Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140836 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Physiological quality is one of the parameter used to determine the seed quality standard in a certification procedure. Information on the physiological quality often not readily available since germination test as a direst test takes time...."
JSTA 11:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"
Dalam penerapan standar diperlukan prasarana teknis dan institusional yang meliputi SNI, lembaga akreditasi, lembaga sertifikasi, lembaga inspeksi, laboratorium uji, personal, serta peraturan perundang-undangan. Contohnya pada industri pupuk yang telah diberlakukan wajib SNI untuk beberapa produk. SNI wajib tersebut, wajib dipenuhi oleh produsen dan importir menyusul diterbitkannya Permenperin No. 19/M-IND/ Per/2/2009 tentang pemberlakuan SNI Pupuk secara wajib. Beranjak dari pemberlakuan SNI untuk produk pupuk secara wajib dapat dijadikan sebagai referensi kualitas produk yang perlu ditingkatkan bagi komoditi industri pupuk lainnya, juga dapat menjadi mekanisme perlindungan sekaligus pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap komoditi industri pupuk tersebut. Namun demikian pemberlakuan SNI secara wajib pupuk inipun haruslah dilakukan pada kondisi yang tepat mengingat adanya sejumlah konsekuensi yang melekat dari keputusan pemberlakuan SNI pupuk secara wajib tersebut. Makalah ini akan membahas upaya pemberlakukan SNI wajib industri pupuk untuk penerapan TBT yang akan menguntungkan berbagai pihak antara lain produsen pupuk yang memiliki tanda SNI, konsumen pengguna pupuk dan perdagangan/pasar pupuk dari serbuan pupuk ilegal/palsu dan pupuk impor yang kualitasnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Hasil kajian menunjukkan bahwa yang menjadi prioritas pertama untuk TBT adalah Pupuk NPK padat, Pupuk Kalium Klorida dan Pupuk urea dengan total skor > 15 yang artinya sangat siap dijadikan sebagai TBT, prioritas kedua adalah Pupuk Tripel Superfosfat (TSP), Pupuk Amonium Sulfat (ZA) dan Pupuk Super Fosfat Tunggal (SP-36) dengan total skor 11 - 15, prioritas terakhir Pupuk Fosfat Alam untuk Pertanian, Pupuk Amonium Klorida, Pupuk Tripel Superfosfat Plus-Zn, Pupuk Dolomit, Pupuk Mono Amonium Fosfat (MAP), Urea Amonium Fosfat (UAP), Pupuk Diamonium Fosfat (DAP), Pupuk SP-36 Plus Zn, Pupuk Cair Sisa Proses Asam Amino (Sipramin) dan Pupuk Borat dengan skor dibawah 11. Dengan mengacu pada hasil studi tersebut maka penerapan wajib SNI industri pupuk dapat diimplementasikan sebagai TBT, dengan melakukan upaya antara lain pembenahan sistem, penguatan kelembagaan, koordinasi yang terpadu dan upaya diplomatis kepada WTO dan anggotanya untuk meyakinkan penggunaan SNI untuk TBT semata-mata melindungi konsumen dan lingkungannya."
JSTA 12:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"
Kesepakatan CAFTA antara Cina dan negara-negara ASEAN termasuk Indonesia, telah menempatkan standar menjadi salah satu faktor penting dalam perdagangan antara Cina dan negara-negara ASEAN. Standar pengukuran menjadi penting karena sangat erat kaitannya dengan kegiatan penilaian kesesuaian seperti pengukuran, pengujian dan inspeksi. Di samping itu kesepakatan TBT (Technical Barrier to Trade) juga mendorong negara-negara anggota WTO (World Trade Organization) untuk menggunakan standar internasional sebagai basis dalam penerapan regulasi teknis. Oleh karena itu didalam perumusan suatu standar nasional harus harmonis dengan standar internasional. Untuk mengetahui sejauh mana standar SNI untuk satuan ukuran yang merupakan standar penting dalam kegiatan penilaian kesesuaian,harmonis dengan standar internasional dan perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi terkait dengan CAFTA, telah dilakukan suatu kajian terhadap 20 SNI satuan ukuran yang terkait dengan pengukuran dan pengujian. Hasil kajian menunjukkan bahwa ke 20 SNI tersebut masih digunakan oleh pemangku kepentingan dan perlu direvisi untuk menghadapi CAFTA karena belum mengikuti cara penulisan yang benar sesuai dengan aturan internasional."
JSTA 12:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"
Kemandirian peralatan utama sistem persenjataan (alutsista) pertahanan dan keamanan (hankam) dalam menghadapi kemungkinan darurat perang akibat diembargo mutlak dilakukan, termasuk dalam bahan pelat munisi buatan dalam negeri untuk munisi kaliber kecil 5,56 mm khususnya tipe kode Pindad MU 5TJ sebagai peluru yang paling banyak digunakan di pasukan TNI, satu paket dengan senjata senapan serbu SS1. Percobaan dilakukan terhadap pelat kuningan munisi kaliber 5,56 mm mengikuti persyaratan standar perusahaan yang mengacu pada standar NATO SS 109. Bahan baku: Kawat tembaga super, Zinc Ingot SHG, Nikel Screen, Posphor copper, dan pelat Alumunium. Peleburan tanpa Al sebanyak 80 kg (4 Slab), dan peleburan + Al sebanyak 160 Kg (7 Slab). Hasil karakterisasi uji coba pembuatan pelat kuningan (Cu-Zn 70-30) . Komposisi kimia slab: kandungan kimia Cu masih dalam rentang standar Perusahaan, demikian pula unsur Pb, Fe, Ni, P, Sb, dan Sn masih berada di bawah ambang batas standar perusahaan. Percobaan lain yang dilakukan adalah uji pengerolan, pengamatan metalografi (mikro-struktur) pelat kuningan, pengujian kekerasan pelat kuningan, dan pengujian anil pelat kuningan yang kesemuanya secara umum telah memenuhi persyaratan standar perusahaan yang mengacu pada standar NATO SS 109. Biaya produksi pelat kuningan per kg= Rp 55,838.000/160 kg= Rp 348,987.5, atau Biaya produksi pelat kuningan per lembar= Rp 55,838.000/11 lembar= Rp 5,076,181.8 yang tentunya akan lebih rendah harga dibanding produk impor, karena tidak termasuk biaya transpor dan asuransi dari luar negeri."
JSTA 12:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"
Salah satu instrumen kebijakan yang dapat diterapkan untuk melakukan penghematan penggunaan energi adalah standar manajemen energi. Standar tersebut memberikan pedoman bagi fasilitas-fasilitas industri untuk memasukkan efisiensi energi ke dalam praktek-praktek manajemen industri dan meningkatkan efisiensi energi sistem industri. Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa penerapan standar manajemen energi di industri Indonesia dengan intensitas energi yang tinggi diperkirakan memberikan keuntungan dalam penghematan energi yang pada akhirnya dapat mengurangi emisi CO2Kata Kunci: Standar, manajemen energi, mitigasi, perubahan iklim, dukungan kebijakan . Selain itu, berdasarkan data yang ada juga menunjukkan bahwa standar manajemen energi akan dapat diterapkan oleh industri tersebut dengan lancar. Penerapan standar manajemen energi di industri untuk mitigasi perubahan iklim dapat berhasil, jika dilakukan bersama-sama dengan dukungan kebijakan lainnya. Dukungan kebijakan tersebut adalah membangun kesepakatan penetapan target, membangun kapasitas optimasi sistem, memberikan penghargaan, menerapkan kebijakan fiskal dan moneter dan pendanaan inovatif."
JSTA 12:3 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kajian perkembangan industri dan perdagangan domestik sektor produk tekstil, kulit, kimia, dan karet dimaksudkan untuk memberikan masukan kepada Indonesia untuk meningkatkan partisipasi pada aktivitas ISO/TC produk tekstil, kulit, kimia, dan karet dalam mengantisipasi tingkat perkembangan pada sektor industri tersebut. Kajian ini dilakukan menggunakan metodologi deskriptif analitis dengan melakukan studi literatur tentang perkembangan industri dan perdagangan produk domestik dalam kaitannya dengan lingkup ISO/TC. Hasil dari kajian ini adalah terdapat kelompok industri terpilih yang meliputi empat komoditi, yaitu industri tekstil, industri kulit dan barang-barang dari kulit, industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, industri karet dan barang-barang dari karet. Mengingat kelompok industri memiliki nilai ekspor yang relatif besar dibandingkan industri pengolahan lainnya maka keikutsertaan Indonesia sebagai P-member dalam ISO/TC terkait perfu tetap dipertahankan dan ditingkatkan. Adanya ketersediaan bahan baku yang cukup potensial serta Indonesia termasuk negara agraris menjadikan pengolahan sektor produk tersebut cukup berkembang. Adapun untuk nilai impor rata-rata kecil selama Indonesia mampu memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri walaupun belum seluruhnya, dengan ketersediaan industri pengolahan yang cukup banyak."
JSTA 7:1 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada setiap pengukuran, akan dihasilkan sejumlah data yang perlu dievaluasi. Metode statistik merupakan alat untuk memantau mutu hasil pengukuran atau pengujian. Gambaran mutu hasil pengukuran dapat dilihat melalui besaran ketidakpastian, yang akan memberikan banyak informasi tentang pengukuran tersebut. Sebelum mengevaluasi data pengukuran perlu dilakukan pemeriksaan terhadap data pengukuran apakah perlu dieliminasi atau tidak. Eliminasi titik-titik data harus konsisten dan tidak bergantung pada personil yang melaksanakan pengukuran dan bisa berdasarkan keinginan. Seorang peneliti yang kompeten akan bekerja keras untuk memelihara kekonsistenan di dalam analisis data primer. Ada beberapa bentuk analisis data yang dapat digunakan untuk mengevaluasi seluruh data pengukuran sebelum perhitungan hasilnya, di antaranya kriteria chauvenet, kertas grafik probabilitas, z-score atau X (chi-square)."
JSTA 7:1 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
S. Nugroho
Jakarta Abdi Tandur 1997,
R 389.6 Nug p
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"Recently, international trade regime has rejected cultural perceptions of what is safe to eat, overturning millennial of tradition. In WTO Agreement on Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS), science has been used as the arbiter in resolving disputes related to food safety. However, the SPS Agreement is under attack by many parties, critics cite concern on ethical, local culture, unpredictably changing technology, etc. The WTO-SPS approach is increasingly challenged for its balance in favor of economic consideration towards its a unique cultural identities. Food as culture and food as commerce. Dispute on Beef Hormones is the ideal example on this matter. The local perception of food and food safety, evolution of food production technologies, and security aspects of food, then being explored, in order to analyze the relationship between SPS Agreement, food tradition, science and technology. At the end, it is realized that no matter how strong the faith in science and economics, it is unwise to dismiss the deeply-rooted beliefs of many people in the world."
JSTA 7:1 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>