Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120319 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat
Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (LTBPTB-
BPPT)-Serpong. Penelitian bertujuan mengetahui kemampuan delapan
isolat bakteri dari limbah kulit udang asal Palembang dalam memproduksi
enzim kitinolitik, serta menentukan suhu dan pH optimum untuk produksi
enzim dari satu isolat terpilih. Pengujian aktivitas kualitatif enzim ditentukan
dengan nilai indeks kitinolitik dan aktivitas kuantitatif enzim ditentukan
dengan mengukur kemampuan enzim dalam menghidrolisis kitin menjadi
N-asetilglukosamin. Semua isolat uji menunjukkan adanya zona bening dan
indeks kitinolitik tertinggi ditunjukkan oleh isolat C15 dengan nilai 1,73. Tujuh
isolat bakteri, C4, C6, C8, C12, C14, C15, dan D10 menunjukkan produksi
enzim yang fluktuatif, kecuali isolat D6. Isolat D6 dipilih untuk penentuan
suhu dan pH optimum dalam produksi enzim kitinolitik. Pengamatan produksi
enzim kitinolitik isolat D6 dengan variasi suhu dan pH menunjukkan bahwa
produksi enzim tertinggi pada suhu 30o C dan pH 7 (0,0643 U/mg; 0,0032
U/ml)."
Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisda Apriani
"Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (LTBPTB- BPPT)-Serpong. Penelitian bertujuan mengetahui kemampuan delapan isolat bakteri dari limbah kulit udang asal Palembang dalam memproduksi enzim kitinolitik, serta menentukan suhu dan pH optimum untuk produksi enzim dari satu isolat terpilih. Pengujian aktivitas kualitatif enzim ditentukan dengan nilai indeks kitinolitik dan aktivitas kuantitatif enzim ditentukan dengan mengukur kemampuan enzim dalam menghidrolisis kitin menjadi N-asetilglukosamin. Semua isolat uji menunjukkan adanya zona bening dan indeks kitinolitik tertinggi ditunjukkan oleh isolat C15 dengan nilai 1,73. Tujuh isolat bakteri, C4, C6, C8, C12, C14, C15, dan D10 menunjukkan produksi enzim yang fluktuatif, kecuali isolat D6. Isolat D6 dipilih untuk penentuan suhu dan pH optimum dalam produksi enzim kitinolitik. Pengamatan produksi enzim kitinolitik isolat D6 dengan variasi suhu dan pH menunjukkan bahwa produksi enzim tertinggi pada suhu 30o C dan pH 7 (0,0643 U/mg; 0,0032 U/ml)."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S31531
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian isolasi dan seleksi bakteri termofilik
penghasil xilanase dari sumber air panas di desa Batukuya, Kabupaten
Serang, Propinsi Banten. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi
Bioindustri (LTB), BPP Teknologi, Serpong. Penelitian bertujuan
memperoleh isolat bakteri termofilik yang manghasilkan xilanase termostabil
dan mengetahui konsentrasi substrat dan pH optimum produksi xilanase dari
isolat bakteri tersebut. Isolasi diawali dengan regenerasi sampel yang telah
disimpan selama 18 bulan pada suhu -85° C menggunakan medium cair
LB+xilosa. Isolasi, purifikasi dan penghitungan indeks aktivitas xilanase
dilakukan pada medium padat LB+xilan (oat spelt). Isolat yang diperoleh
dihitung indeks aktivitas xilanolitiknya (IAX) dengan cara mengukur diameter
koloni dan diameter zona bening. Produksi xilanase dilakukan selama 24
jam; suhu 55° C; 150 rpm menggunakan medium cair LB + xilan dengan
variasi konsentrasi substrat 0,2%; 0,35%; 0,5%; 0,65% dan 0,8% (g/ml) dan
variasi pH 5, 6, 7, 8 dan 9. Enzim kasar yang diperoleh dihitung aktivitas,
kadar protein dan aktivitas spesifiknya. Hasil yang diperoleh hanya satu
isolat, yaitu isolat Bky/9/4a yang memiliki rerata IAX sebesar 3,09. Isolat
Bky/9/4a mencapai aktivitas xilanase dan aktivitas spesifik optimum pada
masa inkubasi 16 jam, sedangkan kadar protein relatif tetap selama masa
inkubasi. Produksi xilanase dengan variasi konsentrasi substrat mencapai aktivitas optimum pada konsentrasi 0,5% (8,85 U/ml), sedangkan produksi
xilanase dengan variasi pH mencapai aktivitas tertinggi pada pH 6 (16,64
U/ml). Hasil analisis statistik ANOVA pada α=0,05 menunjukkan bahwa
variasi konsentrasi substrat dan pH yang diuji tidak berpengaruh terhadap
aktivitas xilanase dan kadar protein."
Universitas Indonesia, 2007
S31435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibowo Mangunwardoyo
"Enam isolat bekteri pembentuk histamin telah ditapis untuk melihat kemampuannya menghasilkan histamin pada medium Niven termodifikasi. Hasil penapisan menunjukkan ke enam isolat mampu menghasilkan histamin dengan ditandai terjadinya perubahan warna merah jambu/pink pada medium. Produksi histamin ke enam isolat pada medium Niven cair diukur menggunakan metoda Hardy & Smith. Hasil uji menunjukkan ke enam isolat menghasilkan histamin pada medium cair sebanyak 92,35 - 305,49 mg/100 ml medium. Dari enam isolat tersebut, Enterobacter spp. menghasilkan aktivitas tertinggi (305,49 mg/100 ml). Medium sintetik digunakan untuk mempelajari pola pertumbuhan dan waktu optimum produksi enzim HDC pada Enterobacter spp and Morganella morganii (kontrol). Hasilnya menunjukkan bahwa untuk kedua jenis bakteri tersebut, jam ke 8 merupakan waktu optimum untuk memproduksi enzim.

Selection and test of L-histidine decarboxylase enzyme activity of six isolates of histamine forming bacteria. Six isolates of histamine forming bacteria were screened to see the degree of ability in producing histamine on modified Niven?s medium. The result showed that the six bacteria were able to produce histamine by giving a pinkish color on the medium, which could be used as a preliminary identification of histamine-forming bacteria (HFB). The isolates were grown in liquid modified Niven medium to measure the production of histamine. The histamine produced were determined by Hardy and Smith method. The result showed that all of the isolates produced high level of histamine (92.35 - 305.49 mg/100 ml of the medium). From all of them, Enterobacter spp. produced the highest level of histamine (305.49 mg/100 ml). A synthetic medium was used to measure the growth pattern and optimum time required by Enterobacter spp and Morganella morganii (as control bacteria) to produce the L-histidine decarboxylase enzyme (HDC) which is responsible for histamine production. The result showed that for both bacteria, the optimum enzim production was 8 hours after incubation."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Chandra Paska Bakti
"ABSTRAK
Bioetanol generasi kedua merupakan salah satu solusi energi alternatif yang tidak
memiliki efek samping dalam pemanfaatan bahan bakunya. Saat ini meskipun
Indonesia memiliki bahan baku pembuatan etanol yang melimpah, proses
produksi etanol generasi kedua masih terhambat oleh ketidaktersediaan enzim
dalam proses penguraian lignoselulosa menjadi sakarida yang dapat diolah
melalui fermentasi menjadi etanol. Selulase merupakan salah satu enzim yang
dapat digunakan untuk proses tersebut. Enzim tersebut diketahui dapat dihasilkan
oleh bakteri Bacillus sp. dalam submerged fermentation. Dalam penelitian ini
dilakukan evaluasi produksi selulase oleh Bacillus sp. BPPT CC RK2 pada
substrat alami (dedak padi dan air kelapa) dengan cara mencari nilai kondisi
produksi optimum selulase pada skala laboratorium 50 ml. Optimasi dilakukan
menggunakan response surface methodology. Kondisi yang dioptimasi adalah pH
dan suhu. Nilai kondisi optimasi model RSM adalah 6.23 untuk pH dan 40.04°C
untuk suhu. Sedangkan kondisi optimasi saat percobaan RSM adalah pH 7.0 dan
37°C. Pengaruh dan interaksi variabel yang diuji terhadap aktivitas selulase
dilaporkan pada penelitian ini.

ABSTRACT
Second-generation bioethanol is one of the alternative energy solutions that do not
have any side effects in the utilization of raw materials. Currently though
Indonesia has a raw material for making ethanol in abundance, the secondgeneration
ethanol production process is still hampered by the unavailability of an
enzyme in the process of decomposition of lignocellulose into saccharides that
can be processed through fermentation into ethanol. Cellulase enzymes is one that
can be used for the process. This enzyme is known to be produced by the
bacterium Bacillus sp. in submerged fermentation. In this study, the cellulase
production by Bacillus sp. CC BPPT RK2 on natural substrates (rice bran and
coconut water) by searching the optimum conditions for cellulase production on a
laboratory scale 50 ml, was evaluated. Optimization carried out using response
surface methodology. Optimized conditions are pH and temperature. RSM
optimization model state values for pH is 6.23 and 40.04°C for temperature.
While the current experimental conditions RSM optimization were pH 7.0 and
37°C. The influence and interaction variables were tested against the cellulase
activity reported in this study.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43738
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyanto
"ABSTRAK
Protease asam yang dihasilkan oleh kapang memiliki peranan penting dalam industri pangan dan farmasi. Rhizopus spp. merupakan salah satu jenis kapang yang memiliki aktivitas proteolitik dan tidak menghasilkan toksin. Kemampuan Rhizopus dalam menghasilkan enzim proteolitik bervariasi baik antar spesies maupun antar galur dalam spesies yang sama. Untuk memperoleh enzim dengan aktivitas proteolitik yang tinggi, perlu diperhatikan faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitasnya. Tingkat keasaman (pH) dan suhu merupakan faktor lingkungan yang sangat menentukan aktivitas enzim proteolitik. Setiap enzim memiliki pH optimum yang khas, yaitu pH lingkungan yang menyebabkan aktivitasnya maksimum. Enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme juga mempunyai suhu optimum tertentu untuk mengkatalisis suatu reaksi enzimatis.
Indonesia dikenal kaya akan keanekaragaman hayati kapang. Untuk memanfaatkan keanekaragaman hayati kapang indigenous Indonesia, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi produksi protease asam ekstra selular dari Rh. microsporus v. Tiegh. var. rhizopodiformis (Cohn) Schipper & Stalpers dan Rh. microsporus v. Tiegh. var. chinensis (Saito) Schipper & Stalpers koleksi University of Indonesia Culture Collection (UICC). Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi biakan Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 519, 520, dan Rh. microsporus var. chinensis UICC 521 dalam menghasilkan enzim proteolitik, dan penentuan waktu fermentasi, pH, dan suhu optimum aktivitas proteolitik pada kapang terpilih.
Aktivitas proteolitik semi kuantitatif dari ketiga biakan dipelajari berdasarkan kemampuannya membentuk zona bening pada medium 4% (b/v) Skim Milk Agar (SMA) dengan cara pencawanan (plating) spora tunggal pada suhu ruang selama 28-29 jam. Filtrat kultur fermentasi Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 yang diekstraksi dari medium dedak padi digunakan untuk uji aktivitas proteolitik. Uji aktivitas proteolitik kuantitatif dari filtrat kultur dilakukan dengan mengukur jumlah tirosin yang dihasilkan dari hidrolisis substrat kasein pada suhu suhu 37°C ± 2°C selama 30 menit. Setiap labu yang berisi medium fermentasi steril diinokulasi dengan 1 ml suspensi spora Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 yang berisi 3,9-4,6 x(10 pangkat 5)koloni/ml. Medium fermentasi selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang (26--30°C) tanpa pengocokan. Protease kasar diekstraksi dari medium fermentasi pada 0, 24, 48, 72, 96, dan 120 jam untuk mengetahui waktu fermentasi optimum. Untuk menentukan pH optimum aktivitas proteolitik, kasein sebagai substrat enzim dilarutkan dalam larutan dapar hingga diperoleh pH 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,0; 7,0; dan 8,0. Untuk menentukan suhu optimum aktivitas proteolitik, sampel direaksikan dengan substrat kasein 0,7% (b/v) dalam dapar glisin-HCI pH 3,0 dan dinkubasikan pada suhu 35, 40, 45, 50, dan 55°C.
Berdasarkan diameter zona bening yang terbentuk dari pertumbuhan spora tunggal pada medium SMA dapat disimpulkan bahwa Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 memiliki kemampuan menghasilkan protease lebih cepat dibandingkan Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 519 dan Rh. microsporus var. chinensis UICC 521 dalam waktu yang sama (28-29 jam). Aktivitas proteolitik Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 dengan medium fermentasi dedak padi mencapai maksimum, yaitu sebesar 0,0944 U/ml pada inkubasi selama 72 jam. Peningkatan aktivitas proteolitik yang cepat diikuti dengan penurunan pH filtrat kultur.
Enzim proteolitik dalam filtrat kultur Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 aktif pada kisaran pH substrat 2,0-6,0 dan memiliki dua puncak aktivitas, yaitu puncak tertinggi pada substrat kasein dengan pH 2,0-3,0 (0,0772--0,0912 U/ml) dan puncak aktivitas kedua yang lebih rendah dari puncak pertama, yaitu pada pH substrat 5,0-6,0 (0,0603-0,0649 U/ml). Enzim proteolitik dari filtrat kuitur Rh. microsporus var. rhizopodiformis UICC 520 aktif pada kisaran suhu 35--50°C. Aktivitas proteolitik tertinggi diperoleh pada suhu 45° C.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armalinda Pertiwi
"Penelitian penapisan beberapa Lactobacillus plantarum dan optimasi produksi protease serupa tripsin (PST) dilanjutkan dengan pemekatan dan karakterisasi parsial telah dilakukan. Tripsin memiliki peran penting dalam pencernaan protein di usus kecil namun produksi tripsin komersial saat ini masih terbatas oleh masalah sertifikasi halal dan risiko penularan penyakit yang bersumber dari babi atau sapi. Penelitian bertujuan menyeleksi koleksi isolat L. plantarum yang menghasilkan aktivitas PST tertinggi dan menentukan kondisi optimum dalam produksi PST dari L. plantarum terpilih menggunakan Response Surface Methodology (RSM) diikuti dengan pemurnian dan karakterisasi parsialnya. Tujuh isolat L. plantarum yang diperoleh dari makanan tradisional Indonesia diseleksi secara kualitatif dan kuantitatif. Semua isolat L. plantarum menunjukkan aktivitas proteolitik, terlihat adanya zona bening di sekitar koloni. Zona bening menunjukkan adanya potensi L. plantarum sebagai sumber PST secara kualitatif. Hasil pengujian kuantitatif menunjukkan bahwa isolat dengan kode B6 (L. plantarum WBM-4) menghasilkan PST dengan aktivitas tripsin tertinggi sebesar 0,16 mU/mL. Lactobacillus plantarum WBM-4 diisolasi dari buah Menteng Banjarmasin paling berpotensi untuk menghasilkan PST. Selanjutnya, L. plantarum WBM-4 dioptimalisasi produksi menggunakan Respon Surface Methodology (RSM) dan karakterisasi PST. Kondisi optimal ditentukan pada komposisi medium dengan 1,96% glukosa, 0,39% yeast extract, 1,97% skim milk, dan pH 6,62, menghasilkan aktivitas PST sebesar 0,303 mU/mL. Pemekatan enzim kasar di bawah kondisi optimum menggunakan viva spin 5000 MWCO meningkatkan kemurnian hingga 11,08 kali lipat, dengan aktivitas sebesar 2,47 mU/mL. Karakterisasi parsial menunjukkan berat molekul PST sekitar ~19 kDa dan ~29 kDa, stabilitas dalam rentang suhu 30 - 40°C, dan aktivitas optimal pada pH 7,0 - 8,0. Penambahan ion logam EDTA, Ca2+, dan Zn2+ memengaruhi aktivitas PST. Penyimpanan PST selama 30 hari pada suhu 4°C aktivitas tersisa PST masih 65% sedang pada suhu 24-28°C aktivitas hanya tersisa 15%. Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang potensi PST yang berasal dari L. plantarum untuk aplikasi suplemen pencernaan dan memberikan alternatif sumber tripsin yang halal dan aman.

Research on screening of several Lactobacillus plantarum and optimization of trypsin-like protease production (TLP) followed by concentration and partial characterization has been carried out. Trypsin has an important role in protein digestion in the small intestine, but commercial trypsin production is currently limited by halal certification issues and the risk of transmission of diseases sourced from pigs or cattle. The study aimed to select a collection of Lactobacillus plantarum isolates that produced the highest TLP activity and determine the optimum conditions in TLP production from selected L. plantarum using Response Surface Methodology (RSM) followed by purification and partial characterization. Seven isolates of L. plantarum obtained from traditional Indonesian food were selected qualitatively and quantitatively. All L. plantarum isolates exhibited proteolytic activity, with clear zones around the colony. The clear zone shows the potential of L. plantarum as a qualitative source of TLP. The results of quantitative testing showed that isolates with code B6 (L. plantarum WBM-4) produced TLP with the highest trypsin activity value 0.16 mU/mL. L. plantarum WBM-4 isolated from Banjarmasin Menteng fruit has the most potential to produce TLP. Furthermore, L. plantarum WBM-4 optimized production using Response Surface Methodology (RSM) and TLP characterization. Optimal conditions were determined in the composition of the medium with 1.96% glucose, 0.39% yeast extract, 1.97% skim milk, and pH 6.62, resulting in TLP activity of 0.303 mU/mL. Crude enzyme concentration under optimum conditions using viva spin 5000 MWCO increases purity up to 11.08-fold, with an activity of 2.47 mU/mL. Partial characterization shows TLP molecular weights of approximately ~29 kDa and ~19 kDa, stability in the temperature range of 30 - 40 °C, and optimal activity at pH 7.0 - 8.0. The addition of EDTA, Ca2+, and Zn2+ metal ions affect TLP activity. TLP storage for 30 days at 4°C the remaining activity of PST is still 65% while at 24-28°C the activity is only 15%. The results of this study provide an overview of the potential of PST derived from L. plantarum for digestive supplement applications and provide an alternative source of trypsin that is halal and safe."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noer Indrati
"Sugar is a very important carbon and energy source for human. The
local production of sugar in indonesia is not adequate and alternative
sources should be found. Microorganisms (Bacillus amyfoiiquefaciens, B. Iicheniformis, B. cereus, B. circulans, B. megaterium, B. polymyxa, B. stearothermophilus, Pyrococcus woeseg P. furiosus, Clostndium thermosulfurogenes, C. thermohydrosulfuricum, Aspergillus awamorL A. nigen A. oryzae, A. saitoil Mucor rouxianus, Penicillium oxalicum, Rhizopus deleman Aerobacter aerogenes, and Streptomyces) are known as producer ot on-amylase, glucoamylase, and pullulanase enzymes through of starch fermentation which may be converted into a sugar compound. A preliminary study on endophytic bacteria proved their ability to grow on soluble starch, glutinous rice, and pullulan. Pullulanase convert pullulan to maltotriosa. This enzyme may work synergistically with on-amylase and with glucoamylase for a better conversion of starch to glucose. An endophytic bacteria lCMe3 obtained from the Research and Development Centre for Biotechnology LIP! at Cibinong, Bogor was examined on its ability to produce pullulanse _ For this purpose, soluble starch 1%, cassava starch 1%, and pullulan 1% (all wlv), were used as carbon and energy source in Bakshi medium (Bakshi etal., 1993). The concentration of the inoculum_was 1.25 x 10° cells/ml. Incubation was carried out at : 30°C (room temperature) and 37°C (Mapiliandari, 1999), at pH 7.0 (Bakshi et al., 1993) and pH 5.0 (Mapiliandari, 1999). The fermentation process was terminated after 24 - 26 hours. The growth of lCNle3 varied depending on carbon source, temperature, and pH. The best growth was found on pullulan at pH 7.0 and incubation temperature of of 30°C . However, when the pH of the medium was lowered to 5.0 (Mapiliandari, 1999) and the incubation temperature 30°C a higher cell number (79.5) x 108 cells/ml was obtained on pullclan as carbon source. The bacteri was grown on cassava starch medium and the pullulanase activity studied. The synergism of pullulanase with amylase and with glucoamylase to degrade cassava starch was also studied. To obtain the crude enzyme extract, the cell mass was centrifuged with a Sorval RC - 26 Plus centrifuge. The Hltrate was then concentrated with UHF, sedimented with (NH4)2SO4, and dialized with buffer Na-acetat (pH 4.8). Activity of the crude enzyme was examined on cassava starch and on
pullulan. The unit activity of enzyme was 1.374 U/ml on cassava starch,
1.290 U/ml on pullulan, and the protein content was 0.039 mglml. The activity of the crude enzyme, after treatment with UHF, was 2.225 U/ml for pullulan, 2.527 U/mt for cassava starch, and the protein content was 0.014 mg/ml. The activity of the crude enzyme obtained after sedimentation with 60% saturation of (NH4)2SO4, was 1.156 U/ml for pullulan, 1.162 U/mi for cassava starch, the protein content 0.579 mg/ml. After dialysed with buffer Na-acetate (pH 4.8) the activity was 6.25 U/ml for pullulan, 6.45 U/ml for cassava starch with the protein content of 2.997 mg/ml. To study the optimum pH and temperaturefor the enzyme production, the isolate iCMe3 was grown on Bakshi medium with various pHs, : 4.0, 4.5, 4.8, 5.0, 5.5, 6.0, 6.5, 7.0 and incubated at various temperatures 30°C, 40°C 50°C, 60°C, 70°C, 80°C, 90°C. The optimum pH for enzyme sinthesis on puliulan was 5.0 (4.81 U/ml) and on cassava starch 4.8 (13.27 U/ml). The optimum temperature for enzyme synthesis on pullulan was 40°C (26416 U/ml) and on cassava starch 50°C (22.34 U/ml). The best synergism of pullulanase with on-amylase for both C sources was 25% (dilution of enzyme), while the synergism with glucoamylase was 100% for pulluian and 50% for cassava starch to convere the starch (pullulanand cassava starch) glucose."
2001
T3164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>