Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31232 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Syahugi
"Proses throttling merupakan proses dimana entalpi tetap. Dalam proses ini, fliuda mengalami ekspansi dari daerah tekanan tinggi kedaerah bertekanan rendah sehingga terjadi penurunan temperatur uap jenuhnya. Selain itu, kerja yang dilakukan tidak ada, energi kinetik dan perpindahan kalor melalui lubang katup throttling itu sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemanfaatan energi panas yang terbuang. Misalnya, proses throttling dapat diaplikasikan terintegrasi dalam suatu sistem pembangkit yang pada umumnya terletak di daerah laut untuk memanfaatkan energi yang tersimpan dalam air laut sebagai air pendingin kondensor. Panas air buangan kondensor yang dibuang kelaut kembali dengan diterapkan proses throttling dapat memanfaatkan energi tersebut. Air dan uap dingin yang dihasilkan dari proses ini, dapat dimanfaatkan untuk mendinginkan kondensor guna meningkatkan kevakuman kondensor dibanding air laut.
Berdasarkan simulasi didapatkan peningkatan efisiensi pembangkit yang cukup signifikan yaitu sekitar 4%. Bahkan bukan hanya itu, keuntungan lain yang dapat dihasilkan adalah dapat diproduksinya air sulingan sebesar 117 ton/jam melebihi kebutuhan siklus uap PLTU yang hanya 7 ton/jam yang dibutuhkan dalam siklus uap PLTU.
Penelitian ini diujikan dengan membuat alat throttling process dan mengalirkan air bertekanan dan memiliki temperatur tinggi melewati katup ekspansi kedalam ruang vakum. Hasil yang diamati yaitu terjadinya penurunan temperatur jenuh air tersebut sesuai kevakuman ruang dan air sulingan yang diperoleh dengan mengkondensasinya menggunakan evaporator AC.

A throttling process is defined as a process in which there is no change in enthalpy. In these process, it is occurs expansion that cause a significant pressure drop and it is often accompanied saturated temperature in the fluid. There is no work is done, mass transfer and kinetic energy through out are neglectable.
In these simulation, the goal is to heat recovery. For example, the integrated system of power plant which is located at the sea. It is used potential energy in sea water to cooling the condensor. There is possible to heat recovery on the outlet heat of condensor in the throttling process which is created cooled vapor and water. The cooled water is used to replace sea water to cooling the condensor. With the result, condensor vacuums is increase and then its cause significant efficience increase about 4%. Eventhough, another gained profit is 117 ton/hour destilation water whereas it is exeed necessary for the PLTU vapor cycle about 7 ton/hour.
The goal of these research is making the throttling process devices and conduct on several temperature variation, water flow, and pressure throughout expansion valve. It is concerned occurs saturated temperature decrease as a room vacuums pressure. In addition, mass flow of saturated vapor is condensated by evaporator Air conditioner ( AC )."
2008
S38223
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mahpudi Baisir
"Proses throttling adalah proses entalpi tetap. Pada proses ini, fliuda berekspansi dari tekanan tinggi ke tekanan yang bertemperatur jenuh lebih rendah sehingga terjadi perubahan fasa dan penurunan temperatur. Selain itu, kerja yang dilakukan, energi kinetik serta perpindahan kalor yang melalui lubang katup throttling juga sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
Penelitian ini bertujuan untuk konservasi energi dengan melakukan simulasi perhitungan efisiensi thermal PLTU melalui penambahan alat Throttling Process ke dalam siklus PLTU yang sudah ada. Berdasarkan simulasi didapat bahwa efisiensi thermal PLTU meningkat sampai 4 % dari PLTU konvensional-nya. Bahkan bukan hanya itu, dari modifikasi ini juga dihasilkan produk air destilat sampai 117 ton/jam melebihi kebutuhan air penambah siklus PLTU berdaya 50 MW yang hanya sebesar 7 ton/jam.
Perancangan miniatur alat uji Throttling Process dimaksudkan untuk meneliti lebih lanjut proses termodinamika ini. Berdasarkan hasil penelitian terhadap alat tersebut diperoleh kesimpulan bahwa uap serta temperatur air yang lebih rendah dari sebelum proses penceratan sudah berhasil ditunjukan walaupun masih terdapat beberapa kendala selama penelitian berlangsung.

A Throttling Process is defined as a isenthalpy process. In this process, it occur expansion that cause a significant pressure drop and it is often accompanied saturated temperature in the fluid. There is no work that is done, mass transfer and kinetic energy through out are neglectable.
In this simulation, the goal is for energy conservation with increasing thermal efficiency of PLTU with addition of Throttling Process equipment in it. According the simulation, thermal efficiency of PLTU increased up to 4 % compare with the convensional PLTU. Eventhough, another gained profit is 117 ton/hour destilate water whereas it is exeed necessary make up water for the PLTU 50 MW vapor cycle about 7 ton/hour.
To research detailed for this termodinamic process, it is created a little equipment of Throttling Process trial. According the experiments that already have done, it was got the conclusion that the vapour and the temperature of water have success taken in it?s product, but there was some problem that occur while testing process.
"
2008
S37322
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli
"Air akan berevaporasi dan berkondensasi pada tempratur dan tekanan tertentu. Tempratur dan tekanan merupakan parameter menunjukan keadaan suatu materi. Materi selalu dalam keadaan awalnya seimbang secara thermal maupun mekanik, memperbesar dan memperkecil parameter-parameter tersebut akan merubah wujud materi tersebut. Materi berwujud gas mempunyai energi jauh lebih besar dari kondisi berwujud cair atau padat. Penyerapan dan pelepasan energi peristiwa dalam proses evaporasi dan kondensasi. Jumlah energi yang diserap selama proses evaporasi equivalent dengan energi yang dilepas selama proses kondensasi. Besar energi tersebut besarnya bergantung pada pada tempratur atau tekanan pada perubahan fase yang terjadi. Pada study ini, disiapkan alat uji yang merupakan miniature dari penguapan dan pengkondensasian air, yang dinamakan alat proses throttling. Pada alat ini yang akan berperan menurunkan tekanan aliran fluida adalah katup expansi (throttling valve). Tekanan dan tempratur air yang masuk pada / lebih besar dari tekanan atmosfir di-throttled melalui katup ekspansi tersebut menjadi bertekanan lebih rendah / vakum sehingga menciptakan temprature jenuhnya juga lebih rendah membuat penguapan lebih banyak. Air yang diinjeksikan kedalam reactor vakum tersebut membentuk partikel cairan dan uap air. Uap yang terbentuk dikondensasikan dengan pendingin sehingga membentuk butiran air. Akumulasi partikel dan uap air yang terbentuk dengan tekanan dan tempratur rendah akan bermanfaat lebih banyak. Dari simulasi, penggabungan alat throttling ini dengan sistem pembangkit PLTU, dengan pemanfaatan air kondensornya didapatkan peningkatan efisiensi pembangkit yang cukup signifikan. Disamping itu, keuntungan lain yang dihasilkan adalah dapat diproduksinya air sulingan sebesar 117 ton/jam melebihi kebutuhan siklus uap PLTU yang hanya 7 ton/jam.

Water boils and condenses at a specified pressure and temperature. A number of properties such as pressure and temperature are necessary to describe the state of a substance. At the dead state, a system is at the temprature and pressure of its environment in thermal and mechanical equilibrium, to increase and to decrease the properties change the phase of the substance. Molecules in the gas phase are at a cosiderably higher energy level than they are in the liquid or solid phases. Absorbing and releasing energy in event of evaporation and condensation process. More specifically, the amount of energy absorbed during melting is equivalent to the amount of energy released during freezing. Similarly, the amount of energy absorbed during evaporation is equivalent to the amount of energy released during condensation. The magnitudes of the latent heats depend on the temperature or pressure at which the phase change is occuring. On this study, to be prepared the device which is a miniature for evaporating and condensing water. At this device, throttling valve is a kind of flow-restricting device that cause a significant pressure drop in the fluid. The pressure and temperature of water fluid entering and exiting the expansion valve exist on the saturated states, it makes evaporation effectively occured. The fluid injected inside the vacuumed reactor through the expantion valve form liquid and gas particles. The water gas particles are condensed by refrigerator so that forms a droplet water. Finally, accumulation of water liquid and condensation formed by low pressure and temprature effects beneficial. In simulation, throttling devices and PLTU vapor power generation integrated which locates at the sea. Sea water used to cool in the condensor, thereafter, the sea water from the outlet of the condensor are throttled into the device. The result of the throttling device is cool water and destilation water. The cooled water is used to replace sea water for cooling the condensor increasing efficiency of the system. Besides, destilation produced is 117 ton/hour whereas it exceed necessary for the PLTU vapor cycle about 7 ton/hour.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S37359
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trisno Anggoro
"Tingginya konsumsi energi dari sistem tata udara di rumah sakit, khususnya ruang operasi, disebabkan adanya persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk memastikan kondisi lingkungan di dalam ruang operasi yang steril serta bersih bagi staf dan pasien. Oleh karena itu, perlu adanya langkah konservasi energi di bangunan rumah sakit dengan menerapkan metode dan peralatan yang dapat menurunkan konsumsi energi tanpa mengorbankan kenyamanan sekaligus meningkatkan kualitas udara yang bersih dan steril. Integrasi heat pipe dalam suatu sistem tata udara merupakan salah satu contoh aplikasi peningkatan efisiensi energi. Studi eksperimental dilakukan untuk menginvestigasi kinerja termal dari heat pipe sebagai alat penukar kalor (heat exchanger) atau yang umum disebut dengan heat pipe heat exchanger (HPHE).
Pada penelitian ini HPHE dirancang dan dibuat untuk me-recovery kalor di dalam udara yang keluar dari simulator ruangan. HPHE terdiri dari heat pipe jenis tubular dengan fluida kerja air yang disusun staggered hingga sebanyak 6 baris dengan ukuran menyesuaikan dimensi ducting (lebar 470 mm, tinggi 300 mm, tebal 20 mm) dan ditambahkan fins di sepanjang heat pipe tersebut. Dimensi heat pipe yang digunakan memiliki panjang 700 mm, diameter luar 13 mm, dan 30 fins terpasang di masing-masing heat pipe. Terdapat beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja HPHE.
Serangkaian eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari temperatur inlet udara di dalam ducting (30°C, 35°C, 40°C, 45°C), jumlah baris heat pipe (2 baris, 4 baris, 6 baris), dan kecepatan udara masuk (1 m/s, 1.5 m/s, 2 m/s). Hasilnya menunjukkan bahwa efektivitas HPHE mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan temperatur inlet udara. Efektivitas terbesar diperoleh ketika menggunakan 6 baris heat pipe dengan kecepatan aliran udara masuk 1 m/s dan temperatur inlet udara 45°C. Jika ruang operasi rumah sakit beroperasi selama 8 jam/hari dan 365 hari/tahun, maka penurunan konsumsi energi pada sistem tata udara rumah sakit, khususnya ruang operasi, dapat diketahui dari prediksi besarnya heat recovery yang mencapai 4.1 GJ/tahun.

The high-energy consumption of hospitals HVAC systems, particularly the operating room, due to the specific requirements that must be met to ensure the environmental conditions in the operating room are healthy, convenient, and safe for staff and patients. Therefore, energy conservation efforts are needed in the hospital by applying the method and device that can reduce electricity consumption without sacrificing comfort while improving air quality is clean and sterile. The use of heat pipes in an HVAC system is one example of the application of energyefficiency improvements. Experimental studies conducted to investigate the thermal performance of the heat pipe as a heat exchanger or commonly named a heat pipe heat exchanger (HPHE).
In this study, HPHE is designed to recover the heat of exhaust air from a room simulator. HPHE consists of a tubular heat pipe with water as a working fluid that is arranged staggered by up to six rows with sizes to fit ducting dimensions (width: 470 mm, height: 300 mm, thickness: 20 mm) and added fins along the heat pipe. The tubular heat pipe has a length of 700 mm, an outer diameter of 13 mm, and 30 fins mounted on each heat pipe. Several parameters affect performance HPHE.
A series of experiments was conducted to determine the effect of the inlet air temperature in the ducting (30°C, 35°C, 40°C, 45°C). Moreover, the influence of the number of heat pipe rows (two rows, four rows, six rows) and velocity air (1 m/s, 1.5 m/s, 2m/s) was also investigated. The results show that the effectiveness of HPHE increase in line with the rise in inlet air temperature. The highest effectiveness was obtained when using 6-row heat pipes with the inlet air velocity of 1 m/s and the inlet air temperature of 45°C. The reduction of energy consumption in HVAC system can be seen from the prediction annual heat recovery with 8 h/day and 365 days/year will be 4.1 GJ/yr.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ragil Sukarno
"Sistem pengkondisian udara (HVAC) mempunyai peranan yang sangat dominan dalam memberikan kenyamanan ruang bagi penghuninya. Namun kebutuhan energi untuk pengoperasiannya sangat tinggi, sehingga dibutuhkan sistem HVAC yang lebih efesien dengan konsumsi energi yang lebih rendah. Sistem energy recovery dengan menggunakan heat pipe merupakan cara yang sangat efektif dalam usaha penghematan energi dan mengurangi efek global warming. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan desain dan konfigurasi baru dari heat pipe heat exchanger (HPHE) sebagai media precooling dan media reheating pada sistem pengkondisian udara. Selain itu juga untuk mengembangkan sebuah korelasi karakteristik parameter desain dan parameter operasi HPHE terhadap efektifitas perpindahan kalor dan penghematan energi serta untuk mengetahui pengaruh penggunaan HPHE terhadap kinerja dari sistem pengkondisian udara dalam bentuk coefficient of performance (COP). Dari hasil eksperimen dan analisis kinerja akan dikembangkan sebuah aplikasi perangkat lunak atau software untuk mengevaluasi desain HPHE yang bisa digunakan untuk memprediksi efektifitas HPHE, suhu udara keluar setelah melewati sisi evaporator HPHE (precooling) dan potensi penghematan energi dari penggunaan sistem HVAC yang dilengkapi HPHE. Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. Untuk mengetahui karakteristik dan kinerja sistem HVAC yang dikombinasikan dengan HPHE dilakukan eksperimen dengan memvariasikan konfigurasi straigth heat pipe, U-shaped heat pipe, dan gabungan straigth dan U-shaped heat pipe. Straigth heat pipe divariasikan dalam 3, 6, dan 9 baris, dan terdiri dari 4 heat pipe per baris. Sedangkan pada U-shaped heat pipe divariasikan dalam 1 dan 2 baris, dan masing-msaing 8 heat pipe per baris. Straigth dan U-shaped heat pipe dilengkapi dengan sirip-sirip wavy fin untuk memperluas area perpindahan kalor. Eksperimen dikondisikan pada suhu udara masuk antara 30 – 45 oC dan kecepatan udara masuk 1,5 - 2,5 m/s. Analisis menggunakan metode ε-NTU juga dilakukan untuk memprediksi efektifitas, suhu keluar sisi evaporator, dan energy recovery HPHE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan straigth HPHE memberikan efek yang besar terhadap penurunan suhu di sisi evaporator HPHE atau precooling. Penurunan suhu udara segar yang masuk pada sisi evaporator HPHE paling tinggi adalah 9,1 oC dan penghematan energi maksimal adalah sebesar 567,3 W pada 0,080 m3/s. Penggunaan U-shaped HPHE memberikan dampak positif terhadap precooling dan reheating. Penurunan suhu udara segar paling tinggi sebesar 4,0 oC dan pada saat yang sama memberikan efek reheating paling tinggi sebesar 4,5 oC, menghasilkan penghematan energi precooling dan reheating paling tinggi masing-masing adalah sebesar 228,1 W, dan penurunan kelembaban relatif ruangan sebesar 21,1 % yang dicapai pada penggunaan 2 baris U-shaped HPHE. Hasil pengujian sistem energy recovery gabungan Straigth dan U-shaped HPHE memperlihatkan bahwa penambahan U-shaped HPHE untuk sistem energy recovery pada sistem HVAC memberikan pengaruh yang signifikan. Penurunan suhu total maksimal mencapai 10,7 oC dan penurunan kelembaban relatif mencapai maksimal 25,5 %. Pada pengujian yang dilakukan berdasarkan standar ruangan untuk ruang isolasi di rumah sakit, menunjukkan bahwa penerapan sistem energy recovery gabungan straigth dan U-shaped HPHE memberikan kombinasi yang paling baik, dimana memberikan penghematan energi yang signifikan, sekaligus memberikan pengaruh positif dalam usaha mencapai kondisi ruangan sesuai yang dipersyaratkan. Sistem HVAC yang dilengkapi dengan HPHE dapat meningkatkan efisiensi sistem HVAC dalam bentuk Coefficient of performance (COP), dimana penggunaan straigth HPHE dapat meningkatkan COP 6–55% dan penggunaan U-shaped HPHE 2 baris dapat meningkatkan COP 8 – 39 %. Dari hasil pengujian dan analisis bilangan tak berdimensi telah dihasilkan sebuah korelasi Sp number yang bisa digunakan untuk memprediksi tahanan thermal dari sebuah heat pipe tunggal. Selain itu juga telah dihasilkan sebuah persamaan ε-NTU terkoreksi yang bisa digunakan untuk memprediksi efektifitas HPHE, yang mana kedua persamaan ini akan sangat berguna untuk mengetahui kinerja sebuah heat pipe baik dalam tahap desain maupun tahap pengoperasian. Pengembangan software HPHE yang menggunakan metode ε-NTU terkoreksi juga memberikan hasil yang akurat, dimana tingkat kesesuaian suhu udara keluar evaporator secara prediksi dari software dan hasil eksperimen minimal sebesar 99 %. Sehingga, software ini dapat digunakan sebagai acuan awal untuk memprediksi kinerja suatu desain HPHE sebelum dilakukan tahap desain dan manufaktur.

Sistem pengkondisian udara (HVAC) mempunyai peranan yang sangat dominan dalam memberikan kenyamanan ruang bagi penghuninya. Namun kebutuhan energi untuk pengoperasiannya sangat tinggi, sehingga dibutuhkan sistem HVAC yang lebih efesien dengan konsumsi energi yang lebih rendah. Sistem energy recovery dengan menggunakan heat pipe merupakan cara yang sangat efektif dalam usaha penghematan energi dan mengurangi efek global warming. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan desain dan konfigurasi baru dari heat pipe heat exchanger (HPHE) sebagai media precooling dan media reheating pada sistem pengkondisian udara. Selain itu juga untuk mengembangkan sebuah korelasi karakteristik parameter desain dan parameter operasi HPHE terhadap efektifitas perpindahan kalor dan penghematan energi serta untuk mengetahui pengaruh penggunaan HPHE terhadap kinerja dari sistem pengkondisian udara dalam bentuk coefficient of performance (COP). Dari hasil eksperimen dan analisis kinerja akan dikembangkan sebuah aplikasi perangkat lunak atau software untuk mengevaluasi desain HPHE yang bisa digunakan untuk memprediksi efektifitas HPHE, suhu udara keluar setelah melewati sisi evaporator HPHE (precooling) dan potensi penghematan energi dari penggunaan sistem HVAC yang dilengkapi HPHE. Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimen. Untuk mengetahui karakteristik dan kinerja sistem HVAC yang dikombinasikan dengan HPHE dilakukan eksperimen dengan memvariasikan konfigurasi straigth heat pipe, U-shaped heat pipe, dan gabungan straigth dan U-shaped heat pipe. Straigth heat pipe divariasikan dalam 3, 6, dan 9 baris, dan terdiri dari 4 heat pipe per baris. Sedangkan pada U-shaped heat pipe divariasikan dalam 1 dan 2 baris, dan masing-msaing 8 heat pipe per baris. Straigth dan U-shaped heat pipe dilengkapi dengan sirip-sirip wavy fin untuk memperluas area perpindahan kalor. Eksperimen dikondisikan pada suhu udara masuk antara 30 – 45 oC dan kecepatan udara masuk 1,5 - 2,5 m/s. Analisis menggunakan metode ε-NTU juga dilakukan untuk memprediksi efektifitas, suhu keluar sisi evaporator, dan energy recovery HPHE. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan straigth HPHE memberikan efek yang besar terhadap penurunan suhu di sisi evaporator HPHE atau precooling. Penurunan suhu udara segar yang masuk pada sisi evaporator HPHE paling tinggi adalah 9,1 oC dan penghematan energi maksimal adalah sebesar 567,3 W pada 0,080 m3/s. Penggunaan U-shaped HPHE memberikan dampak positif terhadap precooling dan reheating. Penurunan suhu udara segar paling tinggi sebesar 4,0 oC dan pada saat yang sama memberikan efek reheating paling tinggi sebesar 4,5 oC, menghasilkan penghematan energi precooling dan reheating paling tinggi masing-masing adalah sebesar 228,1 W, dan penurunan kelembaban relatif ruangan sebesar 21,1 % yang dicapai pada penggunaan 2 baris U-shaped HPHE. Hasil pengujian sistem energy recovery gabungan Straigth dan U-shaped HPHE memperlihatkan bahwa penambahan U-shaped HPHE untuk sistem energy recovery pada sistem HVAC memberikan pengaruh yang signifikan. Penurunan suhu total maksimal mencapai 10,7 oC dan penurunan kelembaban relatif mencapai maksimal 25,5 %. Pada pengujian yang dilakukan berdasarkan standar ruangan untuk ruang isolasi di rumah sakit, menunjukkan bahwa penerapan sistem energy recovery gabungan straigth dan U-shaped HPHE memberikan kombinasi yang paling baik, dimana memberikan penghematan energi yang signifikan, sekaligus memberikan pengaruh positif dalam usaha mencapai kondisi ruangan sesuai yang dipersyaratkan. Sistem HVAC yang dilengkapi dengan HPHE dapat meningkatkan efisiensi sistem HVAC dalam bentuk Coefficient of performance (COP), dimana penggunaan straigth HPHE dapat meningkatkan COP 6–55% dan penggunaan U-shaped HPHE 2 baris dapat meningkatkan COP 8 – 39 %. Dari hasil pengujian dan analisis bilangan tak berdimensi telah dihasilkan sebuah korelasi Sp number yang bisa digunakan untuk memprediksi tahanan thermal dari sebuah heat pipe tunggal. Selain itu juga telah dihasilkan sebuah persamaan ε-NTU terkoreksi yang bisa digunakan untuk memprediksi efektifitas HPHE, yang mana kedua persamaan ini akan sangat berguna untuk mengetahui kinerja sebuah heat pipe baik dalam tahap desain maupun tahap pengoperasian. Pengembangan software HPHE yang menggunakan metode ε-NTU terkoreksi juga memberikan hasil yang akurat, dimana tingkat kesesuaian suhu udara keluar evaporator secara prediksi dari software dan hasil eksperimen minimal sebesar 99 %. Sehingga, software ini dapat digunakan sebagai acuan awal untuk memprediksi kinerja suatu desain HPHE sebelum dilakukan tahap desain dan manufaktur."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhan Aditya Wibowo
"Sistem HVAC pada office building berperan penting untuk menyediakan kenyamanan yang ideal bagi pengguna di dalamnya. Hal ini menyebabkan besarnya konsumsi energi di sektor perkantoran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas dan heat recovery dari penggunaan heat pipe heat exchanger dan return air. Volume return air yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 30% dan HPHE yang digunakan berjumlah dua modul yang terdiri dari 3 baris heat pipe per modul. Pada inlet evaporator dialiri udara dengan variasi temperatur: 30, 35, 40, dan 45°C, serta dengan kecepatan 1,0; 1,5; dan 2,0 m/s. Beban pada ruangan bervariasi 200 dan 300W. Hasil dari percobaan ini mendapatkan nilai efektifitas HPHE terbesar pada percobaan temperature udara masuk 45oC; vin 1m/s; vout 2m/s; dan beban ruangan 200W yaitu sebesar 0,403 atau 40,3%. Heat recovery HPHE terbesar didapatkan pada percobaan temperature udara masuk 45oC; vin 2m/s; vout 2m/s; dan beban ruangan 200W yaitu sebesar 398,720W. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan return air memengaruhi temperatur inlet evaporator.

HVAC systems in office buildings play an important role in providing ideal comfort for users in the building. This causes a large amount of energy consumption in the office sector. This study aims to determine the effectiveness and heat recovery from the use of heat pipe heat exchangers and return air. The return air volume used in this study was 30% and the HPHE used was two modules consisting of 3 lines of heat pipe per module. At the inlet of the evaporator, air flows with variations in temperature: 30, 35, 40, and 45°C, and with a speed of 1.0; 1.5; and 2.0 m/s. The load on the room varies between 200 and 300W. The results of this experiment get the greatest HPHE effectiveness value at the 45oC intake air temperature experiment; vin 1m/s; vout 2m/s; and 200W room load that is equal to 0.403 or 40.3%. The largest HPHE heat recovery was found in the 45oC intake air temperature experiment; vin 2m/s; vout 2m/s; and the room load is 200W, which is 398,720W. The results of the study indicate that the use of return water affects the inlet temperature of the evaporator."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kern, Donald Q.
London : McGraw-Hill, 1965
536.2 KER p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kern, Donald Q.
London: McGraw-Hill, 1983
536.2 KER p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Cao, Eduardo
New York: McGraw-Hill, 2010
660 CAO h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Wijayanto
"ABSTRAK
Proses enamelling yang ada di PT. Wijaya Karya Industri Energi adalah proses pelapisan bagian dalam tangki pemanas air dengan lapisan enamel yaitu sejenis lapisan keramik yang bertujuan untuk melindungi tangki dari korosi. Pada proses pelapisan ini, cairan kental enamel yang menempel pada tangki bagian dalam dipanaskan bersama-sama dalam tungku dengan suhu berkisar 780oC hingga 850oC yang bertujuan meleburkan enamel hingga membentuk ikatan yang kuat antara enamel dan besi.
Dengan prinsip konservasi energi, gas buang yang dihasilkan dari pembakaran masih mempunyai energi kalor yang tinggi dan bisa dimanfaatkan kembali sebagai preheating dengan metode Flue Gas Recirculating (FGR). Energi kalor dari gas buang tersebut diinjeksikan kembali ke dalam tungku dan diharapkan akan mengurangi pemakaian bahan bakar gas alam. Tujuan yang ingin dicapai pada tesis ini adalah untuk mendapatkan manfaat dari sejumlah bahan bakar gas alam yang bisa dihemat penggunaannya yang pada akhirnya akan mengurangi biaya produksi khususnya energi yang digunakan.
Sebagai kesimpulannya, metode pengontrol partikel debu yang tepat bila dibandingkan dengan penghematan biaya yang didapatkan adalah cyclone karena nilai NPV-nya lebih besar dari nol dan nilai IRR-nya lebih besar dari MARR yang diasumsikan 6,75%

ABSTRACT
Enamelling process in PT. Wijaya Karya Industri Energi is the process of inside coating of the water heater tank with enamel material that is kind of a ceramic material to prevent the tank from corrosion. At this coating process, a viscous liquid of enamel attach the inside of the tank are fired together in a furnace with the rank of temperatures from 780oC to 850° C that have aims to melt the enamel to produces a strong bond between the enamel and iron.
With the principle of energy conservation, the flue gas that produced from burning still have a high calorific energy and can be used again as preheating with methode named Flue Gas Recirculating (FGR) . This calorific energy will be reinjected into furnace and hoped will reduce the consumption of natural gas. The aim of this thesis is to obtain benefit from amount of natural gas that can be saved and finally will reduce production cost especially natural gas consumption.
As the conclusion, the precise of methode for dust controlling if compared with saving cost is cyclone because its NPV is greater than zero and its IRR is greater than assumed MARR approximately 6,75%."
2016
T44757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>