Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122338 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tulisan ini menguraikan pengalaman mengajar mata kuliah Perilaku seks di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga, Surabaya (1991 - 1998). mata kuliah ini dipelopori oleh A. Adi Sukadana (1932-1989),salah seorang pendiri dan kemudian dekan (1985-1988) fakultas itu, sejak awal berdirinya pada tahun 1978 dan masih di tawarkan hingga sekarang, walaupun dengan nama yang lain,yakni seksualitas"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fanggidae, Erdhy
"Reformasi pada tahun 1998 memunculkan kebebasan bagi media massa di Indonesia dalam menjalankan praktek media, ditandai dengan munculnya fenomena di mana sensualitas dan seksualitas dalam berbagai bentuk yang hampir selalu ada. Banyak pihak kemudian yang memprihatinkan hal ini, meminta agar kalangan media massa merespon apa yang disebut dengan keprihatinan dan tuntutan masyarakat terhadap maraknya pornografi. Tercetus rencana pembentukan Undang-Undang Anti Pomografi dan Pornoaksi. Komite Penyiaran Indonesia (KPI) berjanji akan menetapkan sebuah standar penyiaran dan pemerintah juga mempersiapkan empat rancangan peraturan pemerintah (RPP) berkenaan dengan bidang penyiaran.
Wacana regulasi tentang pomografi sebenarnya baik, namun pertanyaan mengenai realitas pornografi menurut perspektif apa dan siapa yang sebaiknya digunakan dalam penyusunan dan implementasi regulasi terkait, serta faktor-faktor apa saja yang nantinya perlu mendapat penekanan dalam regulasi itu, harus dijawab terlebih dahulu. Sebabnya, realitas dibentuk dan dikonstruksi, berwajah ganda/jamak, setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing.
Sejalan dengan pandangan realitas menurut paradigma konstruktivisme, bahwa realitas adalah hasil dari konstruksi mental, bersifat sosial dan tergantung pada orang yang memahaminya, penelitian kualitatif dengan paradigma konstruktivisme ini berusaha untuk melihat bagaimana kalangan perempuan informan penelitian ini melakukan penerimaan dan juga pemaknaan terhadap realitas praktek media massa yang membahas seksualitas dari sensualitas. Selanjutnya penelitian dengan metode fenomenologi ini juga berusaha mengetahui realitas mengenai isu pornografi di media massa Indonesia menurut para informan, mengenai sejauh mana praktek media massa dengan bahasan seksualitas dan seksualitas tersebut bisa dikategorikan sebagai pornografi dalam pemaknaan mereka.
Menggunakan tiga kategori pemetaan dalam kerangka Audience Reception Theory.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa audiens melakukan pemaknaan sendiri ketika melakukan konsumsi media massa. Dalam realitas bahasan seksualitas, para informan penelitian ini tidak keberatan dan mendukung adanya bahasan seksualitas di media massa. Penelitian ini juga memperlihatkan bagaimana ada perbedaan dalam pemaknaan pornografi dan juga realitasnya dalam praktek media massa di Indonesia sendiri. Temuan lainnya adalah bahwa laki-laki dianggap sebagai bagian masyarakat yang paling rentan terhadap dampak dari pomografi.
Dikaitkan dengan pengaruh latar audiens ketika melakukan pemaknaan, penelitian ini menghasilkan temuan bahwa pemaknaan para informan tidak bergantung kepada latar belakang lingkungan tempat tinggal dan mobilitas mereka dan bahwa faktor agama jarang digunakan untuk memaknai isu pomografi di media massa.
Implikasi teori dari penelitian ini adalah bahwa audiens memang mempunyai pemaknaan sendiri ketika mereka berhadapan dengan praktek media massa. Secara metodologis, dengan memperhatikan keterbatasan dari penelitian ini, di mana para informannya adalah hanya mereka yang menepakan perempuan lajang pekerja profesional yang berkantor di Jalan Jenderal Sudirman Jakarta, akan sangat menarik jika di kemudian hari bisa dilakukan sebuah eksplorasi bahasan yang sama.terhadap variabel-variabel yang lebih beragam dalam skala penelitian yang lebih luas secara kuantitatif menggunakan metode survey."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Belum banyak penelitian empiris yang menghubungkan perilaku seksual seseorang dengan perspektifnya memandang dunia (atau: pandangan dunia), meskipun kajian-kajian spekulatif yang berkenaan dengan hal tersebut telah banyak terdapat dalam literatur. Penelitian ini melakukan pengukuran empiris terhadap pandangan dunia partisipan dengan Worldview Analysis Scale dan perilaku seksual partisipan dengan Garos Sexual Behavior Inventory. Partisipan penelitian terdiri atas 200 orang (52% laki-laki, 48 perempuan; Rerata usia 24.23 tahun; Simpangan baku usia 1.92 tahun), yang dijaring dengan teknik penyampelan convenience insidental di Jabodetabek, Bandung dan Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi antara pandangan dunia komunalisme dengan ketidaknyamanan seksual (r = 0.239, p < 0.01) dan pandangan duia realisme terukur dengan ketidaknyamanan seksual (r = -0.187, p < 0.01)."
AJMS 4:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kehidupan seksual yang tidak harmonis tidak jarang mengakibatkan banyak masalah. Ketika fungsi seksual istri tidak optimal maka kepuasan seksual pria beristri ataupun kedua belah pihak dapat terganggu sehingga tidak jarang pria beristri mencari tempat pelarian misalnnya dengan melakukan hubungan seksual tanpa kondom dengan WPS. Dampak dari hubungan seksual tanpa kondom dengan WPS dapat mengakibatkan IMS. Penelitian ini bertujuan mengetahui frekuensi hubungan seksual tanpa kondom dengan WPS berhubungan dengan tingkat kepuasan seksual pria beristri dan risiko Infeksi Menular Seksual. Metode: Desain penelitian observasional analitik cross sectional. Teknik accidental sampling. Sampel 196 orang, dengan kriteria pria memiliki istri yang legal, istri belum monopause, teratur melakukan hubungan seksual dengan istri tanpa kondom 6 bulan terakhir, melakukan hubungan seksual dengan WPS tanpa kondom minimal 1 kali dalam 6 bulan terakhir, tahap keluarga sejahtera II, sehat dan bersedia menjadi responden. Data tingkat kepuasan seksual dan frekuensi hubungan seksual tanpa kondom dikumpulkan dengan wawancara, data risiko IMS dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium oleh tenaga medis. Pemeriksaan laboratorium gonore dengan pewarnaan Gram's, sifilis dengan Treponema Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA) dan Veneral Disease Research Laboratory (VDLR), herpes genitalis dan kondiloma akuminata berdasarkan gejala klinis. Hasil disajikan secara deskriptif, dan uji normalitas data dengan Kolmogorav-Smirnov serta uji korelasi Spearman's rho dan Chi-Square. Hasil: penelitian menunjukkan frekuensi hubungan seksual tanpa kondom terbanyak 1 kali/minggu 57 orang (29,10%), tingkat kepuasan seksual cukup puas 97 orang (49,50%), dengan IMS 10 orang (5,10%). Frekuensi hubungan seksual tanpa kondom dengan WPS tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan seksual pria beristri p = 0,146 (p > 0,05). Frekuensi hubungan seksual tanpa kondom dengan WPS berhubungan dengan risiko IMS p = 0,001 (p < 0,01). Kesimpulan: penelitian ini menunjukkan frekuensi hubungan seksual tanpa kondom dengan WPS tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan seksual pria beristri, tetapi berhubungan dengan risiko IMS. Penelitian dapat dipakai sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan faktor lainnya yang berkaitan dengan frekuensi hubungan seksual pria beristri dengan WPS. "
BULHSR 17:4 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Saprianto
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang seksualitas dengan perilaku seksual siswa Sekolah Menengah Umum. Desain yang digunakan adalah cross sectional, lama penelitian lebih kurang satu minggu, yaitu dari tanggal 5 Mei s/d 10 Mei 2003, alat pengumpul data adalah kuesioner. Variabel yang dilihat adalah umur siswa, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap, jarak rumah ke sekolah, waktu sekolah, serta komunikasi tentang seks dengan orang tua, teman sebaya dan guru. Secara umum hasil yang didapat 66 siswa (38,6%) perilaku seksual berisiko tinggi.
Kesimpulan penelitian didapatkan dua variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku seksual siswa SMU. Variabel tersebut adalah jenis kelamin siswa dengan P value = 0,002 dan OR = 2,778 yang memberikan informasi bahwa siswa perempuan mempunyai peluang untuk berperilaku seksual berisiko tinggi 2,778 kali dibanding siswa laki-laki, dan variabel komunikasi seksual dengan teman sebaya didapatkan hubungan bermakna P value 0,000 dan OR = 3,197 yang artinya tidak melakukan komunikasi seksual dengan teman sebaya mempunyai peluang 3,197 kali untuk melakukan perilaku seksual berisiko tinggi dibandingkan dengan melakukan komunikasi tentang seksual dengan teman sebaya.
Saran untuk orang tua dan guru selayaknya dapat memberikan pendidikan seksualitas pada siswa secara benar dan sesuai tahap perkembangannya. Bantu siswa dalam menghadapi dan mengatasi masalah seksualnya serta lakukan pendekatan dengan teman sebaya (peer group), upayakan memberdayakan kelompok sebaya dengan membekali mereka pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya materi kesehatan reproduksi remaja dimasukkan sebagai muatan lokal sehingga dapat memperkaya pengetahuan siswa dan dapat memenuhi kebutuhannya.

This study is tried to find out the description of relationship between knowledge and attitude on sexuality, and sexual behavior among high school students. A cross-sectional is used as the study design. The study takes time about a week, from 5 to 10 May 2003, and a structured questionnaire is used as the instrument for data collection. The study is look at variables of student's age, gender, knowledge and attitude on sexuality, the school distance from home. school time, and communication about sexuality with parents, peers, and teachers. In general, the study found that there are 66 students (38.6%) who have a high-risk sexual behavior.
The study concluded that there are two variables that have a significant relationship with high school student's sexual behavior. They are: student's gender with P-value 0.002 and OR at 2.778, which mean that girls have a chance to be having high-risk sexual behavior 2.778 times than boys; and communication on sexuality with their peers, with P-value 0.000 and OR at 3.197, which mean that those who have no communication on sexuality with their peers have a chance to be having high-risk sexual behavior than those who have communication on sexuality with their peers.
A suggestion to the parents and teachers is that they are supposed to be giving the sexual education to their children and students in appropriate way depend on their stages age of life. They should support the children and students to deal with and to encounter their sexual problems, with a peer group approach. They suppose to reinforce the peer group with the reproductive health information. Regarding to the education and learning process at school, it is suggested that adolescent reproductive health materials are included at local capacity, as they can enrich the student's knowledge and fulfill their needs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Aswati
"Penelitian ini berawal dari mengapa saat ini banyak terjadi kehamilan yang belum diharapkan di kalangan remaja. Kemudian ditunjang dengan buku para pakar yang mengetengahkan hasil-hasil penelitian yang dilakukan di kalangan remaja bahwa, banyak remaja sudah berani melakukan perbuatan seksual. Hal ini disebabkan antara lain: tersedianya berbagai media cetak dan media elektronik yang dapat menimbulkan rangsangan seksual remaja.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan sikap terhadap perilaku tersebut antara lain, keadaan remaja yang karena mulai berfungsinya hormon seksual menyebabkan keingintahuan tentang seks meningkat, sedangkan sebagian orangtua bersikap kurang terbuka dan membuat jarak kepada anak dalam masalah seksual. Sarwono (1991) menyatakan behwa perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang timbul akibat dorongan seksual yang muncil.
Lebih lanjut penelitian Fox dan Inayu dalam penelitiannya yang dikutip oleh Sarwono (1991) menyatakan bahwa (a) Makin sering terjadi percakapan seks antara ibu dan anak, tingkah laku seksual anak makin bertanggung jawab, (b) Makin awal komunikasi itu dilakukan fungsi pencegahannya makin nyata, (c) Tetapi jika komunikasi itu dilakukan setelah hubungan terjadi maka komunikasi itu justru mendorong lebih sering dilakukannya hubungan seks. Meskipun demikian pengaruh positif itu tetap ada yaitu hubungan seks yang terjadi tidak sampai menimbulkan kehamilan yang tidak diharapkan.
Lebih lanjut Zelnik dan Kim dalam Sarwono (1991) jugs menyatakan bahwa remaja yang telah mendapat pendidikan seks jarang melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah mendapat pendidikan seks cenderung lebih banyak mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki.
Zakiah Daradjat (1976) mengemukakan pendidikan agama yang ditarapkan sejak kecil pada anak melalui pembiasaan-pembiasaan akan meresap dalam sanubari anak dan akan dibawa sampai dewasa. Pemahaman agama yang benar ini akan dapat menangkal perubahan-perubahan nilai-nilai seksual dalam masyarakat.
Penelitian ini mengambil 3 faktor yang diduga menjadi penyebab sikap remaja terhadap perilaku seksual yaitu pendidikan seks oleh orangtua, pola asuh orangtua dan pendidikan agama dari orangtua.
Melalui kajian teoritis tentang sikap remaja terhadap perilaku seksual diajukan empat hipotesis untuk diuji kebenarannya. Penelitian ini dilakukan dengan responden sebanyak 295 orang yang diambil secara acak. Hasil pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
Tiga hipotesis ditolak dan satu hipotesis diterima. Hipotesis yang ditolak adalah hipotesis satu, dua., dan empat, sedangkan hipotesis yang diterima adalah hipotesis ketiga.
Dengan demikian terungkaplah hasil penelitian sebagai berikut:
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dari orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara pendidikan agama dari orang tua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
- Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan seks, pola asuh, pendidikan agama dari orangtua dengan sikap remaja terhadap perilaku seksual.
Untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang ini perlu memperhitungkan variabel lain yang diduga barpengaruh antara lain, pengaruh media cetak dan elektronik. Begitu Pula dalam menentukan sampel hendaknya dibedakan tempat tinggal, perbedaan jenis kelamin serta usia. Selain itu pendidikan seks perlu diberikan di sekolah. Bagi orangtua hendaknya menjaga hubungan dengan anak remajanya agar tetap hangat dan mengontrol secara bijaksana."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
T107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zoya Dianaesthika Amirin
"Saat ini dapat kita temui adanya perubahan gaya hidup dalam masyarakat. Mulai dari cara bersenang-senang, hingga cara mengekspresikan diri. Peneliti tertarik mengadakan penelitian mengenai persepsi pria dewasa muda dalam seks pranikah dan kaitannya dengan pengharggan terhadap pacar. Perilaku seksual pria dewasa muda dalam seks pranikah ini dapat mengungkap gambaran penghargaan terhadap wanita sebagai pacar. Melalui penelitian ini, akan dapat ditemukan gambaran mengenai prilaku seks pranikah dewasa muda sehubungan dengan penghragaan terhadap pacar tersebut apakah dikategorikan gaya hidup atau perilaku yang deviant.
Sikap masyarakat yang lebih terbuka saat ini mengenai hal-hal yang menyangkut umsan seksual membuat peneliti semakin terdorong untuk mengadakan penelitian ini. Dengan adanya suatu sikap masyarakat yang tidak lagi menabukan hal-hal tersebut dapat lebih mengungkap pendapat masyarakat , sehingga gambaran mengenai prilaku seksual pria dewasa muda dalam seks pra nikah dapat lebih jelas ditelaah.
Dengan adanya gambaran ini , diharapkan kaum dewasa muda yang sedang mengalzuni tahap pemilihan pasangan hidup sebagai tugas perkembangannya, dapat lebih mengerti mengenai perilaku seksual pria dewasa muda, pendapat kaum wanitanya (yang juga menjadi tambahan penelitian) dan mendapatkan infonnasi mengenai apa yang sedang terjadi di tengah masyarakat, suatu gaya hidup yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat ini, lewat suatu studi atas suatu kelompok kecil.
Kelompok kecil yang diteliti terdiri dari 2 kelompok pria dan berdomisili di Jakarta. Kelompok pertama terdiri dari golongan mahasiswa, dibesarkan di luar Jakarta dan mayoritas menganut agama Islam. Kelompok kedua terdiri dari kaum muda sebuah gereja di Jakarta dan golongan pekerja, dibesarkan di Jakarta dan menganut agama Kristen. Pembedaan kelompok tersebut bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang esensial mengenai pokok penelitian, ditinjau dari latar belakang pendidikan dan agama yang berbeda. Pada akhimya ditemukan bahwa perbedaan latar belaikang pendidikan dan agama tidak menyebabkan adanya perbedaaan persepsi mengenai pokok penelitian. Persepsi mereka yang sama terbentuk karena mereka sama-sama berdomisili di Jakarta dan terbiasa dengan gaya hidup di Jakarta saat ini.
Pendekatan penelitian atas perilaku seksual pria dewasa muda dalam seks pranikah yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif, didasari data kualitatif dan analisa kualitatif. Sementara penelitian tambahan atas kaum wanitanya melalui skala sikap Guttman. Peneliti mengadakan penelitian tambahan tersebut karena peneliti ingin mengetahui sikap wanita deweisa muda mengenai perilaku seksual tersebut. Melalui skala sikap Guttman, peneliti menggambarkan hierarki sikap wanita mengenai perilaku seksual tersebut, apakah perilaku seksual pria tersebut deviant atau tidak. Dari hierarki tersebut ditemukan bahwa wanita menganggap yang terkategorikan deviemt adalah pelampiasan seks terhadap wanita lain dengan alasan mengfeargai pacar. Yang terkategorikan nonnal adalah cara menghargai melalui tindakan kesetiaan.
Sementara pada kelompok pria dewasa muda ditemukan bahwa cara penghargaan terhadap wanita di antaranya adalah dengan kesetiaan, memberikan pilihan pada pacamya untuk melakukan atau tidak melakukan seks pra nikah, menyerahkan pada wanita cara melakukan hubungan seksual (manual sex, oral sex, atau senggama). Menurut pria, pelampiasan seksual denga wanita selain pacar dengan alasan menghargai pacar adalah hal yang wajar, bukan suatu deviant. Seks pranikah adalah merupakan gaya hidup."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S2856
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mastiur Pharmata
"Skripsi ini membahas mengenai sistem nilai budaya dan ajaran seks yang terkandung dalam Serat Nitimani. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan menggunakan teori Kerangka Sistem Nilai Budaya oleh Kluckhohn.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa ajaran seks dalam Serat Nitimani terbukti mengandung sistem nilai budaya Jawa yang berlandaskan pada nilai religiusitas. Pada akhirnya dapat dilihat bahwa Serat Nitimani mengandung ajaran atau pedoman moral, nilai, dan kaidah bagi orang Jawa mengenai bagaimana cara melakukan hubungan seks yang benar dan tepat, karena hal tersebut berhubungan dengan inti ajaran kebatinan Jawa yaitu sangkan paraning dumadi dan manunggaling kawula Gusti.

This undergraduate thesis discuss about cultural value system and sex guidance as reflected in Serat Nitimani. This research used the descriptive analyzes method based on Kluckhohn?s cultural value system outline theory.
This research will result a conclusion that sex guidance inside the Serat Nitimani has proven that it contains Javanese cultural value system which based on the religiosity. At the end of the research, we can see that Serat Nitimani contains of lessons and guidance of morality, value, and principals for the Javanese about how to do sex correct and properly because it relates to the Javanese main spirituality guidance; sangkanparaning dumadi and manunggaling kawula gusti."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11397
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Erico Andreas Parulian
"Depiksi gender di media mainstream pada umumnya mengikuti norma-norma dan stereotipe-stereotipe yang konon diatribusikan ke gender tertentu layaknya sebuah peran yang dimana pria dan wanita harus bersikap secara spesifik tergantung dari jenis kelamin mereka berdasarkan apa yang dianggap normal oleh masyarakat tertentu. Acara Steven Universe 2013-sekarang adalah kartun serial yang ditayangkan di saluran Cartoon Network, yang dimana acara tersebut dibuat untuk anak-anak sebagai target demografis mereka. Akan tetapi, walaupun target demografis mereka adalah anak-anak, kartun tersebut mendepiksikan gender dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan kartun-kartun yang lain. Melalui lensa lsquo;Gender Performativity rsquo; dari buku Gender Trouble yang ditulis oleh Judith Butler, makalah ini melihat lebih dalam bagaimana kartun Steven Universe mendepiksikan gender, norma gender dan stereotipenya melalui tiga karakter utama dari acara tersebut dan bagaimana cara kartun tersebut mendepiksikan gender dibandingkan dengan cara gender sering didepiksikan di media mainstream.

Depiction of gender in the mainstream media often follows the norms and stereotypes that are often attributed to specific genders, such as gender roles that determine what women and men should be like and how they should behave based on their sex, which often falls within the purview of what a given society considers as normal. Steven Universe 2013-present is a cartoon series that is aired on the channel Cartoon Network, which, by its nature as a cartoon, is designed for and aimed at children to consume. Yet despite its target demographic being children, it stands out among other shows in how it depicts gender. Using the lens of lsquo;Gender Performativity rsquo; by Judith Butler rsquo;s Gender Trouble, this paper examines how Steven Universe depicts gender itself, its norms and stereotypes through the show rsquo;s three main characters and how it contributes to their narrative along with comparing them to how gender is often depicted in mainstream media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>