Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135427 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Adriani
"Penelitian ini berfokus pada penggunaan kata futsuuni sebagai bahasa anak muda Jepang yang telah mengalami pergeseran dan perubahan dalam segi semantik. Kemudian difokuskan pula terhadap hal-hal yang mempengaruhi perubahan dan pergeseran makna tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan disain deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner ke mahasiswa/I BIPA UI dan penutur asli bahasa Jepang yang tinggal di Jepang. Kemudian, analisis dilakukan dengan merujuk pendapat para peneliti di bidang linguistik bahasa Jepang.
Dari analisis terhadap hasil kuesioner, disimpulkan bahwa, penggunaan kata futsuuni sebagai bahasa anak muda Jepang yang bersifat arbitrer, menyebabkan makna futsuuni yang beragam, yakni tidak hanya bermakna atarimae, ippanteki, dan heibon, tetapi juga terjadi perubahan dan pergeseran makna. Ditemukannya makna lain yang tersirat pada makna futsuuni, baik masih berada dalam satu medan makna, seperti hijouni, maupun rujukan baru yang tidak berada dalam satu medan, seperti hontou, igaini, heizento. Selain itu, masih adanya kelompok yang tidak mengetahui rujukan baru dari kata futsuuni, menimbulkan kesalahpahaman bahkan rasa sakit hati, hingga muncul asumsi terjadinya peyoratif. Ditambah lagi, tumpang tindih makna yang terjadi pada peristiwa yang sama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13806
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Balukh, Olce
"Kata pinjaman dalam setiap bahasa adalah fenornena yang wajar saja ditemui mengingat kontak antarbahasa saat ini sudah tidak dapat dihindarkan lagi karena derasnya arus informasi dan globalisasi. Fenomena ini pun dapat ditemui dalam bahasa Jepang yang memiliki banyak kata pinjaman atau gairaigo. Bahasa jepang sejak awal meminjam kata-kata dari bahasa Cina, namun kata-kata itu tidak digolongkan ke dalam gairaigo. Gairaigo dalam bahasa Jepang adalah kata-kata asing (selain bahasa Cina) yang menjadi bahasa Jepang dan digunakan sebagai milik sendiri, dan biasanya ditulis dalam katakana. Karena merupakan produk asing, kata pinjaman seringkali mengalami penyesuaian-penyesuaian yang kemudian melahirkan perbedaan-perbedaan, seperti pada lafal, bentuk kata, jenis maupun kelas kata, bahkan sampai kepada makna katanya.Umumnya kata pinjaman dalam bahasa Jepang terbagi dua : kata pinjaman yang bermakna sama dengan makna asalnya dan kata pinjaman yang berbeda maknanya dengan makna asalnya. Skripsi ini membahas kata pinjaman yang disebut belakangan. Kata pinjaman bahasa Jepang dapat berbeda dari makna asalnya (bergeser, menyempit, meluas) antara lain karena penyingkatan kata, perubahan kelas kata, peminjaman hanya satu makna dari banyak makna kata asal, makna khusus yang dimiliki kata tersebut sebagai kata pinjaman, dan hubungan kata serta arti. Beberapa kata pinjaman merupakan bentukan Jepang sendiri dan seringkali memiliki makna yang amat berbeda dibandingkan dengan makna dalam bahasa asalnya. Narnun, tidak berarti pemakaian makna kata pinjaman dalam bahasa Jepang tersebut keliru, karena makna kata bersifat arbiter dan konvensional. Keberadaan kata pinjaman dalam bahasa Jepang merupakan gambaran dari bangsa Jepang yang suka meniru namun sekaligus kreatif menciptakan kata-kata baru."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Mariska
"Skripsi ini membahas tema nalisis semantik adverbia gitaigo (kata tiruan bunyi yang menggambarkan keadaan atau perasaan)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13719
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Maulina Hidayat
"Wakamono kotoba atau bahasa anak muda merupakan bahasa yang digunakan oleh kaum muda. Salah satu karakteristik yang membedakan wakamono kotoba dengan bahasa Jepang standar adalah adanya perubahan makna. Perubahan ini dapat dilihat melalui salah satu wakamono kotoba, yaitu kata toutoi. Kata toutoi awalnya bermakna ‘suci’, ‘mulia’. Akan tetapi, makna kata toutoi mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pergeseran makna kata toutoi dalam wakamono kotoba. Data penelitian bersumber dari media sosial X. Kuisioner terhadap penutur jati bahasa Jepang juga dibuat untuk membantu analisis makna dari kata toutoi. Hasilnya ditemukan bahwa makna kata toutoi bermacam-macam tergantung konteks yang mengikutinya. Kata toutoi dapat bermakna ‘suka’, ‘terbaik’, ‘luar biasa’, ‘lucu’, ‘terharu’, ‘hebat’, ‘sempurna’, serta ‘senang’. Selain itu, ditemukan variasi kata toutoi yang telah mengalami perubahan secara morfologis dan fonologis, yaitu (i) toutoi, (ii) toutoiiii, (iii) teetee, (iv) toutoshi, (v) touto, serta toutoi yang berkolokasi dengan (i) nomina dan (ii) verba. Kata toutoi juga dapat digunakan sebagai adverbia.

Wakamono kotoba or youth language is a language used by young people. One of the characteristics that distinguishes wakamono kotoba from standard Japanese is the change in meaning. This change can be seen through one example of wakamono kotoba, the word toutoi. The word toutoi originally meant ‘holy’, ‘noble’. However, the meaning of the word toutoi has changed over time. This research aims to explain the shift in the meaning of the word toutoi in wakamono kotoba. The data in this research was sourced from social media X. A questionnaire for Japanese native speakers was also created to help analyse the meaning of the word toutoi. The result shows that the meaning of the word toutoi varies depending on the context that follows. The word toutoi can mean ‘like’, ‘best’, ‘marvellous’, ‘cute’, ‘moved’, ‘amazing’, ‘perfect’, and ‘happy’. In addition, there are variations of the word toutoi that have undergone morphological and phonological changes, namely (i) toutoi, (ii) toutoiiii, (iii) teetee, (iv) toutoshi, (v) touto, and toutoi that collocate with (i) nouns and (ii) verbs. The words toutoi can also be used as an adverb."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. M. Mahendra
"
ABSTRAK
Masa pendudukan Jepang di Indonesia yang berlangsung antara tahun 1942 sampai dengan 1945 membawa perubahan besar pada tatanan sosial budaya dan ekonomi-politik masyarakat Indonesia. Pada bahasa, masa itu merupakan salah satu tonggak penting perkembangan bahasa Indonesia. Pada masa itulah bahasa Indonesia didorong penggunaannya secara lebih intensif dan ekstensif oleh pemerintah pendudukan Jepang. Bagi Jepang, tujuannya tak lain hanya untuk memperlancar proses pendudukan dan mengambil hati bangsa Indonesia.
Selain upaya intensifikasi dan ekstensifikasi bahasa Indonesia, salah satu ciri yang menonjol dalam bahasa Indonesia adalah pemakaian kosa kata dan metafora yang khas masa itu. Kekhasan yang terjadi bisa dikaitkan dengan perubahan tatanan sosial-budaya dan ekonomi-politik dari masa kolonial Belanda ke masa pendudukan Jepang.
Skripsi ini mendeskripsikam kemunculan kata-kata kunci dan penggunaan metafora yang khas pada teks Sumera Mitami yang dimuat pada koran Asia Raya yang terbit pada bulan Maret 1942. Kata-kata kunci yang muncul dan perluasan makna metaforisnya dapat diinterpretasikan sebagai pencerminan ideologi yang dibawa pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia melalui bahasa. Pada skripsi ini pembaca dapat melihat bagaimana kata-kata kunci dan metafora telah digunakan untuk menyampaikan ideologi masa itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S10981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kinanti Kanya Niramaya
"Wakamono kotoba adalah variasi bahasa dialek sosial yang digunakan oleh kelompok umur tertentu, yaitu anak muda Jepang. Salah satu wakamono kotoba yang sedang populer di kalangan anak muda Jepang adalah kata pien. Kata pien mulai berkembang sejak 2019 hingga sekarang, dan telah memperoleh berbagai nominasi sebagai kata nomor satu yang paling sering digunakan oleh anak muda. Namun karena wakamono kotoba hanya digunakan oleh kelompok anak muda, kelompok usia lain ataupun orang asing mengalami kesulitan untuk memahami wakamono kotoba, seperti kata pien ini. Sehingga tujuan penelitian ini adalah pemaknaan kata pien dalam wakamono kotoba bahasa Jepang berdasarkan metode korpus. Data dalam korpus yang dicermati adalah ujaran wakamono kotoba yang ditulis pada media sosial Twitter. Hasil analisis menunjukkan bahwa kata pien lebih sering digunakan di akhir ujaran setelah (i) verba, (ii) partikel final, (iii) nomina, (iv) adjektiva, dan (v) kopula. Kata pien juga digunakan sebagai onomatope gitaigo untuk mengungkapkan ekspresi rasa sedih dan ekspresi rasa senang.

Wakamono kotoba is a social dialect language variation that is used by certain age group, namely the Japanese youth. One of the wakamono kotoba that is currently popular among the Japanese youth is the word pien. The word pien has been developing since 2019 until now, and has received various nominations as the number one most used word by young Japanese people. However, because wakamono kotoba is only used by young people, other age groups or foreigners have difficulty in understanding wakamono kotoba, for instance, the word pien. The purpose of this research is to understand the word pien in Japanese wakamono kotoba based on the corpus method. This research’s corpus consists of wakamono kotoba discourses written on Twitter. The result shows that the word pien is more often used at the end of discourse after (i) verbs, (ii) final particles, (iii) nouns, (iv) adjectives, and (v) copula. The word pien is also used as a gitaigo onomatopoeia to express an expression of sadness and an expression of happiness
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Puryadi
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997
499.221 2 DED p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Pancaran Kebajikan
"Popularitas kata sepuh pada bulan September 2023 menimbulkan pertanyaan lebih lanjut terkait makna dari kata tersebut. Penelitian ini menganalisis perubahan makna kata sepuh dalam bahasa Indonesia yang terjadi di media sosial X. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif-kualitatif. Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komponen makna (Nida, 1979) dan pendapat Chaer (2002) terkait jenis-jenis perubahan makna. Data penelitian ini adalah 90 kalimat yang mengandung kata sepuh yang terdapat pada laman teratas media sosial X dari tahun 2018—2023. Dari analisis data ditemukan  11 variasi makna kata sepuh dan 3 makna di antaranya adalah makna yang paling sering dipakai, yaitu makna ‘orang yang tua’, ‘orang yang tua dan tidak bugar’, serta ‘orang yang berpengalaman’. Dari ketiga makna tersebut,  makna yang paling sering digunakan adalah makna yang telah berubah dari makna baku kata sepuh dalam makna kedua dalam lema sepuh KBBI VI, yaitu makna‘orang yang berpengalaman’.

The popularity of word sepuh in September 2023 raised further questions regarding the meaning. This research analyzes changes in the meaning of the word sepuh in Indonesian that occur on social media X. Research using descriptive-qualitative methods. The main theory used in this research is Nida's analysis of meaning components and Chaer's opinion regarding types of meaning changes. Data that are  used in this research is the word sepuh in Indonesian which is found on the top page of social media X. This research collect 90 data in total from 2018–2023 to see the changes that sepuh undergoes. From the results, 11 variations meaning of the word sepuh were found and 3 of them are the most frequently used, namely the meaning of 'old person', 'old and vulnerable person', and 'experienced person'. From 1 out of 3 most frequently used meanings are meaning that have changed from the conventional meaning of the word sepuh in KBBI VI meaning 2 from lema sepuh, that is meaning ‘experienced person’."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cokorda Gde Angga Indra Pratama
"Penelitian ini membahas komponen makna cerdas dan pintar dalam bahasa Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI digunakan sebagai korpus data dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komponen makna cerdas dan pintar, dan relasi makna dari cerdas dan pintar. Teori yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain teori makna yang berdekatan, teori komponen makna, dan teori relasi makna digunakan untuk tercapainya tujuan tersebut. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa cerdas memiliki 25 komponen makna, sedangkan pintar memiliki 39 komponen makna. Dari komponen makna ini diperoleh relasi makna antara cerdas dan pintar, yaitu relasi makna sinonim dekat.

This research analyze component meaning of cerdas and pintar in Indonesian language. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI is used as corpus data in this research. The aim of this research is to determine component meaning of cerdas and pintar, and to determine semantic relation between cerdas and pintar. To reach the objectives of the research, the researcher used component meaning theory, and semantic relation theory. The result of this research showed that cerdas has 25 component meaning while pintar has 39 component meaning. The result also showed that semantic relation between cerdas and pintar is a close synonym relation. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S67391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Supraptiwi
"[Skripsi ini membahas komponen makna ?memisahkan? dalam bahasa Jawa. Batasan memisahkan dalam skripsi ini adalah tindakan memisahkan objek dari induknya. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari majalah Panjebar Semangat edisi tahun 2014 sebagai data primer, dan masukan responden, serta dosen penguji skripsi sebagai data sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kata-kata yang bermakna ?memisahkan? dalam bahasa Jawa, serta komponen makna umum dan komponen makna khusus dari kata-kata tersebut. Penelitian ini menggunakan teori medan makna dan teori komponen makna oleh Nida (1979). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada 39 kata-kata yang bermakna ?memisahkan? dalam bahasa Jawa, dan dari ketiga puluh sembilan kata tersebut ditemukan 4 komponen makna umum dan 57 komponen makna khusus.
;This undergraduate thesis discusses semantic features of 'separating' in Javanese. Data that are used in this study come from Panjebar Semangat magazine 2014 edition as primary data, and respondents? as well as thesis examiners? input as secondary data. This research aims to find Javanese words which have meanings of 'separating' and also its semantic features (common components and distinctive components) . This research uses a theory of semantic field and a theory of semantic features by Nida (1979). The method that is used in this research is descriptive analysis. The results from this study show that: (1) there are thirty-nine words that have 'separating' meaning in Javanese and (2) from those thirty-nine words, this research found 4 common components and 57 distinctive components of ?separating? meaning.
;This undergraduate thesis discusses semantic features of 'separating' in Javanese. Data that are used in this study come from Panjebar Semangat magazine 2014 edition as primary data, and respondents? as well as thesis examiners? input as secondary data. This research aims to find Javanese words which have meanings of 'separating' and also its semantic features (common components and distinctive components) . This research uses a theory of semantic field and a theory of semantic features by Nida (1979). The method that is used in this research is descriptive analysis. The results from this study show that: (1) there are thirty-nine words that have 'separating' meaning in Javanese and (2) from those thirty-nine words, this research found 4 common components and 57 distinctive components of ?separating? meaning.
, This undergraduate thesis discusses semantic features of 'separating' in Javanese. Data that are used in this study come from Panjebar Semangat magazine 2014 edition as primary data, and respondents’ as well as thesis examiners’ input as secondary data. This research aims to find Javanese words which have meanings of 'separating' and also its semantic features (common components and distinctive components) . This research uses a theory of semantic field and a theory of semantic features by Nida (1979). The method that is used in this research is descriptive analysis. The results from this study show that: (1) there are thirty-nine words that have 'separating' meaning in Javanese and (2) from those thirty-nine words, this research found 4 common components and 57 distinctive components of ‘separating’ meaning.
]"
2015
S60999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>