Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175135 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ari Astram
"Obat anti tuberkulosis sudah ditemukan lebih dari 50 tahun akan tetapi sampai sekarang tuberkulosis masih saja menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia. Hal ini membuktikan masih ada kelemahan dari metode yang selama ini digunakan. Hal tersebut bisa berupa salah pemberian jenis obat, dosis yang kurang ataupun waktu pengobatan yang tidak cukup. Permasalahan yang diakibatkan karena kesalahan dalam pengobatan ini adalah resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap obat anti tuberkulosis termasuk salah satunya etambutol sebagai obat anti tuberkulosis lini pertama.
Penelitian ini bertujuan menentukan pola resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap etambutol. Penting untuk mengetahui besarnya resistensi kuman tuberkulosis terhadap etambutol untuk meningkatkan keberhasilan terapi. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data sekunder sebanyak 676 sampel dengan kultur positif dari Departemen Mikrobiologi FKUI pada September 2005 sampai Desember 2007 dan telah menjalani pemeriksaan resistensi sesuai dengan panduan WHO/IUATLD. Dari hasil analisis didapatkan bahwa pemeriksaan kultur lebih sensitif bila dibandingkan dengan pemeriksaan BTA serta didapatkan pola resistensi terhadap etambutol sebanyak 16,7%.

Anti tuberculosis medicine had been discovered for more than 50 years; however tuberculosis still exists as one of Indonesia?s greatest health concerns. This proves that there are weaknesses of the current medication method, such as: prescription of incorrect medicine, lack of dosage, or insufficient medication period. The problem arising from these erroneous medications is the resistance of Mycobacterium tuberculosis towards anti tuberculosis medication including ethambutol as first-line anti tuberculosis medicine.
This research aims to determine the resistance pattern of Mycobacterium tuberculosis towards ethambutol. It is of great importance to ascertain the resistance degree of tuberculosis bacteria towards ethambutol to enhance therapy success. This research was conducted by analyzing secondary data of 676 samples with positive cultures from the Department of Microbiology of FKUI on September 2005 to December 2007 and had gone through resistance examination in compliance with WHO/IUATLD guidelines. The analysis result shows that culture examination is more sensitive compared to BTA examination, while the resistance pattern towards ethambutol is at 16.7%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S09042fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Ilone
"Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menjadi sangat berbahaya karena kemudahannya untuk menginfeksi orang lain. Rifampisin merupakan salah satu OAT lini pertama yang menjadi dasar obat tuberculosis dan terjadinya resistensi terhadap rifampisin menjadi salah satu kendala pemberantasan TB di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan menentukan pola resistensi M. tuberculosis terhadap Rifampisin serta mengetahui perbandingan monoresisten rifampisin, multi drug resistance (MDR), serta multiresisten lain tuberkulosis. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data sekunder sebanyak 676 sampel dengan kultur positif dari Departemen Mikrobiologi FKUI pada September 2005 sampai Desember 2007 dan telah menjalani pemeriksaan resistensi sesuai dengan panduan WHO/IUATLD.
Dari hasil analisis didapatkan pola resistensi terhadap rifampisin sebanyak 23.96% dimana monoresisten rifampisin sebesar 7,24%, MDR TB sebesar 8,73%, serta multiresisten lain sebesar 7,99%.

Tuberculosis is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis and becomes very dangerous because its potency to infect other people. Rifampisin is one of the first line tuberculosis? drugs and its resistance will be the obstacle of reducing Tuberculosis cases in Indonesia.
This research aimed to determine the resistance of rifampisin and also the comparison between monoresistance to rifampicin, multi-drug resistance (MDR), and also the other multiresistance of tuberculosis. This research was done by collecting and analyzing 676 secondary samples which culture results are positive from Microbiology Department Medical Faculty University of Indonesia in September 2005 until December 2007 and had undergone resistance tests based on WHO/IUATLD guidelines.
The results of the analysis were obtained that the resistance of rifampisin was 23.96% where the percentage of monoresistance to rifampicin is 7,24%, MDR TB is 8,73%, and the other multiresistance is 7,99%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S09060fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Martinus
"Tuberkulosis merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menjadi sangat berbahaya karena kemampuan penularannya dan mortalitas yang cukup tinggi. Diperlukan metode standar dengan sensitivitas yang tinggi untuk mendeteksi dan pengobatan dini sehingga rantai transmisi dapat dihentikan. Salah satu OAT lini pertama yang menjadi dasar pengobatan tuberkulosis adalah streptomisin. Resistensi terhadap streptomisin menjadi salah satu kendala pemberantasan TB di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan sensitivitas antara pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) dan kultur dalam mendiagnosis TB serta pola sensitivitas M. tuberculosis terhadap streptomisin. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data sekunder di Departemen Mikrobiologi FKUI pada periode September 2005 hingga Desember 2007, sejumlah 676 sampel. Sampel tersebut merupakan sampel dengan hasil kultur positif dan telah dilakukan uji sensitivitas sesuai dengan panduan WHO/IUATLD. Dari hasil analisis, didapatkan bahwa angka resistensi Mycobacterium tuberculosis terhadap streptomisin adalah sebesar 22.9%, pemeriksaan kultur lebih sensitif bila dibandingkan dengan pemeriksaan BTA dalam mendiagnosis penyakit TB, dan pola sensitivitas terhadap streptomisin menunjukkan penurunan angka resistensi setiap tahun dari tahun 2005 hingga 2007.
Tuberculosis is a respiratory disease caused by Mycobacterium tuberculosis and becomes very dangerous because it?s high potency of contagion and high mortality rate. Standard method with high sensitivity was needed to early detect and treatment for stopping the transmission. One of the first line drugs that has been basically used to treat tuberculosis is streptomycin. Resistance against this drug has been the obstacle in stopping tuberculosis in Indonesia. This research was aimed to determine the sensitivity of acid fast bacilli method compared to culture in tuberculosis diagnosis and the resistance pattern of Mycobacterium tuberculosis against streptomycin. This research was done by collecting and analyzing 676 secondary samples from Microbiology Department Medical Faculty University of Indonesia in September 2005 until December 2007. These samples criteria are positive culture and had been undergone resistance tests based on WHO/IUATLD guidelines. The results of analysis were the resistance of streptomycin was 22.9%, culture test was more sensitive than acid fast bacilli method in tuberculosis diagnosis, and there was decline of resistance against streptomisin from 2005 until 2007."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S09050fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuven Satya Pratama
"Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan merupakan suatu penyakit global yang menjadi perhatian di dunia karena kemudahan transmisi ke orang lain. Isoniazid merupakan salah satu OAT lini pertama yang menjadi dasar obat tuberculosis dan terjadinya resistensi terhadap isoniazid menjadi salah satu kendala pemberantasan TB di Indonesia. Tuberkulosis ekstrapulmonal merupakan suatu komplikasi dari Mycobacterium tuberculosis di luar dari paru. Tuberkulosis ekstrapulmonal memiliki angka insidensi yang cukup tinggi dalam kejadian tuberkulosis. Diagnosis tuberkulosis ekstrapulmonal ditegakkan dengan pemeriksaan BTA dari isolat ekstrapulmonal seperti pus dan cairan sendi.
Penelitian ini bertujuan menentukan pola resistensi M. tuberculosis terhadap isoniazid serta mengetahui perbandingan angka kejadian resistensi pada spesimen pus dan spesimen sputum. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data sekunder sebanyak 676 sampel dengan kultur positif dari Departemen Mikrobiologi FKUI pada September 2005 sampai Desember 2007 dan telah menjalani pemeriksaan resistensi sesuai dengan panduan WHO/IUATLD. Dari hasil analisis didapatkan bahwa pola resistensi terhadap isoniazid sebanyak 13.5%. dan terdapat perbedaan angka resistensi sebesar 19.49 %, di mana spesimen pus lebih tinggi.

Tuberculosis is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis and becomes very dangerous because its transmission potency to infect other people. Isoniazid is one of the first line tuberculosis? drugs and its resistance will be the obstacle of reducing Tuberculosis cases in Indonesia. Extrapulmonary tuberculosis is one of complication from Mycobacterium tuberculosis in everywhere instead of lung. Extrapulmonary tuberculosis has quite high incidence rate in tuberculosis case. Diagnosis of extrapulmonary tuberculosis is decided by BTA test from extrapulmonal isolate such as pus and synovial liquid.
This research aimed to determine the resistance of isoniazid and also determine the ratio of resistant in pus specimen and sputum specimen. This research was done by collecting and analyzing 676 secondary samples which culture results are positive from Microbiology Department Medical Faculty University of Indonesia in September 2005 until December 2007 and had undergone resistance tests based on WHO/IUATLD guidelines. The results of the analysis was obtained that resistance of isoniazid was 13.5%. and there are 19.49 % difference of resistance, where pus specimen is higher."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
S09128fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Suryandari
"Pada kasus gigi tiruan penuh, salah satu faktor yang mempengaruhi prognosis perawatan adalah retensi dan stabilitas. Dalam hal retensi dan stabilitas gigi tiruan penuh rahang bawah, posisi lidah memiliki peranan penting. Walaupun seseorang memiliki posisi lidah normal sejak lahir, namun kondisi itu dapat berubah dan menghasilkan posisi lidah abnormal (retracted tongue). Penyebab perubahan posisi lidah ini dapat dikaitkan dengan ketinggian dasar mulut. Sehingga diasumsikan bahwa posisi lidah mungkin berkaitan dengan resorpsi tulang alveolar. Resorpsi tersebut dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan 75 kartu rekam medik pasien gigi tiruan penuh rahang bawah yang datang ke klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode Januari 2005-Juni 2007 yang memenuhi kriteria penelitian. Dengan pendekatan deskriptif, analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi variabel usia, jenis kelamin, dan posisi lidah menurut klasifikasi Wright. Sedangkan dengan pendekatan analitik, digunakan analisis bivariat dengan Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk melihat hubungan antara usia dan posisi lidah menurut klasifikasi Wright serta untuk mengetahui perbedaan posisi lidah menurut klasifikasi Wright antara kelompok perempuan dan laki-laki. Nilai p yang diperoleh adalah 1,000 (p>0,05). Kesimpulan: (1) Posisi lidah kelas I merupakan posisi lidah yang paling banyak ditemukan dan yang paling jarang adalah posisi lidah kelas III. (2) Tidak terdapat hubungan antara usia dan posisi lidah menurut klasifikasi Wright. (3) Tidak terdapat perbedaan posisi lidah menurut klasifikasi Wright antara kelompok perempuan dan laki-laki."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uti Nilam Sari
"Kuinolon adalah antibiotik berspektrum luas, yang digunakan untuk mengobati infeksi oleh bakteri gram positif ataupun negatif. Pemilihan antibiotik yang tepat sangat menentukan keberhasilan pengobatan infeksi bakteri. Kepekaan bakteri senantiasa berubah pada waktu dan tempat yang berbeda, sehingga perlu adanya analisis rutin mengenai pola sensitifitas bakteri terhadap antibiotik. Pola sensitifitas ini sangat diperlukan sebagai dasar pemilihan antibiotik untuk terapi empirik pada kasus infeksi. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari hasil uji resistensi bakteri terhadap berbagai antibiotika di Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2001-2006, yang memperoleh bahan pemeriksaan klinik dari berbagai rumah sakit terutama RSCM dan juga dari praktik pribadi di Jakarta. Data penelitian ini menggunakan bakteri yang diisolasi dari darah yang diuji sensitivitasnya terhadap siprofloksasin, gatifloksasin, moksifloksasin, ofloksasin, dan levofloksasin. Data diolah dengan software WHONET 5.4. Metode statistik yang digunakan adalah metode cross-sectional deskriptif. Dari 791 isolat yang berasal dari 770 pasien dengan bakterimia positif, ditemukan bakteri gram negatif sebanyak 525 isolat dan bakteri gram positif 266 isolat. Bakteri gram negatif terbanyak adalah Acinetobacter anitratus, Salmonella Typhi, Pseudomonas aeruginosa, dan Klebsiella pneumoniae. Sedangkan bakteri gram positif terbanyak adalah Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus. Sensitivitas bakteri-bakteri tersebut terhadap siprofloksasin, gatifloksasin, moksifloksasin, ofloksasin, dan levofloksasin, umumnya masih sangat baik. Fluorokuinolon dapat dijadikan pilihan dalam terapi empiris pada penyakit infeksi oleh bakteri hingga hasil kultur dan uji resistensi diperoleh.

Quinolones are wide spectrum anitmicrobial agents used to treat the infection by both of the gram-positive bacteria and gram-negative bacteria. The exact selection of antibiotic is critical for the success of medical treatment for the bacterial infections. The sensitivity of the bacteria always changes at the different time and place, results the need of routine analysis about the pattern of bacterial sensitivity against antibiotics. Understanding the pattern of bacterial sensitivity can help in choosing antibiotic as empirical therapy. The data that was taken is the secondary data received from results of the test of bacterial resistance against various antibiotics from the year 2001-2006 that was sent to the Laboratory of Clinical Microbiology, Faculty of Medicine of University of Indonesia. The data was processed with software WHONET 5,4. The statistical method used was crosssectional descriptive method. From 791 isolat that came from 770 patients with bacteremia, the gram-negative bacteria are 525 isolat and the gram-positive bacteria are 266 isolat. The most gram-negative bacteria isolated are Acinetobacter anitratus, Salmonella Typhi, Pseudomonas aeruginosa, and Klebsiella pneumoniae. Whereas the most gram-positive bacteria are Staphylococcus epidermidis and Staphylococcus aureus. The sensitivity of these bacteria against ciprofloxacin, gatifloxacin, moxifloxacin, ofloxacin, and levofloxacin, generally are still very well. Fluoroquinolone can be a choice in empirical therapy in the infection by the bacteria untill the results of culture and the test resistance have been received."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Jayanti
"Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan RI, sampai dengan September 2006 secara kumulatif jumlah orang yang terinfeksi HIV sebanyak 4.617 kasus dan AIDS sebanyak 6.987 kasus, tersebar di 32 propinsi dan 158 kabupaten/kota. Pada tahun 2006 Jakarta dan Bali termasuk 6 propinsi (Papua, DKI Jakarta, Riau, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat) yang memiliki prevalensi HIV kelompok berisiko tertentu telah melewati angka 5 persen yang menurut kategori WHO telah memasuki tingkat terkonsentrasi. Adanya layanan tes HIV sebagai tempat untuk konseling dan melakukan tes HIV sangat berperan sebagai pintu masuk untuk mendapatkan akses ke semua pelayanan, baik informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial bagi klien yang memanfaatkannya. Walaupun begitu, masih rendah tingkat pemanfaatkannya.
Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran pengguna layanan tes HIV berdasarkan tempat layanan tes HIV dan faktor yang berpengaruh terhadap status HIV positif pada klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali tahun 2007. Penelitian ini termasuk ke dalam disain penelitian deskriptif dan analitik. Deskripsi tentang pengguna klinik-klinik layanan tes HIV di Jakarta dan Bali tahun 2007 dan menganalisis dengan jenis penelitian potong lintang, dalam hal ini mempelajari faktor yang berpengaruh terhadap status HIV positif di Jakarta dan Bali tahun 2007.
Hasil analisis menunjukkan bahwa penasun akan berisiko untuk HIV positif sebesar 6,3 kali lebih tinggi dibandingkan lainnya setelah dikontrol dengan factor kelompok umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan cara penularan, dengan 95% CI (2,9 ? 13,7), nilai p<0,001.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelompok berisiko dari kalangan penasun memiliki pengaruh yang paling besar terhadap status HIV seseorang dan memiliki risiko terinfeksi HIV yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok berisiko lainnya.
Dari penelitian ini disarankan agar penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan memperkuat pendekatan kesehatan masyarakat, dengan pendekatan promosi kesehatan, diagnosis dini, pengobatan segera, sampai rehabilitasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Findra Setianingrum
"Infeksi saluran napas bawah merupakan salah satu infeksi penyebab kematian terbesar di dunia. Seiring dengan banyaknya kasus infeksi saluran napas bawah maka pemakaian antibiotik untuk mengatasinya pun semakin meluas, diantara antibiotik tersebut ialah siprofloksasin Oleh karena itu pola kepekaan bakteri, dalam hal ini bakteri gram negatif, perlu diketahui guna menjaga agar terapi yang diberikan pada pasien efektif dan tepat guna. Terlebih lagi, Laboratorium Mikrobiologi Klinik (LMK) Departemen Mikrobiologi FKUI merupakan laboratorium yang menerima spesimen dari banyak rumah sakit di Jakarta termasuk Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang merupakan rumah sakit rujukan nasional di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder isolat sputum tahun 2000-2005 di LMK FKUI yang mengandung bakteri gram negatif kemudian diuji sensitivitasnya terhadap siprofloksasin.
Metode penelitian yang digunakan ialah cross sectional. Hasilnya terdapat 2744 isolat bakteri gram negatif dengan tiga bakteri terbanyak yaitu Klebsiella pneumoniae ss pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, dan Enterobacter aerogenes. Ketiga bakteri tersebut mengalami penurunan sensitivitasnya terhadap siprofloksasin (K. pneumoniae ss pneumonia: 79.90% ?³ 62.86%, Pseudomonas aeruginosa: 73.68% ?³ 52.20% dan Enterobacter aerogenes: 79.03% ?³ 61.36% ). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan di rumah sakit, klinisi, dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam penanganan kasus infeksi di Indonesia.

Lower respiratory tract infection (LRTI) is one of the biggest cause of death related to infections around the world. The spread of LRTI followed by the wide use of antibiotics, included ciprofloxacin. For that reason, bacterial sensitivity pattern, in this case gram negative bacteria, is important to be knew to get the effective therapy for patients. Moreover, Clinical Microbiology Laboratory FKUI is references of many hospitals in Jakarta include Ciptomangunkusomo Hospital (RSCM) which is national reference hospital. This research use secunder data from sputum isolates contain bacteria gram negative that entered to LMK Department of Microbiology FKUI in from 2000 until 2005. Then, the isolates is examined for their sensitivity pattern against ciprofloxacin.
The research metode for this research is cross sectional. The result of this research, there is 2744 isolates that contain bacteria gram negatives. The most common bacterias are Klebsiella pneumoniae ss pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, and Enterobacter aerogenes. The sensitivity against ciprofloxacin in these three bacteria are decrease (K. pneumoniae ss pneumonia: 79.90% ?³ 62.86%, Pseudomonas aeruginosa: 73.68% ?³ 52.20% and Enterobacter aerogenes: 79.03% ?³ 61.36% ). This result could be used for further evaluation for stake holder in hospital, physician, and others that involved in control infection diseases in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadzira Zada
"Latar belakang: Mycobacterium tuberculosis (MTBC) menyebabkan TBC paru dan TBC ekstraparu (TBEP) yang infeksinya dapat menunjukkan angka morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Real-time polymerase chain reaction(RT-PCR) adalah metode molekuler yang digunakan dalam diagnosis dengan durasi pengerjaan yang singkat dan sensitivitas yang tinggi. RT-PCR dapat mempersingkat waktu diagnosis, inisiasi tata laksana pengobatan, dan upaya pengendalian transmisi TBC. Pada studi ini, dilakukan analisis prevalensi TBEP positif dengan diagnosis RT-PCR di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (LMK FKUI) pada tahun 2020-2021.
Metode: Penelitian ini bersifat cross-sectional menggunakan data rekam medis yang terdaftar di LMK FKUI pada tahun 2020-2021 secara consecutive sampling. Populasi penelitian merupakan spesimen klinis dengan permintaan pemeriksaan MTBC secara RT-PCR. Spesimen penelitian adalah spesimen dengan hasil positif MTBC beserta informasi usia dan jenis kelamin. Data disajikan dalam bentuk grafik dan dianalisis secara deskriptif, meliputi positivity rate TBEP dan persentase jenis spesimen klinis.
Hasil: Sebanyak 108 spesimen pemeriksaan TBEP pada tahun 2020, 33 diantaranya menunjukkan hasil positif MTBC (30,56% positivity rate) sementara di tahun 2021, terdapat 593 spesimen pemeriksaan TBEP dengan 42 diantaranya positif MTBC (7,08% positivity rate). Informasi usia dan jenis kelamin dari spesimen tidak dapat dianalis karena keterbatasan data. Spesimen jaringan dan LCS menduduki peringkat tertinggi TBEP positif pada tahun 2020 dan 2021.
Kesimpulan: Terjadi penurunan positivity rate TBEP positif sebesar 76,83 % dari tahun 2020 ke tahun 2021 dengan jenis sampel dominan jaringan dan LCS. Terjadi peningkatan jumlah sampel yang diterima LMK FKUI sebesar 449,074% (485 data) pada tahun 2021.

Background: Mycobacterium tuberculosis (MTBC) causes pulmonary TB and extrapulmonary TB (EPTB) whose infection can show significant morbidity and mortality rates. Real-time polymerase chain reaction (RT-PCR) is a molecular method used in diagnosis with a short duration and high sensitivity. RT-PCR can shorten the time for diagnosis, initiation of treatment, and efforts to control TB transmission. In this study, an analysis of the prevalence of positive EPTB with RT-PCR diagnosis was carried out at the Microbiology Laboratory, Faculty of Medicine, University of Indonesia (LMK FKUI) in 2020-2021.
Method: This research is cross-sectional using medical record data registered at LMK FKUI in 2020-2021 using consecutive sampling. The study population was clinical specimens with requests for MTBC examination using RT-PCR. Research specimens are specimens with positive MTBC results along with information on age and gender. Data are presented in graphical form and analyzed descriptively, including the EPTB positivity rate and percentage of clinical specimen types.
Results: A total of 108 EP TB examination specimens in 2020, 33 showed positive MTBC results (30.56% positivity rate) while in 2021, 42 showed MTBC positive out of 593 EPTB examination specimens (7.08% positivity rate). Age and gender information from the specimens could not be analyzed due to data limitations. Tissue and CSF specimens ranked highest in positive EPTB in 2020 and 2021.
Conclusion: There was a decrease in the positive TBEP positivity rate by 76.83% from 2020 to 2021 with the dominant sample types are tissue and CSF. There has been an increase in the number of samples received by LMK FKUI by 449.074% (485 data) in 2021.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enamela Denta
"Pada kasus gigi tiruan penuh, salah satu faktor yang mempengaruhi prognosis perawatan adalah retensi dan stabilitas. Faktor anatomis yang mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan penuh rahang bawah adalah kedalaman ruang retromylohyoid. Kedalaman ruang retromylohyoid dapat diasumsikan sebagai ketinggian tulang alveolar bagian posterior rahang bawah. Berkurangnya ketinggian tulang alveolar berkaitan dengan resorpsi tulang alveolar yang dapat dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan 70 kartu rekam medik pasien gigi tiruan penuh rahang bawah yang datang ke klinik Prostodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia periode Januari 2005-Juni 2007 yang memenuhi kriteria penelitian. Analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi variabel usia, jenis kelamin, dan kedalaman ruang retromylohyoid. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat hubungan antara usia dan kedalaman ruang retromylohyoid serta perbedaan kedalaman ruang retromylohyoid antara kelompok perempuan dan laki-laki. Nilai p yang diperoleh adalah 0,334 dan 1,000 (p> 0,05). Kesimpulan: (1) Kondisi yang paling banyak ditemukan pada pasien GTP rahang bawah adalah ruang retromylohyoid dalam. (2) Kondisi ruang retromylohyoid dangkal lebih banyak ditemukan pada kelompok perempuan dibandingkan laki-laki. (2) Tidak terdapat hubungan antara usia dan kedalaman ruang retromylohyoid. (3) Tidak terdapat perbedaan kedalaman ruang retromylohyoid antara kelompok perempuan dan lakilaki.

Anatomic factor that influences the retention and stability of the mandibular denture is the depth of retromylohyoid space. The depth of retromylohyoid space can be assumed as the height of alveolar ridge in posterior region of the mandible. The decrease of the height of alveolar ridge caused by alveolar ridge resorption that is influenced by age and sex. This test used 70 medical records of mandibular complete denture patients who came to Prosthodontic Clinic of Dental Hospital Faculty of Dentistry University of Indonesia within January 2005 - June 2007 period that fulfilled the criteria. Univariate statistical analysis is presented in the frequency distribution of age, sex, and the depth of retromylohyoid space. Bivariate statistical analysis using Chi-Square test and Two Sample Kolmogorov-Smirnov Test was done to analyze the relationship between age and the height of retromylohyoid space, also the difference of the depth of retromylohyoid space in female and male. The result showed that significance values are 0,334 and 1,000 (p > 0,005). It was concluded that (1) A deep retromylohyoid space is the most condition occurred between the patients (2) A shallow retromylohyoid space is occured more in female than male. (3) There is no relationship between age and the depth of retromylohyoid space. (4) There is no difference of the depth of retromylohyoid space in female and male."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>