Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175502 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anggi Kartikawati
"Penelitian ini dilakukan karena belum diketahuinya prevalensi hipertensi berdasarkan pasien di Puskesmas. Penelitian ini menggunakan data sekunder skrining kardiovaskular di 6 Puskesmas Kecamatan Jakarta Utara tahun 2007. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui prevalensi dan determinan hipertensi pada pasien umur 25-64 tahun di tempat tersebut. Desain penelitian adalah cross sectional.
Sampel adalah populasi studi yaitu seluruh pasien yang diskrining. Variabel penelitian menggunakan metode skoring kardiovaskular Jakarta (tempat, umur, jenis kelamin, diabetes melitus, obesitas, merokok, dan aktivitas fisik) dan pengembangan variabel baru (daerah pantai dan poli kunjungan yang diperoleh dengan mengobservasi peta Jakarta dan keterangan pasien). Variabel dependen adalah hipertensi. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji
chi square.
Hasil penelitian yang didapat adalah prevalensi hipertensi di Jakarta Utara sebesar 11,9 % yaitu Koja sebesar 22 %, Penjaringan sebesar 2 %, Pademangan sebesar 17,3 %, Cilincing sebesar 13,2 %, Kelapa Gading sebesar 11 %, dan Tanjung Priok sebesar 6,5 % serta di pedalaman sebesar 17,6 % dan di pesisir pantai sebesar 10 %. Poli kunjungan BP Lansia sebesar 39,4 %, BP Asuransi sebesar 7.2 %, dan BP Umum sebesar 7.4 %. Jenis kelamin laki-laki sebesar 12% dan perempuan sebesar 11,8 %. Pada kelompok umur 25-39 tahun sebesar 1,4 %, umur 40-44 tahun sebesar 9 %, umur 45-49 tahun sebesar 7,3 %, umur 50-54 tahun sebesar 14,7 %, umur 55-59 tahun sebesar 26,6 %, dan umur 60-64 tahun sebesar 38,9 %. Diabetes melitus sebesar 24,8 %, obesitas sebesar 12,1 %, perilaku merokok sebesar 8,3 %, dan tidak
melakukan aktifitas fisik sebesar 20,8 %. Faktor-faktor yang berhubungan (p < 0,05) yaitu meliputi umur pada semua kelompok umur (25-64 tahun), tempat (kecuali Tanjung Priok), poli kunjungan kecuali BP Umum, daerah pantai., riwayat diabetes melitus, merokok, dan aktivitas fisik."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herda Adryani Lidya
"Skripsi ini membahas prevalensi dan determinan hipertensi di propinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Riset Kesehatan Dasar 2007. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan disain studi cross sectional. Hasil penelitian menemukan prevalensi hipertensi di Prop. Babel tahun 2007 sebesar 39,6%. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan hipertensi (p=0,000; OR=3,749, 95% CI: 2,345 - 5,996); pekerjaan dengan hipertensi (p=0,020; OR=0,591, 95% CI: 0,386 -0,905); kegemukan dengan hipertensi (p=0,000; OR=2,516, 95% CI: 1,594 -3,973); dan diet (pola makan) buah - buahan segar dengan hipertensi (p=0,033; OR=0,618; 95% CI: 0,405 -0,943). Tidak terdapat hubungan yang bermakna pada variabel jenis kelamin, perilaku merokok, aktivitas fisik, diet (pola makan), dan konsumsi alkohol. Prevalensi hipertensi di Prop. Babel dikategorikan tinggi (39,6%). Instansi - instansi kesehatan di Prop. Babel perlu melakukan promosi kesehatan mengenai hipertensi guna meningkatkan awareness masyarakat terhadap hipertensi. Masyarakat perlu memeriksakan tekanan darahnya dan memperhatikan pola makan, aktivitas fisik, berat badan, dan mengubah perilaku merokok untuk melindungi dirinya dari resiko menderita hipertensi.

This thesis discussed about prevalency and determinant of hypertension in Province of Bangka Belitung Archipelago year 2007. The data was secondary data (Riset Kesehatan Dasr 2007). This research was a quantitative research with study design cross sectional. The result of this research found that hypertension prevalency in Prov. Bangka Belitung year 2007 is 39,6%. There were significant relationship between age and hypertension (p=0,000; OR=3,749, 95% CI: 2,345 - 5,996); job and hypertension (p=0,020; OR=0,591, 95% CI: 0,386 -0,905); overweight and hypertension (p=0,000; OR=2,516, 95% CI: 1,594 - 3,973); and diet pattern of fresh fruits and hypertension (p=0,033; OR=0,618; 95% CI: 0,405 - 0,943). There were no significant relationship between gender, smoking behavior, physical activities, diet pattern, and alcohol consumption with hypertension. The prevalency of hypertension in Prov. Bangka Belitung is categorized as high (39,6%). Health institutions in Prov. Bangka Belitung should do health promotion about hypertension to improve community awareness of hypertension. The community need to check their blood pressure, aware about their diet pattern, physical activities and weight, and also change their smoking habit to protect themselves from the risk of hypertension."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pical, Femmy Imelia
"Populasi lanjut usia di Indonesia semakin meningkat. Kenaikan hipertensi sejalan dengan pertambahan usia. Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskuler. Sekitar 50% kejadian kardiovaskuler di sebabkan oleh hipertensi. lansia merupakan kelompok rentan terhadap hipertensi. Prevalensi hipertensi pada lansia di Indonesia cukup tinggi diperkirakan sekitar 20-30%. Di puskesmas kecamatan Pasar Rebo hipertensi menempati urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak yang diderita oleh lansia selama tahun 2009-2010.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan hipertensi di posyandu lansia. Desain penelitiannya adalah cross sectional melalui obsevasi data sekunder hasil pemeriksaan kesehatan di 10 posyandu lansia pada bulan Desember 2010, berjumlah 270 responden. Hasil penelitian didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 48,9%. Kejadian hipertensi cukup tinggi pada lansia yang tinggal di wilayah kelurahan Pekayon yaitu sebesar 55,4%, berumur 70 tahun ke atas yaitu sebesar 65,4%, berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 67,5%, mengalami kegemukan (58,8%), ada gangguan mental/emosional (58,5%), serta mengidap penyakit diabetes Mellitus (68,8%).
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur, jenis kelamin, dan kegemukan terhadap kejadian hipertensi (p=≤0,05). Sedangkan pada variabel gangguan emosional dan riwayat penyakit DM tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik. Upaya pengontrolan berat badan lansi perlu dilakukan untuk menurunkan kejadian hipertensi.

The population of elderly in Indonesia was increased. As known, hypertesion would be increased by age. Hypertension is a major risk factor for cardiovascular disease. About 50% of cardiovascular disease caused by hypertion. Elderly is very potential to become hypertension. Prevalence hypertension of elderly in indonesian estimated about 20-30%. In health center of Pasar Rebo distric, hypertion was number one of ten most disease suffered by elderly during 2009-2010. There is an urgent need to gather information about prevalence and various blood pressure risk factors in elderly health care.
This study using cross sectional methodology by observation secondary data of elderly health status from 10 elderly health care in Pasar Rebo district, Desember 2010. The purpose of this study was to investigate prevalence and determinants of hypertension in elderly care. The total of responden was 270 elderly.
The result of this study showed that prevalence hypertion is about 48,9%. Hypertension was high in the elderly who live in Pekayon (57%), in the age group more than 70 years old (65,4%), male sex that is about 67.5%, with overweight (58, 8%), with mental /emotional disorder (58.5%), and with diabetes mellitus (68.8%). Statistical test results also showed that there is significant relationship between age, gender, and overweigth with hypertension. While the variable of mental/emotional disorder and history of DM disease has no significant relationship. Controling of body mass index for elderly is recommended to decrease hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Ramadayanti
"ABSTRAK
Hipertensi disebut silent killer karena muncul tanpa gejala yang spesifik. Tinjauan tren saat ini menunjukkan bahwa jumlah orang dewasa dengan hipertensi meningkat dari 594 juta pada tahun 1975 menjadi 1,13 miliar pada tahun 2015, dengan peningkatan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Prevalensi hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia dengan prevalensi tertinggi pada kelompok usia lanjut. Hipertensi yang tidak mendapatkan perawatan dengan baik dapat menjadi hipertensi tidak terkendali, yakni kondisi medis serius yang secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan kebutaan. Kondisi ini menjadi salah satu penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Dari perkiraan 1,13 miliar orang yang memiliki hipertensi, kurang dari 1 dari 5 orang yang hipertensinya terkendali. Meskipun demikian, masih sedikit penelitian yang membahas mengenai faktor risiko dari hipertensi tidak terkendali pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko hipertensi tidak terkendali pada lansia hipertensi. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan data sekunder dari register kohort dan hasil pemeriksaan kesehatan lansia di Posyandu Lansia Sehat Sejahtera Desa Tales Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri pada periode November 2019-Maret 2020. Peneliti menggunakan analisis bivariat dengan uji Chi Square serta menggunakan nilai Prevalens Rasio (PR) sebagai ukuran asosiasi. Berdasarkan hasil analisis bivariat, ada hubungan yang signifikan secara statistik antara jenis kelamin, tidak minum obat anti hipertensi, kepatuhan pemeriksaan tekanan darah, dan riwayat diabetes mellitus dengan kejadian hipertensi tidak terkendali. Upaya untuk meningkatkan keaktifan lansia melakukan kunjungan ke posyandu lansia perlu dilakukan untuk menurunkan kejadian hipertensi tidak terkendali dan mencegah komplikasi. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Prabata
"Hipertensi, melalui komplikasinya, merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia. Indonesia, sebagai negara berkembang, merupakan tempat dimana prevalensi penyakit tidak menular, termasuk hipertensi, semakin meningkat jumlahnya setiap tahun. Hipertensi merupakan penyakit yang dipengaruhi kemunculan, progresivitas, serta komplikasinya, oleh pelbagai faktor antara lain faktor sosioekonomi, demografi, serta status kesehatan dan perilaku. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai prevalensi hipertensi dan hubungan hipertensi dengan pelbagai faktor tersebut agar dapat mengetahui mengenai gambaran permasalahan hipertensi dan membantu dalam pencegahan, penatalaksanaan, serta deteksi dini komplikasi hipertensi.
Penelitian dilaksanakan dengan metode cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis poli rawat jalan RSCM pada tahun 2010. Setelah data terkumpul, dilakukan analisa data dengan pertama-tama menghitung prevalensi hipertensi, kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis pada masing-masing variabel.
Berdasarkan penelitian didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 8,2% dan menempati peringkat kedua penyakit berfrekuensi tertinggi di poli rawat jalan RSCM. Berdasarkan uji hipotesis didapatkan hasil terhadap variabel usia p<0,001, jenis kelamin p=0,972, status pernikahan p=0,181, pekerjaan p=0,002, asuransi pembiayaan p<0,001, tingkat pendidikan p<0,001, status gizi p=0,106, gaya hidup p=1,000, dan riwayat penyakit sebelumnya p=0,049. Melalui hasil tersebut, maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada variabel usia dan tidak terdapat perbedaan bermakna pada variabel jenis kelamin.

Hypertension, because of its complication, is the first cause of death globally.
Indonesia, as a develop country, is a place where prevalence of non-infection disease, included hypertension, is increasing every year. Hypertension is a disease which its appearance, progression, and complication, is influenced by many factor, such as socioeconomic, demography, and health status and behavior. Because of those reasons, we did research about prevalence of hypertension and relation between hypertension and those factors, in order to know better about picture of hypertension problem and help the development of prevention, management, and early detection of hypertension complication.
This research use cross sectional method and secondary data from medical record at polyclinic Cipto Mangunkusumo Hospital in 2010. After all of data was collected, we analyzed it, by counting the prevalence of hypertension first, then we tested our hypothesis. Based on this research, we obtained that the prevalence of hypertension is 8,2% and hypertension is in the second rank from all disease in RSCM.
Based on hypothesis test, we obtained that the result for each variable is age p<0,001, gender p=0,972, marital status p=0,181, job status p=0,002, utilization of health insurance p<0,001, education p<0,001, nutrient status p=0,106, lifestyle p=1,000, and disease history p=0,049. Based on the result, it can be concluded that there is a significant value on age and there isn?t a significant value on gender.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudijanto Kamso
"Data tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan sindrom metabolik pada kelompok eksekutif di Indonesia yang diperlukan untuk upaya pencegahan penyakit kardiovaskular sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan sindrom metabolik pada kelompok eksekutif. Penelitian dilakukan di Jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan rancangan cross sectional. Jumlah responden yaitu 220 orang eksekutif laki-laki dan 68 orang eksekutif wanita. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri, analisis biokimia darah, analisis asupan makanan, pengukuran angka stres, dan pengukuran indeks aktivitas. Analisis regresi logistik ganda dilakukan untuk mengetahui hubungan beberapa independen variabel dengan dependen variabel. Analisis ini menghasilkan indeks massa tubuh (overweight, odds ratio (OR) = 5,54; obesitas, OR = 7,44) dan rasio total kolesterol/high density lipoprotein (HDL)-kolesterol (OR = 8,83) sebagai determinan sindrom metabolik pada kelompok eksekutif. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan profil lipid dan pengukuran antropometri sederhana yang teratur pada kelompok eksekutif penting dilakukan untuk mendeteksi risiko sindrom metabolik.

Available datas on metabolic syndrome among Indonesian executives are limited, despite the fact of the importance of these data for cardiovaskular prevention. The objective of this study was to assess prevalence of metabolic syndrome and its associations between anthropometric measures, lipid profiles, blood pressure, nutrient intakes, and life style in executive group. A cross sectional study was undertaken in some factories in Jakarta, using multistage random sampling. The respondents were 287 executives, 219 male and 68 female. Data were collected through anthropometric measurements, biochemical blood analysis, nutrient intake, stress score, and activity index assessment. Multiple logistic regression analysis used to assess associations between independent variables and metabolic syndrome. This study showed that body mass index (overweight, odds ratio (OR) = 5,54; obesity, OR = 7,44) and ratio serum total cholesterol to high density lipoprotein (HDL)-cholesterol (OR = 8,83) were potential determinants of metabolic syndrome. This study shows the importance of routine check of lipid profile, blood pressure, and simple anthropometric assessment to detect the risk of metabolic syndrome in the elderly."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Suciaty Purnama
"Hipertensi merupakan penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit degeneratif lainnya. Sebagian besar kasus (90%) penyebab dari hipertensi tidak diketahui, sedangkan 10% lainnya disebabkan oleh penyakit-penyakit yang sudah diketahui seperti aterosklerosis, tumor pada kelenjar adrenal, atau malfungsi ginjal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hipertensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia di posyandu lansia wilayah Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat tahun 2013. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian adalah lansia yang terdaftar di posyandu lansia wilayah Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat tahun 2013 sebanyak 75 orang.
Hasil penelitian ini mendapatkan proporsi lansia yang mengalami hipertensi adalah sebesar 62,7%. Tekanan sistolik tertinggi adalah 240 mmHg, sedangkan tekanan diastolik tertinggi adalah 150 mmHg. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi dalam penelitian ini adalah riwayat hipertensi keluarga (PR: 3,216 dengan 95% CI: 1,587-6,515), dan riwayat penyakit Diabetes Melitus (PR: 2,375 dengan 95% CI: 1,366-4,128). Hubungan yang tidak bermakna secara statistik terdapat pada hubungan antara jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, IMT, asupan natrium, asupan lemak, aktifitas fisik, kebiasaan merokok, dan stres dengan hipertensi.

Hypertension is the third major cause of death in Indonesia for all ages. Much research has proven that hypertension is the major risk factor for the onset of degenerative disease. Most of the cases (90%) cause of hypertension is unknown, while 10% other caused by diseases already known as atheroschlerosis, tumor on the adrenal glands, or kidney malfunctions.
This research aims to know the prevalence of hypertension and factors that related with the incidencce of hypertension in elderly at elderly posyandu subdistrict Johar Baru, Central Jakarta 2013. This research is quantitative research with cross sectional design study. Sample research is elderly who registered at elderly posyandu subdistrict Johar Baru, Central Jakarta 2013 as many as 75 people.
Result of this research to get the proportions of elderly who suffer hypertension is 62,7%. Highest systolic pressure is 240 mmHg, while the highest diastolic pressure is 150 mmHg. Factors related to the incidence of hypertension in this research is a family history of hypertension (PR: 3,216 with 95% CI: 1,587-6,515), and a history of Diabetes Mellitus (PR: 2,375 with 95% CI: 1,366-4,128). The relation that no statitically significant are on relations between gender, education, occupation, marital status, BMI, sodium intake, fat intake, physical activity, smoking habit, and stress by hypertension.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Pujiati
"Pendahuluan, Obesitas merupakan masalah epidemic global diseluruh dunia. dan memperlihatkan kecendrungan yang meningkat secara tajam. Prevalensi nasional obesitas di Indonesia sebesar 19,1% dan 18,8% diantaranya adalah obesitas sentral. Obesitas sentral memiliki dampak yang lebih buruk terhadap penyakit degenartif dan kematian. Obesitas sentral dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor risiko tersebut dapat berkembang sesuai dengan karakteristik masyarakat dan kondisi ekonomi setempat. Sampai saat ini, penelitian mengenai faktor risiko yang berpengaruh di kota maupun kabupaten masih tergolong langka. Metode penelitian, Disain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional. Data penelitian adalah data sekunder Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 yang diambil dari 440 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Unit analisa yang digunakan adalah penduduk usia dewasa dengan rentang umur 20 sampai 64 tahun sebanyak 448.352 individu. Analisa data yang digunakan adalah analisa Regresi Logistik Ganda untuk mendapatkan model prediksi dan nilai OR dilanjutkan dengan uji interaksi multivariat terhadap variabel status kota berdasarkan pertimbangan logika substantif.
Hasil penelitian, Prevalensi nasional obesitas sentral populasi dewasa sebesar 23,9%. Dengan prevalensi kota 29,5% dan kabupaten 20,5%. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap obesitas sentral dalam model prediksi akhir adalah status kota (OR 1,519) umur (OR 3,314), jenis kelamin (4,480), pendidikan (OR 0,870), aktifitas fisik (OR 1,181), energy total (OR 1,960), Konsumsi karbohidrat (OR 0.860), konsumsi lemak (0,976), perokok (OR 0,616), mantan perokok (0,976) dan alcohol (OR 1,674). Setelah dilakukan uji interaksi terhadap status kota ditemukan bahwa lima variable memiliki interaksi yang bermakna yaitu umur, pendidikan, perokok, karbohidrat dan lemak terhadap status kota. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya pengaruh yang berbeda dari kelima variable tersebut di kota dan kabupaten. Sehingga dapat disimpulkan factor risiko obesitas sentral dikota adalah umur diatas 40 tahun (OR 2,309), pendidikan tinggi (OR 1,107) dan karbohidrat berlebih (OR 1,29), sedangkan di kabupaten factor risiko obesitas sentral adalah umur diatas 40 tahun (OR 3,409).

Introduction, the global epidemic of obesity is a problem worldwide. and showed a tendency to increase significantly. National prevalence of obesity in Indonesia amounted to 19.1% and 18.8% of which were abdominal obesity. Abdominal obesity has a worse impact on degenartif disease and death. Abdominal obesity is influenced by various factors. These risk factors can be developed in accordance with the characteristics of the community and local economic conditions. Until recently, research on risk factors that affect the Urban and district is still relatively rare. Research methods, study design used in this study is cross sectional. The research data is secondary data Health Research Association in 2007 which was taken from the 440 districts throughout Indonesia. Unit of analysis used was the adult population with a lifespan of 20 to 64 years were 448 352 individuals. Analysis of the data used is multiple logistic regression analysis to obtain the model prediction and the value of OR followed by a multivariant interaction test variable logic status of the Urban based on substantive considerations.
Results of research, the national prevalence of abdominal obesity 23.9% of the adult population. With a prevalence of 29.5% and 20.5% district. Factors influencing the risk of abdominal obesity in the final prediction model is the status of the Urban (OR 1.519), age (OR 3.314), gender (4.480), education (OR 0.870), physical activity (OR 1.181), total energy (OR 1.960), Consumption of carbohydrates (OR 0860), consumption of fat (0.976), smoking (OR 0.616), exsmokers (0.976) and alcohol (OR 1.674). After interaction test of the status of the Urban found that five variables had a significant interaction such as age, education, smoking, carbohydrate and fat on the status of the city. This indicates that the influence of five variables that are different from those in the cities and counties. It can be concluded in the city's abdominal obesity risk factors are age above 40 years (OR 2.309), higher education (OR 1.107) and an excess of carbohydrates (OR 1.29), while in districts of abdominal obesity risk factors are age above 40 years (OR 3.409).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T30837
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Fahlevi
"Salah satu penyebab tingginya tingkal kematian bayi dan banyaknya balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia adalah terkait dengan praktek pemberian ASI yang dilakukan. Scpcrti bclum adanya kesadaran akan pentingnya pemberian ASI secara eksklusifl pemberian kolostrum, pemberian MP-ASI yang tidak tepat, kualitas gizi dari ASI itu sendiri, dan lain-lain.
Untuk mengamati permasalahan tersebut, maka tesis ini khusus akan mempelajari tentang risiko penghentian pemberian ASI pada balita berdasarkan faktor-faktor sosial, ekonomi dan demograii pada tiga walayah pengamatan, yaitu Indonesia, DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Barat. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran tentang pengaruh masing-masing karakteristik pengamatan tcrhadap risiko pcnghcntian pemberian ASI pada balita. Metode yang digunakan adalah dengan tabulasi silang untuk analisis desk1iptii§ dan Regresi Cox untuk analisis inferensialnya.
Hasilnya secara umum menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka pengaruhnya semakin besar tcrhadap risiko penghentian pemberian ASI, begitu juga dengan status ekonomi rumahtangga. Sedangkan umur ibu saat melahirkan menunjukkan pola bahwa semakin muda ibu saat melahirkan maka kecenderungan untuk mengalami risiko penghentian pemberian ASI juga semakin besar. Dilihat dari status bekezja ibu, maka ibu yang mempunyai kecenderungan lebih besar untuk mengalami risiko penghcntian pernberian ASI adalah ibu yang bekeqja di luar rumah, teruzama jika dibandingkan dengan ibu yang tidak bekenja. Sedangkan untuk urutan anak, maka bayi yang merupakan anak ttmggal cenderung lebih cepat mengalami penghentian pemberian ASI. Kernudian dari vaxiabel keberadaan famili lain dalam rllmahiangga, temyata ada atau tidak adanya famili Iain dalam rumahtangga tidak rnenunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap risiko penghentian pemberian ASI pada balita.

One of the causes of high infant mortality rate and high malnutrition rate in Indonesia is breastfeeding (Air Susu lbu) activity. The causes are such as no awareness of the importance of breastfeeding exclusively, colostrums giving activity, inappropriate MP-ASI, the nutrition's quality of breastfeeding, and others.
To observe the problems, this thesis will describe and learn risk of termination on breastfeeding. The case is based on social factor, economic factor and demographic factor on three regions; there are Indonesia, DKI Jakarta and West Nusa Tenggara. The aim of this research is to give description about the influence of each characteristic into the risk of termination on breastfeeding. The research's methods are cross-tabulation for descriptive analysis and Cox regression for inference analysis.
The research's result is about education level. The higher mother's education and household economic status influences higher risk of breastfeeding termination. Based on the mother's age of birth, the yotmger mother influences higher risk of termination on breastfeeding. Based on mother's working status, compared by housewife, the mother works outside of home affects the higher risk of termination on breastfeeding. Based on order of child, single baby is tendency to higher risk of termination on breastfeeding. Based on relative families in the household variable, there is no significant correlation on the risk of breastfeeding.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T34250
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>