Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53425 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Rahmania
"Skripsi ini memaparkan jenis-jenis kata sapaan yang dipakai oleh masyarakat Baduy. Selain itu, skripsi ini juga membahas faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi digunakannya suatu jenis kata sapaan di Baduy sehingga dapat diketahui sistem sapaan masyarakat Baduy. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian ini berupa jenis-jenis kata sapaan, faktor-faktor yang mempengaruhi, serta sistem sapaan masyarakat Baduy. Hasil penelitian Kata Sapaan dalam Bahasa Baduy ini merupakan suatu bentuk pendokumentasian bahasa suku Baduy pada masa ini.

The focus in this study is kinds of term of address in Baduy society. Besides that, it also focus in factors that influential the term of address in Baduy society so the address system in Baduy will be ascertainable. This research is qualitative descriptive interpretive.
The result in this study is kinds of term of address in Baduy society, factors that influential the term of address in Baduy society, and also the system of address in Baduy society. This study is a documentation about Baduy ethnic language in this time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S10735
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raehana Ulfha
"Skripsi ini memaparkan jenis-jenis kata sapaan nonkekerabatan apa saja yang dipakai oleh masyarakat Korea. Selain itu, dalam skripsi ini juga akan dibahas faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan kata sapaan di masyarakat Korea. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah berupa tabel yang berisi jenis-jenis dari kata sapaan serta faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya. Melalui hasil penelitian ini dapat diketahui sistem kata sapaan apa saja yang dipakai masyarakat Korea terutama dalam hubungan nonkekerabatan.

The focus in this study is to explain the kinds of non-kinship addressing term in Korean society. Besides that, this study also focuses in factors that influence the using of addressing term in Korean society. This research is qualitative descriptive interpretive. The result in this study is a table which its content is about the kind of non-kinship addressing term in Korean society and several factors that influence it. Through this study, we can know the kind of addressing term in Korean society specially in non-kinship term."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S505
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Sahara
"Berlatar belakang belum adanya kajian linguistik tentang kata sapaan dari karya sastra Indonesia-Tionghoa, maka disusunlah beberapa masalah. Pertama, variasi kata sapaan apa saja yang terdapat dalam novel Indonesia-Tionghoa dan apakah pemakaian kata sapaan tersebut dipengaruhi oleh faktor sosial. Kedua, apakah ada kata sapaan khusus yang mewakili pembauran antarbangsa, terutama melalui hubungan kekasih dan apakah pelapisan sosial pada masa kolonial berpengaruh dalam pemakaian kata sapaan tadi. Dengan menggunakan enam novel sebagai bahan kajian, maka penganalisisan korpus dilakukan berdasar hubungan antar patisipan dan latar masyarakat pada masa itu. Faktor bahasa yang digunakan oleh para tokoh yang bermain dalam novel juga tidak luput dari penganalisisan. Setelah penganalisisan dilakukan, diperoleh beberapa hasil yang patut dicatat. Pertama, kata sapaan yang digunakan bervariasi jenisnya, pemakainya, dan bahasa yang dipakai. Kedua, faktor-faktor seperti status, kedudukan, kekayaan, dan usia yang dimiliki oleh partisipan kedua menjadi hal yang patut diperhitungkan pada saat pemakaian kata sapaan. Ketiga, sistem pelapisan sosial pada masa kolonial berperan dalam pemilihan kata sapaan sehingga tidak ada sapaan khusus yang mewakili hubungan kekasih berlainan bangsa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S10916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmayanti
"Kata sapaan merupakan salah satu bentuk adanya variasi bahasa dalam suatu masyarakat bahasa. Kata sapaan adalah kata atau frase yang dipergunakan untuk saling merujuk dalam situasi pembicaraan dan yang berbeda-beda menurut sifat dan hubungan antara pembicara (Kridalaksana, 2001:16).
Dalam bahasa Rusia kata sapaan muncul selain berbentuk pronomina yaitu Ty dan Vy juga muncul berbentuk nomina seperti nama (Anton Antonovic), nama diri (Anton), pangkat (/ sud'ja / `hakim). Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis dua drama Rusia karya Nikolai Vasilievich Gogol, yaitu Inspektur Jenderal dan Perkawinan. Pemilihan drama sebagai penelitian karena dalam drama, bentuk kata sapaan dapat terlihat jelas karena merupakan dialog-dialog langsung.
Tujuan penulisan ini adalah memberikan deskripsi dan pemahaman tentang pemakaian kata sapaan dalam drama Rusia berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti hubungan sosial atau konteks sosial para tokoh dalam drama tersebut.
Setelah dilakukan analisis, diperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, kata sapaan nomina yang dipakai bervariasi bentuk atau jenis dan pemakainya. Kedua, faktor-_faktor seperti persamaan atau perbedaan status atau kedudukan, rasa hormat, jarak hubungan (tingkat keakraban) dan hubungan kekerabatan merupakan faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan pemakaian kata sapaan tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S15087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Amanda Basri
"Seperti telah diungkapkan sebelum ini, dalam BIng pemakaian KGO2 you tidak lagi menunjukkan status pembicara dan yang diajak bicara. Status dapat ditunjukkan dengan pemakaian kata panggilan. Pendapat ini sudah diungkapkan oleh Brown, Ford, Gilman, Irvin-Tripp dan Bell. Apabila dicocokkan pendapat mereka dengan korpus yang digunakan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa jarak sosial dan status sosial individu sangat menentukan hubungan P1 dan P2 dan dalam menentukan kata panggilan yang akan dipakai. Dalam Bind hubungan antara P1 dan P2 dapat dilihat dari pemakaian KGO2, selain pemakaian kata panggilan seperti dalam BIng. Dalam memilih padanan kata sapaan BIng dalam Blnd, pertama-tama ditentukan hubungan antara pelaku dalam BIng dan kemudian disesuaikan dengan melihatnya dari kaca mata kebudayaan Indonesia dan kaidah sosiolinguistis agar hasil terjemahan terasa wajar. Karena adanya penyesuaian dengan latar belakang kebudayaan Indonesia itu maka KGO2 you mempunyai padanan yang berbeda-beda"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S14234
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Outline: Hingga saat ini masyarakat Baduy masih terikat pada pikukuh (adat yang kuat) yang diturunkan dari generasi ke generasi. Salah satu pikukuh itu berbunyi lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambungan (panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung). Makna pikukuh itu antara lain tidak mengubah sesuatu, atau dapat juga berarti menerima apa yang sudah ada tanpa menambahi atau mengurangi yang ada. Insan Baduy yang melanggar pikukuh akan memperoleh ganjaran adat dari puun (pimpinan adat tertinggi. Pengalaman pikukuh yang taat menyebabkan masyarakat Baduy memiliki kearifan dalam mitigasi bencana. Buku ini merupakan abstraksi hasil penelitian dalam rangka Hibah Riset Kompetensi DIKTI tahun 2010. Secara umum mitigasi bencana diartikan sebagai perencanaan yang tepat untuk meminimalkan dampak negatif terhadap manusia. Mitigasi bencana merupakan kegiatan pertama dari tiga kegiatan utama dalam manajemen bencana, yakni kegiatan prabencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini. Dua kegiatan lainnya adalah saat terjadi bencana, mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan Search and Rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian; dan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Kegiatan pada tahap prabencana selama ini banyak dilupakan, padahal kegiatan pada tahap prabencana sangatlah penting karena mencakup baik perencanaan maupun pelaksanaan tindakan untuk mengurangi risiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi. Oleh karena itu, masyarakat harus mengetahui dan memahami serta mampu menyiasati cara hidup berdampingan dengan bencana."
Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2010
305.899 22 CEC k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Tata ruang adalah khas pada setiap kelompok masyarakat. Konsep tata ruang suatu masyarakat banyak ditentukan oleh sistem budayanya yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, norma-norma dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Tata ruang suatu masyarakat sering kali juga merupakan simbolisasi dari kenyataan slam dan sosial-budaya masyarakat tersebut.
Tata ruang penting dalam pembangunan terutama terkait dengan pembangunan pemukiman dan perwilayahan. Karena pada setiap masyarakat memiliki konsep tertentu tentang tata ruang. Dengan mengerti secara mendalam adat-istiadat tentang keruangan suatu masyarakat, niscaya program pembangunan yang berhubungan dengan pemukiman dan perwilayahan tidak bertentangan dengan pandangan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan.
Dipilihnya Baduy sebagai obyek kajian ini karena: (I) merupakan salah satu kelompok masyarakat di Jawa Barat, yang khas dan unik yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya, (2) masyarakat Baduy dianggap sebagai salah satu kelompok masyarakat di Jawa Barat yang masih memegang teguh adat istiadat leluhur, (3) masyarakat ini sebenarnya telah dikepung oleh modernisasi, namun sampai saat ini masih mampu menjaga adat istiadat mereka, dan (4) kajian tentang tata ruang masyarakat Baduy ini secara khusus belum banyak dilakukan.
Khusus mengenai kekhasan dan keunikan masyarakat Baduy ini secara nyata dapat dilihat pada rumah atau bangunan dan penataannya dalam suatu kampung. Di Baduy Dalam khususnya, rumah di mana-mana bentuk dan orientasinya sama. Penataan rumah dan bangunan-bangunan lainnya juga menunjukkan kesamaan antara satu kampung dengan kampung lainnya. Selain itu, gambaran penataan tersebut tercermin pula dalam penataan kawasan Baduy. Berdasarkan hal yang menarik tersebut, permasalahan yang dikaji adalah:
1. konsep apakah yang mendasari penataan ruang tersebut.
2. dengan adanya konsep tertentu dalam penataan ruang tersebut, bagaimanakah pengaruhnya terhadap pola perilaku
3. bagaimana `fungsi dan -makna ruang tersebut dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Baduy.
Penelitian ini pada dasarnya bersifal deskriptif kualitatif-. Untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang masih hanyak mengikuti tradisi leluhur mereka, maka lokasi penelitian utama dilakukan di Baduy Dalam. Sedangkan sehagai pemhandingnya dilakukan pula di Baduy Luar. Data yang dikumpulkan meliputi data primer, herupa (1) DATA FISIK berupa bangunan-bangunan dan .alam lingkungan, dan (2) NON FISIK berupa ideologikal (ide, norma, yang ideal atau yang seharusnya) dan sosial (realitas perilaku masyarakat). Untuk memperoleh data FISIK dilakukan dengan cara observasi dan deskripsi. Sedang NON FISIK dilakukan dengan cara wawancara (ideologikal), serta observasi dan wawancara (sosial). Sementara itu, data sekunder yang dikumpulkan berupa kepustakaan yang berhubungan dengan topik kajian ini.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penataan ruang Baduy mengacu pada konsep "Baduy sehagai pancer bumi" . Sehubungan dengan itu maka: (1) Baduydianggap sehagai pusat dunia, baik secara FISIK (awal penciptaan bumi dan asal usul manusia yang berpusat di Sasaka Domas), maupun secara MENTAL (pelindung dunia dan segala isinya), (2) Sebagai pusat bumi, Sasaka Domas menjadi orientasi atau arah 'kiblat', baik secara FISIK maupun NON FISIK. Selain itu, fungsi ruang dapat dilihat dalam dua hal, yaitu fungsi dalam hubungannya dengan pola pemanfaatan (ruang pribadi, sosial, sakral, dan profan), dan fungsi dalam kaitannya dengan pola waktu (ruang yang kontinyu, sewaktu-waktu, dan berubah-ubah).
Penataan ruang Baduy juga melahirkan suatu simbolisasi yang terwujud dalam klasifikasi dua, berupa (1) 'dalam-luar' yang memiliki makna teritorial (Baduy Dalam dan Baduy Luar), dan makna tingkat kesucian (Baduy Dalam lebih suci daripada Baduy Luar), (2) 'atas - bawah' yang memiliki makna pembagian dunia menjadi Dunia atas danDunia hawah, serta (3) 'tinggi - rendah' yang mengacu pada makna makna lantai atautempat yang tinggi dan rendah, tinggi dianggap lebih sakral dibanding rendah (pada letak rumah puun, lantai imah, tangtu); dan klasifikasi tiga berupa pembagian ruang menjadi 'atas-tengah- bawah' pada (I) 'buana luhur-buana tengah-buana handap', (2) pembagian rumah secara vertikal atap (dunia atas), badan (dunia tengah) dan kaki/ kolong (dunia hawah), dan (3) pelapisan masyarakat menjadi 'tangtu - panamping - dangka'."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoewisno MS
Jakarta: Khas Studio , 1988
305.809 58 DJO p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2006
729 CEC t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>