Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180774 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mursal Esten
"Dalam perkembangan sastra Indonesia, terlihat dua kecenderungan yang menarik. Pada periode awal semenjak angkatan dua puluhan sampai dengan angkatan 45, terasa sekali orientasi penciptaan ke sastra barat. Hal itu terlihat tidak saja dalam ragam sastra yang ditulis seperti roman atau novel yang berbentuk soneta, ragam sastra yang sebelumnya tidak dikenal dalam tradisi nusantara, akan tetapi juga pada tema-tema yang dipilih. Di dalam roman-roman angkatan Balai Pustaka, tema-tema yang mendapat tempat adalah masalah feodalisme, di dalam novel-novel pujangga baru masalah timur dan barat. Sedang puisi-puisi angkatan 45 tentang kemerdekaan atau kebebasan. Sesudah tahun lima puluhan dan terutama sekali semenjak tahun tujuh-puluhan, di dalam sejumlah karya sastra Indonesia yang penting, akar budaya tradisi dijadikan dasar tolak penciptaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
D126
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aimifrina
"Kesusastraan Minangkabau yang terpenting adalah kaba, Kabamerupakan cerita rakyatJ\4inangkabay yang berisi falsafah hidup Lerdlsaikan kebiiaksanaan masyarakat Minangkablu -{.at1m seluruh urpJt t"niaupannya. Untuk mengetahui falsafah hidup dan makna yang berada dibalik falsa{ah hidup tersebut dapat dilakukan dengan menganalisis Kabq Cindua Mato. Teori yang digunakan adalah teori struktural Levi-Strauss dengan metode deskriptif. Hasil pembahasan diperoleh bahwa terdapat relasi antartokoh dan kontradilisi tokoh pa dakabatersebut. Relasi antartokoh antara tokoh yar,g tit ggrl di daerah Luhak Tanah Datar dengan daerah Rantau Luhak Tanah Datar. Daerah iunit, yiii, Ou"g Tuanku, Bundo Kanduang, dan Cindua Mato, sedangkan daerah rantau ialah Imbang Jayo, Rajo Mudo, dan Tiang Bungkuk. Kontradiksi terjadi antara Dang Tuanku dengan mban[ Jayo, Bundo Kanduang dengan Rajo Mudo, dan Cindua Mato dengan Tiang Bungkuk. Dari relasi intirtokoh dan kontradiksi dapat diketahui maknanya adalah (1) prosedur pelaksanaan hukum dan mendapat keadilan untuk semua warga adalah sama;(2) masalah diselesaikan dengan cara kekeluargaarrdan musyawarah; (3) fitnah menimbulkan permusuhan, peperangan, dan pembunuhan;(+;k";,r;rrrurr, kesetiaao dan tanggung jawab dapat mengangkat martabat dan derajat i"r"or*g (5) kebenaranberita perlu diselidiki, baru menentukan sikap; (6) penguasa harus memberi contoh yang baik dan menjadi panutan bagi warganya."
Yogyakarta: Balai Bahasa Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta, 2013
407 WID 41:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
M. Rasjid Manggis Datuk Radjo Panghoeloe
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Bacaan Sastra Indonesia dan Daerah, 1980
899.224 4 RAS c
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rasjid Manggis Datuk Radjo Panghoeloe
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Bacaan Sastra Indonesia dan Daerah, 1980
899.224 4 RAS c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yusuf
"ABSTRAK
Di kalangan masyarakat Minangkabau, Hikayat Tuanku nan Muda Pagaruyung atau Sedjarah Tuanku Rang Mudo hampir-hampir tidak dikenal. Padahal, kedua nama itu merupakan nama lain untuk sebuah cerita rakyat (lisan) yang hingga saat ini masih dikenal dengan baik oleh mereka. Cerita itu ialah Kaba Cindur Hata, yang di dalam bahasa Minangkabau diucapkan dengan Kaba Cindua Hato. Cerita ini kadangkala, seperti pernah digunakan oleh Mansoe'r (1970:71), dikenal dengan Mitos Bunda Kandung dan Cindur Mata. Nama yang terakhir ini oleh masyarakat Minangkabau dikenal dengan curito Bundo Kaaduang jo Cindua Mato.
Di dalam kedudukannya sebagai cerita rakyat, Kaba Cindua Mato, selanjutnya akan disingkat KCM, dikenal secara baik oleh masyarakat. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Van der Toorn (1891A), cerita ini menduduki tempat yang sangat penting di dalam khasanah kesusastraan tradisional Minangkabau. Pendapat itu dikemukakannya di dalam kata pengantar edisi dan terjemahan KCM (ke dalam bahasa Belanda), disertai keterangan mengenai ungkapan-ungkapan Minangkabau yang terdapat di dalam teks KCM. Edisi ini dikatakannya sebagai edisi setengah bagian pertama (150 halaman) dari 500 halaman (jumlah yang disebutnya kalau edisi itu selesai) dan akan segera diikuti oleh "setengah bagian kedua". Pada kesempatan itu Van der Toorn menyebut KCM legenda Melayu-Minangkabau.
Perlu dikemukakan di sini bahwa sejauh yang dapat ditelusuri hingga saat ini penerbitan "separoh kedua" seperti yang dimaksudkan oleh Van der Toorn belum (tidak) selesai. Studi yang khusus terhadap persoalan yang ada di balik tertundanya penerbitan tersebut pun belum pernah dilakukan.
Manan(1967:81) berpendapat bahwa KCM merupakan sebuah cerita rakyat yang tidak saja dikenal oleh segala lapisan masyarakat di Minangkabau, lebih dari itu cerita ini tidak dapat lagi dipisahkan dari kehidupan mereka. Hal ini menurut Manan disebabkan KCM berintikan ajaran adat dan agama sebagai pandangan dan sikap hidup masyarakat, Minangkabau pada zaman dahulu.
Keberatan dapat diajukan terhadap pendapat di atas, yaitu atas anggapan bahwa KCM berintikan ajaran agama sebagai pandangan dan sikap hidup masyarakat Minangkabau pada zaman dahulu, sebab meskipun secara umum kaba dianggap sebagai harta kekayaan bersama, ini tidak berarti bahwa isi atau pesan yang ada di dalamnya sekaligus merupakan pandangan kolektif.
Mansoer (1970:38) dan Dt. Radjo Panghoeloe (1982:83-86) berpendapat bahwa tiap-tiap penyusun tambo (silsilah) dan tukang kaba yang "berkhabar" di hadapan umum, atau yang menyalin maupun membukukannya, bebas menyisipkan pendapat atau pandangan pribadinya atau pendapat umum yang sedang berpengaruh pada suatu ketika. Tiap-tiap penyusun atau tukang kaba, kata Mansoer, pada hakikatnya adalah seorang medeauteur. Dengan demikian, agaknya lebih tepat dikatakan bahwa sebagian unsur-unsur agama yang ada di dalam KCM merupakan pandangan pengarangnya. Dalam hal ini Abdullah (1970:12) menduga bahwa unsur-unsur yang disebutnya dengan unsur mistik tersebut dikarang atau dirumuskan oleh guru-guru mistik pada masa terjadinya pusat-pusat Islam di Minangkabau pada abad ke-17."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T10429
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulung Siti Hanum
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas rekonstruksi identitas Minangkabau dalam narasi Persiden karya Wisran Hadi. Tujuannya adalah memaparkan gejala-gejala identitas melalui cara narator membingkai narasinya dan menyajikannya kepada penerima cerita. Dari gejala-gejala tersebut, dapat dijabarkan penanda Rumah Bagonjong yang didesak oleh ruang kota. Dari penelitian ini dapat diperoleh gejala tegangan antara ruang kota yang ditandai dengan Simpang Persiden dan ruang tradisional yang ditandai dengan keberadaan Rumah Bagonjong. Tegangan tersebut memunculkan negosiasi yang tidak diberi penyelesaian oleh Narator. Pada akhirnya, negosiasi direspons oleh Wisran Hadi dengan menghadirkan outer space yang dilihat dari pergerakan tokoh menjauh dari ruang Persiden. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rekonstruksi identitas Minangkabau belum terjadi karena perubahan identitas itu masih dinegosiasikan.

ABSTRACT
This thesis is discussing Minangkabau's identities reconstruction in Wisran Hadi's work, Persiden. The aim of this thesis is to explain the identity phenomenon seen from the way the author wrapping the narration and presenting it to the readers. From these phenomenon, we can see that Bagonjong's house existence is being pushed by the city. The thesis found there is a clash between the urban space represented by Simpang Persiden and traditional space represented with the existence of Bagonjong house. Moreover, the clash between spaces raises endless negotiation voiced by the Narrator. Thus, the author respond to the endless negotiation by presenting outer space which represented by the character moving away from Persiden. In conclusion, Minangkabau?s identity reconstruction is never take place due to the endless and unfinished negotiation, This thesis is discussing Minangkabau's identities reconstruction in Wisran Hadi's work, Persiden. The aim of this thesis is to explain the identity phenomenon seen from the way the author wrapping the narration and presenting it to the readers. From these phenomenon, we can see that Bagonjong's house existence is being pushed by the city. The thesis found there is a clash between the urban space represented by Simpang Persiden and traditional space represented with the existence of Bagonjong house. Moreover, the clash between spaces raises endless negotiation voiced by the Narrator. Thus, the author respond to the endless negotiation by presenting outer space which represented by the character moving away from Persiden. In conclusion, Minangkabau’s identity reconstruction is never take place due to the endless and unfinished negotiation]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Esha Tegar Putra
"Dalam kosmologi Minangkabau, Kaba Cindua Mato menempati posisi penting. Kaba tersebut merupakan penggambaran dari keseimbangan, ketertiban, dan struktur masyarakat Minangkabau. Struktur ceritanya secara genealogis, merunut kehadiran Bundo Kanduang sebagai analogi dari ‘alam’Minagkabau hingga Kaba Cindua Mato dapat dikatakan sebagai gambaran ideal tentang Minangkabau Keidealan tersebut membuat Kaba Cindua Mato digemari dari masa ke masa. Cerita dalam kaba tersebut terus mengalami proses alih wahana, mulai dari cerita lisan hingga teks tertulis, audio, dan video. Novel Cindua Mato karya Tito Alexi merupakan adaptasi terbaru yang berangkat dari Kaba Cindua Mato karangan Syamsuddin St. Rajo Endah. Tito Alexi melakukan perombakan terhadap konteks waktu dalam novel dengan menghadirkan Minangkabau setelah perang nuklir terjadi dan masyarakat membentuk koloni-koloni baru. Tito Alexi turut mengubah alur linear kaba menjadi kilas balik dengan penambahan dan pengurangan beberapa peristiwa dalam kaba. Bagaimana bentuk perubahan dalam proses adaptasi terhadap kaba yang dilakukan Tito Alexi? Argumen utama penelitian ini bahwa Tito Alexi telah melakukan proses adaptasi menggunakan konsep novel posmodern."
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
810 JEN 6:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>