Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2136 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Siswobudoyo adalah nama dari perkumpulan kesenian ketoprak asal Tulungagung yang didirikan oleh Siswondo bersama dua orang temannya. Pada tanggal 19 Juli 1958 ketoprak Siswobudoyo resmi didirikan
"
PATRA 9(1-2) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati Purwaningsih
Yogyakarta: BPNB D.I. Yogyakarta, 2018
792.5 ERN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Janet Putri
"The Throne adalah film sejarah Korea yang mengangkat peristiwa Imohwabyeon, yakni tragedi pembunuhan Putra Mahkota Sado. Sedikitnya catatan sejarah membuat narasi tentang tokoh Putra Mahkota Sado beragam. Berbeda dengan film lain, The Throne memiliki keunikan dalam menarasikan tokoh Putra Mahkota Sado. Melalui perspektif dari tokoh-tokoh pendukung, Putra Mahkota Sado seakan ingin digambarkan sebagai sosok humanis, bukan pembunuh, pahlawan, atau korban. Oleh sebab itu, penelitian ini ditulis untuk menjabarkan perilaku humanis tokoh Putra Mahkota Sado dalam film The Throne. Rumusan masalah yang diajukan adalah perilaku humanis yang bagaimanakah yang digambarkan dalam tokoh Putra Mahkota Sado dalam film The Throne? Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan teori representasi sebagai pisau analisis. Penelitian menunjukkan bahwa ada delapan prinsip yang ditunjukkan dalam menggambarkan Putra Mahkota Sado sebagai humanis dalam film The Throne. Prinsip ini muncul secara intuitif akibat ketidaksesuaiannya dengan adat istiadat istana yang mengesampingkan hak asasi manusia.

The Throne is a Korean historical movie that portrays the assassination of Crown Prince Sado, Imowabyeon tragedy. Limited historical records have resulted in diverse narratives about the character of Crown Prince Sado. Unlike other movies, The Throne offers a unique depiction through the perspectives of supporting characters. He is portrayed as a humanist figure, rather than a murderer, hero, or victim. Therefore, this research aims to elucidate the humanist behaviors of Crown Prince Sado in the movie The Throne. The research question posed is: What kind of humanist behavior is depicted in the character of Crown Prince Sado in the film The Throne? This study employs a descriptive analysis method, utilizing representation theory as analytical tools. Research shows that there are eight humanism principles depicted in portraying Crown Prince Sado’s character as a humanist in the movie. These principles intuitively emerged as a result of his incongruity with palace customs that disregard human rights.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Handung Kus Sudyarsana
Yogyakarta: Kanisus, 1989
899.222 HAN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Handung Kus Sudyarsana
Yogyakarta: Kanisus, 1989
899.222 HAN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tian, Han, 1898-1968
Beijing: Zuojia Chubanshe, 2000
SIN 895.12 TIA g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pramoedya Ananta Toer, 1925-2006
"Drama ini menceritakan sebuah tempat bernama Mangir.Tidak seperti daerah lainnya di kerajaan Mataram,Mangir merupakan daerah Perdikan atau daerah bebas pajakpada masa kekuasaan Panembahan Senopati.Karena hal ini Panembahan Senopati dibuat sedikit geram sehingga berencana untuk menakhlukan daerah Mangir. Panembahan Senapati menggunakan berbagai cara seperti politik, ideologi, dan juga kekerasannya untuk memeperoleh kekuasaan tunggal atas Mangir bahkan dengan mengorbankan Putrinya sendiri yaitu Pambayun."
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2015
899.22 PRA d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Widowati
"ABSTRAK
Skripsi berjudul Latar Cerita Dalam Cerita Ketoprak Kamandaka Lutung Kasarung adalah menganalisis salah satu unsur karya sastra, yaitu latar. Dalam analisis latar ini berdasarkan pada deskripsi dialognya. Bahan atau data yang saya analisis adalah berupa kaset rekaman ketoprak dengan judul Kamandaka Lutung Kasarung, dimainkan oleh Ketoprak Mataram Sapta Mandala. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menggambarkan latar yang terdapat dalam cerita ketoprak berjudul Kamandaka Lutung Kasarung, berbentuk rekaman kaset.
Analisis latar ini dibuktikan dengan dialog yang tampil dalam cerita ketoprak tersebut. Setelah dianalisis temyata dialog dapat menggambarkan latar dengan baik, baik latar sosial rnaupun latar fisiknya. Secara keseluruhan, skripsi ini dibagi dalam 4 bab. Bab 1 Pendahuluan, bab 2 Sekilas Tentang Ketoprak dan Ketoprak Sapta Mandala, bab 3 Analisis, dan bab 4 Kesimpulan.
Demikianlah abstraksi singkat tentang skripsi saya yang berjudul Latar Cerita Dalam Cerita Ketoprak Kamandaka Lutung Kasarung.

"
1995
S11649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rury Uswatun Hasanah
"Skripsi ini membahas refleksi film Si Doel Anak Betawi dan Si Doel Anak Modern karya Sjumandjaya mengenai kehidupan orang Betawi pada masa kolonial Belanda dan pemerintah Orde Baru. Kedua film ini mengangkat aspek sosial, ekonomi, budaya, dan politik dalam menggambarkan perubahan sosio-kultural orang Betawi berdasarkan pengalaman pribadi Sjuman dan adaptasi novel Si Doel Anak Betawi. Sjuman melihat perubahan orang Betawi terjadi akibat kebijakan pemerintah dan gaya hidup orang Betawi. Oleh karena itu, skripsi ini menampilkan kritik Sjumandjaya dalam film Si Doel Anak Betawi dan Si Doel Anak Modern terhadap keadaan tersebut.

This study discussed about how Betawi's people live in Dutch colonial era and in New Order government through Si Doel Anak Betawi and Si Doel Anak Modern movie by Sjumandjaya. Both of these movies raised the social, economic, cultural, and political aspects in illustrating the socio-cultural changes of Betawi people by Sjuman's personal experience and novel adaptation of Si Doel Anak Betawi. Sjuman see changes occur as a result of government policy and the Betawi lifestyle. Therefore, this study shows Sjumandjaya's criticism in the film Si Doel Anak Betawi and Si Doel Anak Modern against the era.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Alifah
"Korea Selatan memulai film-tourism di tahun 2004 dengan memanfaatkan adanya kepopuleran Hallyu di masa itu. Kepopuleran Hallyu, khususnya drama Korea di mancanegara turut berperan dalam mempromosikan Korea Selatan dalam hal pariwisata. Secara tidak langsung, hal ini dibuktikan dengan tidak sedikit lokasi syuting drama Korea populer yang dijadikan objek wisata. Nami Island dan Taman Yongin Daejanggeum merupakan dua contoh objek wisata yang awalnya merupakan lokasi syuting drama Korea populer yang tayang di tahun 2002. Tujuan dari penelitian ini untuk membahas motivasi perjalanan wisatawan Indonesia dalam melakukan film-tourism ke Korea Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam (in-depth interview) dengan enam orang informan wisatawan Indonesia yang pernah mengunjungi lokasi syuting drama Korea populer antara tahun 2017-2019. Melalui penulisan ini ditemukan bahwa para informan memiliki motivasi fantasi yaitu ingin melepas rutinitas keseharian yang menjemukan dan mencari kepuasan dalam diri. Selain itu, kegiatan film-tourism ini juga mencerminkan esteem needs (kebutuhan harga diri) karena munculnya rasa puas telah mencapai suatu target, yaitu merasakan menjadi pemeran utama dalam drama.

South Korea started film-tourism in 2004 by utilizing the popularity of Hallyu at the time. The popularity of Hallyu, particularly of Korean dramas in many countries, plays a role in promoting South Korea in terms of tourism. This is indirectly proven by the fact that many popular Korean drama shooting locations have become tourist attractions. Nami Island and Yongin Daejanggeum Park are examples of tourist attractions that were originally the shooting locations for popular Korean dramas in 2002. The purpose of this study is to discuss the influence of Korean dramas on the motivation of Indonesian tourists to travel to South Korea. This study uses the qualitative method with an in-depth interview technique with six Indonesian tourist informants who have visited the shooting locations of popular Korean dramas between 2017-2019. In this study, it was found that the informants had fantasy motivations, namely wanting to let go of the boring daily routine and looking for satisfaction within themselves. In addition, this film-tourism activity also reflects esteem needs because the emergence of a sense of satisfaction for having reached a target, which is to feel like being the main character in a drama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>