the self and produce the feeling of worth that associated with self concept (Atwater, 1999).
There are two important components that influence level of self esteem. They are the feeling to be loved by others and the feeling that person has ability toward something (Felker, in Isnasari 1992). Adolescence with high self esteem more confident, dared to challenge, and independent. Whereas, adolescence with low self esteem show the anxiety simptom. They tend to stay outside of social environment, do not participate in any activity in class, nor social activity. They feel isolated and loneliness.
School is one of social environment and has big influence in adolescence development. From many activities in the school, one of them is extracurricular activity.
The result of research found that there is a significant relationship between participation in extracurricular activity and self esteem on adolescence. The additional result indicate that the main reason for the participation in extracurricular activity is interest/hobby. Beside that, the most favorite extracurricular activity are art, sport, and spritual activities."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Indah Sekarsari
"ABSTRAK
Penelitian-penelitian sebelumnya telah membuktikan hubungan keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan adaptabilitas karier tetapi menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran efikasi diri pengambilan keputusan karier dalam memediasi hubungan keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan adaptabilitas karier pada mahasiswa. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Career Adapt-Abilities Scale (CAAS), Extracurricular Involvement Inventory (EII), dan Career Decision Self-Efficacy Scale-Short Form (CDSE-SF) yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia. Uji statistik dari 116 partisipan menunjukkan bahwa efikasi diri pengambilan keputusan karier memediasi secara penuh hubungan antara keterlibatan dalam kegiatan ekstrakurikuler dan adaptabilitas karier dengan direct effect tidak signifikan (c = 0,30, p,05) dan indirect effect signifikan (c = 1,28, p,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa individu yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler akan memiliki efikasi diri pengambilan keputusan karier yang lebih tinggi yang mana individu dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier yang tinggi akan lebih siap untuk menghadapi tugas, peran, dan tantangan kariernya.

ABSTRACT
Previous studies have proven the relationship of participation in extracurricular activities and career adaptability but show different results.This study aims to look at the role of career decision self-efficacy in mediating the relationship of participation in extracurricular activities and career adaptability among higher education student. The instruments that used in this study were Career Adaptation Capability Scale (CAAS), Inventory of Extracurricular Involvement (EII), and Career Scale Self-Efficacy Career Decisions-Short Forms (CDSE-SF) that have been adapted into Indonesian. The statistical test of 116 participants showed that career decision self-efficacy fully mediated the relationships between extracurricular activities involvement and career adaptations with insignificant direct effects (c = 0.30, p .05) and significant indirect effects (c = 1.28, p .05). These results indicate that individuals involved in extracurricular activities will have higher career decision self-efficacy where individuals with high career decision self-efficacy will be better prepared for the needs of their duties, roles, and career struggles.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirandi N.E.S.
"Penelitian ini tentang kemandirian pada remaja yang terlibat dalam Program Pembinaan Kesiswaan (P2K). P2K terdiri dari organisasi siswa dan kegiatan ekstrakurikuler. Remaja yang terlibat aktif dalam P2K dinilai akan memiliki inisiatif, tanggung jawab dan kontrol diri yang tinggi. Ketiga hal ini erat kaitannya dengan kemandirian remaja. Data yang didapat dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan metode kuesioner sebagai alat pengumpul data. Partisipan penelitian berjumlah 119 siswa/I SMA kelas XI yang sedang terlibat sebagai pengurus maupun anggota dalam P2K baik organisasi siswa maupun kegiatan ekstrakurikuler. Analisis dilakukan dengan teknik korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan dalam P2K dengan kemandirian remaja. Berarti, remaja yang terlibat semakin aktif dalam P2K akan semakin mandiri. Berdasarkan pengolahan dimensi-dimensi kemandirian remaja, ditemukan bahwa keterlibatan dalam P2K memiliki hubungan positif yang signifikan dengan dimensi Attitudinal Autonomy dan Functional Autonomy. Ini berarti, keterlibatan dalam P2K membuat remaja mampu menentukan tujuan dan memilih strategi efektif untuk mencapai tujuan tersebut. Namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan dengan Emotional Autonomy. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan dalam P2K tidak membuat remaja sepenuhnya terlepas dari pengaruh lingkungan sekitar. Saran untuk penelitian selanjutnya antara lain dapat dibandingkan kemandirian antara siswa yang terlibat dengan yang tidak terlibat dalam P2K. Saran praktis untuk sekolah adalah agar lebih meningkatkan kualitas dari organisasi siswa dan kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

This study is about adolescence involvement in school-based extracurricular activity and their autonomy. School-based extracurricular activity is including student organization and extracurricular activities. Adolescence whose involve in that activity will have high initiative, responsible and self-control. These are related to autonomy. This is a quantitative study using questionnaire as a tool to collect data. Subject of this study is 119 second year high school student whose involve in student organization or extracurricular activities. To analyze, Pearson Product Moment correlation is being used. The result of this study said that there is a significant correlation between involving in school-based extracurricular activity and adolescence autonomy. It means, student whose highly involved in that activity will have high autonomy. Analysis aspects of adolescence autonomy shows that involving in that activity has a positive correlation with attitudinal and functional autonomy. This means that by involving in school-based extracurricular activities, adolescence is capable to find a goal and select the most effective strategy to fulfill it. However, it does not has correlation with emotional autonomy. It means that involving in school-based extracurricular activities does not make adolescence fully capable to stand to their decision without influence from others. Suggestion for next study is to compare the adolescence autonomy between student whose involved and uninvolved in school-based extracurricular activities. Suggestion for school is to maximize the quality of school-based extracurricular activities."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
155.5 MIR h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Nurjanah
"Kecerdasan emosional dihasilkan dari lingkungan sosial dimana individu dapat mengembangkan kemampuan kesadaran, kontrol, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Salah satu lingkungan sosial tersebut adalah wahana kegiatan ekstrakurikuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan tingkat kecerdasan emosional remaja. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-korelatif dengan pendekatan potong lintang. Sampel penelitian ini berjumlah 106 siswa SMAN 14 Jakarta dengan menggunakan teknik quota sampling.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dan tingkat kecerdasan emosional remaja (p= 0,041, α= 0,05). Penelitian ini merekomendasikan perlunya peningkatan kuantitas dan kualitas pembinaan kegiatan ekstrakurikuler sehingga dapat menunjang optimalisasi kecerdasan emosional siswa.

Emotional intelligence is a result of social environment where can improve five competences: self-awareness, self-control, self-motivation, empathy, and social- skill. One of it is the extracurricular activity. The purpose of this study is to examine the relationship between participation in extracurricular activity and adolescent’s emotional intelligence. This study used correlative-descriptive with cross sectional design approach. The sample of this study are 106 students in 14 Senior High School Jakarta through quota sampling.
The result showed that was significant relationship between participation in extracurricular activity and adolescent’s emotional intelligence (p= 0,041, α= 0,05). This study recommended educational institutions to improve quantity and quality of estabilishing extracurricular activities in order to support optimalization of emotional intelligence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thanthi Whidhiasari
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara harga diri dan gratitude pada remaja putus sekolah yang bekerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) yang diciptakan oleh Rosenberg pada tahun 1965 dan kemudian sudah diterjemahkan serta divalidasi oleh Ariyani pada penelitiannya tahun 2004. Untuk variabel kedua, alat ukur gratitude yang digunakan adalah The Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) yang diciptakan oleh McCullough, Emmons, dan Tsang pada tahun 2002 untuk melihat kualitas atau kondisi bersyukur dalam kehidupan sehari-hari. Data penelitian diolah dengan menggunakan teknik statistika deskriptif, Pearson Product-Moment Correlation, Independent Sample T-Test, dan One-Way Analysis of Variance (ANOVA). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 68 orang remaja putus sekolah yang bekerja dengan rentang usia 11-22 tahun dan belum menikah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dan gratitude pada remaja putus sekolah yang bekerja.

This research was conducted to find the correlation between self esteem and gratitude in school drop out adolescents who worked. This research used a quantitative approach using a measuring instrument Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) developed by Rosenberg in 1965 and then it was translated and validated by Ariyani on her research in 2004. For the second variable, measuring instruments of gratitude used was The Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) which was created by McCullough, Emmons, and Tsang in 2002 to see the quality or condition of grateful in everyday life. Data were analyzed by using the techniques of descriptive statistics, Pearson Product-Moment Correlation, Independent Sample T-Test, and One-Way Analysis of Variance (ANOVA). Participants in this research were 68 school drop out adolescents who worked with the age range of 11-22 years old and unmarried. The results of this research showed that there were not significant correlation between self-esteem and gratitude in school drop out adolescents who later worked.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Rizkiany Sutjijoso
"Obesitas adalah kelebihan berat badan yang jauh dari normal. Pada remaja, bentuk tubuh yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat dapat berpengaruh pada harga diri dan prestasi belajar mereka. Harga diri dan prestasi belajar saling berhubungan, dimana harga diri mempengaruhi prestasi belajar dan prestasi belajar mempengaruhi harga diri (Coopersmith, 1967 dalam Frey & Carlock, 1984; Trautwein et al., 2006). Remaja yang obesitas sering diasosiasikan dengan memiliki harga diri yang rendah (French et al., 1995; Pesa, Syre, & Jones, 2000). Lebih lanjut, obesitas juga berpengaruh pada prestasi belajar. Penelitian terdahulu menemukan bahwa remaja yang obesitas cenderung memiliki prestasi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan remaja dengan berat badan normal (Datar, Sturm, & Magnabosco, 2004; Pyle et al., 2006). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan harga diri dan prestasi belajar tersebut pada remaja obesitas.
Hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara harga diri dan prestasi belajar pada remaja yang obesitas. Subyek berjumlah 31 orang, terdiri dari 18 laki-laki dan 13 perempuan, berusia antara 14 tahun hingga 18 tahun. Seluruh subyek merupakan siswa SMA dari 3 sekolah di Jakarta. Skala harga diri disusun berdasarkan Coopersmith Self-Esteem Inventory (1967) dan prestasi belajar dilihat berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian. Korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara harga diri dengan prestasi belajar pada remaja yang obesitas.
Hasil ini dapat disebabkan adanya faktor lain yang terkait dengan harga diri dan prestasi belajar serta kemampuan lain yang dimiliki subyek. Penelitian selanjutnya sebaiknya lebih memperhatikan variabel-variabel lain yang berkaitan dengan prestasi belajar dan harga diri, mengikut sertakan semua mata pelajaran, dan tingkat inteligensi subyek.

Obesity is a condition where there is excess body weight due to an abnormal accumulation of fat. Disturbance in physical appearance during adolescents could influence adolescents' self-esteem and later affected their academic achievement at school. There is a reciprocal correlation between self-esteem and academic achievement (Coopersmith, 1967 dalam Frey & Carlock, 1984; Trautwein et al., 2006). Obese adolescents are associated with low self-esteem (French et al., 1995; Pesa, Syre, & Jones, 2000). Obesity is also affected adolescents' academic achievement, where obese adolescents tend to have lower academic achievement than normal weight adolescents (Datar, Sturm, & Magnabosco, 2004; Pyle et al., 2006). Therefore, the current study was conducted to examine the relationship of self-esteem and academic achievement on obese adolescents.
It was hypothesized that there is a relationship between self-esteem and academic achievement on obese adolescents. Subjects were consisted of 31 adolescents, 18 of them were males and 13 were females between the age of 14 and 18 years old. All subjects were high school students in Jakarta. Subjects were asked to fill out self-esteem scale which designed based on Coopersmith Self-Esteem Inventory (1967). Subject's academic achievements were seen based on their examination results. The Pearson?s product moment correlation did not show any significant relationships between self-esteem and academic achievement on obesity adolescent.
This result could be explained that there were other factors related to self-esteem and academic achievement that did not take account of in this study. Further research should consider other variables that related to self-esteem and academic achievement, include all academic subjects in school.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Anandiza Syafris
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara tingkat self-esteem dan perilaku cyberbullying atau rundungan siber pada remaja. Penelitian dilakukan berdasarkan hasil penelitian-penelitian terdahulu yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai hubungan antara tingkat self-esteem dan perilaku rundungan siber. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel 195 orang siswa Sekolah Menengah Atas di Jakarta yang usianya berkisar antara 15-17 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat self-esteem dan perilaku rundungan siber r=0,095 dan p=0,185. Hasil lainnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku rundungan siber dan jenis sekolah, di mana perilaku rundungan siber siswa sekolah swasta lebih tinggi dibandingkan dengan siswa sekolah negeri.

This reserach aims to find the relationship between self esteem and cyberbullying offending in adolescence. This research was conducted based on the knowledge that prior studies about cyberbullying perpetrators and self esteem showed inconsistent results. This research involved 195 high school students in Jakarta aged 15 to 17 as participants.
The result shows that there is no significant relationship between self esteem and cyberbullying offending behavior in adolescence r 0,095, p 0,185, and there is a significant relationship between the levels of cyberbullying offending behavior and the type of schools where a higher level of cyberbullying is found in private highschool students.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiah Husni Ramadani
"Perubahan-perubahan pada aspek perkembangan di masa remaja berpengaruh pada kemampuan remaja dalam meregulasi diri. Ketidakmampuan remaja dalam meregulasi diri dapat menyebabkan kegagalan akademik. Oleh karena itu, remaja harus memiliki kemampuan dalam meregulasi diri terutama dalam aspek pembelajaran atau yang biasa disebut dengan self regulated learning. Beberapa penelitian menemukan bahwa kemampuan siswa dalam meregulasi diri. Selain itu, keterlibatan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler juga teridikasi mempengaruhi hubungan antara kepribadian Big Five dan Self regulated learning.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlibatan remaja dalam ekstrakurikuler sebagai moderator hubungan antara kepribadian Big Five dengan self regulated learning. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sampel sebanyak 161 siswa kelas XI SMA.
Hasilnya menunjukan bahwa keterlibatan remaja dalam ekstrakurikuler tidak memoderasi hubungan antara kepribadian Big Five dengan self regulated learning. Sementara itu, hasil juga menunjukan bahwa trait kepribadian Openness, Conscientiouseness, dan Agreeableness berkorelasi positif dengan self regulated learning. Keterlibatan dalam ekstrakurikuler juga berkorelasi dengan self regulated learning.

The changes of development aspect of adolescent affect on they ability of self regulation. The inability on self regulation could be a reason of student rsquo s academic failure. So, students have to have a skill of self regulation especially in learning process called self regulated learning. The researchs found that self regulated learning determined by personality. Student involvement in extracurricular activity also indicated have an effect to student rsquo s ability of self regulated learning.
The aim of this study is to investigate the role of involvement in extracurricular activities as a moderator of relationship between Big Five Personality and self regulated learning. This research is quantitative study with 161 high school student as a samples.
The results show that Agreeableness and Conscientiousness related to self regulated learning. Involvement in extracurricular activities also related to self regulated learning, but not moderate the relationship between Big Five Personlaity and self regulated learning.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Maya Azkiyati
"ABSTRAK
Harga diri pada remaja dipengaruhi oleh hasil eksplorasi yang remaja lakukan,
diantaranya adalah mencoba perilaku merokok. Penelitian ini bertujuan
mengetahui hubungan perilaku merokok dengan harga diri remaja laki-laki yang
merokok. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelatif. Pengambilan
sampel pada 94 remaja (usia rata-rata 16,28 tahun) di SMK Putra Bangsa pada
Mei 2012 dengan menggunakan purposive sampling. Instrumen penelitian
menggunakan skala perilaku merokok dan skala harga diri Rosenberg (r tabel
reliabilitas: 0,711). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden
merupakan bukan perokok harian, tipe perokok ringan, perilaku merokok tinggi,
dan harga diri positif. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara perilaku merokok dengan harga diri remaja laki-laki yang
merokok (p value = 0,025; α = 0,05). Disarankan agar institusi pendidikan, dinas
kesehatan, dan LSM anti rokok bekerja sama untuk melakukan tindakan
pencegahan dan penghentian perilaku merokok pada remaja.

ABSTRACT
The adolescent?s self esteem is likely affected by explorative experience, such as
the desire to try smoking. The aim this study was to explore the relationship of
the smoking behavior with the self esteem of male adolescent smoker. A
descriptive correlative design was used. The sample were 94 male adolescence
(mean age 16,28 years old) at SMK Putra Bangsa on Mei 2012. The instrumen
used smoking behavior?s scale and Rosenberg?s self esteem (r table reliability:
0,711). The result of this study revealed that the most respondents were not daily
smokers, classified as mild smokers, had high smoking behavior, and had a
positive self esteem. The result of this study showed that there was a meaning
correlation between the smoking behavior and the male adolescent?s self esteem
(p value = 0,025; α = 0,05). It is suggested to education institution, health
departement, and social organization for anti-smoking, to work together to stop
and prevent smoking behavior on adolescent."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42586
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nirmala Fajar Pertiwi
"Pendahuluan: Remaja yang tidak mampu menghadapi stres akan menimbulkan ketidakstabilan emosi dan cenderung melakukan berbagai perilaku berbahaya hingga bunuh diri. Bunuh diri memiliki faktor protektif berupa harga diri yang tinggi karena dapat memberikan kualitas psikologis yang positif. Faktor protektif lain untuk ide bunuh diri adalah pola asuh yang seimbang antara dimensi penerimaan dan kontrol atau yang disebut dengan pola asuh otoritatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan pola asuh dengan ide bunuh diri pada remaja SMA.
Metode: Desain penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif korelatif dan cross-sectional. Penelitian ini melibatkan 322 remaja SMA sebagai responden yang dipilih dengan teknik proporsional random sampling.
Hasil: Terdapat hubungan yang kuat dan negatif antara harga diri dan ide bunuh diri dengan koefisien korelasi -0.876 yang berarti semakin rendah harga diri remaja maka semakin tinggi pula keinginan untuk bunuh diri. Terdapat hubungan dengan kekuatan sedang dan arah negatif antara pola asuh dan ide bunuh diri dengan koefisien korelasi -0,365, artinya jika pola asuh berwibawa maka gagasan bunuh diri akan lebih rendah, begitu pula sebaliknya jika pola asuh mengarah pada otoritarianisme, gagasan bunuh diri akan lebih tinggi.
Rekomendasi: Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan intervensi keperawatan mental dalam mengidentifikasi ide bunuh diri pada remaja, serta meningkatkan wawasan remaja dan guru mengenai faktor pelindung ide bunuh diri.

Introduction: Teens who are unable to deal with stress will cause emotional instability and tend to engage in various dangerous behaviors to suicide. Suicide has a protective factor in the form of high self-esteem because it can provide positive psychological qualities. Another protective factor for suicidal ideation is a balanced parenting between the dimensions of acceptance and control or what is called authoritative parenting. This study aims to determine the relationship between self-esteem and parenting with suicidal ideation in high school adolescents.
Methods: This study design used a descriptive correlative and cross-sectional approach. This study involved 322 high school adolescents as respondents who were selected by proportional random sampling technique.
Results: There is a strong and negative relationship between self-esteem and suicidal ideation with a correlation coefficient of -0.876, which means that the lower the self-esteem of adolescents, the higher the desire to commit suicide. There is a relationship with moderate strength and a negative direction between parenting and suicidal ideation with a correlation coefficient of -0.365, meaning that if the pattern of parenting is authoritative, the idea of ​​suicide will be lower, and vice versa if parenting leads to authoritarianism, the idea of ​​suicide will be higher.
Recommendation: This study is expected to improve mental nursing interventions in identifying suicidal ideation in adolescents, as well as increase adolescent and teacher insights regarding protective factors of suicidal ideation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>