Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187508 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yunita Rahmadina
"Salah satu penyebab konflik dalam berbagai bidang kehidupan adalah keadilan (Van den Bos, 2003). Konflik keluarga yang tidak terselesaikan dengan baik dapat menimbulkan perilaku anti sosial, ketidakdewasaan dan tingkat percaya diri yang rendah pada remaja (Montemayor dalam Rice, 1990). Karena itu, penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara persepsi fairness dan konflik antara remaja akhir dengan orang tua. Melalui penelitian ini diharapkan orang tua maupun remaja dapat mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai penyebab konflik, sehingga dapat menghindari terjadinya efek negatif dari konflik yang tidak terselesaikan dengan baik.
Penelitian dengan tipe ex post facto field study ini, melibatkan 110 responden remaja akhir yang sedang berkuliah, bukan anak tunggal dan tinggal di wilayah Jabodetabek. Data diambil dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari dua skala. Skala pertama adalah skala untuk mengukur intensitas konflik antara orang tua dan anak yang berisi 28 item pernyataan. Skala kedua merupakan skala untuk mengukur persepsi fairness responden yang terdiri dari 37 item pernyataan. Hubungan antara kedua variabel diketahui melalui tes Pearson. Hasilnya, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi fairness dengan konflik.

One of major cause of conflict in everyday life is justice. Family conflicts that do not resolved well can cause antisocial behavior, immatureness, and low self esteem in adolescent (Montemayor in Rice, 1990). This research aims to find out the relationship between perceived fairness and conflict with parents in late adolescent. In hope that both of the parents as well as the adolescence can have proper knowledge of conflict causes to avoid negative effects of poorly resolved conflict.
This ex post facto field study involved 110 late adolescence. All of respondent are attending college, not the only child in the family and live in Jabodetabek area. To acquire data, researcher uses a questioner consist of two scale. The first scale use to measure conflict intensity between respondent and their parents consists of 28 items. The second scale use to measure perceived fairness consists of 37 items. Pearson test is used to measure the relationship between conflict and perceived fairness. The result is no significant connection between the two variables.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anil Fasha
"Kelahiran anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam keluarga memberikan tuntutan yang lebih berat kepada orang tua. Kedua orang tua harus beradaptasi dengan beban pengasuhan dan perawatan ABK yang intens, belum lagi sebagai pasangan yang sudah menikah setiap hari harus berhadapan dengan pekerjaan rumah tangga. Beban pengasuhan yang berat dan adanya pekerjaan rumah tangga mengarah pada terjadinya stress dan bisa berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan. Persepsi individu terhadap keadilan pembagian pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak juga berpengaruh pada tingkat kepuasan pernikahanya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan antara perceived fairness dan kepuasan pernikahan pada orang tua ABK. Penelitian ini diikuti oleh 146 orang tua ABK (suami atau istri) yang menjalani pernikahan pertama dan tinggal serumah bersama pasangannya dengan proporsi partisipan perempuan sebanyak 61,6% dan partisipan laki-laki sebanyak 38,4% . Partisipan diambil dengan teknik convenience sampling melalui penyebaran kuesioner secara online dan offline ke berbagai komunitas orang tua dengan ABK dan Sekolah Luar Biasa (SLB). Data dianalisis menggunakan Pearson Product Moment dan hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara perceived fairness dan kepuasan pernikahan pada orang tua ABK.

The birth of a child with special needs in the family gives more weight to the parents. Both parents have to adapt to the intense burden of parenting and care for the special needs child. Not only that, as a married couple, they have to deal with household chores every day. Heavy parenting burden and household chores can cause stress and affect marital satisfaction. Individual perceptions of the fairness in the division of household chores and child care also affect the level of marital satisfaction. Therefore, this study aims to find out the relationship between perceived fairness and marital satisfaction in parents of children with special needs. This study was followed by 146 parents of special needs children who are having their first marriage and live at home together with their spouse, with the proportion of female participants being 61.6% and male participants being 38.4%. Participants was taken using a convenience sampling technique by distributing online and offline quesionnaires to various communities of parents with special needs and Speacial Needs Schools. Data were analyzed using Pearson Product Moment and the results of the analysis show that there is a significant and positive relationship between perceived fairness and marital satisfaction in parents of children with special needs. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlia Alifiah
"Anak merupakan karunia bagi pasangan menikah, namun tidak jarang anak juga membawa beban bagi keluarga. Faktanya, kepuasan pernikahan cenderung menurun ketika pasangan memiliki anak. Kepuasan pernikahan yang menurun dapat kemudian menurunkan komitmen pernikahan, sehingga membuat pernikahan rentan terhadap perceraian. Pembagian peran dalam mengurus rumah tangga dan mengasuh anak kerap menjadi bahan perdebatan, terutama pada keluarga dual-earner. Pembagian peran yang tidak dipersepsikan adil dapat menurunkan kepuasan pernikahan. Perceived fairness diperlukan guna menjaga kualitas pernikahan dan mempertahankan pernikahan dalam jangka panjang. Penelitian ini meneliti peran mediasi kepuasan pernikahan dalam hubungan perceived fairness dengan komitmen pernikahan. Komitmen pernikahan diukur menggunakan Tripartite Theory of Commitment yang membagi komitmen menjadi komitmen personal, moral, dan struKtural. Sementara kepuasan pernikahan diukur menggunakan Quality of Marital Index dan perceived fairness diukur menggunakan Perceived Fairness Scale. Penelitian ini melibatkan 168 partisipan dengan karakteristik individu yang sedang dalam pernikahan pertama, memiliki anak, dan tinggal satu atap dengan pasangan dan anaknya. Data diperoleh melalui convenience sampling dengan cara menyebarkan poster penelitian melalui media sosial. Hasil menunjukkan bahwa kepuasan pernikahan terbukti memediasi hubungan antara perceived fairness dengan komitmen pernikahan personal dan perceived fairness dengan komitmen pernikahan moral. Disisi lain, kepuasan pernikahan gagal memediasi perceived fairness dengan komitmen pernikahan struktural.

Children are a gift for married couples, but not infrequently children also carry a burden for the family. In fact, marital satisfaction tends to decrease when couples have children. Decreased marital satisfaction can lead to decrease in marital commitment, thus making marriages more vulnerable to divorce. The division of roles in household chores and child rearing is often a matter of debate, especially in dual-earner families. The division of roles that are not perceived as fair can reduce marital satisfaction. Perceived fairness is needed to maintain the quality of marriage and maintain commitment of marriage in the long term. This study examines the mediating role of marital satisfaction in the relationship between perceived fairness and marital commitment. Marital commitment is measured using The Tripartite Theory of Commitment which divides commitment into personal, moral, and structural commitments. Meanwhile, marital satisfaction was measured using the Quality of Marital Index and perceived fairness was measured using the Perceived fairness Scale. This study involved 168 participants with individual characteristics who are in their first marriage, have child/children, and live under the same roof with their spouse and children. Data were obtained through convenience sampling by distributing research posters through social media. The results show that marital satisfaction is proven to mediate the relationship between perceived fairness with personal marital commitment and perceived fairness with moral marital commitment. On the other hand, marital satisfaction failed to mediate perceived fairness with structural marital commitment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dzakiyyah Alya Yusriyah
"Penggunaan gadget setiap tahunnya semakin meningkat. Remaja sebagai kelompok usia yang paling banyak menggunakan gadget dan internet sehingga menjadi kelompok yang paling berisiko teradiksi gadget. Orang tua memiliki peran penting dalam mencegah risiko adiksi tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan risiko adiksi gadget pada remaja. Metode penelitian yang digunakan cross sectional dengan teknik purposive sampling dan jumlah responden sebanyak 567 siswa. Instrumen yang digunakan yaitu Smartphone Addiction Scale Short Version (SAS-SV) dan Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS). Hasil penelitian menunjukkan 47,3% remaja mendapatkan dukungan sosial orang tua yang rendah dan 53,3% remaja memiliki risiko tinggi teradiksi gadget. Hasil uji chi square menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan risiko adiksi gadget (p = 0,0001). Penelitian ini memiliki nilai OR = 3,36, artinya remaja yang mendapatkan dukungan sosial orang tua tinggi 3,36 kali berisiko rendah teradiksi gadget. Perawat dan pihak sekolah diharapkan dapat melakukan edukasi kepada remaja dan orang tua untuk memanfaatkan gadget secara bijak dan meminimalisir adiksinya.

The use of gadgets every year is increasing. Teenagers as the age group who use gadgets and the internet the most so they are the group most at risk of being addicted to gadgets. Parents have an important role in preventing the risk of addiction. This study was conducted to determine the relationship between parental social support and the risk of gadget addiction in adolescents. The research method used was cross sectional with purposive sampling technique and the number of respondents was 567 students. The instruments used are Smartphone Addiction Scale Short Version (SAS-SV) and Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS). The results showed that 47.3% of adolescents had low parental social support and 53.3% of adolescents had a high risk of being addicted to gadgets. The results of the chi square test stated that there was a relationship between parental social support and the risk of gadget addiction (p = 0.0001). This study has an OR value of 3.36, meaning that adolescents who get high parental social support 3.36 times have a low risk of being addicted to gadgets. Nurses and schools are expected to be able to educate teenagers and parents to use gadgets wisely and minimize their addiction."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Rahyono, 1956-
"One of the Javanese?s highest cultures is the creation of cultural wisdom that conveys the concept of fairness as
expressed in propositions as well as cultural expressions. This research aims to revive the memories of Javanese cultural
wisdom especially those related to fairness. Based on the propositions, the objective of this research is to identify the
concept of fairness behavior in Javanese culture. This research is qualitative. The data were collected from text books
and literary texts validated by in-depth interviews as well as forum group discussions. The data corpuses were analyzed
by using componential and taxonomic analysis. Through semantic and pragmatic analysis, the fairness concept in
Javanese culture can be identified. Bisa ngrumangsani is the main principle of fairness in Javanese propositions and
covers two sub-ordinates propositions, i.e. self-restraint and appreciation for others. Each of these two sub-ordinate
propositions covers four sub-ordinate propositions referring to action, character, desire, and competence. All of these
propositions are sustained by the other proposition creating a whole concept of fairness. The results of this research are
expected to serve as groundwork on how the education of national character building relating to fairness behavior can
be realized."
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiana Trisnia Aditya
"Konflik antar orang tua yang terjadi terus menerus akan dapat diinterpretasikan
oleh anak dan memiliki dampak pada anak. Pengalaman paparan konflik ini akan
memengaruhi anak dalam ekspektasi mengenai hubungan romantis yang bersifat
negatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara konflik
antar orang tua dan optimisme dalam hubungan romantis pada emerging
adulthood di Jakarta. Partisipan penelitian ini berusia 18-25 tahun, berjumlah 172
orang, saat ini masih tinggal dengan kedua orang tua, dan berdomisili di Jakarta.
Child Perception of Interparental Conflict (CPIC) yang dikembangkan oleh
Grych, Seid, dan Fincham tahun 1992 digunakan untuk mengukur persepsi anak
mengenai konflik orang tua yang dilihatnya dan Optimism about Future
Relationship Scale yang dikembangkan oleh Carnelley dan Janoff-Bulman tahun
1992 digunakan untuk mengukur optimisme dalam hubungan romantis pada
emerging adulthood. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara konflik antar orang tua dan optimisme
dalam hubungan romantis pada emerging adulthood di Jakarta. Maka, untuk
meningkatkan optimisme dalam hubungan romantis dalam diri perlu
memperhatikan dinamika konflik orang tua yang terjadi dan meminimalkan
dampaknya.

Continuous conflicts between parents will be able to be interpreted by the children and have an impact on them. The experiences of conflict exposure will affect children in forming an expectation toward romantic relationship that tend to negative. The purpose of this study is to examine the relationship between interparental conflict and optimism toward romantic relationship on emerging adulthood in Jakarta. Participants in this study were 172 participants, aged 18-25 years old, currently living with parents, and have domicile in Jakarta. Child Perception of Interparental Conflict (CPIC) developed by Grych, Seid, and Fincham in 1992 was used to measure children’s perceptions of interparental conflict that they saw. Optimism about Future Relationship Scale developed by Carnelley and Janoff-Bulman in 1992 was used to measure optimism toward romantic relationship on emerging adulthood. The results of this study indicate that there is a significant negative correlation between interparental conflict and optimism toward romantic relationship on emerging adulthood in Jakarta. Therefore, to increase optimism toward romantic relationship within oneself it is necessary to pay attention to the dynamics of interparental conflict that occurs and minimize its impact."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farahdiba Yufandi Sujudi
"ABSTRAK
Pajak merupakan pemasukan terbesar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk membiayai belanja negara, sehingga target penerimaannya harus diupayakan semaksimal mungkin. Tax rasio di Indonesia yang termasuk rendah mengindikasikan masih rendahnya kepatuhan pajak di Indonesia. Salah satu variabel non-ekonomi yang menentukan perilaku kepatuhan pajak adalah dimensi keadilan pajak. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama muslim terbanyak dan juga jumlah masjidnya. Masjid memiliki kedudukan agung dan posisi yang tinggi dalam Islam. Dalam memakmurkan masjid maka tidak lepas dari peranan pengurus masjid. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara persepsi keadilan pajak dengan kepatuhan pajak pengurus masjid atau Dewan Kemakmuran Masjid (DKM). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data mix method. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 104 sampel dengan menggunakan teknik penarikan sampel non-probabilita accidental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat dan bersifat positif antara persepsi keadilan pajak dan kepatuhan pajak di kalangan pengurus masjid atau pengurus DKM di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiza Annisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pola asuh orang tua (ayah dan ibu) yang dipersepsi oleh anak dan urutan kelahiran anak dengan kemandirian emosional pada remaja akhir. Partisipan dalam penelitian ini adalah 280 orang mahasiswa angkatan pertama Universitas Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh ayah dengan kemandirian emosional, tapi interaksi antara pola asuh ayah dan urutan kelahiran anak tidak berhubungan dengan kemandirian emosional. Pola asuh ibu berhubungan dengan kemandirian emosional dan terdapat interaksi antara pola asuh ibu dan urutan kelahiran anak dengan kemandirian emosional. Urutan kelahiran anak tidak berhubungan dengan kemandirian emosional.

The purpose of this research is to identified the relationship between perceived parenting style (father and mother) by children and child birth order with emotional autonomy in late adolescent. Participants of this research are 280 freshman students in University of Indonesia. The main results shows that there is relationship between perceived parenting style of father and emotional autonomy, but interaction between perceived parenting style of father and child birth order is not related. Perceived parenting style of mother is related with emotional autonomy and so is the interaction between parenting style of mother and child birth order. There is no relationship between child birth order itself with emotional autonomy."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahalessy, Yona Chamalia
"Remaja adalah usia untuk mencari dan menemukan identitas diri oleh karena itu remaja dituntut menguasai keterampilan sosial dan memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Pengaruh gaya hidup modern turut mempengaruhi interaksi remaja dengan kelompoknya termasuk perilaku sosial. Remaja yang memiliki keterampilan sosial yang kuat, terutama pada penanganan konflik, keintiman emosional, dan penggunaan perilaku pro-sosial, lebih mungkin untuk diterima oleh teman sebaya dan masyarakat. Namun jika remaja gagal dalam menguasai keterampilan sosial menyebabkan mereka sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga dapat menimbulkan perasaan rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku kurang normatif seperti perilaku asosial maupun antisosial.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan keterampilan sosial remaja di Kota Depok. Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross sectional yaitu jenis penelitian yang mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melakukan pengukuran sesaat. Responden pada penelitian ini adalah 184 remaja. Teknik sampling menggunakan simple random sampling. Kriteria inklusi adalah remaja yang tinggal dengan orang tua kandung.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pla asuh orang tua dengan keterampilan sosial remaja di Kota Depok. Penelitian ini merekomendasikan untuk melihat faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi keterampilan remaja dan mengembangkan model layanan kesehatan remaja yang sesuai. Kata kunci: Keterampilan sosial remaja ; Pola asuh orang tua.

Adolescents are the age to seek and find identity themselves therefore adolescents are required to master social skills and have the ability to adjust to the environment around them. The influence of modern lifestyle also influences the interaction of adolescents with their groups including social behavior. Adolescents with strong social skills, especially in conflict management, emotional intimacy, and the use of pro social behavior, are more likely to be accepted by peers and the community. But if adolescents fail to master social skills they are difficult to adapt to the environment so as to cause feelings of inferiority, isolated from the association, tend to behave less normatively such as behavior asocial and antisocial.
This study aims to determine the relationship of parental parenting with adolescent social skills in Depok City. In this study the design used is a cross sectional design that is the type of research that searches the relationship between independent variables and dependent variable by doing the measurement moment. Respondents in this study were 184 adolescents. The sampling technique uses simple random sampling. Inclusion criteria are adolescents who live with biological parents.
The results of this study indicate there is no relationship between parental foster pla with adolescent social skills in Depok City. This study recommends to look at other factors that influence adolescent skills and develop appropriate youth health care models. Keywords Adolescent social skills parenting."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T49777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Mudjiwati
"ABSTRAK
Konflik sosial terjadi hampir diseluruh Indonesia dan mengakibatkan kerugian baik kerusakan rumah, korban luka- luka bahkan kematian. Remaja sering terlibat koflik sosial dengan menunjukkan perilaku agresif. Koping merupakan kemampuan yang dimiliki remaja agar dapat menurunkan perilaku agresif dalam konflik sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan koping dengan perilaku agresif remaja pada kejadian konflik sosial. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif cross-sectional dengan metode total sampling. Responden dalam penelitian ini berjumlah 62 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan koping mengatasi masalah dengan perencanaan dengan agresif fisik, mencari dukungan sosial dengan agresif fisik, dan menghindar dengan agresif verbal. Sedangkan tidak ditemukan hubungan koping konfrontasi, mencari tahu masalah lebih dalam, mengontrol diri, menerima tanggung jawab dan penilaian positif dengan semua jenis perilaku agresif. Rekomendasi penelitian adalah remaja dapat meningkatkan koping dalam menghadapi masalah dengan cara bertanya kepada sahabat, membaca buku yang dapat meningkatkan kemampuan dalam mengatur emosi, serta mengikuti ceramah keagaman. Keluarga juga diharapkan dapat memberikan perhatian dan kasih sayang kepada remaja untuk meningkatkan perilaku adaptif.

ABSTRACT
Social conflicts occur almost all over Indonesia and result in harm to both house damage, injuries and even death. Teenagers often engage in social conflict by showing aggressive behavior. Koping is a capability teenagers have in order to decrease aggressive behavior in social conflicts. The purpose of this research is to know the koping relationship with aggressive behavior of adolescent on the occurrence of social conflict. The research design used was cross sectional quantitative research with total sampling method. Respondents in this study amounted to 62 people. The instrument used in this study is a questionnaire. Data analysis using Chi Square statistical test. The results showed that there is a relationship Planful problem solving with physical aggression, Seeking social support with physical aggression, and Escape Avoidance with verbal aggression. Whilethere is no relationship Confrontive coping, Distancing, Self controlling, Accepting responsibility, and Positive reappraisal with all kinds of aggressive behavior. The research recommendation is that adolescents can improve coping in the face of problems by asking friends, reading books that can improve the ability to manage emotions, and follow the lectures of diversity. Families are also expected to give attention and affection to adolescents to improve adaptive behavior. "
2017
T49132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>