Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169340 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prita Cipta Sari
"Jakarta Pusat merupakan wilayah dimana jumlah peserta dari Mitra Kesehatan Jaya paling sedikit dibandingkan wilayah lainnya di Jakarta, Bogor, Depok dan Tanggerang. Namun total tagihan klaim dari klinik dengan sistem bayar fee for service di wilayah Jakarta Pusat menduduki peringkat keempat tertinggi. Bagian Utilization Review dan Kepesertaan Mitra Kesehatan Jaya telah melakukan kegiatan telaah utilisasi, namun telaah utilisasi dengan menggunakan parameter biaya pelayanan kesehatan belum pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran biaya rata-rata pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama klinik fee for service wilayah Jakarta Pusat program jaminan pemeliharaan kesehatan Mitra Kesehatan Jaya periode 2007 dilihat dari segi perusahaan peserta, status kepesertaan, jenis kelamin, pemberi pelayanan kesehatan dan diagnosa. Jenis penelitian yang digunakan dalam meneliti gambaran biaya rata-rata pelayanan kesehatan rawat jalan klinik fee for service wilayah Jakarta Pusat Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Mitra Kesehatan Jaya periode 2007 adalah penelitian kuantitatif deskriptif, desain penelitian cross sectional dengan mengambil data sekunder.
Subjek penelitian ini adalah data dari tagihan klaim klinik fee for service, data kepesertaan dan data daftar pemberi pelayanan kesehatan Mitra Kesehatan Jaya Periode 2007. Dari hasil penelitian gambaran biaya rata-rata pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama klinik fee for service di wilayah Jakarta Pusat didapatkan secara umum biaya rata-rata pelayanan kesehatan di Jakarta Pusat bila dilihat terhadap tarif layanan yang ditetapkan pada klinik fee for service terlihat lebih rendah untuk beberapa klinik. Beberapa klinik menetapkan tarif layanan kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya rata-rata pelayanan kesehatan dari hasil penelitian ini. Biaya rata-rata tertinggi bila dilihat dari perusahaan peserta adalah PT. Bumibuana Sempurna II, dilihat dari status kepesertaan adalah anak ketiga, dilihat dari jenis kelamin adalah laki-laki, dilihat dari umur adalah kelompok umur muda (0- 14 tahun), dilihat dari pemberi pelayanan kesehatan adalah Klinik Dharma Bakti, dan dilihat dari diagnosa adalah Atopic Dermatitis.
Saran bagi Mitra Kesehatan Jaya adalah data hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam melakukan kredensialing ulang terhadap pemberi pelayanan kesehatan yang melakukan kontrak kerjasama dengan Mitra Kesehatan Jaya. Selain itu dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penyesuaian premi terhadap perusahaan peserta yang memiliki risiko untuk mengalami kesakitan cukup tinggi."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Aprillia Sriduma
"Penelitian ini bertujuan untuk menghitung biaya rata-rata 10 diagnosa penyakit terbanyak dan termahal peserta Program Pelayanan Kesehatan Karawang Sehat di Kabupaten Karawang periode Januari-Desember 2018. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari data klaim Program Pelayanan Kesehatan Karawang Sehat. Analisis yang dilakukan adalah analisis Univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peserta laki-laki mendapatkan pelayanan rawat inap terbanyak yaitu 50,4% dari seluruh klaim. Rata-rata umur peserta yang mendapatkan pelayanan rawat inap adalah 33,41 tahun dan rata-rata lama hari rawat adalah 4,86 hari. Typhoid Fever merupakan penyakit rawat inap terbanyak, penyakit rawat inap termahal yaitu Hydrocephalus, unspecified dengan biaya Rp213.576.000,00. Biaya rata-rata perawatan paling besar peserta Program Pelayanan Kesehatan Karawang Sehat periode Januari - Desember 2018 pada 10 penyakit rawat inap terbanyak adalah penyakit Tuberculosis of lung, confirmed by unspecified means yaitu sebesar Rp5.393.807,55 dan pada 10 penyakit rawat inap termahal adalah Presence of cerebrospinal fluid drainage device yaitu sebesar Rp34.804.500,00. Saran untuk Program Pelayanan Kesehatan Karawang Sehat adalah melakukan kegiatan promotif dan preventif pada penyakit-penyakit rawat inap yang terbanyak terjadi pada peserta Program Pelayanan Kesehatan Karawang Sehat. Melakukan pemeriksaan berulang terhadap klaim 10 diagnosa penyakit rawat inap termahal dengan jumlah kasus yang besar untuk menghindari terjadinya pembengkakan biaya dan fraud. Melakukan kerjasama dengan Dinas Sosial dan Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil untuk mengatasi data kependudukan penduduk miskin Kabupaten Karawang, sehingga dapat diintegrasikan ke dalam skema Jaminan Kesehatan Nasional.

This study aims to calculate top 10 diagnosis of disease and top 10 expensive disease inpatient care among participants of the Healthy Karawang Health Service Program in Karawang Regency, January-December 2018. This research is a quantitative descriptive study using a cross sectional design. The data used in this study are secondary data obtained from the claims data of the Karawang Sehat Health Service Program. The analysis carried out was Univariate analysis. The results of this study indicate that the male participants received the most inpatient services, namely 50.4% of all claims. The average age of participants who received inpatient services was 33.41 years and the average length of stay was 4.86 days. Typhoid Fever is the most hospitalized disease, the most expensive inpatient disease, Hydrocephalus, unspecified at a cost of Rp213.576.000,00. The highest average cost of care for participants in the Healthy Karawang Health Service Program for the period of January - December 2018 in the 10 most inpatient diseases was Tuberculosis of Lung, confirmed by unspecified means which was Rp5.393.807,55 and in the 10 most expensive inpatient diseases Presence of cerebrospinal fluid drainage device is Rp34.804.500,00. Suggestions for the Karawang Sehat Health Service Program are to carry out promotive and preventive activities in hospitalized diseases, which mostly occur in the participants of the Healthy Karawang Health Service Program. Conduct repeated checks on claims of 10 most expensive inpatient diagnoses with a large number of cases to avoid the occurrence of cost overruns and fraud. Collaborating with the Social Service and Population and Civil Registry Service to address the population data of the poor population of Karawang Regency, so that it can be integrated into the National Health Insurance scheme."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganesh Putranta HJ
"Dengan persaingan yang sangat ketat dan dalam mempersiapkan menuju era globalisasi, perusabaan terus berupaya meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari setiap proses. Semua bagian pun tak luput dari perbaikan-perbaikao baik proses maupun sistem, bahkan perusahaan melakukao rekayasa ulang hanya untak mendapatkan proses ataupun sistem yang terbaik untak diadopsi pada perusahaan mereka. Business Process Reengineering (BPR) merupakan suatu metode untuk meningkatkan efisiensi dan efektifias secara dramatis dao radikal. Sedaogkao TQM merupakao metode perbaikan secara terus-menerus dan bertahap. Dengan bergabungnya metode BPR dan TQM maka terciptalah business process impruvement (BPI). Dengan menggunakan metode BPI maka proses bisnis dapat ditingkatkan secara terus-mene.rus dan dramatis serta radikal.

With the high competitive and in preparing to globalization em, each companies must keep on trying to level up their effectivity and efficiency in every process, All department getting improve their process and system, even companies reengineer just to get the best process and system so they can adopt it in their companies. Business Process Reengineerlng (BPR) is a method to increase effectivity and efficiency in dramatically and radically way. But, TQM is a method in continuous improvement With the blend of BPR and TQM method than croate a new method called business process improvement (BPI). If BPI is used then process can be improve continuos dramatically and radically way."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S50442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Arini Batubara Vera
"Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo merupakan pusat pendapatan RS, Namun, realisasi anggaran Instalasi Farmasi selalu lebih tinggi dari perencanaannya selama lima tahun terakhir sejak 2007 sampai 2011 yang mungkin dipengaruhi oleh cost awareness, cost management, cost monitoring, dan cost incentive sebagai faktor-faktor dari cost containment.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis cost containment di Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo dengan mengetahui cost awareness, cost management, cost monitoring, dan cost incentive dan juga upaya cost containment yang dilaksanakan secara keseluruhan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan memanfaatkan dua teknik pengumpulan data yaitu data sekunder dan wawancara mendalam kepada pegawai level manajemen RS yang terkait erat dengan Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo. Penelitian ini dilaksanakan selama Juli 2011 sampai Juli 2012.
Hasil penelitian menunjukkan variabel cost awareness yaitu pelatihan belum mengarah pada efisiensi, serta pengkomunikasian harga melalui spanduk dengan slogan yang memotivasi pegawai ataupun acara khusus untuk pengenalan harga sediaan farmasi bagi pegawai pun belum ada.
Variabel cost management yaitu budget dengan realisasi budget lebih tinggi dari perencanaan, pengkonsolidasian dokter melalui forum ?reboan? dihadiri sekitar 30 persen dokter, e-prescribing belum diaplikasikan, penyediaan obat dihitung dengan stok minimum dan maksimum tetapi belum ada pegawai yang ditunjuk untuk bertanggung jawab menghindari obat expired, pengurangan biaya operasional diterapkan dengan mematikan AC dan lampu yang tidak digunakan, pemanfaatan ulang kertas bekas, serta penyiapan obat dengan tepat, sementara dukungan eksekutif masih dipandang sebagai supervisi.
Variabel cost monitoring yaitu pemonitoran keuangan berkelanjutan dalam hal ini cash flow masih belum mampu dimanfaatkan sebagai alat untuk memberi peringatan kepada Instalasi Farmasi untuk sejalan dengan perencanaan budget, selain belum kuatnya bargaining position RS walaupun margin obat generik dan obat non generik di atas 30 persen, dan masih terjadi selisih saat stock opname, pelayanan terintegrasi masih birokratis serta belum dapat meraih sense of belonging pegawai karena tidak sampainya informasi yang cukup, pengamanan obat penting dilakukan dengan pembedaan lemari serta adanya kartu stok.
Variabel cost incentive yaitu pemberian insentif belum ditentukan oleh output kinerja melainkan kompetensi. Hal tersebut di atas menunjukkan upaya pengendalian biaya yang masih memprihatinkan di RSUD Pasar Rebo khususnya di Instalasi Farmasi. Kesimpulannya bahwa Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo belum mengimplementasikan cost containment (cost awareness, cost management, cost monitoring, cost incentive) secara tepat.

The Pharmacy Installation of RSUD Pasar Rebo is a revenue centre for the hospital. Therefore, the Realisation of Budget of Pharmacy Installation had been higher than its planning for five years since 2007 until 2011 that might be influenced by cost awareness, cost management, cost monitoring and cost incentive as factors of cost containment.
The objective of this research was to analyze the cost containment at The Pharmacy Installation of RSUD Pasar Rebo by knowing cost awareness, cost management, cost monitoring, and cost incentive and also the cost containment efforts for overall.
This research was a qualitative research, conducted by utilizing two data collection techniques which were secondary data and in-depth interview on the entire management level of hospital which was related directly to The Pharmacy Installation of RSUD Pasar Rebo. This research conducted throughout the months of July 2011 ? July 2012.
The result of the study revealed variables of cost awareness were the training program had not directed to efficiency and there were not the price communication by putting motivation statement on working area nor special event for making pharmacy staff knowing about price of pharmacy things.
Variables of cost management were the budget which was realization higher than it plan, the doctor consolidation through "reboan" had admitted around 30 percent, the e-prescribing had not applied, the medicine reservation calculated by minimum and maximum stock but there was not a responsible staff to avoid expired medicine, the reducing operational cost was applied by turning off AC and lamp when unused, reuse paper, and preparation medicine correctly, the executive support was adjusted like a supervision not a support.
Variables of cost monitoring were the monitoring financial continuely by cash flow was disable to warn The Pharmacy Installation strict to the budget planning nor had bargaining position in medicine principal even the generic and non generic margins upper 30 percent, moreover stock opname still had dismatch, the integrated service was birocratic and staff`s sense of belonging can?t be reached cause not enough information can be achieved, the security of important medicine through differentiating cupboard and stock card. Variable of cost incentive was the Insentive given had not determined by output of work but competences.
It was revealed that cost containment efforts were still poorly implemented at RSUD Pasar Rebo especially at The Pharmacy Installation. The conclution was The Pharmacy Installation of RSUD Pasar Rebo had not yet properly implemented cost containment (cost awareness, cost management, cost monitoring, and cost incentive)."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T31405
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Kurniawati
"Biaya material memberikan kontribusi senilai 50% - 60% dari total biaya proyek, sehingga penyimpangan biaya material akan sangat mempengaruhi kinerja biaya total. Dalam pelaksanaan proyek gedung bertingkat pada PT. X seringkali terjadi penyimpangan biaya material, yang akhirnya mempengaruhi kinerja biaya proyek. Untuk memperbaiki kinerja biaya secara total, maka dilakukan identifikasi penyebab penyimpangan biaya material yang signifikan. Dari pelaksanaan proyek tahun 2003 s/d 2006 didapatkan bahwa penyimpangan biaya material terjadi sebesar 10% - 20% dari total rencana biaya proyek. Adapun penyebabnya adalah kesalahan estimasi perencanaan, inflasi, lemahnya sistem pengendalian material, dan rework. Dari data identifikasi yang diperoleh, dilakukan analisa data dengan menggunakan analisa statistik, sehingga diperoleh penyebab resiko yang signifikan, yang selanjutnya dilakukan tindakan koreksi untuk mencegah penyimpangan biaya lebih lanjut, sehingga dapat mengurangi kerugian perusahaan.

Material cost amount is 50% - 60% from overall project cost. The variance of material cost will influence the project cost performance. There are many material cost overruns at PT.?X? at high rise building project. The identification to the significant cause of material cost overrun is doing to increase the cost performance. The caused of material cost are under estimate in design phase, inflation, weakness in material control and rework. The number of material cost overrun from 2003 until 2006 is 10% - 20%. Statistic analysis is doing to find the significant causes of material cost overrun. Based on the result from statistic analysis, corrective action must be done to prevent more cost overrun and company loss."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T24766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hallak, Jacques
Jakarta : Bhratara Karya Aksara , 1985
658.155 2 HAL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Naila Febrininta
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari dua macam aktivitas manajemen laba yakni manajemen laba akrual dan manajemen laba riil terhadap biaya utang dan biaya ekuitas perusahaan. Manajemen laba akrual diestimasi dengan model Stubben 2010 sedangkan manajemen laba riil diestimasi dengan menggunakan model Roychowdury 2005. Total observasi dalam penelitian ini adalah 1375 firm years untuk model biaya utang serta 1 564 firm years untuk model biaya ekuitas pada tahun 2003 2011. Penelitian ini diuji dengan regresi data panel dengan model regresi random effect. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba akrual dan manajemen laba riil terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya utang dan biaya ekuitas.

This research aims to analyze the impact of two kinds of earnings management which are accrual earnings management and real earnings management on company's cost of debt and cost of equity. Accrual earnings management is estimated using Stubben model 2010 while real earnings management is estimated with Roychowdury model 2005. Total observations for this research are 1 375 firm years for the cost of debt model and 1564 firms years for the cost of equity model from year 2003 2011. This research is tested by panel data regression with random effect regression model. The result of this research shows that accruals earnings management and real earnings management have no significant impact on company's cost of debt and cost of equity.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Dewi Windrati
"Meningkatnya biaya kesehatan membuat PT Pelindo II mengubah sistem jaminan pemeliharan kesehatan untuk karyawan, pensiunan dan keluarganya dari sistem _/Zee for service menjadi bentuk asuransi dengan premi tertentu. Untuk itu PT Pelindo II menunjuk Bapel JPKM RSPJ sebagai asuradumya. Setelah berjalan hampir tujuh tahun RS. Pelabuhan Jakarta mengalami dCfiSil yang cukup signifikan. Sejak tahun 2007 Bapel memberlakukan kapitasi untuk PPK I di RS. Pelabuhan Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran utilisasi pelayanan kesehalan dan mengevaluasi biaya obat berdasarkan karakteristik pasien di PPK I hanya dibatasi tentang analisis biaya pelayanan kesehatan berdasarkan karakteristikdi PPK I pada pasien JPKM tahun 2007. Metode penelitian yang digunakan aclalah metode survey operasional dengan pendekatan kuantitatif dimana populasi adalah pcscrta Bapel JPKM RSP] tahun 2007 dan sampel penelitian adalah peserta yan mcnggunakan PPK I tahun 2007.
Hasil penelitian menunjukkan utilisasi PPK I adalah 28,4%. Dari kapitasi tahun 2007 sebesar Rp. 2.2l7_999.700,- terjadi kerugian sebesar 17,8%. Faktor umur, domisili, dan kelas jabatan atau status pegawai memiliki hubungan bermakna terhadap tingginya biaya obat di PPK I, sehingga diperlukan penghematan biaya obat di rawatjalan. RSPJ sebagai penerima kapitasi sebaiknya melakukan review utilisasi terhadap penggunaan biaya kapitasi disemua PPK yang ada.

Increasment in health services cost make PT. Pelindo II change their health savety net system from fee for service to insurance form with certain premi for the employees. pensioners and their family. In order to that, PT. Pelindo II chose Bapel J PKM as the provider. Aiier runs almost seven years, RS. Pelabuhan Jakarta had a significant deficit, so in 2007 Bapel applied capitation for PPK I in RS. Pelabuhan Jakarta.
This research aim is to viewed the health services utilization and evaluate the medication cost in which only on analyzing health services cost by the characteristic of patients in PPK I especially JPKM patiens in 2007. Research conducted in operational survey methode with quantitative approach for which the population arc participants of Bapel JPKM RS. Pelabuhan Jakarta in 2007, and the sample of this research are PPK I users in 2007.
Result of this research shows utilization of PPK I is 28,4 percent, and Rp.2.2l7.999.700,- from the capitation in 2007 means 17,8 percent loss. The age factor, place of stay, and employee status has a significant correlation to the increasment of medication cost in PPK I, that is why the medication cost in out- patient unit has to be reduce. According to that. RS. Pelabuhan, as the capitation reception, needs to overview the utilization within users of capitation in all existing PPK in RS. Pelabuhan Jakana.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34277
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasnil HS Basrie
"Proyek konstruksi merupakan kegiatan dinamis, beresiko, dan bersifat multi kompleks yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu. Selain itu proyek juga bersifat unik karena setiap proyek memiliki karakteristik, spesifikasi dan kondisi yang berbeda. Sasaran dari proyek pada umumnya adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang tersedia, waktu penyelesaian proyek sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, dan hasil kegiatan proyek memenuhi mutu yang disyaratkan sesuai dengan spesifikasi sehingga dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Dengan sifat dan keterbatasan dari proyek, maka dipandang perlu suatu sistem manajemen konstruksi yaitu pengadaan jasa konstruksi untuk mendapatkan kontraktor yang berkualitas untuk mencapai sasaran yang diinginkan.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan secara kuantitatif melalui analisis regresi berganda pengaruh kualitas pengadaan jasa konstruksi terhadap peningkatan kinerja biaya Proyek Pemeliharaan DPU DKI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para kontraktor dimana sebagai responden adalah pengelola proyek yang bersangkutan.
Hasil analisis dari 27 sampel proyek yang telah dilakukan menunjukkan bahwa peningkatan kinerja biaya dipengaruhi oleh faktor-faktor Kualitas Spesifikasi Teknis, Kualitas Aanwijaing dan Lingkup Pekerjaan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T1142
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weny Rinawati
"Latar belakang. Masalah yang sering dihadapi pada pelayanan pasien Jaminan Kesehatan Nasional adalah kesenjangan biaya perawatan pasien stroke dengan tarif INA-CBGs. Hal ini terkait dengan biaya perawatan dan Clinical Pathway.
Tujuan. Mengetahui biaya perawatan pasien stroke di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.
Metoda. Penelitian kuantitatif deskriptif mengikutsertakan 277 subjek penyakit stroke yang diperoleh di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta selama Januari ? Juni 2015. Biaya perawatan stroke dihitung berdasarkan biaya satuan (unit cost) dengan menggunakan metode activity based costing dan Clinical Pathway.
Hasil. Biaya satuan perawatan stroke iskemik dan stroke hemoragik berdasarkan Clinical Pathway, dengan memperhitungkan biaya investasi dan biaya gaji, tanpa memperhitungkan jasa medis berturut-turut adalah Rp 311,860,860.83 dan Rp 585,083,610.01; dengan memperhitungkan biaya investasi, biaya gaji, dan jasa medis berdasarkan tarif rumah sakit adalah Rp 321,682,940.73 dan Rp598,929,450.01; dengan memperhitungkan biaya investasi, biaya gaji, dan jasa medis berdasarkan tarif IDI adalah Rp 318,360,860.73 dan Rp 594,333,610.01; tanpa memperhitungkan biaya investasi, biaya gaji, dan jasa medis adalah Rp30,361,681.00 dan Rp25,698,199.46; tanpa memperhitungkan biaya investasi dan biaya gaji, tetapi memperhitungkan jasa medis berdasarkan tarif rumah sakit adalah Rp 40,183,761.00 dan Rp 39,544,199.46; tanpa memperhitungkan biaya investasi dan biaya gaji, tetapi memperhitungkan jasa medis berdasarkan IDI adalah Rp 36,861,681.00 dan Rp 34,948,199.46.
Simpulan: Dijumpai selisih biaya perawatan berdasarkan biaya satuan dan Clinical Pathway, baik yang memperhitungkan biaya investasi, gaji, dan jasa medis, maupun tanpa memperhitungkan biaya investasi, gaji, dan jasa medis, dengan tarif layanan existing dan tarif INA-CBGs.

Background. Problem often encountered in patient care National Health Insurance is the gap between the cost of stroke treatment with INA-CBGs tariff. This is related to the cost of treatment and the Clinical Pathway.
Aim. Knowing the cost of stroke treatment in the National Brain Center Hospital Jakarta.
Methods. Descriptive quantitative study involving 277 subjects stroke obtained at the National Brain Center Hospital Jakarta during January - June 2015. The cost of stroke treatment are calculated based on the unit cost using activity-based costing method and Clinical Pathway.
Results. The unit cost of ischemic stroke and hemorrhagic stroke treatment by Clinical Pathway, taking into account investment costs and salary costs, regardless of medical services is IDR 311,860,860.83 and IDR 585,083,610.01; taking into account investment cost, salary cost, and medical services tariff based hospital is IDR 321,682,940.73 and IDR 598,929,450.01; taking into account investment cost, salary cost, and medical services tariff based IDI is IDR 318,360,860.73 and IDR 594,333,610.01; without taking into account investment cost, salary cost, and medical services are IDR 30,361,681.00 and IDR 25,698,199.46; without taking into account the investment cost and salary cost, but taking into account medical services tariff based hospital is IDR 40,183,761.00 and IDR 39,544,199.46; without taking into account the investment cost and salary cost, but taking into account medical services tariff based IDI is IDR 36,861,681.00 and IDR 34,948,199.46.
Conclusion. Found difference in the cost of stroke treatment is based on unit cost and Clinical Pathway, both of which take into account the investment, salaries, and medical services cost, and without taking into account investment, salaries, and medical services cost, with existing services and tariff rates INA-CBGs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45973
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>