Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

"Tesis ini membahas tentang konsep tasawuf dan ajaran tarekat Ashhabul Yamin Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad dan pengaruhnya di kehidupan Masyarakat Islam Jakarta pada era modern. Kajian ini menuturkan konsep tasawuf' Sayyid Abdullah Al-Haddad dan ajaran dan praktek wirid tarekat Ashhabul Yamin. Dalam penelitian ini menggunakan teori dalam perspektif tasawuf yang meliputi tasawuf sunni: Akhlaki dan amali, serta tasawuf falsafi, juga menggunakan perspektif tarekat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus, yaitu berusaha mendapatkan informasi dari praktek wirid yang terdapat dalam tarekat Ashhabul Yamin dan diamalkan oleh Masyarakat Islam Jakarta melalui individu, lembaga dan jama'ah. Berkaitan dengan konsep tasawuf dan ajaran tarekat Ashhabul Yamin, penulis akan mengutarakan konsep Tasawuf Sayyid Abdullah perpektifnya terhadap maqamat dan hal, serta asal muasal Tarekat Ashhabul Yamin, dan praktek wiridnya yang dikenal dengan al-Wirdu al-Latif dan Ratib al-Haddad, dimana terlihat di dalarn ajaran tersebut dapat diterima oleh Masyarakat Islam Jakarta. Dan hasilnya konsep tasawuf dan ajaran Tarekat Ashabul Yamin memberikan pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan Masyarakat Islam Jakarta.

---

This thesis analyses about Tasawuf Sayyid Abdullah bin Alwi Al-Haddad in Jakarta society. Habaib the alleged Jakarta people who are descendants of the Prophet Muhammad saw. They overcome and eliminate the Islamic sciences. Habaib position equivalent to Islamic scholars, interactions which occur between a Habaib and Islamic scholars in Jakarta is very harmonious in the concept of equality. The influence of the Habaib to Jakarta people is very strong for example is ratiban, one form of tariqa that are easy to do, because they do not need baiat, Murshid and other rules that bind. Ratib is a word from Arabic language it means repeatedly uttering sentences of praise to God. Ratib also significant collections of remembrance, blessing and prayer it prepared by one of Islamic scholars, it is like ratib al-Haddad, there is also thinking that ratib is a collection of remembrance is more compact than wirid. Honored the Habaib on Jakarta society is very usual and naturally, Therefore, the Jakarta people do ratib al-Haddad in every ceremony."

"Skripsi yang berjudul Kesalahpahaman atas Demokrasi sebagai Penghambat Interaksi Multikultural di Indonesia: Sebuah Telaah Kritis melalui Kerangka Berpikir John Rawls ditulis oleh Elly Dahlia, Mahasiswi Sl Filsafat UI, di bawah bimbingan Bapak Mohammad Fuad, M. Hum ini bukan sebuah usaha menelaah filsafat melainkan usaha filsafat menelaah. Di dalam skripsi ini filsafat bukan materi yang akan dibedah melainkan justru filsafatlah alat untuk membedahnya. Karena materi yang akan dibedah adalah persoalan yang ada sangat dekat dengan kita, yakni persoalan kebijakan publik di Indonesia. Pemikiran dalam tulisan ini sarat akan semangat kebebasan dan keterbebasan karena tulisan ini sesungguhnya sebuah upaya mengampanyekan Liberalisme Politis yang diawali dengan liberalisasi individu yang menjunjung tinggi hakekat sebenarnya dari Politik. Upaya ini terinspirasi dari kondisi reformasi yang dipenuhi semangat politik yang bebas, yang temyata tidak dilakukan oleh individu yang bebas sehingga yang muncul malahan politik terikat oleh identitas tertentu. Penulis memulai telaahnya dengan menyadari bahwa ada yang salah pada Demokrasi di Indonesia. Hal itu tampak pada interaksi multikultural yang berada dalam sistem tersebut terhambat dengan munculnya Politik Identitas padahal Multikulturalisme telah diajukan sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan Politik Identitas ini namun ternyata tidak cukup berhasil. Kenapa hal ini terjadi pada negara berdemokrasi yang selama ini diyakini sangat relevan dengan multikulturalisme. Oleh karenanya, setelah memaparkan bagaimana sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia dan realitas interaksi multikulturalnya pada bab dua, penulis pada bab tiga berusaha segamblang mungkin memaparkan konsep Demokrasi yang Ideal dan kriteria-kriterianya menurut John Rawls dalam karya Libralisme politisnya. Dan kemudian pada bab empat, mulailah penulis menganalisa sedalam_-dalamnya kondisi Indonesia, sudahkah mencapai kriteria demokrasi yang ideal itu? Jika belum, bagaimana cara mencapai atau memenuhi kriteria utama tersebut sehingga akhirnya tercipta masyarakat yang benar-benar demokratis?"