Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92252 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Riana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran resiliensi pada perempuan yang putus hubungan setelah melakukan hubungan seksual premarital. Isaacson (2002) mengatakan bahwa implikasi dari resiliensi adalah kemampuan individu tidak hanya dalam mengatasi kesulitan yang traumatis namun juga merespon secara fleksibel tekanan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat tujuh domain dari resiliensi menurut Reivich & Shatte (2002), yaitu regulasi emosi, impuls kontrol, optimisme, analisa kausal, empati, self efficacy, dan reaching out. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pada 3 orang subjek. Ketiganya adalah remaja akhir berjenis kelamin perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual premarital dan sudah putus hubungan dengan pria yang menjadi partner pertamanya tersebut. Subjek yang dipilih juga memiliki kriteria belum menikah, tidak pernah hamil dan melakukan aborsi.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa jeda putus hubungan dengan saat wawancara mempengaruhi resiliensi subjek, dimana subjek yang sudah lebih lama putus dapat lebih mengembangkan resiliensinya daripada yang baru saja putus hubungan. Ketiga subjek memiliki kesamaan yaitu memiliki reaching out yang tinggi. Perbedaan ketiga subjek terlihat dari domain yang paling menonjol pada masing-masing subjek. Kehadiran faktor resiko dan faktor protektif juga mempengaruhi perkembangan resiliensi pada masing-masing subjek. Subjek yang memiliki faktor protektif lebih banyak akan lebih terbantu dalam proses perkembangan resiliensinya.

The purpose of this study is to portray resilience in women whom break up atfer doing premarital sex. Isaacson (2002) said that resiliency implies an ability not only to cope with traumatic difficulties but also to respond with flexibility under the pressures of everyday life. According to Reivich & Shatte (2002), there are seven domains of resiliency. They are emotion regulation, impuls control, optimism, causal analysis, empathy, self efficacy, and reaching out. This study uses qualitative method with three respondents. The requirement of the respondents are late adolesence girls who had premarital sexual experiences and already broke up with their first partner. They also had not get married, never got pregnant nor did abortion.
This study also found that duration of break up effected the resiliency of these respondents where as respondents who break up earlier more resilient than the other whom break up later on. These three respondents has similarity in reaching out. The different shown by the major domain of each respondents. The absence of risk and protective factor also effected resiliency. Respondent who has more protective factor is more resilient than others."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
155.533 RIA g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Rizki Wijayani
"Penggunaan cadar menimbulkan adanya konflik yang bersifat internal (within people) maupun eksternal (between people) pada diri seorang muslimah. Konflik yang ada, kerap mengharuskan seorang muslimah untuk berhadapan dengan kondisi yang sulit dan menekan dalam hidupnya. Di tengah kondisi tersebut, terdapat sebagian dari mereka yang mampu untuk bangkit dan bertahan dari masalah yang ada serta berhasil menjadi individu yang lebih baik. Mereka adalah individu yang dapat mengembangkan kemampuan resiliensinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran kemampuan resiliensi pada muslimah dewasa muda yang menggunakan cadar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara dan observasi yang dilakukan terhadap empat orang muslimah dewasa muda yang menggunakan cadar dengan karakteristik yang telah ditentukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh keempat subjek sangat bervariasi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa berkembangnya kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh perempuan bercadar dipengaruhi oleh faktor protektif yang dimiliki oleh subjek. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan dua pendekatan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang didapatkan dapat saling mendukung, sehingga menghasilkan data yang lebih akurat mengenai gambaran resiliensi subjek.

Veil uses cause life conflict in some moslem women. The conflict is happen rather inside the person (within people) or between the person with her environment (between people). The confilct forces the moslem women to face difficult and stressfull situation. However, some of them can bounce back and hold out from the setbacks in their live. They are the people who can increase their resiliency abilities. The purpose of this research is to give the description about resiliency abilities among young adulthood veil moslem women. It use qualitative approach with interview and observation techniques which is utilized to the four people of young adulthood veil moslem women.
The results shows variation resiliency abilities between four veil moslem women. The resiliency abilities is also influenced by their protective factors which they have. For the next study, qualitative and quantitative approach are suggested. Each of them could be important to another to get more complete and accurate informations about resiliency of the people.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
305.242 WIJ g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Sulfina
"Elkind (Papalia, Olds & Feldman 2004) mengemukakan istilah "hurried child" untuk anak-anak yang hidup dengan banyaknya tekanan di zamzm modem ini, mereka oenderung dinmtut untuk lehih oepat dewasa dari usia mereka sebenamya. Adapun bentuk tekanan yang dihadapi berupa situasi stres seperti peroeraian, kemiskinan, penyakit dan lain-lain. Akibat dari tckanan yang dihadapi, fcnomena bunuh diri semakin sering kita jumpai tenltamadi kalangan anak dan remaja.
Melihat begitu kompleksnya tekanan hidup, cara pcncegaharmya pun harus dilakukan secara bertahap. Pencegahan primer dalam aspek psiko-edukatifamat penting karena merupakan sarana meletakkan dasar-dasar perkembangan kognitii Salah satu peneegahan primer Psiko-edukatif yang dapat dilakukan adalah mengembangkan kemampuan resiliensi yang dimiliki. Resiliensi ini mengacu pada proses dinamis individu dalam mengcmbangkan kemampuan diri untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat dan mentransfonnasi pengalaman-pengalaman yang dialarni pada situasi suiit menuju pencapaian adaptasi yang poswf (Grotberg, 1999).
Penelitian ini mcnggunakau satu orang subyek yang dipilih berdasarkan karakteristik subyek yang berisiko cukup tinggi. Sebelum mengikuti pelatihan ini, subyek terlcbih dahulu telah mengikuti pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan, ditemul-can subyek memiliki sejumlah faktor risiko yaitu : meninggalnya salah sam orangma, penyakit yang diderita orangmaniumlah orang dewasa yang terlalu sedikit nmtuk mengawasi perilaku anak dan kurangnya dukungan dari keluarga besar.

Elkind (Papalia, Olds & Feldman 2004), called ?huuried child? because of pressures of modem life such as : divorce, poverty, illness are forcing them to grow up too soon. Consequence of high presurcs result in high suicide incidence. Based on complexity ofpressurcs, prevention should made. Primary prevention such as Psycho-education very important to put cognitive developmental foundations.
One of psycho-education primary prevention is developing resiliency capacity Resiliency is individual dynamic process to develop capacity for facing, overcome, strengthened by, and even be transformed by experiences of adversity to reach positive adaptation.
This research use one subject which has high risk characteristic. Before a subject participate, she followed series of examination. Based on the examination, subject has some risk factors such as : death of parents, illness of parents, few adults to monitor children behaviors, less support tram extended family.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34065
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferza Rachmadianto
"Kanker Iaring adalah suatu ienis kanker yang menyerang pada bagian pangkal tenggorok si penderitanya. Dampak dari kanker Iaring tersebut adalah tidak bisa berbicara dan terdapat lubang pada lehemya akibat operasi pengangkatan tumor pada laring. Tidak bersuara membuat pasien sulit untuk berkomunikasi, sehingga dapat menimbuikan perasaan iidak berguna, cepat marsh, dan menurunnya rasa percaya diri (Smee & Bridger, 1994). Adanya dampak tersebut membuat seorang penderita kanker laring harus menghadapi masa sulit dalam kehidupannya dan tidak sedikit diantara mereka yang menga1ami keterpurukan.
Penderita kanker laring harus melewali masa sullt dan awal diagnosis hingga kembali bisa bersuara. Butuh perjuangan ketika mereka hams melewati masa sulit tersebut. Perjuangan melawan penderitaannya diperlukan agar mereka hangkit kembali dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Kebangkilan dari keadaan yang tidak menguntungkan disebut dengan resiliensi (Siebert, 2005).
Penelitian ini berlujuan untuk menggali bagaimana seorang pasien kanker Iaring dapat bangkit dari kondisi yang tidak menguntungkan dan hal-hal apa saja yang mereka lakukan agar bisa beradaptasl dengan hilangnya pita suara akibat operasi lafingektomi. Penelitian ini menggunakan melode kuaiitatif dengan rnelibalkan 2 partisipan bemsia 39 dan 59 tahun dan dengan pengumpulan data melalui wawancara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua partislpan memiliki tujuh karakteristik resiliensi dalam dirinya, dimana ketujuh karaktenstik tersebut mereka gunakan untuk mangatasi semua permasalahan yang berhubungan dengan kanker larngnya. Analisa hasil menunjukkan bahwa pada subjek pertama ditemukan karakteristik insight, kemandirian, hubungan, inisiatif, kreatif dan moralitas sangat berperan besar dalam dirinya. Untuk karakteristik humor tidak ditemukan pada subjek pertama. Sedangkan untuk subjek kedua ditemukan ketujuh karakteristik tersebut dalam dirinya.

Larynx cancer refers to specific cancer that attacking throat areas. The adverse effects of this cancer for the patient including loosing their ability to speak and there is a hole in the patient's neck as a part of tumor’s surgery. The loosing of one's ability to speak makes the patient facing hard to communicate. This situation arising feeling of worthless, irritable, and decreasing self confident (Smee & Bridger, 1994).
Furthermore, those adverse effects makes the larynx cancer patient facing hard situation in their life. In a few cases, they often feel that their life had ruined. Person who suffering from larynx cancer has through hard situation from the first they get the diagnose until they can get back their ability to speak. To handling with the hard situation, the patient should striving for all the struggle. The patient's striving against their suffering is needed to get back their normal lives. The bounce back from the adverse situation is called resiliency (Siebert, 2005).
The purpose of this study are to find out how the patient can bounce back from the adverse situation and what they do to adapt the situation that differ from their past lives including loosing of their ability to speak. This study using qualitative approach on two subject (age 39 and 59) by interviews and observations.
The result shows that both subject has seven resl|ient’s characteristics. Also, both of the subject uses that characteristic to handling all the problems that related to their larynx cancer. The analysis result found that in the first subject, his insight, independency, relation, creativity. and morality characteristics has a major contribution to his lives. Furthermore, the humor characteristics did not found in the first subject. While, inthe second subject has all the characteristics in his lives.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
T34163
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Raudatul Jannah
"Ketahanan keluarga menjadi salah satu faktor tidak langsung permasalahan gizi balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan ketahanan keluarga dengan status gizi pada balita usia 2–5 tahun di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan pengambilan sampel sebanyak 121 keluarga dengan balita usia 2-5 tahun di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawangan menggunakan instrumen Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) dan Standar Antropometri Kementerian Kesehatan RI. Data dianalisis menggunakan Uji Spearman Correlation dengan hasil terdapat hubungan yang bermakna searah dengan kekuatan yang sangat lemah antara ketahanan keluarga dengan status gizi pada balita usia 2-5 tahun (p value = 0,025) dan (r = 0,204). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat ketahanan keluarga maka semakin baik juga status gizi balita. Hal ini menjadi penting untuk meningkatkan ketahanan keluarga guna meningkatkan status gizi balita.

Family resilience is an indirect factor in children under five nutrition problems. This study aims to determine the relationship between family resilience and nutritional status in children aged 2–5 years in Depok City. This study used a cross-sectional method with a sample of 121 families with children aged 2-5 years at the Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawangan using the Walsh Family Resilience Questionnaire (WFRQ) instrument and the Anthropometric Standards Kemenkes RI. Data were analyzed using the Spearman Correlation Test with the result that there was a significant unidirectional relationship with very weak strength between family resilience and nutritional status in toddlers aged 2-5 years (p-value = 0.025) and (r = 0.204). This shows that the higher the level of family resilience, the better the nutritional status of children under five. This is important to increase family resilience to improve the nutritional status of children aged 2-5 years."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utari Dwi Pratiwi
"Upaya pelayanan rehabilitasi telah dilaksanakan BNN bersama dengan instansi terkait yang sebelumnya diatur di dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Sepanjang tahun 2021, telah dilakukan rehabilitasi terhadap 43.320 orang. Penelitian difokuskan pada Loka Rehabilitasi BNN Kalianda, sebagai penerima penghargaan Penyelenggara Pelayanan Publik Kategori “Layanan Prima” Tahun 2021 dari Kemenpan RB. Loka Rehabilitasi BNN Kalianda juga ditunjuk sebagai salah satu unit kerja pelayanan berpredikat menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) oleh Kemenpan RB pada tanggal 20 Desember 2021. Tujuan penelitian untuk mengetahui kondisi klien secara fisik dan mental sebelum dan sesudah menjalani rehabilitas, menjelaskan dukungan yang diberikan keluarga, menganalisis persepsi gugat cerai terhadap peran suami sebagai kepala keluarga dan menganalisis adaptasi perlakuan yang paling efektif dan efisien. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa (1) Klien merasakan adanya perubahan dalam kondisi fisik dan mental selama menjalani rehabilitasi; (2) Dukungan keluarga memiliki dampak yang signifikan dalam proses rehabilitasi klien; (3) Ketahanan psikososial budaya keluarga memiliki peran penting dalam proses rehabilitasi klien; (4) Lamanya proses rehabilitasi rawat inap yang dijalani seorang kepala keluarga memberikan santunan kepada anggota keluarga lainnya. Tidak adanya dukungan keluarga besar berdampak pada ketahanan keluarga pada keluarga inti; (5) Program kegiatan keluarga seperti Family Support Group dan Family Dialog penting dalam proses pemulihan klien.

Rehabilitation service efforts have been carried out by BNN together with related agencies previously regulated in Law Number 35 of 2009 concerning Narcotics. Throughout 2021, 43,320 people have been rehabilitated. The research focused on the BNN Kalianda Rehabilitation Workshop, as the recipient of the 2021 Public Service Provider Award for the "Excellent Service" Category from the RB Ministry. The BNN Kalianda Rehabilitation Workshop was also appointed as one of the service work units with the predicate towards a Free from Corruption Area (WBK) by the RB Ministry on December 20, 2021. The purpose of the study was to determine the client's physical and mental condition before and after undergoing rehabilitation, explain the support provided by the family, analyze the perception of divorce lawsuits on the husband's role as the head of the family and analyze the most effective and efficient treatment adaptation. This research uses qualitative research methods with a case study approach. The results of the study showed that (1) The client feels a change in physical and mental condition during rehabilitation; (2) Family support has a significant impact on the client's rehabilitation process; (3) Psychosocial resilience of family culture has an important role in the client's rehabilitation process; (4) The length of the inpatient rehabilitation process that a family head undergoes provides compensation to other family members. The absence of extended family support has an impact on family resilience in the nuclear family; (5) Family activity programs such as Family Support Group and Family Dialogue are important in the client's recovery process."
Jakarta: Sekolah Kajian dan Stratejik Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Ivan Maxmillian Putra
"Pemerintah Indonesia melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) optimis untuk mencapai target bauran Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebesar 23% dari energi nasional pada tahun 2025. Penetrasi EBT terhadap sistem tenaga listrik memiliki kekurangan karena adanya sifat ketidakpastian sumber EBT yang bergantung pada kondisi alam. Virtual Power Plant (VPP) sebagai teknologi terbaru menyediakan solusi untuk masalah tersebut yang merupakan gugus dari pembangkit yang terdistribusi, sistem penyimpanan energi, dan beban fleksibel yang berfungsi untuk meningkatkan penetrasi sumber EBT dan menciptakan suatu sistem tenaga listrik yang terkontrol. Penilitian ini bertujuan untuk merancang VPP di kawasan industri Pulo Gadung dengan memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Battery Energy Storage System (BESS) menggunakan platform XENDEE. Simulasi yang dilakukan mengoptimalkan biaya kelistrikan serta keandalan sistem ketika terjadi pemadaman. Hasil simulasi menunjukkan implementasi VPP dapat menurunkan biaya kelistrikan dari $0,1/kWh menjadi $0,881/kWh pada skenario tarif normal dan dari $0,1042/kWh menjadi $0,987/kWh pada skenario tarif dengan Time-of-Use (ToU). Hasil simulasi juga menunjukkan implementasi BESS pada VPP dapat meningkatkan keandalan sistem ketika terjadi pemadaman.

The Indonesian government through the Electricity Procurement Plan (RUPTL) is optimistic to achieve the Renewable Energy Sources (RES) target of 23% of the national energy in 2025. RES penetration into the electric power system has drawbacks due to the intermittency nature of RES that depend on natural conditions. Virtual Power Plant (VPP) as the latest technology provides a solution to this problem which is a group of distributed energy resources (DER), energy storage systems, and flexible loads that function to increase penetration of RES and create a controlled power system. This research aims to design a VPP in the Pulo Gadung industrial area by utilizing a Solar Power Plant and a Battery Energy Storage System (BESS) using the XENDEE platform. The simulations carried out optimize electricity costs and system reliability when outage occur. Optimization results show that the implementation of VPP can reduce costs of energy from $0.1/kWh to $0.881/kWh in the normal tariff scenario and from $0.1042/kWh to $0.987/kWh in the Time-of-Use (ToU) scenario. The simulation results also show that the implementation of BESS in VPP can provide system reliability during power outages."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luluk Lukita Wati
Depok: Universitas Indonesia, 2003
S3210
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika seseorang memasuki usia dewasa muda yaitu usia antara 20-30 tahun
(Santrock, 2002) maka ia akan menjalani tugas perkembangan tertentu. Misalnya seperti
memulai suatu karir, kemudian memilih pasangan hidup, belajar menyesuaikan diri dan
hidup harmonis dengan pasangan hidup, rnulai membentuk Suatu keluarga, mengasuh
dan membesarkan anak-anak dan sebagainya, Salah sam tugas terpenting adalah mencari
pasangan hidup. Salah satu caranya adalah dengan menjalin hubungan pacaran dengan
|awan jenis.
Yang dimaksud dengan hubungan pacaran aclalah proses pemilihan pasangan
hidup yang ditandai dengan adanya hubungan yang eksklusif dan perrnanen Bntara dua
orang yang berlalnan jenjs kelamin (Duvall&Miller, 1985). Ketidakpuasan dalam
menjalin hubunngan pacaran akan mengakibatkan munculnya konflik antar pasangan
yang akhimya tenj adi pemutusan hubungan.
Ketika suatu hubungan pacaran berakhir, biasanya diikuli dengan rasa sakit dan
penderitaan yang mendalam (Baumeister & Wotrnan, 1992). Ketika seseorang melakukan
hal yang menyakiti orang lain, hubungan diantara keduanya menjadi buruk. Salah satu
altematif cara untuk mencegah atau mengatasi hubungan yang buruk tersebut adalah
dengan forgiveness (memaafkan). Yang dimaksud dengan forgiveness aclalah suam
perubahan rnotivasional, menurunnya molivasi untuk balas clendam dan unruk
menghindari orang yang telah menyakili (Mc.Cullough, Worthington, & Rachal (1997).
Dengan memaafkan, diharapkan seseorang mampu merubah emosi negatifnya menjadi
lebih positif, sehingga ia mampu menyelesaikan rnasalahnya dengan cara yang lebih
konstruktif
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana garnbaran memaafkan
pada dewasa muda yang rnengalami pulus hubungan pacaran. Mengingat masalah
penelitian yang dibahas membutuhkan penghayatan individu dan tergolong sensitif; maka
peneliti menggunakan metode kualitatii Dalam penelitian ini, subyek yang digzmakan
sebanyak 4 orang dengan karekteristik usia antara 20-30 tahun.
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa tidak semua subyek mengalami
forgiveness, hal ini dikarenakan faktor penentu, seperti darnpak peristiwa yang
mernpengaruhi subyek, niat mantan pacar untuk meminta maaf dan empati yang
dirasakan oleh subyek pada pendenta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para dewasa muda yang
mengalami
hubungan pacaran, sehingga mampu mengembangkan forgiveness
untuk mengobati luka hatinya."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Purwarini
"Kepuasan seksual perempuan dalam masyarakat, selama ini lebih banyak dipahami melalui aspek biologis dan psikologis, tanpa melibatkan pengalaman perempuan secara langsung. Hal ini berimplikasi pada pengabaian hak seksualitas perempuan seperti yang tercantum dalam ICPD 1994, dan hak keadilan hukum bagi perempuan yang mengeluarkan cairan di vagina pada kasus perkosaan. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pemaknaan kepuasan seksual perempuan secara konstekstual yang berkesetaraan gender, serta digunakan untuk aspek praktis terkait permasalahan kepuasan seksual perempuan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus berperspektif feminis dengan metode pengambilan data melalui wawancara mendalam, observasi dan pengamatan.
Subjek penelitian terdiri dari lima orang subjek utama dan satu orang subjek pendukung. Subjek utama dalam studi ini merupakan perempuan heteroseksual yang aktif melakukan hubungan seksual, sedangkan subjek pendukung adalah dokter perempuan yang pernah menangani kasus disfungsi seksual dan menjadi saksi ahli dalam kasus perkosaan, yang berada di Jakarta dan Tangerang. Dalam melihat kompleksitas pemaknaan kepuasan seksual perempuan, digunakan teori kepuasan seksual dalam perspektif medis Rosemary Basson, teori Politik Seksual Kate Millett, teori orgasme dalam perspektif feminis Anne Koedt, konsep seksualitas dalam perspektif psikologis dari Joan Rollins, serta konsep Sexual Compliance Impett dan Peplau.
Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa orgasme perempuan adalah sebuah kondisi yang terjadi pada aktivitas seksual yang diinginkan perempuan, yang ditandai dengan perasaan kenikmatan yang luar biasa dan tidak dapat dijelaskan secara tepat, tanpa perubahan ciri pada vagina dan bagian tubuh lainnya yang khas. Orgasme perempuan hanya dapat didefinisikan oleh perempuan yang mengalaminya, karena orgasme bersifat unik dan individual. Pemaknaan kepuasan seksual perempuan dipengaruhi oleh konstruksi sosial budaya yang ada di sekitarnya. Dalam hubungan seksual, perempuan membutuhkan orgasme, dan melakukan berbagai upaya untuk mendapatkannya.

Women's sexual pleasure in society have been understood mostly through biological and psychological aspects, without involving direct experience of women. This has implications for the abandonment of women 39 s sexuality rights as stated in the ICPD 1994 and the right of legal justice for women who secrete vaginal fluids in cases of rape. This research is expected to contribute to the interpretation of women's sexual pleasure in the contextual of gender equality, and used for practical aspects related to women's sexual pleasure problem. This research uses qualitative approach of case study with feminist perspective and using in depth interview and observation methods to collecting data. The subjects consist of five main subjects and one supporting subject.
The main subjects in this study were heterosexual women who were sexually active, while the supporting subjects were female physicians who had treated sexual dysfunction and became expert witnesses in cases of rape, located in Jakarta and Tangerang. In looking at the complexity of the meaning of women's sexual pleasure, there are some theories used as analysis tool i.e. the sexual pleasure theories by Rosemary Basson in the medical perspective, Sexual Politics theory by Kate Millett, orgasm theory in the feminist perspective by Anne Koedt, the concept of sexuality in the psychological perspective by Joan Rollins, and the concept of Sexual Compliance by Impett and Peplau.
The results of this study found that women's orgasm is a condition that occurs in the desired sexual activity of women, characterized by a feeling of pleasure that is extraordinary and can not be described precisely, without typical change from the characteristics of vagina and other body parts. Women's orgasm can only be defined by women who experience it, because orgasm is unique and individual. The meaning of sexual pleasure of women is influenced by socio cultural constructions that surround it. In sexual relationships, women need orgasm, and make every effort to get it.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>