Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72865 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widyo Ari Nugroho
"Masyarakat telah banyak menggunakan produk jamu selama puluhan tahun khususnya jamu rematik. Dewasa ini diketahui ada beberapa produsen jamu yang menambahkan zat kimia sintetis dalam produk jamu mereka. Salah satunya adalah fenilbutazon, yang memang berkhasiat sebagai obat anti-rematik. Efek samping fenilbutazon yang jelas terlihat adalah mual, muntah, nyeri epigastrium, reaksi alergi pada kulit, gangguan lambung, diare, vertigo, insomnia, euforia, hematuria dan penglihatan manjadi kabur. Penelitian ini untuk membuktikan adanya bahan kimia fenilbutazon dalam produk jamu rematik. Penelitian ini dilakukan pada Maret 2009 di Laboratorium Departemen Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan metode kromatografi lapis tipis dan spektrofotometri pada beberapa produk jamu rematik. Hasil penelitian diduga adanya bahan kimia fenilbutazon dalam produk jamu tersebut.

People have used herbal medicine throughout the ages, especially herbal medicine for rheumatics. Nowadays, there has been known that some producers of this herbal medicines adding some synthetic chemical ingredients to their products. One of them is phenylbutazone, which is known to be an anti rheumatics drugs. The adverse effects of phenylbutazone are nausea, vomiting, epigastric pain, allergic reaction on skin, gastritis, diarrhea, vertigo, insomnia, euforia, hematuria and blurring vision. This experiment is to prove that there is phenylbutazone in the rheumatic herbal medicine products. This descriptive study conducted in March 2009 in Pharmaceutical Laboratory of Faculty of Medicine University of Indonesia by using thin layer chromatography and spectrophotometry on some herbal medicine for rheumatic. The experiment shows that there is chemical substance of phenylbutazone in the traditional medicine package."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratri Wahyu Mulyani
"Usaha-usaha yang dilakukan oleh aparat penegak hukum belum berhasil memberantas peredaran jamu berbahan Kimia Obat (BKO). Salah satu penyebabnya adalah penindakan yang bersifat reaktif sporadis, membuka kesempatan pelanggar hukum untuk beradaptasi dan terus berinovasi dalam melaksanakan modus operandinya demi menghindari tekanan dari penegak hukum. Untuk mengatasi hal ini diperlukan kewaspadaan nasional terhadap ancaman peredaran jamu BKO sebagai dasar penyusunan dan pelaksanaan suatu sistem peringatan dini. Yaitu serangkaian teknologi, kebijakan dan prosedur yang disusun khusus untuk pemprediksi dan memitigasi dampak peredaran jamu BKO. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode collection and analysis dalam pengolahan data. Teknik triangulasi digunakan untuk memastikan validitas data baik primer maupun sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelibatan komponen intelijen negara dan partisipasi aktif masyarakat menjadi hal yang mutlak dibutuhkan demi keberhasilan sistem peringatan dini atau early warning terkait peredaran jamu BKO. Badan intelijen negara selaku coordinator dari seluruh intelijen yang ada di instansi negara wajib menjalankan fungsi sebagai komite intelijen pusat (kominpus). Dalam satu system yang dibangun seharusnya Indonesia National Single Window (INSW) seharusnya didapat kerjasama kontrol antar lembaga yaitu BPOM, BIN, Bea dan Cukai, Kepolisian dan masyarakat. Early warning system menghadirkan 4 komponen utama sistem peringatan dini yaitu pengetahuan resiko, layanan pemantauan dan peringatan, diseminasi dan komunikasi serta kemampuan respons. Saran untuk melakukan pemberantasan dan pencegahan peredaran jamu BKO adalah melakukan studi untuk menilai potensi kerugian negara akibat peredaran BKO. Hasil studi tersebut dijadikan dasar untuk membangun kewaspadaan nasional dan ditindak lanjuti dengan penyusunan sistem peringatan dini yang melibatkan berbagai instansi terkait dan dukungan masyarakat.

Efforts by law enforcement officers have not succeeded in eradicating the circulation of medicinal chemicals-contained herbal medicine or also known as Jamu Berbahan Kimia Obat (BKO). One of the causes is sporadic reactive action, which gives opportunities for law offenders to adapt and continue to innovate in carrying out their operational mode to avoid pressure from law enforcement. In order to overcome this issue, national awareness as an early warning system regarding the threat of BKO herbal medicine distribution is required. Such early warning system comprises a series of technologies, policies and procedures devised specifically for predicting and mitigating the impact of BKO herbal medicine circulation. This research uses the qualitative approach with collection and analysis method in data processing. Triangulation techniques are used to ensure the validity of both primary and secondary data. The results showed that the involvement of state intelligence components and the active participation of the community becomes absolutely necessary for the success of early warning system or early warning related to the circulation of BKO herbal medicine. National Intelligence Agencies (BIN) as the coordinator of all intelligences in state institutions must perform the function as central intelligence committee (Kominpus). The one-stop integrated system namely Indonesia National Single Window (INSW) should maintain cooperation between institutions such as BPOM, BIN, Customs and Excise, Police and society. Early warning system presents 4 main components, such as risk knowledge, monitoring and warning service, dissemination and communication, as well as response capability. As a suggestion, in eradicating and preventing the circulation of BKO herbal medicine, a study to assess the potential loss of the state due to the circulation of BKO herbal medicine should be conducted. The results of these studies serve as a basis for building national awareness and are followed up by the preparation of an early warning system involving various relevant agencies and community support."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brenda Hayatulhaya
"Jamu tradisional anti reumatik merupakan salah satu pengobatan yang paling sering dikonsumsi masyarakat penderita reumatik. Namun, ditemukan beberapa jamu anti reumatik yang mengandung bahan kimia obat, diantaranya steroid serta metampiron yang dapat menimbulkan efek samping dalam tubuh bila dikonsumsi dengan dosis yang tidak sesuai dan jangka waktu yang panjang. Studi pendahuluan ini dilakukan untuk mengidentifikasi beberapa jamu anti rematik anakah yang mengandung bahan kimia tersebut dengan menggunakan metode reaksi warna, analisis kromatografi lapis tipis (KLT) dan spektrofotometer. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa pada beberapa jamu anti rematik yang diteliti diduga mengandung steroid dan metampiron.

Anti rheumatic traditional herbs is one of the healing commonly used medicine taken mostly by those who have problem with rheumatic. But it was found out that the traditional herbs contains chemical substance, for example this chemistry substance is considered as steroid and methampiron that is likely to create side effect in human body if is it used in wrong doses and in a long term. This experiment is intended to find out which kind of anti rheumatic traditional herbs contains this kind of harmful chemical substance by using the colour reaction tested, Thin Layer Chromatography and ectrophotometer . It is concluded that in a few anti rheumatic traditional herbs which wa observed contains much steroid and metampiron."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kustantri Wahyuni
"Jamu sebagai warisan budaya Indonesia telah tercoreng oleh jamu berbahan kimia obat. Pencampuran jamu dengan bahan kimia obat sekilas nampak sebagai kejahatan yang ‘biasa-biasa’ saja. Namun secara ilmiah diketahui bahwa kimia obat sangat membahayakan jika dikonsumsi tanpa dosis dan aturan yang tepat. Beberapa literatur menunjukkan bahan kimia obat dalam jamu menyebabkan gangguan jantung, gagal ginjal, perforasi lambung, osteoporosis hingga menimbulkan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana proses viktimisasi yang terjadi pada konsumen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan wawancara tidak terstruktur. Data diambil dengan teknik purposive sampling kepada pengguna jamu berbahan kimia obat. Hasil penelitian menunjukkan proses viktimisasi berawal ketika korban memiliki kebutuhan untuk menyembuhkan penyakitnya. Adanya perasaan puas terhadap khasiat jamu berbahan kimia obat tersebut menyebabkan penggunaan secara kontinu. Hingga akhirnya pada satu titik korban merasakan efek negatifnya dan tersadar bahwa itu disebabkan oleh jamu yang ia konsumsi. Proses viktimisasi terhadap korban bisa berlangsung secara singkat, namun bisa pula berlangsung lama. Dampak terhadap kesehatan pun berbeda-beda tergantung pada frekuensi penggunaannya. Kerugian fisik yang dialami antara lain gangguan tidur, badan terasa lemas, batuk-batuk, gangguan jantung hingga mengakibatkan kematian.

Jamu as Indonesia's cultural heritage has been tarnished by herbal medicine mixed with active pharmaceutical substances. Mixing herbs with active pharmaceutical substances seems not a serious crime. However, it is scientifically known that active pharmaceutical substances are very dangerous if consumed without proper dosage and its rules of use. Some literature shows that active pharmaceutical substances in herbal medicine can cause heart disease, kidney failure, gastric perforation, osteoporosis and even death. This study aims to reveal how the victimization process happened to consumers. The method used in this research is qualitative with unstructured interviews. Data were taken using purposive sampling technique. The results show that the victimization process begins when victim has a need to heal their illness without going to a doctor. The satisfaction feeling with the efficacy of herbal medicine mixed with active pharmaceutical substances then causes continuous his consumption. Until finally the victim felt the negative effects and realized that it was caused by the herbs he has consumed. The victimization process can be last in short or in a long time. The impact on health also varies depending on the frequency of use. Physical impact includes sleep disorder, body feels very weak, coughs, heart problems and death."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Andriyana
"Jamu yang berasal dari olahan tanaman herbal telah menjadi obat alternatif yang digunakan oleh masyarakat Jawa untuk mencegah dan meredakan gejala penyakit. Kemasan jamu yang menarik mampu memberikan kesan visual yang baik terhadap jamu agar konsumen tertarik untuk mengonsumsinya. Penelitian ini akan berfokus pada analisis terhadap 8 kemasan jamu yang mengandung unsur-unsur budaya Jawa, yang kemudian diinterpretasikan sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya. Beberapa nama jamu yang dianalisis adalah jamu sri putih, jamu sari asih dan sari asmara, jamu arum bulan dan candra dewi, jamu sepet wangi, jamu serbuk kunir super semar, dan jamu candik ayu. Artikel ini juga berusaha mengetahui setiap konteks yang ada di balik penggunaan ikon, simbol, dan indeks yang ada pada kemasan. Judul kemasan jamu merujuk pada kamus Bausastra dengan mencari makna dasar yang digunakan di dalam penamaan jamu tersebut. Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa kemasan jamu memiliki makna simbolik berdasarkan metode semiotika Charles Sanders Peirce yang memberikan sugesti kepada calon konsumen untuk mengonsumsinya. Makna simbolik dalam kemasan jamu dapat memengaruhi konsumen melalui ikon, simbol, dan indeks yang terdapat pada kemasan jamu tersebut.

Jamu derived from processed herbal plants has become an alternative medicine used by the people of Java to prevent and relieve symptoms of disease. Attractive herbal packaging is able to give a good visual impression of herbal medicine so that consumers are interested in consuming it. This study will focus on the analysis of 8 herbal medicine packaging containing elements of Javanese culture, which is then interpreted in accordance with the meaning contained therein. Some of the names analyzed are jamu sri putih, jamu sari asih dan sari asmara, jamu arum bulan dan candra dewi, jamu sepet wangi, jamu serbuk kunir super semar, dan jamu candik ayu. This article also seeks to know each context that is behind the use of icons, symbols and indexes present on the packaging. The title of the herbal medicine packaging refers to the dictionary Bausastra by looking for the basic meaning used in naming the herbal medicine. Finally, it can be concluded that herbal medicine packaging has a symbolic meaning based on Charles Sanders Peirce's semiotic method, which gives suggestions to potential consumers to consume it. Symbolic meaning in herbal medicine packaging can affect consumers through icons, symbols, and indices contained in the herbal medicine packaging."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Hidayat
"Tesis ini merupakan bagian dari riset tentang the sociology of markets of Indonesian traditional medicine  (jamu) (Hardjosoekarto et al, forthcoming), khususnya yang menyajikan laporan awal tentang dinamika pasar obat tradisional di Indonesia dengan menggunakan konsep market field dari Jense Beckert, yang menekankan interelasi tiga social forces yaitu institutions, networks dan cognitive frames. Studi ini fokus pada respons Koperasi Jamu Indonesia (KOJAI) terhadap peng-ilmiahan Jamu yang dimulai sejak tahun 2007. Social Network Analysis diterapkan untuk mengukur perubahan KOJAI networks, baik pada level makro maupun pada level meso.  Ekplorasi kualitatif perubahan dua KOJAI social forces lainnya, yaitu institutions dan cognitive frames dilakukan pada level meso. Riset ini menyajikan bukti berlakunya Beckertss social grid model dengan pengayaan beberapa novelties. Pertama, dinamika interrelasi tiga social forces itu dapat terjadi di level meso yaitu pada level KOJAI as organizational field. Kedua, stabilitas dan perubahan organizational field itu dapat terjadi karena adanya dinamika internal di dalam organisasi itu sendiri, tetapi dapat juga berlangsung karena adanya perubahan external seperti perubahan institutional rules pada tingkat makro. Ketiga, riset ini juga menyajikan aplikasi Social Network Analysis untuk mengukur network as a market forces, sebuah pengukuran market field yang tidak dilakukan oleh Beckert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, jamu kurang berkembang karena, banyak regulasi yang memperkecil pengaruh dari aktor bisnis, baik itu pelaku usaha jamu maupun petani dalam mendapatkan dominasi nya di market field. Dominasi market field lebih banyak dilakukan oleh aktor dari Pemeritah, namun tetap belum memberikan hasil signifikan dalam pengembangan jamu. Oleh sebab itu, perlu adanya penguatan untuk para pelaku usaha industri yang memiliki keterbatasan modal dalam merealisasikan pemenuhan CPOTB. Sebagai stategi efektif, penelitian ini memberikan saran untuk memobilisasi cognitive frame bahwa proses produksi jamu tidak bisa disamakan dengan proses produksi obat kimia melalui konstruksi pada sisi institusional dan network struktur berdasarkan dari pemikiran Beckert (2010).

This thesis is a part of research on the sociology of markets of Indonesian traditional medicine (jamu) (Hardjosoekarto et al, forthcoming), specifically which presents a preliminary report on the dynamics of the traditional medicine market in Indonesia by using the market field concept from Jense Beckert, which emphasizes the interrelation of three social forces namely institutions, networks and cognitive frames. This study focuses on the response of the Indonesian Herbal Cooperative (KOJAI) to the knowledge of herbal medicine that began in 2007. Social Network Analysis is applied to measure changes in KOJAI networks, both at the macro level and at the meso level. Qualitative exploration of changes in two other KOJAI social forces, namely institutions and cognitive frames is carried out at the meso level. This research presents evidence of the validity of Beckerts's social grid model with the enrichment of several novelties. First, the dynamics of the interrelation of the three social forces can occur at the meso level, namely at the KOJAI as organizational field level. Second, stability and organizational field changes can occur due to internal dynamics within the organization itself, but can also take place due to external changes such as changes in institutional rules at the macro level. Third, this research also presents a Social Network Analysis application to measure network as a market forces, a measurement of market fields that Beckert did not do. The results showed that, herbal medicine was underdeveloped because, there were many regulations that reduced the influence of Bussines actors, both herbal and farmer entrepreneurs in getting their dominance in the market field. Market field domination is mostly done by actors from the Government, but still does not provide significant results in the development of herbal medicine. Therefore, it is necessary to strengthen for industrial businesses that have limited capital in realizing the fulfillment of CPOTB. As an effective strategy, this study provides suggestions for mobilizing cognitive frames that the process of herbal medicine production cannot be equated with the process of producing chemical drugs through construction on the institutional and network structures based on the thought of Beckert (2010)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aan Anjarwati
"Jamu tradisional sering digunakan masyarakat sebagai pilihan pengobatan. Salah satu jamu tradisional yang sering dikonsumsi untuk pilihan pengobatan adalah jamu antirematik. Beberapa jamu antirematik yang beredar di pasaran ditambahkan dengan bahan kimia seperti fenilbutazon, metampiron, dan steroid. Efek samping bahan kimia tersebut jika ditambahkan ke dalam jamu antirematik antara lain tukak lambung, osteoporosis, resistensi insulin sampai gagal ginjal.
Penehehelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada penambahan bahan kimia steroid (prednison) dalam jamu antirematik dengan desain deskriptif metode yang digunakan kromatografi lapis tipis dan spektrofotometer. Dari hasil penelitian deskriptif menunjukkan bahwa jamu antirematik yang beredar di pasaran diduga mengandung steroid (prednison).

Jamu is the one of medicine used in Indonesia. One of jamu that usually consumed by is antirheumatic jamu. Some of antirheumatic jamu added by chemical subtance such as fenilbutazon, metampiron, and steroid. The side effects of jamu antirheumatic added with by chemical substance are gastriris, osteoporosis, insulin resistention, and kidney failure.
This experiment want to know weather antirheumatic jamu is added by chemical substance especially steroid (prednisone) with the descriptive study in qualitative case used thin sheet kromatography and spectrofotometer. The result from descriptive study shows antirheumatic jamu contains suspect of steroid (prednisone)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Hingga saat ini penggunaan bahan kimia obat pada sediaan jamu masih banyak ditemukan di
pasaran. Salah satu senyawa kimia adalah sildenafil sitrat yang sering digunakan pada jamu penambah
stamina. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pereaksi yang cepat dan spesifik untuk menguji
sildenafil sitrat dalam sediaan jamu. Uji spot test dilakukan terhadap sildenafil sitrat murni dan sediaan jamu yang ditambahkan sildenafil sitrat dengan menggunakan beberapa pereaksi kima. Hasil positif
terhadap sildefanil ditunjukkan oleh pereaksi campuran alizarin dengan kobalt nitrat dengan berubahnya warna zat uji dari merah tua ke kuning. Dari hasil pengujian juga diketahui campuran pereaksi ini cukup
sensitif untuk mendeteksi adanya sildenafil sitrat dalam jamu dengan batas konsentrasi 0,3% b/b."
615 JSTFI 1:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
weiss, Rudolf Fritz
Stuttgart: Thieme, 2000
615.321 WEI h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Era Kristianti
"Di perkotaan khususnya daerah Jakarta, keberadaan penjual jamu gendong keliling ditemukan. Jamu dijual dengan cara digendong sehingga menimbulkan risiko ergonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat risiko ergonomi pada penjual jamu gendong di daerah Cipinang Besar Selatan pada bulan Mei - Juni 2011. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. penilaian menggunakan metode REBA dengan melakukan pengukuran pada Postur (Postur leher, Postur Punggung, Postur Lengan atas & bawah, Postur Pergelangan tangan serta Postur kaki), Beban , Pegangan, Durasi, Frekuensi. Berdasarkan hasil pengukuran REBA pada saat menurunkan bakul jamu didapatkan skor +9. Pada saat Meracik didapatkan skor +1 (sisi kanan) dan +3 ( sisi kiri). Pada saat menaikkan bakul, lengan kanan didapatkan skor +10 dan lengan kiri skor +11. Serta pada saat berjalan didapatkan skor +5.

Particularly in urban areas of Jakarta, where herbalist carrying around is not difficult and the seller is selling medicinal herbs in a way that raises the risk of ergonomic sling. The purpose of this study was to determine the level of ergonomic risk picture at herbalist in the area carry the Big South Cipinang in May-June 2011. This study used cross-sectional study design. To determine the risk level on the herbalist ergonomic carrying current work activity, with assessment using REBA method by performing measurements on posture (neck Posture, Posture Back, Posture upper & lower arm, wrist posture and the posture of the foot), Burden, Handle, Length, frequency. Based on the measurement results at the lower basket REBA herbs obtained scores +9. At the time of dispensing obtained score +1 (right side) and +3 (left side). Raise the basket at the time, obtained the right arm and left arm score +10 score +11. As well as running obtained score +5."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>