Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16647 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Adisty
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku abu terbang dengan kandungan kalsium tinggi dalam sintesis geopolimer menggunakan alkali aktivator natrium silikat. Dua mekanisme pencampuran berbeda dilakukan, dimana untuk tipe I pencampuran abu terbang, natrium silikat, natrium hidroksida, dan air dilakukan secara bersamaan sedangkan untuk tipe II natrium silikat dicampur dengan natrium hidroksida terlebih dahulu sebelum dicampur dengan abu terbang dan air. Sampel dengan mekanisme pencampuran tipe I menghasilkan kuat tekan hanya 77% dari kuat tekan sampel dengan mekanisme tipe II. Kuat tekan optimum didapatkan pada komposisi 36% abu terbang, 7% NaOH, 37% Na2SiO3, dan 20% H2O. Kuat tekan yang relatif rendah dari geopolimer pada umumnya kemungkinan diakibatkan oleh perilaku kalsium tinggi yang menghasilkan Ca(OH)2 yang menyebabkan laju kekakuan sangat cepat (flash setting).

The purpose of this research was to study the behaviour of high calcium fly ash in the synthesis of geopolymer using sodium silicate as the alkali activator. Two kinds of mixing techniques were performed ? i.e. type I and type II. While in the type I, fly ash, sodium silicate, sodium hydroxide, and water were mixed simultaneously, in the type II sodium silicate and sodium hydroxide were mixed first and then mixed with fly ash and water. The compressive strength of geopolymer produced by the type I was 77% as low as the one produced by type II. The optimum compressive strength was achieved at geopolymer synthesized by 36% fly ash, 7% NaOH, 37% Na2SiO3, and 20% H2O. The low compressive strength of geopolymer might be attributable to high flash setting resulted from the behaviour of high calcium."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51076
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maulita Nabilla Putri
"Geopolimer merupakan material alternatif yang menarik untuk semen Portland dalam konstruksi modern dengan beberapa keunggulan seperti mengurangi jejak karbon, meningkatkan ketahanan terhadap api, dan bahkan memungkinkan penggunaan limbah industri sebagai prekursor yang dapat mendukung sustainability. Pada dasarnya, sifat mekanis dari geopolimer dapat ditingkatkan dengan mengatur komposisi bahan bakunya menyesuaikan kebutuhan aplikasinya. Dalam studi literatur ini, dilakukan peninjauan terhadap lima literatur utama yang masuk ke kriteria inklusi pemilihan literatur berupa penggunaan prekursor Fly Ash Kelas C, alkali aktivator berupa Natrium Hidroksida (NaOH) dan Natrium Silikat (Na2SiO3) serta diberikannya perlakuan curing berupa suhu ruang dan waktu yang beragam, serta digunakannya bahan baku tambahan yang beragam. Studi literatur ini berfokus kepada sifat mekanis berupa nilai kuat tekan sehingga pengujian yang dilakukan pada setiap literatur yang terpilih dijelaskan data spesifik tentang nilai kuat tekan. Titik optimal dengan nilai kuat tekan geopolimer paling baik berada pada NaOH dengan Molaritas sebesar 8M sebesar 34.04 MPa dengan curing time selama 7 hari. Pada variasi Alkali Aktivator, penggunaan NaOH dan Na2SiO3 bersamaan sebagai alkali aktivator menghasilkan nilai kuat tekan yang lebih baik dibandingkan hanya NaOH saja. Variasi komposisi menunjukkan hasil bahwa PPF membantu geopolimer untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang baik dengan kadar paling optimal pada 0,25%. Kemudian pada penambahan Bottom Ash dibutuhkan kadar yang optimal untuk mendapatkan nilai kuat tekan yang baik dalam penambahan BA karena beresiko meningkatkan porositas mortar geopolimer, yang mengurangi kerapatan dan nilai kuat tekan. Serta penambahan fine sand pasir dolomit dibandingkan dengan pencampuran dolomite mixture memberikan hasil nilai kuat tekan yang lebih baik karena didapatkan produk utama berupa X-Ray Amorphous Sodium yang mengandung Aluminosilicate Hydrogel atau bisa disebut sebagai N-A-S-H yang dapat mengikat partikel-partikel di dalam matriks sehingga meningkatkan kekuatan tekan.

Geopolymer is an alternative material to Portland cement in modern construction with several advantages such as reducing the carbon footprint, increasing fire resistance, and even enabling the use of industrial waste as precursor that can support sustainability. Basically, the mechanical properties of geopolymers can be improved by adjusting the composition of the raw material to suit the application needs. In this literature study, a review of five main pieces of literature was carried out which were included in the inclusion criteria for literature selection in the form of the use of Class C Fly Ash precursors, Sodium Hydroxide (NaOH) and Sodium Silicate (Na2SiO3) as alkali activator, as well as providing curing treatment in the form of room temperature and various time, as well as the use of various additional raw materials. This literature study focuses on mechanical properties in the form of compressive strength values ​​so that the tests carried out in each selected literature explain specific data regarding compressive strength. The optimal point with the best geopolymer compressive strength is NaOH with a molarity of 8M of 34.04 MPa with a curing time of 7 days. In the Alkali Activator variation, the use of NaOH and Na2SiO3 together as alkali activator produces better compressive strength values ​​than NaOH alone. The variation in composition shows that Polypropylene Fibers helps geopolymer to obtain good compressive strength values ​​with the most optimal content at 0.25%. Then, when adding Bottom Ash, optimal levels are needed to get good compressive strength ​​when adding BA because it risks increasing the porosity of the geopolymer mortar, which reduces the density and compressive strength. The addition of fine dolomite sand compared to mixing dolomite mixture gives better compressive strength results because the main product of dolomite mixture is X-Ray Amorphous Sodium which contains Aluminosilicate Hydrogel or can be called N-A-S-H which can bind the particles in the matrix thereby increasing the strength.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Noermalasari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku korosi pada baja tulangan dalam beton geopolimer berbahan dasar abu terbang serta daya tahan beton pada kondisi normal dan agresif (air laut) dengan membandingkannya terhadap beton konvensional dengan desain campur beton sama. Proses korosi dipercepat dengan pemberian potensial tinggi pada baja tulangan sehingga diperoleh hasil pengujian yang layak dalam waktu yang relatif singkat. Pada hari pertama pengujian, baja dalam beton geopolimer berada pada daerah korosi dengan potensial -0,293V; pH 7,2 di aquades dan -0,427V; pH 8,2 di air laut. Setelah 10 hari, baja tulangan dalam aquades berada di daerah pasif dengan potensial -0,183V; pH 10 sedangkan di air laut, baja berada di daerah korosi dengan potensial -0,327V dan pH 9. Namun demikian, baja tulangan pada beton konvensional di dalam aquades dan air laut berada pada daerah korosi dari hari pertama hingga hari ke-10. Pada hari pertama pengujian, baja berada pada potensial -0,529; pH 7,2 di aquades sedangkan di air laut, potensial baja -0,205V;pH 8,2. Setelah 10 hari, nilai potensial baja sekitar -0,543 V; pH 7,2 di aquades dan -0,319; pH 8,2 di air laut. Oleh karena itu, beton geopolimer memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap korosi dibandingkan beton konvensional karena terjadi polikondensasi dari alumina dan silika membentuk cross linked aluminosilikat sehingga dapat menghambat difusi dari oksigen dan ion-ion agresif seperti ion klorida. Salanjutnya, kuat tekan beton geopolimer sebesar 45,3 Mpa lebih tinggi dibandingkan beton konvensional yaitu sekitar 39,49 Mpa dengan desain campur sama.

The purpose of this research was to study corrosion behavior of steel bar in fly ash-based geopolymer concrete and durability in aquades and ASTM seawater compared to conventional concrete that has similar mix design. An accelerated corrosion by applying high potential on the steel bar was performed to obtain reasonable test results in a relatively short time. The potential and pH values of the steel bar were plotted on Pourbaix diagram for concrete immersed in aquades and seawater. For the first days, steel bar in geopolymer concrete in aquades and seawater located on corrosive area with potential values are -0,293V; pH 7,2 (aquades) and -0,427V; pH 8,2 (seawater). After 10 days, in aquades, steel on passive area with potential -0,183V; pH 10 whereas in seawater that has -0,327V; pH 9, steel on corrosive area. However, steel bar in conventional concrete immersed in aquades and seawater located on corrosive area from first day until 10 days. For the first days, potential values of steel bar are -0,529; pH 7,2 (aquadest) and -0,205V; pH 8,2 (seawater). After 10 days, potential value of steel are -0,543 V; pH 7,2 in aquades and -0,319; pH 8,2 in seawater. Thus, geopolymer concrete is better than conventional concrete in order to resist the corrosion of the steel bars because polycondensation of alumina and silikat in geopolymer forming cross linked aluminosilikat that can impede diffusion of oxygen and aggressive species as chloride ions. Furthermore, for the same mix design, geopolymer concrete has higher compressive strength than conventional concrete, i.e. 45,3 Mpa and 39,49 Mpa respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51506
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Christian Benedikt
"Geopolimer menjadi topik penelitian yang banyak dipelajari saat ini untuk sebagai bahan baku dalam kontruksi dan infrastruktur kerena lebih ramah lingkungan dibanding semen portland. Abu terbang kelas F yang didapat dari PLTU Paiton dimanfaatkan sebagai prekursor. Sintesis mortar dilakukan dengan teknik aktivasi alkali menggunakan larutan NaOH dan sodium silikat sebagai aktivator. Bahan pengisi serbuk TiO2 ditambahkan dengan variasi 2,5%, 5,0%, hingga 10,0% yang dihitung berdasarkan berat prekursor. Pembuatan mortar dilakukan dengan mencampurkan prekursor dan pengisi TiO2 dengan larutan aktivator. Pasta yang diperoleh kemudian di cetak menggunakan cetakan berbentuk kubus dengan ukuran sisi 5 cm. Pasta akan dibiarkan mengeras selama 24 jam, lalu akan dirawat pada oven selama 24 jam pada temperature 60 oC. Setelah itu, mortar akan di rawat selama 7 hari pada temperatur ruang. Mortar akan diuji kekuatan tekannya dan dikarakterisasi menggunaan SEM-EDS. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan TiO2 pada geopolimer berpengaruh pada waktu ikat dan kekuatan tekan mortar. Waktu ikat pasta mengalami peningkatan seiring dengan penambahan TiO2. Penambahan TiO2 juga berpengaruh pada kuat tekan geopolimer, dimana penambahan pengisi TiO2 dapat menurunkan kuat tekan. Penambahan serbuk TiO2 sebanyak 2,5%. 5,0%, dan 10,0% dapat menurunkan kuat tekan sebesar 28,3%, 44,8%, dan 0,6%.

Geopolymer is a research topic that is currently being studied a lot as a raw material in construction and infrastructure because it is more environmentally friendly than Portland cement. Class F fly ash obtained from PLTU Paiton is used as a precursor. Mortar synthesis was carried out using an alkali activation technique using NaOH and sodium silicate solutions as activators. TiO2 powder filler is added with variations of 2,5%, 5,0%, and 10.0% which is calculated based on the weight of the precursor. Mortar is made by mixing TiO2 precursor and filler with activator solution. The paste obtained is then molded using a cube-shaped mold with sides measuring 5 cm. The paste will be pre-cured for 24 hours, then it will be cured in the oven for 24 hours at a temperature of 60 oC. After that, the mortar will be cured for 7 days at room temperature. The mortar will be tested for compressive strength and characterized using SEM-EDS. The data obtained shows that the addition of TiO2 to geopolymer has an effect on the setting time and compressive strength of the mortar, where paste setting time increased with the addition of TiO2. The addition of TiO2 also affects the compressive strength of the geopolymer, where the addition of TiO2 filler can reduce the compressive strength. Addition of 2,5%, 5.0%, and 10.0% TiO2 powder on geopolymer can reduce compressive strength by 28,3%, 44,8% and 0,6%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fajar Hermansyah
"Akhir-akhir ini, industri semen dan beton semakin sering disorot, khususnya oleh para pecinta lingkungan. Ini disebabkan emisi karbon dioksida, komponen terbesar gas rumah kaca, yang dihasilkan dari proses kalsinasi kapur dan pembakaran batu bara. Isu lingkungan ini tampaknya akan memainkan peran penting dalam kaitan dengan isu pembangunan berkelanjutan di masa mendatang. Hal ini menuntut para ilmuwan dan engineer untuk mencari cara untuk mengurangi emisi karbon dioksida, misalnya dengan mengurangi penggunaan semen dalam konstruksi.
Perkembangan mutakhir yang menjanjikan saat ini adalah penggunaan abu terbang sepenuhnya sebagai pengganti semen portland lewat proses yang disebut polimerisasi anorganik (geopolimer). Kegunaan abu terbang pada sejumlah proyek infrastruktur selain lebih ramah lingkungan, mengurangi jumlah energi yang diperlukan karena berkurangnya pemakaian semen portland, lebih awet dan lebih murah, bahan ini juga tetap menunjukkan perilaku mekanik memuaskan.
Dalam penelitian ini material geopolimer menggunakan bahan dasar abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) sebagai pengganti agregat halus, dimana bahan-bahan tersebut diklasifikasikan sebagai limbah B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.18 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 85 Tahun 1999.

Recently, industry cement and concrete progressively is often floodlighted, specially by environmental community. This is caused by carbon dioxide emission, biggest component of glasshouse gas, is yielded of process tilery calsinasion and coal combastion. This environmental issue seems will play important role in relation to issue development of have continuation in period to come. This matter claim man of sciences and engineer to look for the way to lessen the carbon dioxide emission, for example by lessening usage of cement in construction.
Recent growth which promise in this time is usage of fly ash fully in the place of cement portland pass the process of so-called inorganic polymerize (geopolymer). Usefulness of fly ash at a number of infrastructure projects besides friendlier environment, lessen the amount energy needed because decreasing of usage of cement portland, more cheaper and durabel, this materials also fixed show behavior of mechanic characteristic.
In this research, geopolymer material use the elementary materials fly ash and bottom ash in the place of smooth aggregate, where the materials is classified as waste B3 pursuant to PP No.18 1999 and PP No. 85 1999.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35793
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdy
"Perubahan iklim telah memicu perkembangan green technology. Geopolimer berbahan dasar abu terbang merupakan material ramah lingkungan yang dapat digunakan sebagai semen instan untuk bahan reparasi jalan beton. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui kondisi perlakuan temperatur dan waktu curing yang terbaik untuk menghasilkan pasta geopolimer dengan kuat tekan yang optimal.
Dua variabel temperatur dan tiga variabel waktu digunakan dalam penelitian ini untuk ditinjau pengaruhnya terhadap kuat tekan yang dihasilkan oleh pasta geopolimer. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk waktu curing yang sama, temperatur yang lebih tinggi akan menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi. Pada temperatur yang sama kuat tekan dari pasta geopolimer meningkat seiring dengan bertambahnya waktu curing.

Climate change have been develop green technology. Geopolymer fly ash based is categorized as friendly environment material which is used as rapid setting cement for repair material of concrete road. The purpose of this research was aimed to study the best temperature and curing time to produce geopolymer paste with optimum compressive strength.
Two variable of temperature and three variable of time were used in this research to see their effect to compressive strength. The result from this research show that for the same curing time, elevated temperature achieve higher compressive strength. In same temperature, compressive strength from geopolymer paste increase along with curing time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51515
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prasiska Diana Putri
"Geopolimer telah dipertimbangkan sebagai material pengikat pengganti semen dalam beton. Tak hanya unggul dari segi lingkungan, performa geopolimer juga mampu bersaing sebagai material konstruksi. Dalam aplikasi struktural diperlukan material mutu tinggi yang tak jarang diproduksi dengan memanfaatkan superplasticizer karena mampu menghasilkan beton berkekuatan tinggi dengan kadar air yang rendah tanpa menurunkan fluiditasnya. Memahami kemungkinan pemanfaatan superplasticizer pada geopolimer menjadi syarat penting untuk mengembangkan material ini dalam skala industri. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh dan efektivitas penambahan superplasticizer komersial yang didesain untuk beton OPC terhadap sifat mortar geopolimer segar dan keras. Sampel yang diamati berupa mortar geopolimer berbasis abu terbang kelas F yang diaktivasi oleh larutan NaOH+Na2SiO3 dengan dosis superplasticizer sebesar 0, 0.1%, dan 0.2%. Pengujian yang dilakukan mencakup uji flow table, kuat tekan, dan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan polycarboxylate ether dapat meningkatkan flowability geopolimer, meskipun peningkatannya tidak lagi signifikan seiring bertambahnya dosis superplasticizer. Mortar geopolimer dengan dosis penambahan superplasticizer yang rendah tidak memberikan efek berarti pada kuat tekan. Namun, penurunan nilai kuat tekan akan terjadi pada penambahan dosis tinggi superplasticizer. Melalui FTIR dapat diamati adanya penurunan intensitas serapan gugus fungsi karboksilat dan eter pada sampel mortar, yang menandakan terjadi sejumlah pemutusan ikatan polycarboxylate ether pada geopolimer.

Geopolymers are considered as an alternative binding material to cement in concrete. They offer environmental benefits and perform well as construction materials. Superplasticizers are commonly used to produce high-quality materials for structural applications, allowing the production of high-strength concrete with low water content while maintaining its fluidity. Understanding the possibility of using superplasticizers in geopolymers is crucial for industrial-scale development. This study aims to investigate the effect of commercial superplasticizers designed for OPC concrete on fresh and hardened geopolymer properties. Class F fly ash-based geopolymer mortars activated by NaOH+Na2SiO3 solution were tested with superplasticizer dosages of 0, 0.1%, and 0.2%. Tests included flow table, compressive strength, and FTIR analysis. Results show that the addition of polycarboxylate ether can improve the flowability of geopolymers, although the improvement is no longer significant with increasing superplasticizer dosage. Geopolymer mortars with low-dosage superplasticizer addition do not show significant effects on compressive strength. However, a decrease in compressive strength values will occur with high dosages of superplasticizer. FTIR analysis reveals reduced absorption intensity of carboxylate and ether groups, suggesting some breakage of polycarboxylate ether bonds in geopolymers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elitha
"Perkembangan ilmu pengetahuan telah menemukan geopolimer, sebagai satu alternatif dalam memproduksi beton ramah lingkungan. Pengaruh dari berbagai parameter terhadap kuat tekan dan karakteristik dari mortar geopolimer antara lain rasio larutan K2SiO3 / Na2SiO3 dan larutan KOH / NaOH adalah 0.8 - 1.5 dan konsentrasi KOH / NaOH yang tinggi dapat menghasilkan kuat tekan optimum mortar geopolimer berbahan dasar Fly Ash tipe F, sedangkan Rasio larutan K2SiO3 / Na2SiO3 dan larutan KOH / NaOH adalah 2 - 2.5 dan konsentrasi NaOH 8M dapat menghasilkan kuat tekan optimum mortar geopolimer berbahan dasar Fly Ash tipe C. Kuat tekan mortar geopolimer berbahan dasar Fly Ash tipe C lebih tinggi dibandingkan kuat tekan mortar geopolimer berbahan dasar Fly Ash tipe F.

Developments in science have been discovered geopolymer, as an alternative in producing environmentally concrete. Influence of various parameters on the compressive strength and characteristics of fly ash based geopolymer mortar include ratio K2SiO3 / Na2SiO3 and KOH / NaOH is 0.8 - 1.5 and the highest concentration of KOH / NaOH may produce the optimum compressive strength of fly ash based geopolymer mortar from class F, whereas ratio K2SiO3 / Na2SiO3 and KOH / NaOH is 2 - 2.5 and NaOH 8M may produce the optimum compressive strength of fly ash based geopolymer mortar from class C. The Compressive strength of fly ash based geopolymer mortar from class C is higher than the compressive strength of fly ash based geopolymer mortar from class F."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50578
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pebrida Nessya Arlis
"Semen Portland telah diteliti mampu digantikan oleh abu terbang kelas F yang memiliki kandungan tinggi aluminium dan silika, sebagai bahan dasar pada beton. Rendahnya kandungan kalsium mampu meningkatkan ketahanan beton terhadap lingkungan asam. Semakin banyak kation penyeimbang muatan anion yang terbebaskan, akan meningkatkan kompleksitas geopolimerisasi. Pada studi ini diteliti bahwa penggunaan NaOH memiliki nilai kuat tekan fleksural yang lebih tinggi, dibandingkan dengan KOH yang dicampurkan dengan aktivator natrium silikat karena ukuran molekul kalium lebih besar dari natirum. Nilai kuat tekan fleksural mampu dioptimasi sebanyak 95.79%, dari 12.2987 MPa hingga 24,0796 MPa, pada penggunaan NaOH 12M dan curing 900C. Peningkatan konsentrasi alkali akan mengakibatkan peningkatan alkalinitas seiring banyaknya OH- dan kation alkali, yang akan menyeimbangi muatannya melalui pemutusan pasangan anion. Baik kandungan H2O bebas maupun terperangkap, akan menguap membentuk pori ketika curing pada titik didihnya, yang mengakibatkan penurunan kekuatan.

Portland cement was observedly able to be replaced with F-class fly ash containing high aluminium and silica, as a raw material for concrete, since its manufacturing produces emission gas of CO2. The low calcium containing of fly ash can be increasing the high acidic environment resistance. The more charge balancing cation released as the fly ash mineral dissolution, the more complex its geopolymerization mechanism. In this study, was shown that NaOH gave higher flexural strength than KOH mixed with sodium silicate activator since sodium has a smaller molecule size than potassium does. Formulation of NaOH 12M using and 900C Curing, The flexural strength point optimizedly increase 95.79% reaching out 24,0796 MPa from 12,2987 MPa. The increasing of alkali concentration gives too high alkalinity representatively present excess OH- and its alkali cation, balancing their charge through anion pairing detachment. It?s either free H2O or trapped H2O could be evaporating leaving pores over its boiling point temperature in curing, and consequently gives strength decreasing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42651
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tambun, Dicky Liberman
"Berbagai material aluminosilikat telah digunakan sebagai prekursor untuk geopolimer. Geopolimer mendapat kekuatannya dari polikondensasi silikat dan alumina. Metakaolin, kaolin yang kalsinasi, adalah pozzolan dengan alumina dan kemurnian silika tertinggi. Indonesia, khususnya Pulau Bangka, memiliki sejumlah besar deposit kaolin yang dijual dengan harga murah. Harga ini bisa ditingkatkan sepuluh kali ketika dijual sebagai metakaolin. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sifat mekanik dan metalurgi metakaolin komersial dan kaolin Bangka yang dikalsinasi pada 700°C. Kedua metakaolin bereaksi dengan NaOH dan waterglass sebagai aktivator diikuti dengan pengawetan pada suhu kamar selama 7, 14 dan 28 hari dan suhu tinggi 60°C selama 4, 12 dan 24 jam. Sifat mekanik akan diperiksa dengan kuat tekan dan uji kuat lentur, dan uji susut sedangkan sifat metalurgi akan dievaluasi dengan SEM, dan TAM. Hasil uji mekanis akan digunakan untuk menentukan geopolimer mana yang akan berkinerja baik dengan struktur mikro dan aktivitas termal untuk mendukung temuan tersebut. Upaya-upaya ini akan dilakukan dalam rangka meningkatkan properti dari Bangka metakaolin geopolimer yang lebih unggul dari metakaolin komersial.

Various aluminosilicate material have been used as precursor for geopolymer. Geopolymer gets its strength from the polycondensation of silicate and alumina. Metakaolin, calcinated kaolin, is pozzolan with the highest alumina and silicate purity. Indonesia, especially Bangka Island, has a large amount of kaolin deposit that being sold at low price. This price could be increased ten times when being sold as metakaolin. This study aimed to compare mechanical and metallurgical properties of commercial metakaolin and Bangka kaolin which calcinated at 700°C. Both metakaolins reacted with NaOH and waterglass as the activator followed by curing at room temperature for 7, 14 and 28 days and elevated temperature of 60°C for 4, 12 and 24 hours. Mechanical properties will be examined by compressive strength and flexural strength test, while the metallurgical properties will be evaluated with SEM, and TAM. The results of the mechanical test will be used to determine which geopolymer will perform well with the microstructure and thermal activity to support the finding. These attempts will be done in order to improve the properties of Bangka metakaolin geopolymer superior to commercial metakaolin. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>