Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186168 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yenny Makasudede
"Inisiasi menyusu dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Waktu yang disarankan adalah tepat setelah persalinan (masih di ruang bersalin), sampai satu jam setelah persalinan. Menyusui pada satu jam pertama menyelamatkan satu juta nyawa bayi, merupakan suatu pernyataan berdasarkan bukti ilmiah yang mengandung pesan moral sangat besar untuk semua orang demi kelangsungan hidup dan kesehatan bayi. Sebagai bagian manajemen laktasi yang relatif baru, inisiasi menyusu dini harus disosialisasikan secara benar dan luas, tidak hanya kepada kalangan tenaga medis tetapi juga masyarakat, terutama kepada masyarakat yang merupakan sasaran dari kebijakan tersebut dalam hal ini ibu yang akan melakukan persalinan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran sikap ibu yang melakukan dan tidak melakukan inisiasi menyusu dini terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini di puskesmas kecamatan pasar minggu. Desain penelitian ini menggunakan Rapid Assessment Procedures (RAP). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam sebagai sumber data primer. Sedangkan teknik melihat isi dokumen yang berkaitan sebagai sumber data sekunder. Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk teks naratif. Hal-hal yang berhubungan dengan pembentukan atau perubahan sikap baik yang terdapat di luar diri ibu (ekstern) yaitu keterpaparan ibu dengan informasi melalui komunikasi massa dan interaksi kelompok maupun hal-hal yang terdapat didalam diri ibu (intern) yaitu asosiasi, penguatan atau peneguhan kembali, imitasi atau peniruan yang menentukan sikap seorang ibu untuk mau atau tidak mau melakukan inisiasi menyusu dini. Ibu yang sebelum proses persalinan telah mendapatkan informasi mengenai inisiasi menyusu dini cenderung untuk melakukan tindakan atau perilaku yang sesuai dengan apa yang diterima sebelumnya. Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) informan yang mempunyai sikap ini, meskipun salah seorang diantaranya tidak sampai melakukan dalam proses persalinan. Sedangkan pada ibu yang sebelum proses persalinan tidak pernah mendapatkan informasi mengenai inisiasi menyusu dini, tidak terjadi pembentukan sikap dengan tahapan yang sama dengan keempat informan di atas. Dalam penelitian ini ada 2 (dua) informan yang dimaksud. Komunikasi massa dalam penelitian ini hanya berhubungan dengan pembentukan atau perubahan sikap pada informan dengan tingkat pendidikan yang tinggi, sedangkan pada informan dengan tingkat pendidikan rendah tidak berhubungan (yang melakukan dan tidak melakukan inisiasi menyusu dini). Interaksi kelompok sosial pada informan terjadi dalam lingkup hubungan informan dengan keluarga, teman, tetangga dan dalam penyuluhan kelompok oleh pihak Puskesmas (pada informan yang melakukan dan tidak melakukan inisiasi menyusu dini). Asosiasi, peneguhan atau penguatan kembali dan imitasi atau peniruan sikap terjadi pada informan yang melakukan inisiasi menyusu dini maupun yang tidak melakukan inisiasi menyusu dini dalam proses persalinan, dengan proses yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan supaya alangkah lebih baiknya jika inisiasi menyusu dini dituangkan dalam kebijakan puskesmas, penyuluhan kelompok lebih sering lagi dilakukan, pendidikan dan atau promosi kesehatan untuk individu seperti : konseling dan atau konsultasi perlu diterapkan oleh tenaga kesehatan (dokter dan bidan) pada setiap kesempatan periksa pasien, metode pendidikan dan atau promosi seperti penyuluhan dengan games yang melibatkan sasaran akan lebih sesuai dengan sasaran tingkat pendidikan yang rendah, pelaksanaan promosi untuk inisiasi menyusu dini perlu ditunjang oleh semua unit pelayanan di puskesmas, selain unit pelayanan kesehatan ibu dan anak serta rumah bersalin puskesmas sehingga pelaksanaan inisiasi menyusu dini dapat berjalan dengan baik. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianti
"Program Inisiasi Menyusu Dini adalah merupakan program baru pemerintah, program ini dilakukan bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi, dimana pada tahun-tahun sebelumnya menunjukkan angka yang sangat tinggi. Menurut Data The World Health Report 2005, Angka Kematian Bayi di Indonesia masih tinggi, yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup, atau bisa dikatakan 10 bayi meninggal setiap 1 jam setelah dilahirkan. Penerapan proses nisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan 22% nyawa bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan dalam satu jam pertama kelahiran. Penerapan proses Inisiasi Menyusu Dini segera setelah bayi dilahirkan berguna juga dalam mensukseskan penerapan Program ASI Eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan dan kemudian dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun yang dilengkapi makanan tambahan.
Penelitian ini secara umum dilakukan untuk mengetahui gambaran niat ibu-ibu hamil untuk mau menerapkan proses inisiasi menyusu dini segera setelah bayi dilahirkan. Selain itu juga dilakukan identifikasi terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi ibu hamil dalam menguatkan niatnya untuk mau menerapkan proses inisiasi menyusu dini. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, informan dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan kehamilan trimester ketiga yang sedang mengikuti konseling serta sudah diberi kesempatan untuk menandatangani lembar informed consent berupa lembaran pernyataan persetujuan ibu hamil untuk mau menerapkan proses inisiasi menyusu dini. Penggunaan pendekatan kualitatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai objek yang diteliti, penyajiannya dilakukan dalam bentuk narasi dengan berlandaskan pada teori acuan. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Jakarta, khususnya di klinik kebidanannya pada awal bulan Mei hingga pertengahan Juni 2008.
Secara umum dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa gambaran niatan ibu hamil sudah menunjukkan antusias yang cukup besar terha- dap penerapan proses inisiasi menyusu dini ini, dimana niatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sikap, norma subyektif dan kontrol pribadi dari ibu hamil itu sendiri. Niat untuk mau menerapkan proses inisiasi menyusu dini dipengaruhi oleh pembentukan sikap yang diwujudkan pada reaksi kesediaan ibu hamil untuk mau menerap kan proses inisiasi menyusu dini, dimana diketahui bahwa wujud reaksi kesediaan tersebut diperkuat oleh adanya pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini.
Dari hasil penelitian diketahui juga bahwa ibu hamil memiliki motivasi kuat yang mendasari niatnya untuk mau menerapkan proses tersebut. Motivasi ini berpengaruh pada keyakinan normatif yang dimiliki ibu hamil, yang diperkuat kembali dengan adanya keterpaparan gambar tentang proses inisiasi menyusu dini. Kontrol pribadi berupa persepsi akan kemampuan yang dimiliki ibu hamil untuk dapat menerapkan proses inisiasi menyusu dini secara langsung mempengaruhi peningkatan niat ibu hamil dalam penerapan proses tersebut.
Pada penelitian ini disarankan bahwa untuk dapat meningkatkan niat ibu hamil dalam penerapan proses inisiasi menyusu dini, hal penting yang harus dilakukan adalah meningkatkan proses sosialisasi ke masyarakat umum, terutama kepada ibu hamil tentang pentingnya pelaksanaan proses inisiasi menyusu dini, terutama manfaat dan keuntungan yang diberikan dari pelaksanaan proses tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Dahlia
"Tingginya pemberian MP-ASI dini pada bayi turut berkontribusi akan terjadinya penyakit infeksi dan kurang gizi terutama pada bayi usia 0 - 6 bulan pertama kehidupan, juga berperan untuk memperpendek jarak kelahiran serta dapat menimbulkan penyakit degeneratif seperti Diabetes mellitus, Hipertensi, penyakit sirkulasi dan kanker pada usia dewasa akibat terjadinya obesitas yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada masa bayi.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dan faktor yang dominan hubungannya dengan pemberian makanan pendamping ASI dini pada bayi di kecamatan Pasar Rebo, kotamadya Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan metode Crossectional atau potong lintang, semua variabel diukur sekaligus dalam waktu yang sama sehingga tidak luput dari kelemahan-kelemahan yang sedapat mungkin sudah diminimalkan.
Populasi dan sampel dalam ponelitian ini adalah ibu kandung dari bayi usia 4 - 11 bulan. Sampel diambil menggunakan metode acak stratifikasi setelah lebih dahulu dibuat kerangka sampel dari dasar pencacahan individu tahunan yang baru selesai dilakukan oleh Departemen Transmigrasi dan Kependudukan di kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. Dari 202 orang calon responder terpilih, tidak semua berhasil diwawancarai dengan alasan, usia bayi ternyata tidak memenuhi syarat, ibu sedang sakit, sedang bepergian dan pindah alamat sehingga jumlah responden yang memenuhi syarat menjadi 186 orang.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa pemberian MP-ASI dini sangat tinggi yaitu mencapai 90,7 %, sehingga data menjadi homogen dan kurang kuat dipakai untuk menggali beberapa faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi. Ditemukan dua faktor yang berhubungan bermakna dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi yaitu pengetahuan ibu tentang dampak pemberian MP-ASI dini pada bayi (p= 0,0018, OR = 3,696 dan 95% CI 1,254 - 10,896) dan pemberian ASI pertama kali atau inisiasi menyusui merupakan faktor yang dominan pengaruhnya (p 0,004, OR = 5,414, 95% CI 1,706 - 17,183). Pada analisis univariat ditemukan pemberian contoh makanan bayi gratis pada ibu bersalin yang cukup besar (43%) dan diperoleh informasi bahwa 95% responden menerimanya dari bidan. Sebanyak 74,2% bayi sudah diberi makanan pralaktal. Sekitar 88% diberikan oleh bidan dan hanya 3,6% yang diberikan oleh keluarga dekat. Sebanyak 74,7% bayi usia < 4 bulan sudah diberi minuman selain ASI dan 36,6% diantaranya melanjutkan pemberian minuman selain ASI (susu formula) yang dimulai dari tempat persalinan.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pengetahuan ibu tentang dampak pemberian MP-ASI dini pada bayi masih sangat rendah dan peran petugas kesehatan terutama bidan cukup besar dalam pemberian MP-ASI dini pada bayi.
Disarankan agar materi penyuluhan tentang dampak pemberian MP-ASI dini pada bayi dan manajemen laktasi semakin ditingkatkan dan menganjurkan petugas kesehatan selalu memberikan edukasi kepada ibu hamil, bersalin, menyusui dan keluarganya. Departemen Kesehatan agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap produsen susu formula maupun petugas kesehatan yang secara terang-terangan sudah berani melanggar kode etik pemasaran makanan pengganti air susu ibu. Perlu dilakukan penelitian dengan metode yang lain untuk menggali faktor penyebab tingginya angka pemberian MP-ASI dini dan tingginya peran bidan dalam memberikan contoh susu formula dan makanan pralaktal pada bayi.

The high rate of early breast milk supplementary feeding for infants has contributed to infection and malnutrition mainly for infants at the age of 0 to 6 months and it contributing to shortening birth interval and degenerative diseases for adult such as diabetes mellitus, hypertension, circulatory diseases and cancer which caused by obesity related to early breast milk supplementary feeding for infants.
This research aims at collecting information of relating factors and dominant factor related to early breast milk supplementary feeding for infants in Pasar Rebo, a sub district area of East Jakarta Municipality. This research using crossectional method, where all variables are measured in the same time and some weaknesses might be found which have been tried to minimize.
The population and sample of this research are mothers who have infant 4 to 11 months of age. Sample are taken using random stratification which are obtained from annual survey of The Department of Transmigration and Population in Pasar Rebo, East Jakarta There are only 186 respondents able to register, out of 202 determined respondents since some of them are those who have infants not at the required age, sickness, change of address (moved).
This research shows that there are 90,7% of early infants supplementary feeding which led to homogeny data and less enough to use in finding factors related to early infant breast milk supplementary feeding. Nevertheless, there are 2 imperative factors found related to early breast milk supplementary feeding for infants; firstly, the first time of breast feeding factor (p = 0.004, OR = 5.414, 95% CI 1.706 - 17.183). Secondly, the lack of respondents knowledge of the impact of early breast milk supplementary feeding for infants (p = 0.018, OR = 3.696 and 95% CI = 1.254 -1.0.896).
Some of research variables have no strong relation to early breast milk supplementary feeding for infants. However, there are considerable number (43%) found in univariat analysis such as unpaid infant foods for promotion for respondents who delivered birth and there are 95% of respondents received from the midwives. 88% of prelacteal feeding given by the midwives, and there are only 3.6% given by their family.
Approximately 74.7% of infants less than 4 months of age are given other fluid and 36.6% of them are given other milk since the first time in the hospital. According to this research, it is conclude that given early breast milk supplementary feeding for infants caused by the delayed initiation of breast feeding, the lack of respondents knowledge of impact of early breast milk supplementary feeding for infants and the midwives, have dominant role in given early infants supplementary food.
It is suggested, therefore, that counseling material of the impact of early breast milk supplementary feeding for infants should be increased and medical officers should be intentionally educate pregnant women, those who deliver birth and breast feeding as well as their family. The Department of Health should also be intentionally controlling milk producers and medical officers who darely abuse the ethic code of complementary foods marketing.
There should be more research to find out factors led to the high rate of early breast milk supplementary feeding for infants and the role of midwives in giving milk sample and prelacteal food for infants.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 8920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martini
"Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia 228/ 100.000 KH dan AKB 34/1000 KH. Salah satu dari tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah tercapainya Millenium Development Goals (MDG?s) tahun2015, yaitu terjadinya penurunan AKB 23/1000 KH, mengurangi jumlah AKI saat hamil dan melahirkan menjadi 102/100.000 KH, melalui Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Penelitian bertujuan mengidentifikasi hubungan IMD dengan tinggi fundus uteri postpartum hari ketujuh. Variabel penelitian terdiri dari variabel independen utama IMD dan variabel kontrol (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, mobilisasi dini dan ASI eksklusif 7 hari, variabel dependen adalah TFU. Penelitian kohort prospektif ini menggunakan sampel 78 responden, masing-masing kelompok 39 responden. Data dianalisis secara univariat, bivariat menggunakan chi square dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil penelitian, usia terbanyak 20-30 tahun 71,8%, pendidikan responden terbanyak pendidikan tinggi 73%, paritas responden terbanyak primipara 60,3%, status pekerjaan adalah tidak bekerja 82,1%, responden dengan TFU normal 61,5%. Ratarata waktu yang diperlukan bayi untuk IMD adalah 61,1 menit. Hasil analisis multivariat, ibu yang memberikan ASI eksklusif sampai 7 hari mempunyai peluang mendapatkan proses TFU normal 29,8 kali lebih tinggi, dibanding yang tidak menyusui ekslusif (95% CI : 4,921-138,131) setelah dikontrol variabel mobilisasi dini, IMD, pendidikan dan paritas.

Indonesian Health and Demographic Survey 2007 indicate that a high level the point of Maternal Mortality Rate (MMR) is 228/100.000 life births. While Infant Mortality Rate (IMR) of 34/1000 life births. One of the MDG?S purposes 2015 are to increase maternal health and decrease IMR down to ¾ of the MMR for both of pregnant and delivery women to become 102/100.000 life births by Early Initation of Suckling.
This research is purpose to identify the relationship between early initiation and the impact of fundus uteri at a postpartum women in seventh day. The variable of this research consist of independent variable which are early initation and control variable (age, parity, education, work, early mobilization and exclusive breastfeeding up to seventh day). While dependent variable is the high impact fundus of a postpartum women in seventh day. The research of this prospective kohort use 78 responder as a samples, with each group are exsposure group and control group which amount to 39 responder. The data which have been gathered will be analysed by univariate, bivariate analyse use chi square and multivariat with double logistics regression.
From the result of univariate analyse, the most age is around 20-30 year 71,8%, the most responder education is to higher education 73%, the most responder parity is to primipara 60,3%, work status of responder is a housewife 82,15%, women with a normal high uteri fundus counted 61,5%, the avarage time for a baby to do early initation is around 61,1 minute. The Result of multivariate analyse shows that the opportunity of a mother who gives exclusive breastfeeding up to seventh day has a better involution process 29,8 higher times than a mother without exclusive breastfeeding (95% CI: 4,921-138,131) after controlled with early mobilization variable, early initation, parity and education. Sugested to a stakeholder or health worker especially for midwife should be doing this early initation program as a part of professional practice midwifery.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31318
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Mei Saimima
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas pengaruh pola pemberian ASI terhadap pertumbuhan bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Cipayung, Depok tahun 2016-2017. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan desain kohort retrospektif. Penelitian ini menggunakan data sekunder terhadap 151 responden. Hasil penelitian ini adalah tidak ada perbedaan signifikan pada pertumbuhan berat badan bayi 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif 4248,6 840,2 gr dan bayi yang tidak ASI eksklusif 4292,2 791,6 gr . Pertumbuhan panjang badan bayi 0-6 bulan juga tidak berbeda signifikan antara bayi yang diberikan ASI eksklusif 17,4 2,2 cm dan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif 17,6 2,9 cm.

ABSTRACT
This research discusses the effect of breastfeeding pattern on 0 6 months infants growth in Puskesmas Cipayung Working Area, Depok 2016 2017. This is a quantitative study with a retrospective cohort design. This study uses secondary data on 151 respondents. The results of this study shows that no significant difference between exclusively breastfed infant 0 6 month weight growth 4248,6 840,2 gr and non exclusive breastfed infant 4292,2 791,6 gr . Infant height growth from 0 6 months also not significantly different between exclusively breastfed infants 17,4 2,2 cm and non exclusively breastfed infants 17,6 2,9 cm."
2017
S68856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelvi
"Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Data Survei kesehatan Nasional pada bayi usia 0-3 bulan baru mencapai 48,0% dart pada usia 4-5 bulan hanya 14,0%. Kegagalan ASI eksklusif telah dimulai sejak 3 hari kelahiran bayi dengan inisiasi pemberian ASI yang terlambat dan pemberian makanan/minuman dalam tiga hari pertama kelahiran. Keadaan ini sangat memprihatinkan dan berdampak dengan kejadian diare pada bayi berusia kurang 6 bulan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui inisiasi pemberian ASI pada ibu- ibu yang melahirkan di RB Puskesmas Jakarta Pusat tahun 2004 dan faktor-faktor apa yang berhubungan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, pengumpulan data dilakukan dari data primer di 8 RB Puskesmas Jakarta Pusat. Yaitu RB Puskesmas Kemayoran,Cempaka Putih, Tanah Abang, Menteng, Sawah Besar, Senen, Gambir, Johar Baru. Jumlah sampel 243 responden, dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus s/d 27 September 2004. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner meliputi variabel umur ibu, pendidikkan, pekerjaan, pengetahuan, paritas, jarak kelahiran, rencana kehamilan, jenis kelamin bayi, berat badan lahir bayi, dukungan keluarga, pengetahuan petugas.
Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi quire dan analisis multivariate menggunakan regresi logistic.
Hasil penelitian ini menyimpulkan inisiasi pemberian ASI lambat cukup tinggi 32,9% seharusnya semua ibu post partum melakukan inisiasi pemberian ASI dini. Hasil analisis bivariat menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan inisiasi pemberian ASI adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan rencana kehamilan.
Dari hasil uji analisis multivariat terdapat dua variabel yng berhubungan bermakna dengan inisiasi pemberian ASI yaitu pekerjaan ibu (OR = 2,068) dan rencana kehamilan (OR = 0,145). Dari kedua variabel tersebut dapat disimpulkan variabel yang paling dominan berhubungan dengan inisiasi pemberian ASI adalah pekerjaan ibu.
Mengingat cukup tingginya proporsi inisiasi pemberian ASI lambat di RB puskesmas Jakarta Pusat disarankan agar lebih meningkatkan peran petugas kesehatan tentang pemberian ASI. Tidak melakukan promosi susu formula untuk bayi. Perlu ditingkatkan ceramah ilmiah secara rutin yang berkesinambungan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Rumah Bersalin serta dibuat kebijakan tentang keberadaan susu formula.

The Factors that are Related to the Initiation of Breast Feeding at Public Health Center (Puskesmas) RB Jakarta Pusat, 2004The prevalence of exclusive time for breast feeding in Indonesia is still at low level. The result of a National Health Survey shows that infant at age of 0-3 months have achieved 48,0% and only 14,0% at age of 4-5 months. The failings of the exclusive breast feeding has been started at 3 days from the delivery day by the lateness of the initiation time of breast feeding and nutrition giving in the first three days of delivery day. This condition is so sadden and results in diarrhea in babies at age less than 6 months.
The objective of this research is to discover the initiation of breast feeding in mothers who have delivered their babies at Maternal Care Health , Jakarta Pusat in 2004 and the related factors.
The model for this research is Cross Sectional. The compilation of the primary data has been done at 8 different Maternal Care health at Jakarta Pusat; which are: Puskesmas Kemayoran, Cempaka Putih, Tanah Abang, Menteng, Sawah Besar, Senen, Gambir and Johar Baru. The size of the respondents is 243, which has been done from August 14th 2004 until September 27th, 2004. The methods for data compilation were interviews complete with questionnaires about mother's age, education level, occupation, knowledge level, parity, time between delivery, pregnancy planning, babies' sex, babies weight, family support and the knowledge of the health provider.
The data analysis which have been done are univariant, bivariant (Chi Square) and multivariant (logistic regression).
The results of this research conclude that the late initiation of breast feeding is relatively low (32.9%), where all post partum mothers should have early initiation of breast feeding. Bivariant analysis shows that the factors that are significantly related to the initiation of breast feeding are mother's education, occupation and pregnancy planning.
Multivariant analysis shows that there are 2 variables that are significantly related to the initiation of breast feeding, which are mother's occupation (OR=2.068) and pregnancy planning (OR=0.145). Based on those 2 variables, it can be concluded that the most dominant variable is mother's occupation.
In relation with the proportion of initiation of late breast feeding at Puskesmas RB, Jakarta Pusat, these following points are suggested: to empower the role of Puskesmas' officer, to hold the promotion of formulas for babies, to support the regular public oration and to formulate a policy on formulas for babies.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulyanti
"ABSTRAK
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya. Pada tahun 2015 cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Cilandak adalah 43,5%, angka ini masih rendah dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan yaitu 80%. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan ibu dalam memberikan ASI eksklusif adalah gizi pada ibu menyusui. Oleh karena itu, ibu yang sedang menyusui sangat membutuhkan makanan dengan gizi yang seimbang selama menyusui, terutama asupan energi selama 6 bulan pertama menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Asupan energi ibu menyusui dengan pemberian ASI predominan di wilayah kerja puskesmas kecamatan Cilandak Jakarta Selatan Tahun 2016.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi berumur >6-12 bulan, terdaftar di posyandu, dan tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilandak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan energi bulan pertama ibu menyusui (p=0,006; OR=0,108; 95% CI: 0,022-0,525), pendidikan (p=0,002; OR=0,205; 95% CI; 0,076-0,549),IMD (p=0,011; OR=4,598; 95% CI;1,417-14,923) dan sikap (p=0,008; OR=13,780; 95% CI; 1,987-95,583) dengan pemberian ASI predominan di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Cilandak Tahun 2016. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan pemberian ASI predominan di wilayah kerja puskesmas adalah Sikap. Ibu yang memiliki riwayat sikap positif memiliki peluang 13,7 kali untuk memberikan ASI predominan dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki sikap negatif setelah dikontrol oleh variable pendidikan, asupan energi bulan keenam menyusui, dan IMD Perlu adanya pemberian informasi dan edukasi akan pentingnya memiliki sikap positif ketika menyusui.

ABSTRACT
Mother's Milk (ASI) is the best food for infants in the first 6 months of life. In 2015, coverage of exclusive breastfeeding in Cilandak sub-district health centers was 43.5%, this figure is still low compared to the set target of 80%. One of the factors that influence the success of the mother in exclusive breastfeeding is nutrition in nursing mothers. Therefore, women who are breastfeeding are in need of food with balanced nutrition during breastfeeding, especially energy intake during the first 6 months of breastfeeding. This study aims to determine the energy intake of nursing mothers with breastfeeding predominant in the working area of ​​the district health centers cilandak 2016.Penelitian year was quantitative research with cross sectional design. The population in this study were mothers with infants aged> 6-12 months, registered in Posyandu, and lived in Cilandak sub-district Puskesmas. The results of this study indicate that there is a significant relationship between energy intake of the first month of breastfeeding mothers (p = 0.006; OR = 0.108; 95% CI: 0.022 to 0.525), education (p = 0.002; OR = 0.205; 95% CI; 0,076- 0.549), IMD (p = 0.011; OR = 4.598; 95% CI; 1.417 to 14.923) and attitude (p = 0.008; OR = 13.780; 95% CI; 1.987 to 95.583) with predominant breastfeeding in Cilandak sub-district Puskesmas 2016. the most dominant variable related to predominant breastfeeding in the work area health centers is attitude. IMD Need for the provision of information and education on the importance of having a positive attitude when breastfeeding.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Mutia Yuliandarin
"Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di wilayah UPTD Puskesmas Kelurahan Kotabaru kecamatan Bekasi Barat tahun 2009. Penelitian ini dengan desain potong lintang, pada 187 ibu bayi 7-24 bulan, data dikumpulkan dengan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Ditemukan 29,7% ibu yang memberikan ASI Eksklusif. Pengetahuan ibu, pekerjaan ibu dan dukungan suami berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif, dimana dukungan suami merupakan faktor yang paling dominan. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Bekasi dan Puskesmas Kota Baru dapat lebih mensosialisasikan manfaat pemberian ASI Eksklusif didukung oleh tenaga kesehatan terlatih.

This objective of this reseacrh to determine factors related to Exclusive breastfeeding at Puskesmas Kelurahan KotaBaru, Bekasi Barat in 2009. Cross sectional design was used on 187 mothers with baby 7-24 months as a sample. Data was collected through interview using questionnaire. This research revealed that 29,7% mothers gave exclusive breastfeeding, occupational and husband support related to exclusive breastfeeding, whereas husbands support was the most dominant factors. It is suggested to District health office of Bekasi and Puskesmas KotaBaru to do over socialized exclusive breastfeeding by trained health officials."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asmijati
"Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi baru lahir, ibu harus segera menyusui bayinya karena ASI sangat berperan penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Oleh karena itu, bayi yang berurnur 0-4 bulan dianjurkan hanya diberi ASI tanpa pengganti ASI ataupun makanan pendamping.
Berdasarkan laporan Profil Kesehatan di Tangerang target pemberian ASI eksklusif 47% pada tahun 2000. Mengingat pentingnya pemberian ASI eksklusif dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka perlu adanya usaha yang keras melalui penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat luas.Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tiga Raksa Dati II Tangerang pads tahun 2000.
Adapun rancangan penelitian ini menggunakan Cross Sectional dengan populasi ibu-ibu yang melahirkan bayi hidup dalam kurun waktu bulan Maret s/d Desember 2000 yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tiga Raksa Tangerang.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung, kemudian diolah secara statistik dengan teknik analisis Chi Square dan Multiple Regression Logistic. Dari analisis bivariat diketahui ada 2 variabel yang mempunyai hubungan yang bennakna dengan pemberian ASI eksklusif yaitu variabel dukungan petugas dan dukungan keluarga atau masyarakat. Variabel pengetahuan, pekerjaan pokok, sikap, kemampuan petugas, dukungan petugas, dan dukungan keluargalmasyarakat masuk dalam model karena p value < 0,25.
Analisis multivariat dengari Regresi Logistik diketahui bahwa pengetahuan dan dukungan keluargalmasyarakat merupakan variabel yang berhubungan dalam pemberian ASI eksklusif. Sedangkan pengetahuan merupakan vanabel paling berhubungan: pemberian ASI eksklusif dengan Odds Ratio terbesar yaitu 6,7941 (CI 95%1,2955--35,6309) yang berarti ibu berpengetahuan balk kemungkinan memberikan ASI eksklusif 6,7941 kali lebih besar daripada ibu dengan pengetahuan kurang."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Afriana
"Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia cenderung menurun dari tahun ke tahun. Data SDKI tahun 1986 terdapat 86%, tahun 1991 menjadi 53,8% tahun 1997 tinggal 52% dan tahun 2002 hanya 39,5%. Keadaan ini sangat memprihatinkan dan semakin kompleks karena angkatan kerja wanita yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Keadaan ini tidak dapat dihindari karena kesempatan dibidang pendidikan yang diperoleh kaum wanita semakin terbuka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola menyusui di kalangan ibu-ibu yang bekerja di Instansi Pemerintah di DKI Jakarta tahun 2004 yang mempunyai anak umur 4 bulan s/d 2 tahun dan faktor-faktor apa yang berhubungan.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional, pengumpulan data dilakukan dari data primer di 7 departemen terpilih melalui random sampling. Yaitu Departemen Agama, Departemen Luar Negeri, Departemen Perhubungan, Departemen Kehakiman dan HAM, Departemen Pertanian, Departemen Sosial dan Departemen Kehutanan. Dengan jumlah sampel 218 responden, dilaksanakan pada bulan Juni 2004. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur meliputi variabel umur, pendidikan, pengetahuan, sikap, dukungan atasan, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan, sarana di tempat kerja, keterpaparan informasi, keterpaparan terhadap susu formula dan peraturan di tempat kerja. Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan Chi Square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik.
Hasil penelitian ini menyimpulkan proporsi ibu yang memberikan ASI eksklusif pada ibu bekerja hanya 28 %. Presentase ini sangat jauh dari angka target nasional yaitu 80%. Hasil uji bivariat menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan secara bermakna dengan pola menyusui pada ibu bekerja adalah pendidikan, pengetahuan, sikap. dukungan keluarga, dan keterpaparan terhadap informasi tentang ASI.
Dari hasil uji analisis multivariat terdapat tiga variabel yang berhubungan bermakna dengan pola menyusui pada ibu bekerja yaitu pengetahuan (OR = 2,478), keterpaparan terhadap informasi tentang ASI (OR = 3,737) dan dukungan keluarga (OR= 2,986). Dari ketiga variabel tersebut dapat disimpulkan variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan pola menyusui pada ibu bekerja adalah faktor keterpaparan terhadap informasi mengenai ASI.
Mengingat sangat rendahnya proporsi menyusui eksklusif di kalangan ibu bekerja disarankan agar perlu adanya dukungan dari tempat kerja agar pemberian ASI eksklusif dapat terlaksana di kalangan ibu bekerja misalnya peraturan TPA harus dirubah, yang tadinya hanya menerima bayi usia 8 bulan ke atas sekarang dipertimbangkan untuk dapat menerima bayi usia 3 bulan ke atas. Selain hal tersebut perlu dikaji ulang sistem cuti yang berlaku saat ini, peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi mengenai ASI eksklusif agar ditingkatkan, perlu dukungan dan tindakan yang nyata dari pemerintah khusus Departemen Kesehatan mengenai kebijakan tentang promosi susu formula dan susu lanjutan di fasilitas pelayanan kesehatan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12819
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>