Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103769 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Subhan Nafis
"Pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif solar merupakan hal yang gencar dilakukan, terutama pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, mengingat ketersediannya yang cukup besar. Namun disisi lain hal ini menimbulkan kontroversi akan kekhawatiran bahwa pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel akan bersaing dengan pemanfaatannya sebagai bahan baku minyak goreng. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan usaha untuk mengurangi pemanfaatan minyak sawit dengan melakukan pencampuran (blending) dengan minyak jarak pagar.
Studi ini berusaha mencari data tentang performan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar biodiesel 10% (B-10), 20% (B-20), 30% (B-30), dan 100% (B-100). Komposisi bahan bakar biodiesel itu sendiri terdiri atas campuran 60% biodiesel sawit dengan 40% biodiesel jarak. Pada studi kali ini proses pembakaran diruang bakar dipelajari dengan menggunakan analisa heat release dan tekanan puncak silinder. Dari analisa ini dapat diketahui bahwa perubahan Static Injection Timing (SIT) bakar dan kecepatan putaran mesin sangat mempengaruhi tekanan yang dihasillkan dalam ruang bakar.
Bahan bakar yang lebih dahulu mengalami proses pembakaran cenderung memiliki puncak tekanan (Pmax) yang lebih tinggi, dan cenderung menyebabkan emisi Nox dan HC menjadi lebih tinggi. Untuk putaran rendah, dalam hal ini 1500 rpm pembakaran pada bahan bakar solar lebih cepat terjadi dibandingkan dengan bahan baker biodiesel, sehingga tidak terdapat perbedaan yang berarti antara penggunaan bahan bakar solar dan biodiesel. Penggunaan bahan bakar biodiesel baru menunjukkan hasil yang lebih baik dari bahan bakar solar pada kecepatan tinggi, baik dari heat release dan emisi yang dihasilkan. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T41205
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Subhan Nafis
"Pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif solar merupakan hal yang gencar dilakukan, terutama pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia, mengingat ketersediannya yang cukup besar. Namun disisi lain hal ini menimbulkan kontroversi akan kekhawatiran bahwa pemanfaatan minyak sawit sebagai biodiesel akan bersaing dengan pemanfaatannya sebagai bahan baku minyak goreng.
Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan usaha untuk mengurangi pemanfaatan minyak sawit dengan melakukan pencampuran (blending) dengan minyak jarak pagar. Studi ini berusaha mencari data tentang performan mesin diesel yang menggunakan bahan bakar biodiesel 10% (B-10), 20% (B-20), 30% (B-30), dan 100% (B-100). Komposisi bahan bakar biodiesel itu sendiri terdiri atas campuran 60% biodiesel sawit dengan 40% biodiesel jarak. Pada studi kali ini proses pembakaran dituang bakar dipelajari dengan menggunakan analisa heat release dan tekanan puncak silinder. Dari analisa ini dapat diketahui bahwa perubahan Static Injection Timing (SIT) bakar dan kecepatan putaran mesin sangat mempengaruhi tekanan yang dihasillkan dalam ruang bakar. Bahan bakar yang lebih dahulu mengalami proses pembakaran cenderung memiliki puncak tekanan (Pmax) yang lebih tinggi, dan cenderung menyebabkan emisi Nox dan HC menjadi lebih tinggi. Untuk putaran rendah, dalam hal ini 1500 rpm pembakaran pada bahan bakar solar lebih cepat tegadi dibandingkan dengan bahan bakar biodiesel, sehingga tidak terdapat perbedaan yang berarti antara penggunaan bahan bakar solar dan biodiesel. Penggunaan bahan bakar biodiesel baru menunjukkan hasil yang lebih baik dari bahan bakar solar pada kecepatan tinggi, baik dari heat release dan emisi yang dihasilkan.

The combustion and heat release of engines using diesel fuel and bio-diesel have been investigated. The bio-diesel consists of palm and jatropha oil, and were tested in variation of static injection timing (SIT) with 1500, 2500, 3000, and 3500 Rpm engine speed. The research conduct in a Ricardo Hydra Research Single Cylinder Direct Injection Diesel Engine. Engine in cylinder pressure data were collected and use to evaluate the rate of heat release with respect to crank angle. It was observed that commonly the peak rates of heat release for all fuel blends were less than diesel fuel on low engine speed. But some of bio-diesel getting higher than diesel fuel on high speed of engine. Static Injection Timing (SIT) will give significant effect of heat release rate and emissions. The emissions from bio-diesel and diesel fuel are compared paying special attention to the most concerning emission: Nox, HC, and CO. The result show that smoke emissions further reduced when engine speed was increased. A reduction in charged temperature can reduce NO emission."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T25977
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Frans Setiawan
"Bahan bakar biodiesel adalah mono alkyl esters dengan rantai asam lemak panjang yang diturunkan dari sumber lemak yang dapat diperbarui. Biodiesel yang diproyeksikan sebagai pengganti bahan bakar yang berasal dari minyak bumi mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya adalah lebih bersih dalam menghasilkan gas buang, pelumasan yang lebih baik, dan tidak diperlukannya modifikasi mesin ataupun infrastruktur ya. Penelitian ini diawali dengan pengujian bahan bakar solar dan campuran 70 % solar dengan methyl ester sawit 30 % (MES-30) sebagai referensinya, kemudian melakukan pengujian terhadap campuran 70 % solar dengan methyl ester jarak 30 % (MET130). Ketiga kelompok bahan bakar ini diuji dengan menggunakan mesin diesel Hydra, silinder tunggal indirect injection (1 )1). Pengujian dilakukan di Test Cell 1 BTMP-BPPT, PUSPIPTEK - Serpong. Studi kali ini berusaha untuk mempelajari emisi dan heat release biodiesel minyak sawit dan minyak jarak untuk kemudian dibandingkan dengan solar. Dan basil penelitian didapatkan emisi gas buang MES-30 dan MFJ-30 membentuk trend yang serupa dengan solar, menghasilkan emisi smoke, hidrokarbon, dan CO lebih rendah dibandingkan dengan solar. Untuk emisi NOx tidak berbeda jauh nilainya dengan solar dan tidak dapat didefinisikan dengan balk kecenderungannya. Laju heat release memperlihatkan MES-30 dan ME]-30 lebih cepat waktu ignition delay-nya dan lebih panjang di fase premixed dan mixing-controlled combustion, hat ini mengindikasikan pembakaran lebih sempuma dibandingkan dengan solar.

Biodiesel is the mono alkyl esters of long chain fatty acids derived from renewable lipid sources. Biodiesel as a substitute of petroleum fuel has some advantages: it produces cleaner exhaust gas, better in lubrication, and doesn't need engine modification. This research beginning in test of diesel fuel that used in Indonesia, called solar and the blending of solar 70 % - oil palm methyl ester 30 % (MES-30) as references, then test the blending of solar 70 % - physic nut methyl ester 30 1(M 7-30). All of these fuels are tested using Hydra diesel engine, single cylinder indirect injection (IDI)_ Experiment was doing at Test Cell 1 BTMP BPFT, PUSP1TEK - Serpong.
This study focuses in emission and heat release of biodiesel palm and physic nut oil and then, compare with solar. From this experiment, the exhaust emissions of MES-30 and MFJ--30 have similar trend with solar, but lower emission in smoke, hydrocarbon, and CO. For NOx emission, it is not large differences with solar and the trend is not well defined Heat release rate shows the MES-30 and MF.J--3o faster in ignition delay but longer in premixed and mixing-controlled combustion, that indicate more complete combustion than solar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T15007
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyadi
"Mesin diesel IDI berbahan bakar ganda (dual fueled) adalah mesin diesel IDI dengan menggunakan bahan bakar CNG dan solar. Pada sistem dual fueled ini, campuran udara dan CNG sebagai gas karburasi masuk ke dalam intake manifold, kemudian bahan bakar solar disemprotkan ke dalam campuran udara dan CNG kompresi untuk memulai pembakaran. Sistem ini relatif sederhana, hanya menambahkan mixer di saluran masuk (intake manifold). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi/gambaran proses pembakaran yang terjadi pada mesin diesel IDI dual fueled melalui studi emisi smoke dan heat release.
Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan pada Engine Test Cell I dengan mesin riset hydra 450 cc di BTMP-BPPT Serpong. Pengujian dilakukan pada putaran 1000, 1500, 2000, 2500 dan 3000 rpm dengan komposisi bahan bakar 100% solar, % CNG rendah dan % CNG tinggi. Data yang diambil adalah tekanan silinder, daya dan emisi gas buang.
Daya yang dihasi.kan oleh dual fueled lebih tinggi dibandingkan dengan 100% solar dan emisi smoke basil pembakarannya lebih rendah. Phase pembakaran late combustion dual fueled pada putaran dibawah 2500 rpm mempunyai durasi pembakaran yang panjang, Emisi smoke dual fueled putaran mesin dibawah 2500 rpm lebih rendah dibanding dengan 100% solar. Total heat release dual fueled putaran mesin diatas 1000 rpm mempunyai nilai lebih rendah dibandingkan 100% solar. Pembakaran dual fueled didominasi oleh phase late combustion, sedangkan phase premixed combustion cenderung cepat. Pada phase mixing controlled combustion, mesin diesel IDI dual fueled ini berlangsung sangat cepat/pendek bila dibandingkan dengan 100% solar.

Dual fueled ID1 diesel engine is IDI diesel engine operated with CNG and diesel fuel. In this dual fueled system, the mixture of air and CNG as carburetting gas flow into the intake manifold, then the diesel fuel is sprayed into the mixture of compressed air and CNG to ignite the fire. This system is relatively simple, only by adding the mixer in the intake manifold. The purpose of this research is to collect the information about the ignition process in dual-fueled IDI diesel engines by studying the emission of smoke and heat release.
In this research, the test is conducted on Engine Test Cell I with test engine hydra 450 cc at the BTMP-BPPT at Serpong. The test were carried out at 1000, 1500, 2000, 2500 and 3000 RPM using fuel composition of 100% diesel fuel, with low percentage and with high percentage of CNG. Data collected are pressure of the cylinder, and energy and emission of the exhaust.
The energy created by dual fueled is higher than that of 100% diesel fuel and smoke emission of the combustion is fewer. Firing phase of late combustion dual fueled at less than 2500 RPM has a longer duration, dual-fueled smoke emission at less than 2500 RPM is fewer than that of 100% diesel fuel. Total heat release of dual fueled engine run at more than 1000 RPM is lower than 100% diesel fueL The combustion of dual fueled is dominated by late combustion phase, while premixed combustion phase is most likely fast. At mixing controlled combustion phase, this dual fueled IDI diesel engine went on very quick/short compared to that with 100% diesel fuel.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Cahyo Nugroho
"Ignition delay merupakan salah satu parameter panting dalam operasi mesin diesel, ignition delay didefinisikan sebagai selang waktu antara mulai injeksi bahan bakar sampai dengan mulainya terjadi penyalaan bahan bakar, pembakaran akan optimum bila penyalaan terjadi sebelum titik mati atas. Secara ukuran derajat putaran poros engkol, semakin tinggi putaran mesin semakin panjang ignition delaynya, sehingga perlu adanya perubahan waktu injeksi. Ignition delay semakin pendek bila bilangan cetana bahan bakar bertambah, bilangan cetana solar dapat dinaikkan dengan menambah metil ester yang mempunyai bilangan cetana lebih tinggi.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan bakar campuran metil ester kelapa sawit (ME) dan solar terhadap unjuk kerja mesin dan ignition delay. Pengujian dilakukan dengan menggunakan mesin diesel satu silinder injeksi langsung. dengan memperbandingkan beberapa komposisi campuran bahan bakar yaitu solar murni, 20% massa metil ester (20% ME), 30% ME dan 40% ME. Pengujian dilakukan berdasarkan kurva daya yang dihasilkan bahan bakar solar. Ignition delay didapat dari grafik tekanan gas dalam silinder terhadap posisi poros engkol, untuk itu dalam pengujian dilakukan pengukuran tekanan gas dalam silinder.
Dari pengujian didapatkan bahwa torsi dan daya yang dihasilkan bahan bakar campuran ME dan solar 1.5 s/d 4% lebih rendah dibanding solar. Sedangkan tingkat emisi asap lebih rendah 5 ski 25%. Ignition delay semakin pendek bila putaran mesin dan bilangan cetana bertambah, dengan suatu persamaan linier pengaruh putaran mesin dan bilangan cetana terhadap ignition delay adalah : ignition delay = 0.0033 putaran mesin-0.375 bilangan cetana 4-38.321.

Ignition delay is important parameter for diesel engine operation. Ignition delay is the time between start of injection and start of combustion, combustion will be optimum if started before TDC. Injection liming advancing is needed, because ignition delay (in crank angle degree) increase as engine speed increase. Ignition delay decrease as cetane number increase, cetane number of petroleum diesel can be increased with addition of methyl ester.
The research conduct in a single cylinder direct injection diesel engine, the engine was fueled with several different composition fuel blend ( petroleum diesel and ME). The fuel blend are petroleum diesel (D), 20% mass ME (20 % ME), 30% and 40% ME. Effect of different fuel blend to engine performance and ignition delay is studied. Engine setting to get power curve for petroleum diesel used as the basic. engine test Ignition delay was determined from cylinder pressure vs. crank position diagram. Cylinder pressure measurement is needed to get cylinder pressure vs. crank position diagram.
Engine power for ME & petroleum diesel blend are 1.5 - 4 % lower than petroleum diesel, and smoke are 5 - 25 % lower. Engine speed, cetane number and ignition delay correlation is : ignition delay = 0.0033 engine speed -0.375 cetane number + 38.321 .
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T5197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Moch. Agung Joko Utomo
"Start of Injection Timing (Sl'I) merupakan salah satu parameter penting dalam operasi motor Diesel. Start of Injection Timing didefinisikan sebagai saat mulai penyemprotan bahan bakar di dalam silinder. Pengajuan maupun pengunduran start of injection timing sangat berpengaruh terhadap efisiensi termal dan polutan smoke yang terjadi pada mesin Diesel. Penelitian bertujuan untuk mengetahui SIT yang optimal pada motor Diesel berbahan bakar solar dan berbahan bakar solar dicampur methyl ester 30% dan peroxide 1250 ppm dalam rangka untuk menghasilakan efisiensi termal yang paling besar dan polutan smoke yang paling kecil. Penelitian difokuskan pada putaran mesin 1200 Rpm. Dari pengujian didapatkan bahwa efisiensi termal maksimum dan polutan smoke minimum terjadi pada SIT 24° B1DC, baik yang berbahan bakar solar maupun berbahan bakar solar dieampur methyl ester 30% dan peroxide 1250 ppm. Walaupun begitu pada motor Diesel berbahan bakar solar dicampur methyl ester 30% dan peroxide 1250 ppm mempunyai efisiensi termal yang lebih tinggi dan polutan smoke yang lebih rendah, sehingga nilai yang paling optimal terjadi pada SIT 24 0 BTDC yang berbahan bakar solar dicampur methyl ester 30% dan peroxide"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S37433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Abdi Haikal
"Masih terdapat sejumlah besar kandungan gas alam di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Sebagian besar gas alam di Indonesia dimanfaatkan oleh pabrik kimia. Gas alam tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. pada khususnya kendaraan bermotor, dimana gas alam tersebut diproses menjadi gas alam tekan atau Compressed Natural Gas ( CNG ). Terdapat banyak kelebihan yang dimiliki oleh CNG sebagai bahan bakar alternatif kendaraan bermotor, salah satunya adalah proses pembakaran yang sempurna hingga menghasilkan gas buang yang mengandung zat - zat beracun dalam jumlah yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan gas buang bahan bakar konvensional dari minyak bumi ( bensin dan solar ). Studi kali ini berusaha untuk mempelajari laju Heat Release pada Motor Diesel IDI yang menggunakan bahan bakar solar serta bahan bakar ganda solar - CNG. Adapun perbandingan yang dilakukan adalah menggunakan 100% solar, 50% solar- 50% CNG, dan 30% solar- 70% CNG. Studi ini dilakukan pada Motor Diesel IDI HYDRA Engine Test Cell I yang berlokasi di BTMP - BPPT PUSPIPTEK Serpong Tangerang. Dari data dan hasil analisa, diperoleh kesimpulan bahwa dalam kondisi putaran Motor Diesel IDI 1000 RPM, semakin berkurangnya kandungan solar diikuti dengan semakin bertambahnya kandungan CNG akan memberikan nilai absolute laju Heat Release yang semakin besar pada kondisi tertentu sudut lengan piston."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaenal Abidin
"Sumber energi utama yang banyak digunakan di berbagai negara saat ini adalah minyak bumi. Keberadaan minyak bumi terus berkurang seiring dengan bertambahnya kendaraan maupun mesin-mesin yang digunakan untuk membantu kehidupan manusia. Biodiesel, khususnya yang berasal dari minyak jelantah adalah salah satu dari jenis bahan bakar alternatif yang menarik. Biodiesel dapat digunakan pada solar sebagai bahan bakar pencampur. Keuntungan dari penggunaan biodiesel adalah ketersediaan biodiesel sebagai bahan bakar terbarukan dan nilai dari angka setana yang tinggi. Hal yang patut diperhatikan dalam penggunaan biodiesel 'minyak jelantah' sebagai bahan bakar utama maupun sebagai senyawa pencampur bahan bakar adalah aspek konsumsi bahan bakar mesin diesel. Biodiesel, memiliki nilai kalor yang lebih rendah dari solar. Akibatnya, untuk menghasilkan daya keluaran yang sama, bahan bakar dengan campuran biodiesel akan membutuhkan jumlah bahan bakar yang lebih banyak.

Fossil fuel is the most favorite fuel that has been used by people. The availibility of fossil fuel is decreasing, contrast to the increasing number of automobiles and other 1C engines. Biodiesel, especially from waste vegetable oil is an attractive alternate fuel. Biodiesel can be used with PetroDiesel (solar) as a blend fuel. Some of the advantages of using biodiesel as ablending substance are, it is a renewable fuel and its have high cetane number. One aspect that need to be noticed is the fuel consumption aspect of IC engines. Biodiesel's heat value is lower than petrodiesel. This mean, the blending of petrodiesel and biodiesel will lower the heat value of the blend. Consequently, to generate same power, the fuel consumption of biodiesel will be higher than petrodiesel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37876
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada mesin diesel ada tenggang waktu antara sejak dimulainya penginjeksian solar ke dalam silinder bakar mesin, kemudia terbentuk campuran udara+embun solar sampai terjadi titik api yang mula-mula. Tenggang waktu ini disebut ignition delay atau keterlambatan pengapian. Ignition delay adalah suatu parameter yang sangat berpengaruh terhadap awal sampai akhir proses pembakaran dalam silinder bakar mesin. Oleh sebab itu sangat menentukan performa dan emisi gas buang mesin.
Pada pengujian di sini BBG yaitu propana, metan, dan hidrogen masing-masing dialirkan dalam silinder bakar mesin konvensional sebagai mesin dual fuel. Setelah bercampur dengan udara oleh sebuah mixer yang dilengkapi di dalam intake port. Kemudian ignition delay bahan bakar solar yang disemprotkan langsung ke dalam silinder mesin dengan jumlah kecil tersebut dianalisis dan dievaluasi.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa perubahan rasio spesifik panas dan konsentrasi mol oksigen campuran udara +BBG sangat berpengaruh terhadap ignition delay."
JITE 1:11 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>