Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157441 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Butet Agustarika
"ABSTRAK
Prevalensi gangguan mental emosional di Propinsi Papua Barat sebesar 13,2%, diantaranya adalah ansietas. Asuhan keperawatan jiwa bagi klien gangguan fisik yang mengalami ansietas belum berjalan optimal, 75% klien dengan gangguan fisik yang dirawat di RSUD Kabupaten Sorong mengalami ansietas. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh terapi thought stopping terhadap ansietas klien dengan gangguan fisik di RSUD Kabupaten Sorong. Desain yang digunakan ”Quasi experimental pre-post test with control group”. Penetapan sampel dengan random permutasi sebanyak 86 klien. Ansietas klien diukur menggunakan kuesioner dan lembar observasi, dianalisis menggunakan distribusi frekuensi, independent-t test, paired-t test dan regresi linier ganda. Terapi Thought Stopping dilakukan dengan melatih klien memutuskan pikiran yang mengganggu dengan mengatakan “stop”yang dilakukan dalam tiga sesi selama 3-5 hari untuk setiap klien. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan ansietas secara bermakna pada klien yang mendapatkan terapi Thought Stopping (p-value<0,05) yang meliputi respon fisiologis, kognitif, perilaku dan emosi. Pada perempuan penurunan ansietas lebih tinggi secara bermakna dibandingkan pada pria. Klien yang mendapatkan terapi Thought Stopping mengalami penurunan ansietas lebih tinggi secara bermakna dibandingkan klien yang tidak mendapatkan terapi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Dombeck yang menyatakan bahwa tindakan konfrontasi terhadap pikiran yang mengganggu dalam terapi Thought Stopping sangat membantu secara nyata menurunkan ansiatas. Terapi Thought Stopping dapat dilakukan di rumah sakit umum untuk mengurangi ansietas klien. Untuk itu perlu dikembangkan CLPN (Consultant Psychiatric Liaison Nursing) di rumah sakit umum agar terapi Thought Stopping dapat dijalankan untuk mengatasi ansietas klien dengan gangguan fisik.

ABSTRACT
Prevalence of psychiatric mood disorders in West Papua 13,2%, that several of them had anxiety. Psychiatric nursing care to the client with the psysical and psycosocial illness was not implemented optionally. 75% client with physical illness in Sorong general hospital had anxiety. The research aim was gathering data of the effect of thought stopping theraphy to the client anxiety who suffer physical illness in Sorong general hospital. The design was “Quasi experimental pre-post-test with control group”. The sample determine by permutation random, they were 86 clients. The anxiety was measure by questioner and observation sheet and analized by frequency distribution, independent t test, paired t test and multiple regression linear. In thought stopping theraphy, the anxiety client interrupted their negative or stressor thought and say “stop”. They followed this teraphy in three session. The result showed that the client anxiety reduced significantly (p value < 0,05) that include physical, cognitive, behavior and emotion response. The female client have anxiety decrease higher than the male client. Intervention group was more reduced than control group significantly. That similar with Dombeck research that confrontation act to stress mind in thought stopping theraphy can help for reduced anxiety. Thought stopping theraphy can implemented in general hospital to reduced anxiety. Recommended for increased psychiatric nursing care for suffer psysical client that anxiety with build CLPN (Consultan Liaison Psychiatric Nursing) in general hospital. "
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Atun Wahyuningsih
"Ansietas adalah perasaan samar tentang ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai respon otomatis, sebuah perasaan takut akan menyebabkan antisipasi terhadap bahaya NANDA 2012 (Herdman, 2012). Pemberian terapi thought stopping, relaksasi progresif dan psikoedukasi dapat menurunkan ansietas. Thought stopping merupakan terapi yang dapat diberikan pada klien dengan perilaku kekerasan (Boyd & Nihart, 1996).
Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan manajemen asuhan keperawatan klien ansietas dengan pendekatan model adaptasi Roy. Penerapan terapi thought stopping, relaksasi progresif dan psikoedukasi dilakukan pada 56 klien di ruang Melati Bawah dan Kebidanan 3 pada kurun waktu 20 Pebruari -20 April 2012.
Hasil terapi thought stopping, relaksasi progresif dan psikoedukasi sangat efektif pada 56 klien dengan menunjukkan penurunan skala ansietas. Pemberian paket terapi juga menunjukkan efektif untuk klien dan keluarga selain mampu mengatasi pikiran negative dan mampu mengontrol emosi secara mandiri.

Anxiety is a vague feeling of discomfort or dread accompanied by an automatic response to a feeling of fear which will lead to the anticipation of danger NANDA 2012 (Herdman, 2012). Stopping thought therapy, progressive relaxation and psychoeducation can reduce anxiety. Thought stopping is a therapy that can be given to the client with violent behavior (Boyd & Nihart, 1996).
The aim of this final scientific pappers is to describe the nursing care management on anxiety clients by approaching Roy adaptation model. Therapeutic application of thought stopping, progressive relaxation and psychoeducation were conducted on 56 clients in the Melati Bawah and Kebidanan 3 during the period 20 February - 20 April 2012.
The results of thought stopping therapy, progressive relaxation and psychoeducation is very effective on 56 clients with a demonstrated anxiety scale reduction. The therapy package is also demonstrated effectively for clients and families, which are able to overcome negative thoughts and control emotions independently.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Supriati
"Thought stopping pada penelitian sebelumnya efektif terhadap ansietas tetapi belum optimal menurunkan respon fisiologis ansietas. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pengaruh terapi thought stopping dan progressive muscle relaxation terhadap ansietas klien dengan gangguan fisik. Metode penelitian adalah quasi experimental pre-post test with control group. Penelitian dilakukan pada 56 klien yaitu 28 kelompok intervensi mendapat thought stopping dan progressive muscle relaxation dan 28 kelompok kontrol hanya mendapat thought stopping.
Hasil menunjukan ansietas klien yang mendapat thought stopping dan progressive muscle relaxation menurun dari ansietas sedang ke ansietas ringan sedangkan yang mendapat thought stopping menurun tetapi tetap berada pada ansietas sedang. Thought stopping dan progressive muscle relaxation menurunkan respon fisiologis, kognitif, perilaku dan emosi secara bermakna (p value<0,05).

Thought stopping dan progressive muscle relaxation direkomendasikan unruk penanganan ansietas di tahanan rumah sakit umum dan masyarakat. Previous research had showed that thought stopping decreased anxiety but not yet optimal in physiological responses of anxiety. This study aims to determine the influence of thought stopping and progressive muscle relaxation on anxiety of physical disorder patient. This study used quasi experimental design with pre test-post test control group. Total population were 56 patients that divided into two group. They were 28 patients as control group that received thought stopping and 28 patients as intervention group received combination thought stopping and progressive muscle relaxation.
Result showed anxiety in intervention group decreased from moderate anxiety to mild anxiety and control group decreased still in moderate anxiety. Thought stopping and progressive muscle relaxation decreased physiologic, cognitive, behavior and emotional responses of anxiety significantly (p-value<0,05). The combination of this therapy was recommended as therapy to solve the anxiety at general hospital and community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28409
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anjas Surtiningrum
"Ansietas dan Gangguan Citra Tubuh merupakan diagnosis keperawatan psikososial yang sering ditemukan pada klien gangguan fisik yang dirawat di rumah sakit. 100% klien yang dikelola oleh penulis mengalami ansietas, sedangkan klien gangguan citra tubuh sebesar 51.47%.
Tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah diketahuinya hasil terapi spesialis pada klien ansietas dan gangguan citra tubuh terhadap kemampuan klien dalam mengatasi ansietas dan gangguan citra tubuh, melalui pendekatan model Hildegard Peplau. Metode penulisan karya ilmiah ini menggunakan studi serial kasus dengan kombinasi tiga terapi spesialis.
Hasil pelaksanaan terapi kognitif dikombinasikan dengan thougth stopping dan relaksasi progresif menunjukkan bahwa tanda dan gejala ansietas dan gangguan citra tubuh pada klien sebagian besar mengalami penurunan. Kemampuan klien dan keluarga untuk mengatasi ansietas dan gangguan citra tubuh mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil ini perlu direkomendasikan bahwa terapi kognitif, thought stopping dan relaksasi progresif dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa dan perlu disosialisasikan pada tatanan pelayanan kesehatan di rumah sakit umum.

Anxiety and body image disturbance are nursing diagnosis that found frequently in physical disorder clients that nursed at general hospital. 100% that nursed by writer had anxiety, while 51.47% had body image disturbance.
The aims of this report was to show the effect of specialist therapy to anxiety and body disturbance client’s abilty to solve problems. This report used serial case study method using three specialist therapy combination.
The results of the implementation of cognitive therapy combined with progressive relaxation, thougth stopping and show that the signs and symptoms of anxiety and body image disturbance in the majority of clients has decreased. While the ability of clients and families to cope with anxiety and body image disorders has increased.
Based on therapies applied (cognitive therapy, thought stopping, and progressive relaxation), it could be recommended as a standariezed of mental nursing spesialist therapy and need to socialized on all public healthy services primary on general hospital.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Laili Nur Hidayati
"Klien dengan penyakit fisik cenderung mengalami ansietas dan kondisi tersebut dapat memperburuk kondisi fisiknya. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk mengetahui hasil penerapan terapi penghentian pikiran, relaksasi otot progresif, terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga terhadap respons ansietas klien. Responden sejumlah 71 klien ansietas dengan penyakit fisik, terdiri dari 36 klien mendapatkan paket pertama yaitu tindakan ners dan ners spesialis (terapi penghentian pikiran, relaksasi otot progresif dan psikoedukasi keluarga) serta 35 klien mendapatkan paket kedua yaitu tindakan ners dan ners spesialis (terapi kognitif dan psikoedukasi keluarga).
Analisis dilakukan terhadap tanda dan gejala dan kemampuan klien dan keluarga sebelum dan sesudah dilakukan tindakan keperawatan. Hasil penerapan tindakan paket pertama dan paket kedua menunjukkan penurunan tanda gejala ansietas secara bermakna pada semua respons, kedua paket tidak ada perbedaan signifikan. Kedua paket tindakan ini direkomendasikan untuk mengatasi ansietas pada klien.

Clients with physical illness tend to experience anxiety and the condition can worsen their physical condition. The aim of this study was to determine the result of the implementation of the thought stopping therapy, progressive muscle relaxation therapy, cognitive therapy and family psychoeducation for client with anxiety. A total of 71 anxiety clients with physical illness participated in this study, from which 36 clients received the first intervention: general nurses and nurse specialists intervention (thought stopping therapy, progressive muscle relaxation and family psychoeducation) and 35 clients received the second intervention: general nurses and nurse specialists intervention (cognitive therapy and family psychoeducation).
The analysis was conducted on the signs and symptoms of anxiety clients and the ability of clients and families before and after the nursing intervention. The results of the first and second of nursing intervention showed a decrease in signs and symptoms of anxiety on all the responses and the increased capacity of clients and families in overcoming anxiety. There was no significant difference from giving the first and second intervention in the reduction of the signs and symptoms of anxiety. This intervention, therefore, is recommended to overcome anxiety in clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Banon
"Ansietas adalah suatu keadaan yang ditandai oleh rasa takut dan khawatir yang tidak didukung dengan situasi disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan saraf autonomik, hal ini merupakan respons normal terhadap situasi yang mengancam dan dapat menjadi faktor motivasi yang positif dalam kehidupan seseorang (Kaplan, 1998; Varcarolis, 2000; Videbeck, 2008). Ansietas dapat diturunkan dengan pemberian terapi relaksasi progresif, thought stopping, cognitive behavioral therapy dan psikoedukasi keluarga.
Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan penatalaksanaan asuhan keperawatan dengan pendekatan model hubungan interpersonal Peplau. Kegiatan asuhan keperawatan dilakukan pada 54 klien di Dahlia Bawah dan Anggrek Bawah RSUP Persahabatan pada kurun waktu 20 Pebruari-20 April 2012.
Hasil pemberian terapi relaksasi progesif efektif pada 53 klien (98.1%), terapi thought stopping efektif pada 54 klien (100%), cognitive behavioral therapy pada 51 klien (94.5%), dan psikoedukasi keluarga pada 15 keluarga (27.8%) dalam menurunkan ansietas klien. Berdasarkan hasil di atas direkomendasikan bahwa keempat terapi tersebut dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa dan perlu disosialisasikan pada tatanan pelayanan kesehatan umum.

Anxiety is a state characterized by fear and worry are not supported with somatic symptoms accompanied by a situation that indicates an excessive activity of the arrangement of nerve autonomik, this is a normal response to situations which threaten motivation and can become a positive factor in a person’s life (Kaplan, 1998; Varcarolis, 2000; Videbeck, 2008). Anxiety can be derived by administering a progressive relaxation therapy, thought stopping, cognitive behavioral therapy and family psychoeducation.
The purpose of writing this scientific paper is to described how to managed nursing model approach by Peplau interpersonal relationships. Activities carried out on 54 clients at Dahlia Bawah and Anggrek Bawah RSUP Persahabatan in the period 20 February until 20 April 2012.
The result of progressive relaxation therapy effective in 53 clients (98.1%), thought stopping therapy is effective at 54 clients (100%), cognitive behavioral therapy on 51 clients (94.5%) and family psychoeducation effective in 15 familys (27.8%), in reducing anxiety clients. Based on the result above recommended that four of the therapy could become standard for mental health nursing specialist therapy and also need to be socialized of public health service.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Supriadi
"Kecemasan merupakan masalah psikologis yang sering muncul pada penyakit jantung terutama pada pasien dengan sindrom koroner akut. Fokus intervensi pada pasien dengan SKA seharusnya tidak hanya pada pengobatan atau mengatasi gangguan fisik saja akan tetapi harus mempertimbangkan juga aspek psikologisnya. Salah satu penanganannya dengan menggunakan terapi murotal Al-Quran.
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh intervensi terapi murotal Al-Quran terhadap kecemasan pada pasien dengan SKA. Desain penelitian menggunakan quasy experiment pre-post test dengan grup kontrol. eknik pengambilan sampel dengan cara consecutive sampling yang terdiri dari 15 responden sebagai kelompok intervensi dan 15 responden sebagai kelompok kontrol. Terapi murotal Al-Quran diberikan dengan durasi selama 30 menit.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan rata-rata skor kecemasan yang signifikan setelah mendapat terapi murotal Al-Quran antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Perbedaan rata-rata kecemasan pada kelompok intervensi lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kesimpulannya, terapi murotal Al-Quran secara signifikan dapat menurunkan kecemasan pada pasien dengan SKA. Disarankan agar terapi murotal Al-Quran diterapkan sebagai bagian dari intervensi keperawatan dalam menangani pasien SKA yang mengalami kecemasan.

Anxiety is a psychological problem that often appears in cardiac disease, specially in patient with acute coronary syndrome. Intervention focus on patients with ACS should not only on treatment of or overcoming physical disorder, but should also consider the psychological aspect. One of the treatment is using Murotal Al-Quran therapy.
The aim of this research is to identify the influence of intervention of murotal Al-Quran therapy on the anxiety of patient with ACS. The research used a quasy experiment pre-post test with control group. The sample was collected using a consecutive sampling, fifteen respondents was assigned for the intervention group and fifteen respondents was assigned for the control group. A therapy of murotal Al-Quran was implemented for 30 minutes.
The result showed that there is a significant difference in average score of anxiety after having the murotal Al-Quran therapy between the intervention group and the control group. The difference in average score of anxiety on the intervention group is higher than the control group. The conclusion, murotal Al-Quran therapy is significantly decrease the anxiety of patients with ACS. It is suggested that murotal Al-Quran therapy is implemented as part of nursing intervention in taking care of patient with ACS who experience anxiety.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khaerul Nisa
"Tidur merupakan kebutuhan dasar agar tubuh dapat berfungsi dengan baik. Remaja merupakan salah satu kelompok umur yang sering mengalami masalah kualitas tidur buruk. Remaja rentan mengalami masalah kualitas tidur yang buruk karena penyesuaian berbagai faktor dan gaya hidup. Kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan munculnya risiko kesehatan baik fisik dan psikis serta terganggunya perkembangan kognitif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran kualitas tidur dan hubungannya dengan durasi tatap layar, kecemasan, aktivitas fisik, dan kebiasaan tidur pada remaja di SMA Negeri 1 Kebumen tahun 2024. Studi ini menggunakan desain cross-sectional dengan responden sebanyak 304 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 53,6% responden memiliki kualitas tidur yang baik. Analisis bivariat yang dilakukan memperlihatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan (p-value < 0,001) dengan nilai OR 8,971 dan kebiasaan tidur (p-value < 0,001) dengan nilai OR 3,24 dengan kualitas tidur remaja. Kemudian dari analisis bivariat juga memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara durasi tatap layar dan aktivitas fisik dengan kualitas tidur remaja (p-value>0,05). Intervensi mengenai tips mengontrol kecemasan dan edukasi terkait kebiasaan tidur yang baik diharapkan dapat diterapkan di sekolah untuk meningkat kualitas tidur remaja.

Sleep is a basic need for the body to function properly. Adolescents are one of the age groups that often experience poor sleep quality problems. Adolescents are susceptible to poor sleep quality problems due to adjustments to various factors and lifestyles. Poor sleep quality can lead to physical and psychological health risks and disrupt cognitive development. This study was conducted to determine the picture of sleep quality and its relationship with screen time, anxiety, physical activity, and sleep hygiene in adolescents at SMA Negeri 1 Kebumen in 2024. This study used a cross-sectional design with 304 students as respondents. The results showed that 53,6% of respondents had good sleep quality. The bivariate analysis showed that there was a significant relationship between anxiety (p-value <0.001) with an OR value of 8.971 and sleep hygiene (p-value <0.001) with an OR value of 3.24 with adolescent sleep quality. Then the bivariate analysis also showed that there was no significant relationship between screen time and physical activity with adolescent sleep quality (p-value>0.05). Interventions regarding tips for controlling anxiety and education regarding good sleep hygiene are expected to be implemented in schools to improve the quality of adolescent sleep.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Nur Hidayah
"Kecemasan pada remaja dapat membawa remaja pada perilaku menyimpang dan gangguan kesehatan. Aktivitas fisik dapat mengalihkan kecemasan dengan menjadikan suasana hati menjadi lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya hubungan antara aktivitas fisik remaja dan tingkat kecemasan yang mereka alami. Pengukuran aktivitas fisik dilakukan menggunakan instrumen International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan Hamilton Anxiety Rating Scale for Anxiety (HARS).
Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan tipe deskriptif korelatif dan pendekatan cross sectional terhadap100 remaja SMA kelas X dan XI yang dipilih dengan quota sampling. Data dianalisis dengan uji chi square.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara aktivitas fisik dan tingkat kecemasan (p=0,222;α=0,1). Kecemasan sedang berat lebih banyak dialami oleh remaja perempuan (p=0,417; CI: 95%). Peran bimbingan dan konseling di sekolah perlu ditingkatkan untuk membangun koping remaja dalam menurunkan kecemasan.

Anxiety among adolescent could lead to negative behavior and caused many health problems. Physical activity could distract the anxiety by enhancing the mood. The purpose of the study was to identify the correlation between physical activity and anxiety level of adolescent.
This study used cross sectional design and descriptive method with data accumulated by questionnaire given to 100 high school students grade X and XI were selected by quota sampling and analyzed by chi square test. International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) was used to measure activity level and Hamilton Anxiety Rating Scale for Anxiety (HARS) was used to measure anxiety level.
Based on correlation analysis, there were not significant correlation among anxiety level with physical activity (p= 0, 222, α= 0,1). Moderate to severe level of anxiety were more prevalent in girl adolescent (p=0,417; CI: 95%). Guidance and counseling in schools need to be improved to build positive coping to reduce anxiety.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Dwi Heryani
"Latar Belakang: Gangguan ansietas di tempat kerja merupakan masalah yang serius. Secara global, sebanyak 14,9% atau 264 juta orang menderita gangguan ansietas. Mental health foundation di UK melaporkan adanya kejadian ansietas di tempat kerja sebanyak 12,8%. Ansietas di tempat kerja akan berdampak pada penurunan kemampuan kerja dan memperbanyak cuti sehingga diperlukan untuk mengetahui faktor penyebab ansietas di tempat kerja. Salah satu tantangan manajemen sumber daya manusia di abad ke-21 adalah masalah keseimbangan kehidupan kerja dan pekerjaan sedentari. Beberapa penelitian di dunia menunjukan bahwa pekerjaan sedentari dan keseimbangan kehidupan kerja berpengaruh pada kejadian ansietas di tempat kerja Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitis observasional dengan potong lintang untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan sedentari dan keseimbangan kehidupan kerja terhadap ansietas di tempat kerja dengan menggunakan 6 Item Parker dari Job Stress Scale, International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF) untuk menilai pekerjaan sedentari, dan kuesioner keseimbangan kerja adaptasi dari Fisher dkk (2009) yang telah tervalidasi. Besar sampel minimal pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus perbandingan dua proporsi yaitu sebesar 109 sampel.  Hasil: Sebanyak 117 pekerja masuk ke dalam kriteria inklusi dan diikutsertakan dalam peneltian. Hasil memperlihatkan sebanyak 23 responden (19,7%) mengalami ansietas di tempat kerja kategori tinggi. Nilai rata-rata skala ansietas di tempat kerja yaitu 16,07 dengan nilai standar deviasi sebesar 4,647, sedangkan nilai rata-rata skala keseimbangan kehidupan kerja yaitu 46,83 dengan standar deviasi 8,815. Pekerja yang memiliki keseimbangan kehidupan kerja dimensi WIPL yang tinggi, yaitu pekerja yang merasa pekerjaan mengganggu kehidupan pribadinya memiliki risiko 3,16 kali lebih tinggi untuk mengalami ansietas di tempat kerja  (IK 1,19-8,38) dan dimensi PLIW yang tinggi, yaitu pekerja yang merasa kehidupan pribadi mengganggu pekerjaannya memiliki risiko 4,86 kali lebih tinggi untuk mengalami ansietas di tempat kerja (IK 1,84-12,85). Tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan sedentari dan ansietas di tempat kerja. Kesimpulan: Terdapat hubungan dimensi WIPL dan PLIW terhadap ansietas di tempat kerja. Hal ini dikarenakan adanya peran ganda dalam pekerjaan dan kehidupan pribadi sehingga menyebabkan terjadinya ansietas di tempat kerja. 

Background: Anxiety disorders have a prevalence rate of 14.9% among the worldwide population, whereas the Indonesian population has a prevalence rate of 6.1%. The mental health foundation in the UK reports that the incidence of anxiety in the workplace is 12.8%. An inadequate equilibrium between work and personal life has the potential to give rise to mental health conditions, such as workplace anxiety. The presence of workplace anxiety has been shown to have detrimental effects on productivity, as well as an increase in sick leave and financial costs for the company in question. The primary objective of this research is to examine the correlation between work-life balance and workplace anxiety within the context of Indonesia. Methods: This study is an observational analytical study with a cross-sectional design to determine the relationship between sedentary work and work-life balance on work anixety using the 6 items Parker from Job Stress Scale, International Physical Activity Questionnaire Short Form (IPAQ-SF) questionnaire to assess sedentary work, and the adaptive work balance questionnaire from Fisher et al. (2009) which has been validated. The sample size in this study was calculated using the ratio of two proportions, namely 109 samples. Results: A total of 117 workers met the inclusion criteria and were included in the study. The results showed that 23 respondents (19,7%) experienced severe anxiety at work. The average value of the work  anxiety scale is 16.07 with a standard deviation value of 4.647, while the average value of the work-life balance scale is 46.83 with a standard deviation of 8.815. Workers who have a high work-life balance on the WIPL dimension who feel that work interferes with their personal life, have a 3.16 times higher risk of experiencing work anxiety (CI 1.19-8.38) and a high PLIW dimension, who feel that their personal life interferes with their work have a 4.86 times higher risk of experiencing work anxiety (CI 1.84-12.85). There is no significant relationship between sedentary work and work anxiety. Conclusion: There is a relationship between WIPL and PLIW dimensions on anxiety at work. This is due to the dual roles in work and personal life, causing work anxiety."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>