Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5692 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Evry Jelita
"Gunung Gede merupakan salah satu gunung api aktif di Jawa Barat dengan jumlah pendaki terbesar di Indonesia. Gunung ini memiliki aspek pembentuk karakteristik fisik berupa atraksi, fasilitas, dan aksesibilitas yang berbeda pada ketiga jalur pendakiannya. Perbedaan karakteristik fisik pada ketiga jalur pendakian resmi menuju puncak Gunung Gede menyebabkan adanya perbedaan pemilihan jalur pendakian oleh pendaki. Melalui metode analisa spatial dan deskriptif yang diperkuat dengan teknik Digital Elevation Model (DEM) pada pengolahan datanya maka diperoleh hasil bahwa pada jalur pendakian Cibodas memiliki karakteristik atraksi dan fasilitas yang beragam, jalur pendakian Gunung Putri memiliki karakteristik aksesibilitas yang sangat curam dan pendek ketika menuju puncak Gunung Gede, sedangkan jalur pendakian Selabintana tidak memiliki karakteristik fisik yang dominan.

Mount Gede is an active volcanic in West Java that had biggest amount of trackers in Indonesia. The mountain had many aspects to shape the physical characteristics which is consist of attractions, facilities, and accessibilities inside the third tracking routes. The differentiation between attractions, facilities, and accessibilities along those tracking routes in Mount Gede consequently made different amount of the trackers. This research used spatial analysis, descriptive, and Digital Elevation Model?s techniq to process the data. The result shows that, Cibodas?s track had much variation in attractions and facilities to shaped the physical characteristics, Gunung Putri?s track had the extreme access to shape it, and Selabintana?s track had nothing to shape the physical characteristics."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34128
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Sadewa Cahyaputra
"ABSTRAK
Karakteristik fisik jalur pendakian Gunung Rinjani dilihat dari bentang alam serta tutupan lahan dari jalur Sembalun dan Senaru. Bentang alam dilihat dari geologi, bentuk medan, dan vegetasi alami yang terdapat di setiap jalur. Sedangkan untuk tutupan lahannya dilihat dari kerapatan vegetasinya serta perubahan tingkat kerapatannya. Dengan metode analisis deskriptif dan diperkuat dengan melihat perubahan nilai NDVI pada tahun 2001, 2007, dan 2013 dapat diperoleh perubahan kerapatan vegetasi. Selain dari itu dapat dilihat juga perbedaan jenis vegetasi yang terdapat di setiap wilayah ketinggian. Wilayah ketinggian dibagi menjadi 500-1.000 mdpl, 1.001-2.000 mdpl, 2.001-3.000 mdpl sampai dengan 3.000 mdpl dimana di tiap tiap wilayah ketinggian dapat dilihat karakteristik fisiknya.

ABSTRACT
The physical characteristic of Mount Rinjanis hiking track is seen from landscape and landcover in Sembalun and Senaru hiking track. The landscape itself is include the geology, landform, and vegetation in the track. For the landcover, its seen from the vegetation dense and the change of the vegetation dense. With descriptive spatial analysis and using NDVI differencing in 2001, 2007, and 2013, weve got the change of vegetation dense. We could classify the vegetation change in every height region. The height region will be classify as 500-1.000 asl, 1.001-2.000 asl, 2.001-3.000 asl and  3.000 asl for see the physical characteristic in every heigh region."
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Eryando
" ABSTRAK
Kemah merupakan sebutan bagi kawasan hunian sementara dengan naungan
sederhana yang biasanya terbuat dari material tipis seperti terpal atau jenis membran
lain. Naungan sederhana ini digunakan sebagai tempat perlindungan dari ancaman di
area rekreasi. Berdasar kepada teori-teori mengenai pengalaman, ruang, dan,
ineteraksi manusia dengan ruang, di skripsi ini saya menjabarkan pengalaman ruang
saat pendakian gunung dan menganalisis makna ruang bagi manusia. Melalui tulisan
ini saya juga mencoba meneliti kebutuhan manusia akan naungan berdasarkan
kegiatan pendakian gunung.

ABSTRACT
Camp refers to an area filled with temporary dwellings made of thin materials
such as membrane. Nowadays, these kinds of dwelling are used to protect men from
threats on recreational area. Refering to theories about experience, space, and
interaction between human and space, I look through space experiences in mountain
hiking trip to find their influences to the meaning of space and place for men. This
writing also observe how men fulfill their needs of shelter based on mountain hiking
experience.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S61756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Marjohan,author
"Penelitian bertujuan melakukan penggolongan air terjun berdasarkan kenampakan fisik air terjun, dan mengetahui asosiasi antara tipe air terjun dengan faktor fisik di daerah penelitian.Terdapat enam tipe air terjun di kawasan Cagar Biosfer Gunung Gede Pangrango, yaitu tipe waterfall, tipe birai menggantung, tipe chute, tipe luncur, tipe cascade, dan tipe cataract. Tipe waterfall merupakan tipe air terjun yang paling banyak terdapat di wilayah penelitian, sedangkan yang paling sedikit adalah tipe birai menggantung. Pada umumnya morfometri air terjun yang terdapat di daerah penelitian mempunyai tinggi air terjun dengan kategori sedang, lebar air terjun dengan kategori sedang, dan kemiringan tebing vertikal; sebagian besar air terjun terdapat pada bentuk medan perbukitan yang jenis batuannya Qovm (vulkanik Gunung Pangrango) yang pola alirannya radial dengan kerapatan sungai agak tinggi dan terdapat pada penggunaan tanah hutan.
Research aim to do the waterfall classification of pursuant to existence of waterfall physical, and know the association between waterfall type with the physical factor in Pledge of Biosphere Gede-Pangrango Mount.There is six waterfall type in area of Pledge of Biosphere Gede Pangrango Mount, that is type waterfall, type over hanging ledge fall, type chute, type slide, type cascade, and type cataract. type Waterfall represent the waterfall type which is at most there are in research region, while least is type over hanging ledge fall. Generally morphometry waterfall which is there are in research area have high of waterfall with the medium category, wide of waterfall with the medium category , and vertical bank inclination; mostly waterfall there are at hilly field form is which its rock type is Qovm ( vulcanic of Mount Pangrango) what its stream pattern is radial with the river closeness rather high and there are at forest use."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34208
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Damayanti
"Pantai Karst Kabupaten Gunungkidul yang terletak di selatan Pulau Jawa tepatnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Pantai Baron, Kukup, Sepanjang, Drini, Krakal, Ngandong, dan Sundak) memiliki potensi ekonomi yang besar. Pantai-pantai tersebut memiliki persamaan dalam hal kondisi geologi (genesa, dan proses pembentukan morfologi pantai), namun untuk setiap pantainya memiliki karakteristik fisik lingkungan yang berbeda-beda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis spasial deskriptif. Dengan mengetahui dan memahami karakteristik fisik pantai karst tersebut, selanjutnya akan dapat diketahui bagaimana pemanfaatannya yang paling sesuai.

Karsts beaches at Gunungkidul Regency (Baron, Kukup, Sepanjang, Drini, Krakal, Ngandong, and Sundak), located in south of Daerah Istimewa Yogyakarta Province, have economic potential. Even they have similarity in geological condition (genesis and morphological processes), but they have different physical characteristics. Based on result of observation environment on morphological conditions and spatial analysis method, we found the proper utilization of the beaches."
Depok: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Gunung Gede Pangrango merupakan taman nasional terbaik di Pulau Jawa....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ernita Sari
"Vegetasi mempunyai beberapa syarat tumbuh yang harus dipenuhi untuk dapat
hidup dengan optimal Faktor-faktor yang memungkinkan keberadaan suatu
vegetasi di suatu wilayah adalah faktor edafis, fisiografis, klimatis dan biotis
(Polunin, 1990).
Perubahan vegetasi sejalan dengan pertambahan ketinggian dari permukaan
laut (elevasi), namun masih banyak faktor-faktor iklim yang penting dalam
lingkungan pegunungan, terrnasuk jumlah dan penyebaran curah hujan, cahaya
dan singkapanlexposure lereng (Loveless, 1989).
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango sebagal wilayah penelitian
tergolong sebagal Hutan Hujan Tropis Pegunungan (Loveless, 1989), yang
memungkinkan terdapatnya variasi vegetasi hutan dalam zona sub montana,
montana maupun sub alpin (Novinita, 1992).
Permasalahan yang ingin diutarakan adalah bagaimana penyebaran vegetasi di
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, sehubungan dengan kondisi
ketinggian, curah hujan serta penyinaran matahari pada musim hujan dan
kernarau. Satuan analisis yang akan dipergunakan adalah lereng.
Yang dimaksud dengan vegetasi adalah tumbuhan yang belum mendapat
pengaruh, campur tangan, serta rekayasa manusia. Vegetasi yang akan diamati
diklasiflkasikan mengacu pada Dansereau (1957) dalam Cohn (1969), dan
Yamada 0977 yang kemudian diolah, yaitu : Vegetasi Al, lapisan pertama,
tinggi Iebihlsama dengan 25 m, batang kayu keras, Vegetasi AZ lapisan
kedua, tinggi kurang dari 25 m, pohon, batang kayu keras, tidak termasuk
conifer, Vegetasi B, lapisan kedua, tinggi kurang dari 25 m, batang kayu keras,
daun jarum/conifer, Vegetasi C, lapisan bawah, tinggi kurang dari 6 m, batang
keras atau lunak, (semak herba, perdu, pakis, palma, bambu), Vegetasi D,
lapisan bawah, tinggi kurang dari 6 m, menumpang pada tumbuhan lain (paku,
epifit, liana), Vegetasi E, lapisan bawah, tinggi kurang dari I m, (rumputrumputan,
alang-alang), Vegetasi F, lapisan bawah, tinggi kurang dari 0,1 m,
(lumut, jamur). Vaniabel yang akan dilihat adalah ketinggian dan faktor klimatis, yaitu curah
hujan serta penyinanan matahani pada musim hujan dan musim kemarau.
Penyinaran matahani yang akan dilihat adalah rata-rata lama penyinaran
matahari dalam 1 bulan. 100% berarti rata-rata tiap hari 8 jam.
Untuk menjawab permasalahan pada penehitian mi dilakukan penampalan peta,
dengan mengacu pada data-data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan
Geofisika, Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal PHPA Taman
Ui Nasional Gunung Gede-Pangrango, beberapa eneI itian -te dahu lu, serta
diperkuat meIaui survey lapangan dengan metode sampel yang mewakUi setiap
lereng. Hasil analisa akan disajikan secara diskriptif dengan bantuan peta, tabel
serta diagram.
Hasil yang diperoleh dari penelitian mi dapat diringkas menjadi:
- Setiap vegetasi mempunyai region tersendini untuk ditempat, dan
didominasi. Khusus vegetasi Al clan A2 mempunyai kesamaan, tenluas pada
region ketinggian, curah hujan clan lama penyinaran matahari pada kedua
musim yang sama, di setiap lereng.
- Setiap vegetasi tidak selalu menempati dan mendominasi region setiap
variabel yang sama pada lereng yang berbeda.
- Keanekaragaman vegetasi adalah sebagal benikut:
- Keanekaragaman vegetasi maksimal
lereng utara,
pada region montana (meliputi ketinggian 2.000 - 2.400 rn), yaitu vegetasi
Al, A2, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang pada kedua musim, serta
lama penyinaran matahani sedang clan tinggi pada kedua musim.
lereng timur,
pada region montana (meliputi ketinggian 1.700 - 1.800 rn), yaltu vegetasi
Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan tinggi pada musim hujan, curah
hujan sedang clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran
matahari rendah clan sedang pada musim hujan, Oan lama penyinaran
matahari sedang pada musim kemarau.
lereng s&atan,
pada region sub montana (meliputi ketinggian 1.000 - 1.100 m), dan region
montana (meliputi ketinggian 2.100 - 2.400 rn), yaitu vegetasi Al, A2, B, C,
D, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah
hujan rendah clan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran
matahani rendah clan sedang pada musim hujan, lama penyinaran matahari
sedang clan tinggi pada musim kemarau.
lereng barat,
pada region montana (meliputi ketinggian 2.100 - 2.400 m), yaltu vegetasi
Al, A2, B, C, D, E, F, dengan curah hujan sedang pada musim hujan clan
curah hujan rendah clan sedang pada musim kemarau, serta lama
penyinaran matahari rendah clan sedang pada kedua musim.
- Keanekaragaman vegetasi minimal:
lereng utara,
pada region sub alpin (meliputi ketinggian 2.800 - 3.019 m), yaitu vegetasi
C, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah
hujan rendah, sedang clan tinggi pada musim kemarau, serta lama
penyinaran matahari rendah padá kedua musim.
lereng timur,
pada region montana (meliputi ketinggian 1.500 - 1.700 m), yaitu vegetasi
A2, B, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada kedua musim, serta lama penyinaran matahari rendah clan sedang pada musim hujan, lama
penyinaran matahari sedang pada musim kemarau.
lereng selatan,
pada region sub alpin (meliputi ketinggian 3.000 - 3.019 m), yaitu vegetasi
C, E, F, dengan curah hujan sedang clan tinggi pada musim hujan, curah
hujan rendah dan tinggi pada musim kemarau, serta lama penyinaran
matahari rendah pada kedua musim.
lereng barat,
pada region sub alpin (meliputi ketinggian 2.800 - 3.019 m), yaitu vegetasi
C, E, F, dengan curah hujan sedang pada musim hujan, curah hujan rendah
dan sedang pada musim kemarau, serta lama penyinaran matahari rendah
pada kedua musim."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Ari Utami
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S9435
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Saefrudin
"Meskipun taman nasional berperan penting dalam mendukung aktivitas manusia, kesadaran masyarakat masih rendah karena mereka umumnya mengabaikan dan meremehkan manfaat dari hutan. Kondisi ini meningkatkan tekanan terhadap lingkungan. Tujuan dari studi ini adalah untuk meninjau beberapa studi terdahulu, menentukan metode yang tepat dan menyusun panduan penilaian ekonomi dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Meskipun taman nasional ini memiliki keunikan, taman nasional ini dinilai terlalu rendah oleh studi terdahulu. Kelebihan dari Metode Penilain Kontingensi membuat metode ini sesuai untuk diterapkan pada manfaat konservasi keanekaragaman hayati dan air. Apilkasi sebelumnya dari Metode Biaya Perjalanan menyarankan bahwa manfaat rekreasi dari TNGGP dapat dinilai dengan metode ini. Taksiran Nilai yang didapat dari penerapan metode yang disarankan dapat membantu pemerintah dan pengelola TNGGP dalam pengalokasian sumber daya untuk meningkatkan perlindungan terhadap taman nasional ini.

Although national park plays an important role in supporting human activities, people?s awareness still remains low because they are often neglected and underestimate forest benefits. This condition leads to more pressures on the environment. The objective of this study is to review several previous studies, to determine the suitable method and to construct total economic valuation guidelines of the Gunung Gede Pangrango National Park (GGPNP). Although, this national park has unique features, it was undervalued previous studies. Advantages of Contingent Valuation Method make this method suitable to be applied in biodiversity conservation and watershed values. Moreover, Travel Cost Method previous applications suggest that recreational benefit in GGPNP can be evaluated using this method. The estimated value provided by application of the proposed method is supposed to help the government and GGPNP management allocating their resources to increase this national park protection."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T38633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidwina Tanuhardjo
"Analisis Situasi

Aktivitas pendakian gunung di Indonesia meningkat dalam lima tahun terakhir. Sayangnya, peningkatan itu justru menimbulkan dampak buruk, salah satunya volume sampah di gunung yang semakin besar. Hal ini menunjukkan para pendaki cenderung lebih fokus pada elemen aktivitas fisik, belum mementingkan elemen lainnya, yaitu lingkungan alam dan interaksi budaya.

Manfaat dan Tujuan Pengembangan Prototype

Situs pendakian gunung EnsikloPendaki dibuat untuk memberikan informasi dan edukasi soal pendakian gunung kepada pendaki pemula. Informasi dan edukasi tersebut diharapkan dapat membuat pendaki pemula menjadi pendaki yang bertanggung jawab ketika melakukan aktivitas pendakian gunung.

Prototype yang Dikembangkan

Situs pendakian gunung EnsikloPendaki memberikan pemahaman secara luas tentang aktivitas pendakian gunung kepada khalayak sasaran. Oleh karena itu, situs ini memuat berita terkini, informasi yang dibutuhkan dan ingin diketahui lebih jauh oleh khalayak sasaran, dan pembahasan soal pendakian gunung dari film, buku, atau tokoh. Khalayak sasaran yang dimaksud adalah pendaki pemula berusia 16-23 tahun dengan Status Sosial Ekonomi A dan B. Situs ini dapat diakses di ensiklopendaki.com.

Evaluasi

Pretes terhadap prototype situs pendakian gunung EnsikloPendaki dilakukan satu bulan sebelum peluncuran situs. Kemudian, evaluasi akan dilakukan secara berkala, meliputi input, output, dan outcome. Pretes dan evaluasi ini dilakukan untuk melihat kesesuaian konten dan tampilan situs dengan kebutuhan khalayak sasaran.

Anggaran

Anggaran Pembuatan Prototype  Rp2.700.000,00
Investasi Awal                           Rp171.104.000,00
Pengeluaran Bulanan                  Rp121.650.000,00
Pengeluaran per Tahun               Rp1.490.050.000,00  
 
Perkiraan Pendapatan Tahun Pertama  Rp431.422.200,00
Perkiraan Pendapatan Tahun Kedua     Rp1.428.273.000,00
Perkiraan Pendapatan Tahun Ketiga     Rp1.991.729.520,00  
 
BEP dicapai pada tahun kedua di bulan ketujuh 

Situation Analysis

Mountaineering activity in Indonesia has been increasing in the last five years. Unfortunately, that increasement has also been causing bad effects, one of which is the volume of litter on the mountain is getting bigger. This matter shows that mountaineers tend to focus only on the element of physical activity, rather than two other important elements, natural environment and cultural immersion. 

Benefits and Goals

The mountaineering website EnsikloPendaki is developed to provide information and education for novice mountaineers about mountaineering. This information and education is expected to help them to be responsible while doing mountaineering. 

Developed Prototype

The mountaineering website EnsikloPendaki provides a broadly understanding about mountaineering activity to the targeted audiences. Hence, this website will contain updated news, the information which is needed and wanted by the targeted audiences, and discussion about mountaineering from books, films, or notable persons. The targeted audiences are novice mountaineers between 16 to 23 years old with Socioeconomic Status A and B. This website can be accessed on ensiklopendaki.com. 

Evaluation

Media pretest will be done to the prototype of the mountaineering website EnsikloPendaki a month before the website is launched. Then, evaluation will be done periodically, including evaluation of input, output, and outcome. Media pretest and evaluation are used to see whether the content and design of the website have already been suitable for the targeted audiences or not. 

Budget

Prototype development   Rp2.700.000,00
Initial investment           Rp171.104.000,00
Monthly expenditure       Rp121.650.000,00
Yearly expenditure          Rp1.490.050.000,00  
 
Estimated first year income       Rp431.422.200,00
Estimated second year income   Rp1.428.273.000,00
Estimated third year income      Rp1.991.729.520,00  
 
BEP would be obtained by the seventh month of the second year 
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>