Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146816 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurlaela Ramdhani
"Fabrikasi film polielektrolit terhadap permukaan padatan dengan menggunakan metode adsorpsi layer by layer adalah teknik yang menjanjikan untuk memodifikasi permukaan. Sifat penting Polyelectrolyte Bilayer Modified Zeolite (PEB-MZ) adalah bahwa PEB-MZ memiliki kelebihan muatan positif dan negatif. Kelebihan muatan ini memungkinkan adsorpsi berbagai macam senyawa dengan interaksi elektrostatik.
Penelitian ini memberikan usulan model untuk mengatasi masalah limbah surfaktan dengan metode adsorpsi surfaktan pada adsorben Polyelectrolyte Bilayer Modified Zeolite (PEB-MZ) PAH/PSS. Pembuatan PEB-MZ PAH/PSS dibuat dengan membuat Polymer Modified Zeolite (PMZ) PAH terlebih dahulu pada kondisi optimum hasil penelitian sebelumnya, kemudian melapisi PSS dengan memvariasikan konsentrasi PSS, pH dan kuat ion. Kondisi optimum PEB-MZ PAH/PSS didapat pada konsentrasi PSS 5,0x10-5 M, pH 3 dan konsentrasi kuat ion pada 0.06 M,% PSS yang diadsorpsi sebesar 45.45%. PEB-MZ PAH/PSS diaplikasikan untuk mengadsorpsi HDTMA-Br dan SDS.
Hasil HDTMA-Br 2,0x10-2 M yang diadsorpsi PEB-MZ PAH/PSS sebesar 93.5% dan SDS 3,5x10-2 M yang diadsorpsi pada PEB-MZ PAH/PSS sebesar 32%. Hasil karakterisasi spektrum FTIR PEB-MZ PAH/PSS terlihat adanya puncak serapan pada í = 714,3 cm-1 yang menunjukkan vibrasi regang S-O dari PSS. Hasil karakterisasi spektrum FTIR HDTMA-Br yang teradsorpsi pada PEB-MZ PAH/PSS terlihat adanya puncak serapan pada í = 2923,29 dan 2851,64 cm-1 yang menunjukkan vibrasi regang alifatik sp3 CH dari HDTMA-Br dan pada í = 1473,27 cm-1 yang menunjukkan vibrasi N-H bending dari HDTMA-Br."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
KIM.028/08 Ram s
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Novia Wulandari
"Karaginan merupakan polimer alam yang bersifat anionik. Sifat anionik tersebut membuat karaginan dapat berinteraksi dengan polimer kanionik membentuk kompleks polielektrolit (KPE). Dalam penelitian ini, gelatin digunakan sebagai polimer kationik yang berinteraksi secara ionik dengan karaginan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat eksipien kompleks polielektrolit gelatin-karaginan (KPGK) yang akan digunakan sebagai basis gel topikal ketoprofen serta mengevaluasi gel yang dihasilkan. Larutan gelatin dan larutan karaginan masing-masing 3% (b/v) dicampur dengan perbandingan 1:1. Karakteristik KPGK ditunjukkan dengan indeks mengembang, dan kekuatan gel. Hasil dari sintesis KPGK menunjukkan kemampuan mengembang dalam aquadest sebesar 177% selama 2 jam sedangkan pada medium dapar fosfat pH 7,4 mencapai 193%, dan medium dapar HCl pH 1,2 mencapai 287%. Kekuatan gel dari polimer yang disintesis bernilai 71,216 gf/cm2 pada konsentrasi 4%. KPGK kemudian diformulasikan dalam sediaan gel dengan atau tanpa penambahan peningkat penetrasi menthol. Pada penelitian ini, ketoprofen digunakan sebagai model obat. Gel yang dihasilkan berwarna putih dan memiliki sifat alir pseudoplastis tiksotropik. Daya penetrasinya diuji secara in vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus dan sebagai pembanding digunakan gel ketoprofen yang beredar dipasaran. Berdasarkan uji penetrasi diperoleh bahwa formula ketiga yang mengandung menthol 2% b/v memiliki nilai fluks tertinggi 375,77 ± 75,08 μg cm-2jam-1.

Carrageenan is a natural anionic polymer. That anionic property makes carrageenan can form polyelectrolyte complex (PEC) with cationic polymer. In this research, gelatin was used as anionic polymer that interact ionically with carrageenan. The aim of this research is to produce excipient gelatin-carrageenan PEC that would be used as a gel base in topical dosage form. The solution of gelatin 3% w/v and carrageenan 3% w/v were mixed in ratio 1:1 v/v. Characteristics of gelatin-carrageenan PEC were indicated by functional group analysis, thermal analysis, swelling index and gel strength. Gelatin-carrageenan PEC showed swelling index up to 177% indestilled water within 2 hours, 193% in buffer phosphate pH 7,4, and 287% in buffer HCl pH 1,2. Gel strength from gelatin-carrageenan PEC were 71,216gf/mm2. Gelatin-carrageenan PEC then formulated in to a gel dosage form with or without enhancer menthol. In this study, ketoprofen was used as model drug. Gel had white color and rheology properties pseudoplastic tixotropic. In vitro penetration study was determined with franz diffusion cell using rat abdominal membrane. The penetration study revealed that the third formula with menthol 2% b/v had the highest flux value which was 375,77 ± 75,08 μg cm-2jam-1."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42680
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Dwi Noviyanti
"Kompleks polielektrolit (KPE) adalah kompleks yang terbentuk antara muatan partikel yang berlawanan. Dalam penelitian ini, kompleks polielektrolit yang digunakan adalah alginat (bersifat anionik) dan gelatin (bersifat kationik). Gugus karboksilat dari alginat dapat memberikan muatan negatif yang dapat berikatan secara ionik dengan gugus amin dari gelatin yang bermuatan positif. Larutan alginat dan gelatin 2% b/v dicampur dengan perbandingan 3:7 dan 4:7. Kondisi terbaik untuk menghasilkan KPE adalah perbandingan larutan alginat-gelatin 4:7. Perbedaan karakteristik KPE alginat-gelatin dengan polimer asalnya ditunjukkan dengan analisis gugus fungsi, analisis termal, daya mengembang dan kekuatan gel. Selanjutnya KPE digunakan sebagai matriks dalam sediaan tablet lepas lambat dengan verapamil HCl sebagai model obat. Formula I dan II masing-masing mengandung KPE 420 dan 478 mg, formula III dan IV masing-masing mengandung alginat dan gelatin 478 mg. Hasil uji disolusi terbaik yaitu formula II menunjukkan pelepasan kumulatif sebesar 65,38% selama 8 jam. Berdasarkan Banakar, nilai ini masuk dalam kisaran Q0,5 (45-75% terlarut) sehingga tablet dapat digunakan selama 16 jam untuk sekali pemakaian.

Polyelectrolyte complexes (PECs) are the complexes formed between oppositely charged particles. In this study, polyelectrolyte complexes used is alginate (anionic) and gelatin (cationic). Carboxylate groups of alginate may provide a negative charged which may be an ionic bond with the amine group of gelatin is positively charged. The solution of alginate and gelatin 2% w/v mixed in the ratio 3:7 and 4:7. The best conditions to produce the PEC is a solution of alginate-gelatin ratio of 4:7. The differences in the characteristics of PEC alginate-gelatin with origin polymer is indicated by functional group analysis, thermal analysis, swelling index and gel strength. The PEC subsequently used as a matrix in sustained release tablet dosage with verapamil hydrochloride as model drug. Formula I and II each containing PEC 420 and 478 mg, formula III and IV each containing alginate and gelatin 478 mg. The results of the best dissolution testing is formula II shows the cumulative release of 65,38% for 8 hours. Based Banakar, this value is entered in the range Q0, 5 (45-75% dissolved) so that the tablet can be used for 16 hours for a single use."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42935
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anne Zulfia
"Pelat bipolar merupakan komponen utama dari polymer electrolyte membrane (PEM) fuel cell yang memiliki fungsi utama mengumpulkan dan memindahkan elektron dari anoda dan katoda. Oleh karena itu material untuk pelat bipolar harus memiliki konduktivitas listrik yang tinggi. Untuk mendapatkan pelat bipolar yang murah, ringan, dan memiliki konduktivitas listrik yang tinggi, maka dikembangkanlah pelat bipolar yang terbuat dari komposit PP/C-Cu. Proses pembuatan komposit PP/C-Cu ini menggunakan proses compounding, rheomix, hot blending, dan hot press. Pada penelitian ini dilakukan variasi komposisi tembaga yaitu 0,1 wt%, 1 wt%, dan 2 wt %. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan serbuk tembaga secara umum meningkatkan nilai densitas, kekuatan tarik, kekuatan tekuk, modulus tekuk, modulus tarik, elongasi, konduktivitas, dan mengurangi porositas, tetapi nilai konduktivitas listrik masih di bawah standar yang dipersyaratkan untuk bipolar plate fuel cell.

Bipolar plate is a major component in PEM fuel cell which possess main function of collecting and removing electrons from anode to cathode. Therefore, materials for bipolar plates produced must have high electrical conductivity. To obtain bipolar plate materials which is cheap, lightweight and high conductivity, so it is developed bipolar plates material based on PP/C-Cu composite. PP/C-Cu composites has been made by mixing all materials then compounding, rheomix, hot blending and hot press. Cu (Copper) has been used various from 0.1 wt%, 1 wt% to 2 wt% to increase electrical conductivity of PP/C-Cu composite. It is found that the effect of Cu addition in PP/C-Cu composite has increased tensile strength, flexural strength, flexural modulus, tensile modulus, elongation, electrical conductivity and decreasde porosity, unfortunately the value of electrical conductivity was still lower than standard requirement for bipolar plate fuel cell."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Octafiona Darussalam
"Ekstrak kunyit, kulit manggis, dan jahe mengandung senyawa fenolik yaitu kurkumin, α-mangostin, dan 6-gingerol yang memiliki aktivitas antioksidan. Ketiga senyawa bioaktif tersebut dapat dijadikan suplemen antioksidan untuk kesehatan, namun senyawa-senyawa ini sangat rentan terhadap kondisi lingkungan pencernaan sehingga mudah terdegradasi sebelum diserap oleh tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi mikropartikel kitosan-gum arab-ekstrak agar dapat lepas secara lambat pada daerah usus halus. Enkapsulasi senyawa bioaktif dilakukan dengan pembentukan kompleks polielektrolit kitosan-gum arab. Kitosan digunakan sebagai carrier karena bersifat biodegradabel, biokompatibel, non-toksik, dan mukoadhesif. Namun, kitosan mudah larut dalam asam sehingga diperlukan penambahan gum arab sebagai polimer aditif untuk melindungi kitosan dalam suasana asam. Metode pengeringan beku digunakan untuk preparasi mikropartikel kitosan-gum arab yang dimuati ketiga ekstrak karena dapat meminimalisir kehilangan senyawa bioaktif selama proses preparasi dan diharapkan memberikan yield dan pemuatan yang tinggi. Seluruh formulasi menghasilkan yield di atas 90% dan memiliki pemuatan sekitar 12% (ekstrak kunyit), 8% (ekstrak kulit manggis), dan 1% (ekstrak jahe). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan gum arab memiliki dampak yang signifikan dalam menahan pelepasan senyawa bioaktif sehingga didapatkan profil extended release. Berdasarkan hasil uji pelepasan secara in-vitro, formulasi dengan komposisi 0,1 gram gum arab terbukti dapat dijadikan sediaan guna penghantaran bertarget usus halus.

Turmeric, mangosteen peel, and ginger extracts contain substances such as curcumin, α-mangostin, and 6-gingerol which can be used as an antioxidant supplements, but they are very susceptible to the digestive environment and easily degraded before being absorbed by the body. This research aims to obtain a formulation of chitosan-arabic gum microparticles loaded bioactive compounds so that it could be released in small intestine. Encapsulation of the bioactive compounds was carried out by chitosan-arabic gum polyelectrolyte complex. Chitosan is used as a carrier because it has biodegradable, biocompatible, non-toxic, and mucoadhesive properties. However, chitosan is easily dissolved in acidic conditions so arabic gum is needed to protect chitosan under acidic environment. The preparation used freeze-drying method because it can minimizes the loss of bioactive compounds during preparation and it is also expected to provide high yields and loading. All formulations resulted yields percentage above 90% and loading capacity around 12% (turmeric extract), 8% (mangosteen peel extract), and 1% (ginger extract). The results showed that arabic gum had an important significant in the release of bioactive compounds to obtain extended release profile. Based on the in-vitro release test, formulation with 0.1 gram arabic gum can be regarded as a promising candidate for intestinal targeted drug delivery.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernat Hie
"Fabrikasi Polyelectrolyte Bilayer - Modified Zeolite (PEB - MZ) dilakukan dengan mengadsorpsikan zeolit aktif Clinoptilolite dengan polikation Polyallylamine Hydr°Chloride (PAH) dan polianion Polystyrene Sulfonate (PSS) menggunakan teknik Layer by Layer (LbL). PEB - MZ ini dimanfaatkan untuk mengadsorpsi surfaktan kationik exadecyltrimethyl ammonium Bromide (HDTMA-Br) dan anionik Sodium Dodecyl Sulfate (SDS).
Proses adsorpsi antara polyelectrolyte bilayer dengan surfaktan kationik dan anionik diamati menggunakan Spektrofotometer UV - Vis dan FT - IR. Penelitian ini untuk memfabrikasi PEB - MZ dengan teknik LbL , mencari kondisi optimum adsorpsi HDTMA+ pada PEB - MZ, menentukan metode urutan adsorpsi surfaktan dan mempelajari kestabilan interaksi polielektrolit - surfaktan. PEB - MZ telah berhasil dibuat ditandai dengan spektrum FTIR yang menunjukkan gugus - gugus fungsi dari PAH dan PSS.
Didapatkan kondisi optimum adsorpsi surfaktan kationik pada PEB - MZ pada konsentrasi HDTMA-Br 0,04 M (93,92% teradsorpsi), waktu pengadukan 60 menit, pH 8,0. Jika dibandingkan, daya adsorpsi HDTMA+ pada PEB - MZ 5,35 kali lebih besar daripada nilai ECEC zeolit aktif saja. Interaksi surfaktan dengan polielektrolit sangat kuat, dibuktikan dengan % desorpsi hanya mencapai 6,59% dengan pencucian menggunakan HCl 0,01 N sebanyak 3 kali pada temperatur ruang, dan 4,82% dengan HCl 0,01 N sebanyak 1 kali pada temperatur 60°C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30403
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Theodorus Ramando Revandika
"Zeolit alam yang dimodifikasi dengan HDTMA-Br dan polistirena dapat digunakan sebagai adsorben minyak solar. Pembuatan adsorben melalui mekanisme polimerisasi admisel terdiri dari pembentukan admisel, adsolubilisasi monomer, polimerisasi, dan pencucian lapisan atas surfaktan. Admisel terbentuk pada penambahan HDTMA-Br pada zeolit dengan konsentrasi 70 mM. Konsentrasi optimum adsolubilisasi monomer stirena yang dapat diukur dengan spektrofotometer UV-Vis adalah 1,6x10-3 M. Polimerisasi stirena menggunakan inisiator kalium persulfat dengan konsentrasi 1,6 x 10-3 M. Karakterisasi FTIR menunjukkan bahwa polimer stirena telah terbentuk pada zeolit termodifikasi surfaktan. Dispersi solar-air dibuat dengan sonikasi dan diperoleh kondisi paling stabil pada perbandingan volume solar-air 1:90 selama 5 menit sonikasi pada suhu 30oC. Pengukuran dengan turbidimeter menunjukkan nilai turbiditas sebesar 370 NTU dan pengukuran dengan PSA menunjukkan ukuran partikel homogen dengan ukuran 89 nm yang mengindikasikan bahwa dispersi minyak-air tersebut stabil. Berdasarkan massa solar yang teradsorpsi, zeolit admisel polistirena yang telah dicuci memiliki daya adsorpsi yang paling baik dibandingkan zeolit-Na dan zeolit admisel dengan massa solar teradsorpsi 182,5 mg/g adsorben pada massa adsorben 0,2 g. Optimasi pada zeolit admisel polistirena yang telah dicuci dilakukan untuk memperoleh kondisi paling optimum untuk mengadsorpsi solar yaitu pada dosis 0,3 g dengan waktu pengadukan 5 menit pada suhu 29oC yaitu sebesar 165 mg/g adsorben.

Natural zeolite which modified by HDTMA-Br and polystyrene can be used as an adsorbent of diesel oil. Fabrication of the adsorbent through admicellar polymerization consists of admicelle formation, monomer adsolubilization, polymerization, and removal the top layer of surfactant. Admicelle formed with addition of HDTMA-Br at zeolite by 1,6x10-3 M. The optimum concentration for adsolubilization of the styrene monomer which can measured by UV-Vis spectrophotometer is 1,6x10-3 M. Styrene polymerization use potassium persulfate as an initiator by 1,6x10-3 M. FTIR characterization showed that styrene polymer formed at surfactant modified zeolite. Dispersion of diesel oil-water made by sonication and formed the most stable at diesel oil : water volume ratio 1 : 90 with 5 min sonication time at 30 oC. The turbidity measurement showed the turbidity point of 370 NTU and PSA measurement showed the homogenous particles with 89 nm which indicates that the oil-water dispersion is stable. The mass ratio of adsorbed diesel oil showed that washed polystyrene admicelle zeolite has better adsorption capability than Na-zeolite and admicelle zeolite with adsorbed diesel oil mass of 182,5 mg/g adsorbents at 0,2 grams dosage. Optimation of washed polystyrene admicelle zeolites treated at the optimum state with 0,3 grams dosage during 5 min stirring time at 29oC with 165 mg/g adsorbents."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hoboken, New Jersey: John Wiley & Sons, 2013
541.372 POL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Zeolit dan γ-alumina yang telah mengadsorpsi surfaktan kationik
secara bilayer dapat dimanfaatkan sebagai penukar anion dan adsorpsi
senyawa organik non polar. Mekanisme pembentukan bilayer surfaktan pada
adsorben sangat bergantung kepada kerapatan muatan permukaan
adsorben. Untuk permukaan dengan kerapatan muatan permukaan tinggi,
adsorpsi surfaktan diawali dengan adsorpsi surfaktan berupa agregat yang
menyerupai misel. Untuk adsorben dengan kerapatan muatan permukaan
rendah diawali dengan adsorpsi surfaktan berupa monomer.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme pembentukan
bilayer pada adsorpsi Hexadecyltrimethylammonium–Br (HDTMA-Br) pada
zeolit alam Clinoptilolite dan pada γ-alumina. Juga untuk mengetahui laju
adsorpsi dan desorpsi dengan cara model kinetika difusi parabola.
Mekanisme pembentukan bilayer dapat ditentukan dari pengukuran
konsentrasi kesetimbangan terhadap variasi waktu adsorpsi. Laju adsorpsi
dapat ditentukan dari harga konstanta laju adsorpsi dan desorpsi dari
HDTMA+ dan Br-. Konsentrasi awal HDTMA-Br divariasikan mulai dari ECEC
sampai lebih besar dari CMC adsorpsi.
Pada penelitian ini untuk zeolit diperoleh nilai ECEC pada konsentrasi
75 μmol/L adalah sebesar 95,65 meq/Kg, nilai CAC = 125 μmol/L dan nilai
CMC adsorpsi = 175 μmol/L. Untuk γ-alumina diperoleh nilai PZC (Point of
Zero Charge) dengan metode titrasi adalah sebesar 7,5. Nilai ECEC berada pada konsentrasi 75 μmol/L. Nilai CAC berada pada konsentrasi 125 μmol/L.
Nilai CMC adsorpsiberada pada konsentrasi 175 μmol/L.
Penyerapan HDTMA pada zeolit Clinoptilolite sebelum waktu transisi
menghasilkan penurunan konsentrasi kesetimbangan HDTMA, maupun
konsentrasi Br-. Hal tersebut menunjukkan bahwa adsorpsi HDTMA pada
permukaan zeolit diawali dengan adsorpsi dalam bentuk agregat misel dan
proses adsorpsi berlangsung cepat. Pada γ-alumina, sebelum waktu transisi
menghasilkan penurunan konsentrasi HDTMA tetapi tidak disertai dengan
penurunan konsentrasi Br-. Hal ini berarti pada adsorpsi HDTMA pada
permukaan HDTMA diawali dengan adsorpsi dengan bentuk monomer. Dari
harga konstanta laju adsorpsi dan desorpsi yang dihitung dengan
menggunakan model kinetika difusi parabola, diperoleh bahwa proses
adsorpsi awal berlangsung dengan cepat, sedangkan proses selanjutnya
berlangsung dengan lebih lambat."
Universitas Indonesia, 2006
S30629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>