Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77738 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Laronthaceae dendrophhoe spec,(benalu duku) was a herb medicine as an anti cancer ,but the safe of using was not been known yet....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The aim of this research was to know antioxidant activity in-vitro and hepatoprotector of iridoid fraction of hedyotis corymbosa (diamond flower) in rabbit's liver induced by acetaminophen....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Liana Wijaya
"Alkohol merupakan senyawa yang paling sering disalahgunakan (abuse), dan akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan, bukan hanya di bidang kesehatan, melainkan juga di bidang sosial dan ekonomi, di seluruh dunia. Hati merupakan salah satu organ yang paling banyak dipengaruhi oleh toksisitas etanol. Hepatotoksisitas intrinsik etanol timbul akibat oksidasi etanol oleh enzim alkohol dehidrogenase (ADH) dan sistem enzim yang mengoksidasi etanol di mikrosom (MEOS), yang terutama melibatkan CYP2E1. Metabolit toksik etanol (akibat oksidasi etanol oleh ADH dan CYP2E1), yaitu asetaldehid, serta induksi aktivitas CYP2E1 akibat pemberian etanol kronik, dapat meningkatkan stres oksidatif terutama pada mitokondria, yang merupakan organel target intoksikasi alkohol. Styes oksidatif yang mengakibatkan gangguan fungsi mitokondria, mengawali berbagai gangguan metabolik maupun aktivasi sistem makrofag hepatik, yang akhimya menuju kematian sel hati (hepatosit), balk secara nekrosis ataupun apotosis; dan dianggap memainkan peranan panting dalam patogenesis dan progresi penyakit hati alkoholik. Oleh karena itu, antioksidan dapat menjadi salah satu terapi yang potensial dalam penanganan penyakit had alkoholik di masa mendatang. Likopen, sebagai salah satu senyawa karotenoid non pro-vitamin A yang memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat, secara in vide terbukti dapat mencegah sties oksidatif pada mitokondria dan apoptosis yang diinduksi oleh etanol pada kultur set HepG2 yang mengekspresikan CYP2E1. Namun demikian, sampai scat ini belum ada penelitian yang mengkonflr nasi efek protektif likopen in vivo terhadap gangguan fungsi mitokondria akibat stres oksidatif oleh pemberian etanol kronik. Penelitian ini merupakan penelitian in vivo yang menggunakan model hewan untuk mempelajari hal tersebut. Model hewan yang digunakan adalah tikus jantan (120-180 g), strain Sprague Dawley. Hewan uji dibagi ke dalam 6 kelompok @ 4 ekor. Diet standar untuk tikus yang diperoleh dari Badan POM, Jakarta, diberikan ad libitum. Untuk menimbulkan induksi gangguan fungsi mitokondria, pemberian etanol dilakukan pada tikus percobaan dilakukan selama 4 minggu, dengan dosis 1 mL etanol 25%I100 g BB. Suplementasi likopen diberikan dalam 3 dosis yang berbeda (masing-masing 25, 50 dan 100 mg/kg BB/hari) dan dimulai sejak 2 minggu sebetum pemberian etanol kronik, dan tetap dilanjutkan selama etanol diberikan. Tikus dimatikan dengan dislokasi leper, dan segera dilakukan isolasi mitokondria. Stres oksidatif dan gangguan fungsi mitokondria akibat pemberian etanol kronik pada tikus dikuantifikasi menggunakan beberapa parameter, seperti: tingkat peroksidasi lipid (kadar MDA) mitokondria dan homogenat had, kadar GSH mitokondria (mGSH), dan aktivitas beberapa enzim mitokondria, seperti suksinat dehidrogenase dan NADH-sitokrom c oksido-reduktase serta FO-Fl-ATPase. Pengukuran parameter-parameter tersebut dilakukan dengan metode spektrofotometri menggunakan cahaya visibel (kolorimetri).
Mitokondria diisolasi dengan kemumian sedang (RSA SDH = 11.01). Dibandingkan dengan kelompok kontrol, pemberian etanol kronik secara bermakna meningkatkan stres oksidatif pada mitokondria, yang ditunjuklcan oleh peningkatan kadar MDA mitokondria (100%) maupun homogenat hati (55%), serta penurunan kadar mGSH (30%) dan rasio GSH/GSSG mitokondria (40%). Pemberian etanol kronik juga menyebabkan gangguan fungsi mitokondria, seperti menurunkan SA SDH mitokondria (40%), meningkatkan aktivitas NADH-sitokrom c oksido-reduktase (76%) dan meningkatkan aktivitas hidrolisis F1-ATPase (30%). Enzim NADH-sitokrom c oksido-reduktase tidak sensitif terhadap inhibitor rotenon. Pemberian rotenon hanya sedikit meningkatkan atau tidak mempengaruhi aktivitas enzim tersebut, dan tidak mengubah perbandingan aktivitas enzim anlar kelompok. Enzim FI-ATPase sens"itif terhadap inhibitor oligomisin. Pada kelompok etanol kronik, pemberian oligomisin menurunkan aktivitas enzim FO-FI-ATPase sebesar 82%. Nilai ini lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan penurunan akitivitas pada kelompok kontrol (72%). Suplementasi likopen pada ketiga dosis yang diberikan mampu mengembalikan aktivitas SDH, NADH-sitokrom c reduktase, kadar MDA mitokondria dan homogenat hati, serta kadar mGSH, sampai setara dengan kelompok kontrol. Peningkatan dosis Iikopen tidak menimbulkan perbedaan berrnakna pada parameter-parameter tersebut. Namun demikian, hanya likopen dosis 100 mg/kg BB/hari yang dapat mengembalikan rasio GSH/GSSG, aktivitas hidrolisis FOFI-ATPase dan sensitivitasnya terhadap oligomisin, sampai setara dengan kelompok kontrol. Secara umum dapat disimpulkan bahwa likopen memiliki efek proteksi terhadap gangguan fungsi mitokondria hati tikus akibat pemberian etanol kronik. Namun demikian, suplementasi likopen tanpa induksi gangguan fungsi mitokondria tidak memperlihatkan manfaat yang berarti.

Alcohol is the most frequently abused substance worldwide, which will eventually bring about lots of health, social and economical problems. Of many other organs, alcohol exerts its toxicity mostly in the liver. Ethanol intrinsic hepatotoxidty results mainly from its oxidation by alcohol dehydrogenase (ADH) and microsomal ethanol oxidizing system (MEOS) which involves mainly CYP2E1. Acetaldehyde, a toxic metabolite of ethanol (results from its oxidation by ADH and CYP2E1), and the induction of CYP2EI enzyme due to chronic alcohol consumption will raise oxidative stress on mitochondria, the target organelle of ethanol intoxication. Oxidative stress, which results in mitochondria) dysfunction, initiates various metabolic disorders, activates hepatic macrophageal system, and contributes to enhanced cell death, either by apoptosis or necrosis. Mitochondrial oxidative stress plays a critical role in the pathogenesis and progression of alcoholic liver disease (ALD). Hence, antioxidants may be a potential therapy in the future management of ALD. To date, lycopene, a non-provitamin A carotenoid with a potent antioxidant activity, attenuated mitochondrial oxidative stress and ethanol-induced apoptosis in HepG2 cell expressing CYP2EI. Yet, there has no in vivo study been done in order to confirm the protective effect of lycopene against mitochondrial dysfunction due to chronic ethanol intake. Thus, the current in vivo study was designed to answer -at least partly- the question. The animal models used were male Sprague Dawley rats (120-180 g), which were divided into 6 groups @ 4 rats. Standard diet for rodents, produced by BPOM, Jakarta, was administered ad libitum every day. Ethanol at a concentration of 25%v/v (1 mL/100 g BW) was administered orally for 4 weeks, in order to induce mitochondrial injury. Lycopene supplementation was given orally in 3 dosage regimens, 25, 50 and 100 mg/kg BW/ day, since 2 weeks before and continued for 4 weeks during ethanol treatment. The rats were all terminated by cervical dislocation and then mitochondrial isolation was performed immediately. The ethanol-induced oxidative stress and mitochondria) injury were quantified by measuring the following parameters: degree of lipid peroxidation (mitochondria) and liver homogenate MDA levels), mitochondria) GSH level (mGSH) and the activity of some mitochondrial enzymes, such as sucdnate dehydrogenase, NADH-cytochrome c oxido-reductase, and FO-F1-ATPase. All parameters were measured by using the method of visible spectrophotometry (colorimetry).
The liver mitochondria was adequately purified (RSA SDH = 11.01). Compared to the control group, chronic ethanol treatment significantly increased mitochondria) oxidative stress, as exhibited by the increased levels of mitochondria) and liver homogenate MDA (by 100% and 55%, respectively), depressed level of mGSH (by 30%) and lowered ratio of mitochondrial GSH/GSSG (by 40%). Chronic ethanol treatment also induced mitochondria) dysfunction, as measured by the reduced specific activity of mitochondria) SDH (by 40%), increased activity of NADH-cytochrome c oxido-reductase (by 76%), and increased hydrolysis activity of FO-F1-ATPase (by 30%). NADH-cytochrome c oxido-reductase was insensitive to rotenone, as addition of the inhibitor to the reaction mixture slightly increased or did not affect the enzyme activity, nor changed the ratio of its activity between groups. FO-FI-ATPase was sensitive to oligomycin. In chronic ethanol group, addition of oligomydn to the reaction mixture reduced the enzyme activity by 82%, which was significantly greater than the reduction showed by control group (72%). Lycopene supplementation was able to normalize the activity of SDH, NADH-cytochrome c oxido-reductase, the levels of mitochondrial and liver homogenate MDA and mGSH level, back to the levels of control group. Higher doses of lycopene did not provide significantly better results to those parameters. However, only the highest dose of lycopene (100 mg of /kg BW/day) could normalize mitochondria) GSH/GSSG ratio, the activity of FO-FIATPase and its sensitivity to oligomydn to the levels of control group. Generally, this study concluded that lycopene has protective effect against ethanol-induced hepatic mitochondria) injury in rats. However, without ethanol-induced mitochondrial injury, lycopene supplementation does not provide any additional benefit."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 17687
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Meutia
"Siros hepatis adalah suatu keadaan terjadi akumulasi dari matriks atau jaringan parut sebagai respon terhadap jejas hati akut atau pun kronis. Penyebabnya adalah infeksi virus A, B, C, dan D, malnutrisi, alkoholisme, dan penyakit bawaan hemakromatosis. Terapi pada sirosis hepatis salah satunya adalah pembatasan cairan yang bertujuan untuk mengurangi penimbunan cairan dalam rongga abdomen (acites). Apabila ini tidak dipatuhi akan mengakibatkan kekambuhan kembali.

Liver Chirrosis is a state of the accumulation of extracellular matrixs or scar tissue in respone to acute or chronic liver injury. The causes is infection virus A, B, C, and D, malnutrition ,alcoholic,and kongenital desease hemakromatosis. Theraphy of fluid retrictions to goal to reduce fluid intra abdomen ( acites). If it not obey theaphy can be relaps."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Bunga Syafina
"Pendahuluan: Volume hati sangat penting diketahui untuk menentukan kesesuaian graft pada Living Donor Liver Transplant (LDLT) dan untuk menentukan resektabilitas organ. Salah satu kunci kesuksesan dari LDLT adalah dengan diketahuinya volume parenkim hati yang adekuat baik untuk donor maupun resipien. CT Volumetri merupakan gold standard dalam menghitung volume hati non invasif. Namun pada pelaksanannya terdapat keterbatasan fasilitas, terbatasnya ketersediaan piranti lunak, dan membutuhkan waktu yang lama. Sampai saat ini belum disepakati formula biometrik yang sesuai dalam memprediksi volume hati pasien donor hati di Indonesia.
Metode: Desain penelitian ini cross sectional untuk mengetahui formula yang mendekati prediksi volume hati pada pasien donor transplantasi dewasa di Indonesia. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo berdasarkan data pasien dari 1 Januari 2010 – 3 Oktober 2019.
Hasil: Perbedaan antara ELV dengan CLV didapatkan paling kecil pada formula Poovatumkadavil dkk dengan perbedaan -24.484cm3, kemudian Vauthey dkk dengan nilai perbedaan -27.153 dan disusul Yoshizumi dkk dengan hasil beda -44.253. Pada grafik Bland-Altman dapat dilihat bahwa perbedaan terkecil ada pada formula yang diusulkan oleh Poovatumkadavil disertai dengan limit of agreement paling kecil dibandingkan formula lainnya.
Kesimpulan: Formula biometrik yang diajukan oleh Poovatumkadavil dkk didapatkan paling akurat dalam memprediksi volume hati dewasa di RSCM berdasarkan prediksi volume hati dengan CT volumetrik.

Liver volume calculation is very important in living donor liver transplant (LDLT) in assessing the compatibility and resectability of the graft. Accurate liver volume calculation to estimate adequate liver volume is one of the predictors of successful LDLT. CT volumetry is the gold standart for liver volume estimation, although there are some limitation in the software and facility availability and time. There are still no biometric formula agreed to predict liver volume in Indonesia. This study is conducted to acquire the best biometric formula for liver volume estimation in Indonesian population. The design of this study is cross-sectional study conducted in dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital on 1st January 2010 – 3rd October 2019. The result of this study shows formuls by Poovatumkadavil has the least difference between estimated liver volume (ELV) and CT liver volume (CLV) with -24.4 cm3 difference. Formula by Vauthey and Yoshizumi also shows minute volume difference with -27.14cm3 and -44.25cm3 respectively. Bland-Altman graph shows the narrowest limit of agreement in Poovatumkadavil formula compared to the others. In conclusion, biometric formula by Poovatumkadavil is shown to be the most accurate in estimating liver volume in Indonesian population compared with CT volumetry.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bing Djimantoro
"Nekrosis hati akibat karbon tetraklorida (CC1&) diperkeras oleh berbagai macam obat/zat kimia yang dimetabolisme di hati dan berperan sebagai 'inducer' sitokrom P-450 seperti misalnya fenobarbital dan DDT. Steroid depo-medroksiprogesteron asetat (DMPA) yang banyak dipakai sebagai obat pencegah kehamilan juga dimetabolisme di dalam hati, Penelitian ini untuk melihat pengaruh DMPA terhadap luas nekrosis hati akibat CC14. Digunakan 60 mencit betina C3H, tidak sedang bunting, umur 10-12 minggu yang sebagian diberi CC14, sebagian lagi diberi DMPA 10 atau 100x3 mg/kg BB 7 atau 14 hari sebelum pemberian CC14, dan sebagian lagi untuk kelola. Dua puluh empat jam setelah pemberian CC14 mencit dimatikan, dibuat sediaan mikroskopik hati dari lobus kiri dengan pulasan hematoksilin-eosin. Luas nekrosis sentral hati diukur dalam persentase pada setiap sediaau mikroskopik.
Hasil dan Kesimpulan: Didapatkan nekrosis sentrolobulus hati pada seluruh mencit kelompok CCIA dan kelompok DMPA + CC1h. Dibandingkan dengan kelompok yang mendapat CC1 , terlihat sedikit kenaikan luas nekrosis sentrolobulus pada kelompok mencit yang mendapat DMPA + CC1 (terutama pada kelompok yang mendapat DMPA 100x3 mgfkg BB, 7 hari sebelum pemberian CCIA. Namun demikian tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok-kelompok tersebut (tes Kruskal-Wallis dan Mann Whitney, u 52). Hal ini mungkin disebabkan karena rendahnya haik kadar medroksiprogesterqn asetat (MPA) di dalam darah maupun 'metabolism rate' MPA di dalam mikrosom sel hati, sehingga tidak cukup kuat berperan sebagai 'inducer' sitokrom P-450 yang akan menimbulkan perbedaan bermakna luas nekrosis sentrolobulus hati. Tentunya hal ini perlu penegasan dengan memeriksa sitokrom P-450 di dalam sel hati di bawah pengaruh DMPA.

Necrosis of the liver due to carbon tetrachloride (CCI4) are increased by various drugs / chemicals which are metabolized in the liver and acted as cytochrome P-450 inducer such as phenobarbital and DDT. Steroid depo-medroxyprogesterone acetate (DMPA) which is used as a birth control drug, is also metabolized in the liver. The objective of this study is to know the influence of DMPA on the width of centrolobular necrosis in the liver caused by CCl. Sixty non-pregnant female C3H mice, 10-12 weeks old, were divided into groups given CCl4, DMPA 10 or 100x3 mg/kg body weight 7 or 15 days prior to CCl& treatment and solvent as control group. Mice were killed 24 hours after CC1& administration and specimens were taken for microscopic slides from the left lobe of the liver and stained by haematoxylin-eosin. The width of the centrolobular necrosis was measured in percentage for each microscopic slide.
Findings and Conclusions: Centrolobular necrosis was found in all mice in the CClh and DMPA + CCl4 groups. Compared with the CCl4 group, there was a slight increase in the width of centrolobular necrosis in the DMPA + CCIA groups (especially those groups receiving DMPA 100x3 mg/kg, 7 days prior to CCl4 administration). But neither group of mice showed any significant difference in the ratio of the width of centrolobular necrosis (Kruskal-Wallis and Mann-Whitney test, a 52). This might be caused by the low level of medroxyprogesteron acetate (MPA) in the blood and by a very slow metabolism rate of MPA by the liver microsome, so it is not strong enough to act as Cytochrome P-650 inducer to give significant difference in the width of the centrolobular necrosis. Further confirmation is necessary to determine the amount of cytochrome P-A50 in the liver under the influence of DMPA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumitro Sunityoso
"Telah dilakukan penelitian laboratorium untuk melihat pengaruh pencekokan ekstrak daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) terhadap gejala klinik dan perubahan histologi organ hati dan ginjal mencit (Mus musculus L). Masing-masing kelompok mencit dicekoki pelet yang telah dicampur dengan ekstrak daun lamtoro pada dosis : 0 % (kontrol), 20 %, 40 % dan 60 % b/b setiap hari.
Pengamatan harian menunjukkan tidak ditemukan adanya gejala klinik pada semua mencit kontrol dan yang diberi perlakuan ekstrak daun lamtoro. Semua mencit mengalami kenaikan berat badan yang hampir sama selama masa percobaan.
Hasil uji ANAVA (a = 0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pencekokan ekstrak daun lamtoro terhadap rata-rata diameter vena sentralis organ hati dan rata-rata kerusakan glomerulus organ ginjal antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dosis 20% dan 40%, akan tetapi ada perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok periakuan dosis 60%.
Pengamatan mikroskopik terhadap organ hati dan ginjal mencit dilakukan pada hari ke 36 setelah perlakuan. Pemberian ekstrak daun lamtoro dengan dosis 20 % pada mencit memperlihatkan gambaran histologi organ hati dan ginjal yang tidak berbeda dengan kontrol. Sedangkan pada dosis 40 % mulai tampak kerusakan ringan, dan dengan dosis 60 % kerusakan yang terjadi semakin meningkat yaitu pada organ hati kerusakan berupa perluasan vena sentralis dan vena porta, perlemakan, piknosis serta nekrosis. Kemudian berlanjut dengan peradangan di daerah vena porta. Sedangkan organ ginjal menampakkan kerusakan berupa penyusutan glomerulus dan pelebaran jarak antara kedua dinding kapsula Bowman. Kerusekan organ hati dan ginjal tampak jelas meningkat seiring dengan kenaikan dosis ekstrak daun lamtoro yang diberikan."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Dewi Kaniawati
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian senyawa dimer isoeugenol terhadap histologi hati mencit (Mus musculus) jantan galur DDY. Tiga puluh ekor mencit dibagi dalam 6 kelompok, terdiri atas kelompok kontrol normal, kelompok kontrol perlakuan, dan kelompok perlakuan yang diberikan senyawa dimer isoeugenol secara oral dengan dosis 2 mg/kg bb, 4 mg/kg bb, 6 mg/kg bb, dan 8 mg/kg bb. Bahan uji diberikan setiap hari selama 7 hari berturut-turut. Kelompok kontrol perlakuan dan empat kelompok perlakuan diinduksi karbon tetraklorida pada waktu 2 jam setelah pemberian minyak zaitun atau senyawa dimer isoeugenol terakhir. Data persentase derajat kerusakan lobulus hati menunjukkan adanya perbedaan pada tiap kelompok perlakuan. Dosis 6 mg/kg bb diketahui dapat memberikan pengaruh hepatoprotektif terhadap histologi hati mencit. Hasil uji Anava 1-faktor menunjukkan tidak terdapat pengaruh pemberian dimer isoeugenol terhadap berat basah dan diameter vena sentralis hati mencit.

The aim of this study was to find hepatoprotective potency of isoeugenol dimer on liver histology of DDY strain male mice (Mus musculus). Thirty male mice were divided into 6 groups, consisting of normal control group, treatment control group, and four treatment groups. The treatment groups were administered with isoeugenol dimer orally at dose 2 mg/kg bw, 4 mg/kg bw, 6 mg/kg bw, and 8 mg/kg bw for 7 days in daily. Treatment control group and treatment groups were induced by carbon tetrachloride 2 hours after the last administration of olive oil or isoeugenol dimer. Data of the percentage damage degree of liver lobules showed that administration of isoeugenol dimer dose 6 mg/kg bw were given hepatoprotective effect on mice liver histology. Statistical analyisis using 1-factor Anava showed that there were no hepatoprotective effect of isoeugenol dimer on gross weight and central vein diameters of mice liver."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43053
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Liberty Tua Panahatan
"Latar Belakang:.Donor transplantasi hati merupakan manusia yang sehat. Kualitas pelayanan transplantasi yang baik dinilai berdasarkan kualitas hidup donor dan resipien hati. Evaluasi kualitas hidup pasien donor hati sintas dan nonsintas merupakan hal yang penting untuk setiap pusat pelayan transplantasi hati.
Metode: Dilakukan penilaian kualitas hidup seluruh donor hati di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dengan mengunakan World Health Organization Quality of Life questionnaire abbreviated version (WHOQoL-BREF). Kualitas hidup donor hati dengan resipien sintas dan nonsintas dibandingkan.

Hasil: Terdapat 59 donor hati di RSCM. 3 subjek tidak bisa dihubungi, 1 subjek menolak untuk menjadi subjek penelitian. Kualitas hidup donor hati pada memiliki median domain fisik 69 (44-100), pada doman psikologis 69 (50-94), domain hubungan sosial 65 (44-100) dan domain lingkungan 69 (31-94). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kualitas hidup donor hati sintas dan nonsintas pada domain fisik (p=0,466), domain psikologis (p=1,00), domain hubungan social (p=0,77) dan domain lingkungan (p=0,13).

Kesimpulan: Subjek donor transplantasi hati di RSCM memiliki kualitas hidup yang baik. Tidak ada perbedaan bermakna kualitas hidup subjek donor transplantasi hati antara resipien sintas dan non sintas.


Background: Liver donors are healthy people. The quality of liver transplantation is assessed based on the quality of life of donors and recipients. Evaluation of the quality of life of liver donors with surviving and non-surviving recipients is important for liver transplant centers.
Method: Quality of life of liver donors in RSCM was assessed using World Health Organization Quality of Life questionnaire abbreviated version (WHOQoL-BREF). The quality of life of donors with surviving and non-surviving recipients is compared.

Result: There are 59 liver donors in RSCM. Three subjects could not be contacted, one subject refused to participate in this research. Donors’ Quality of life physical domain median was 69 (44-100), psychological domain median was 69 (50-94), social relation domain median was 65 (44-100), and environmental domain median was 69 (31-94). There were no significant differences between the quality of life of donors with surviving and non-surviving recipient in physical domain (p=0,466), psychological domain (p=1,00), social relation domain (p=0,77), and environmental domain (p=0,13).

Conclusion: Liver donors in RSCM have good quality of life. There were no significant differences in quality of life of liver donors between Bedah Digestifsurviving and non-surviving liver recipients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Sanityoso Sulaiman
"Telah dilakukan penelitian secara potong lintang terhadap pasien sirosis hati di poli Hepatologi dan IRNA B ruang penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo di Jakarta, periode Januari 2000 sampai Juli 2000. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengukur kadar endotoksin endogen pada penderita sirosis hati non alkoholik yang sedang dalam keadaan stabil serta melihat adakah hubungannya dengan derajat beratnya sirosis. Pengukuran kadar endotoksin menggunakan metode spesifik dengan alat toxinometer yang berdasarkan metode turbidimetri kinetik, telah dilakukan pada 45 kasus sirosis hati non alkoholik, dua puluh kasus termasuk klasifikasi Child-Pugh A, tujuh belas kasus termasuk Child-Pugh B sedangkan delapan kasus termasuk Child-Pugh C. Pada penelitian ini tidak didapatkan adanya peningkatan kadar endotoksin di vena perifer yang melebihi nilai normal pada semua kasus. Walaupun terlihat adanya sedikit peningkatan pada penderita sirosis hati Child-Pugh C dibandingkan pada yang ChildPugh B atau A. Namun peningkatan tersebut secara perhitungan statistik tidak bermakna.

A cross-sectional study has been conducted on liver cirrhosis patients at the Hepatology and IRNA B polyclinic in the internal medicine room of the Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital in Jakarta, the period of January 2000 to July 2000. The study aims to measure endogenous endotoxin levels in patients with non-alcoholic liver cirrhosis who are in a stable state and see if there is The relationship is with the severity of cirrhosis. Endotoxin levels were measured using a specific method with a toxinometer based on the kinetic turbidimetry method, which has been carried out in 45 cases of non-alcoholic liver cirrhosis, twenty cases including Child-Pugh A classification, seventeen cases including Child-Pugh B while eight cases included Child-Pugh C. In this study, there was no increase in endotoxin levels in the periver veins that exceeded normal values in all cases. Although there was a slight increase in patients with Child-Pugh C liver cirrhosis compared to ChildPugh B or A. However, the increase was statistically meaningless."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>