Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178612 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haryo Kuntoro Adi
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan. Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Wispriyono
"Penelitian yang berkaitan dengan polusi udara merupakan penelitian yang terus berkembang dan perlu dilakukan mengingat semakin berkembangnya, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari bahan-bahan polutan yang berada di udara. Semakin banyaknya kendaraan umum dengan berbagai bahan bakar serta beragam kondisi kendaraan memberikan sumbangan polusi yang tidak kalah besarnya. Salah satu sumber polusi yang berasal dari buangan emisi kendaraan bermotor adalah sulfur dioksida (SO2). S02 merupakan senyawa kimia yang salah satunya berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang berasal dari fosil, seperti bensin, solar, minyak tanah dan lain sebagainya. Karena metode pengukuran S02 juga meliputi pengukuran amoniak sebagai pengotor, maka dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran amoniak di udara.
Sasaran dari penelitian ini sebenarnya adalah upaya untuk memberikan perhatian terhadap masyarakat yang dalam kehidupan sehari-harinya selalu mengalami kontak dengan kendaraan umum. Para awak bis, para karyawan dan pedagang di terminal serta para penumpang bis yang setiap harinya memanfatkan kendaraan umum sebagai alat transportasi ke tempat kerja mempunyai potensi untuk terkena polusi yang cukup besar sebab disamping waktu dan intensitas pemajanan yang cukup tinggi, ditunjang juga oleh kondisi kendaraan umum di Jabotabek yang pada umumnya sudah cukup memprihatinkan.
Penelitian ini disamping mengukur konsentrasi 502 dan NH3 di udara juga menganalisis secara kuantitatif kemungkinan resiko keracunan yang terjadi pada responder dengan konsentrasi 502 dan NH3 yang berada di ambien. Penelitian ini secara garis besar terdiri atas dua bagian, pertama melakukan pengukuran konsentrasi 502 dan NH3 di udara secara kuantitatif dan yang kedua melakukan wawancara serta menggunakan suatu persamaan matematis dengan menggunakan suatu perangkat lunak untuk menghitung resiko keracunan yang timbul. Kegiatan penelitian dilakukan di jalur Depok-Pasar Minggu.
Hasil penting dari penelitian ini adalah bahwa pencemaran S02 di terminal dan di bis jauh lebih tinggi dibanding di halte-halte. Konsentrasi S02 dan NH3 di udara masih di bawah nilai ambang batas yang ditetapkan. Pada penghitungan analisis resiko didapat bahwa tingkat resiko para awak bis dan petugas di terminal lebih tinggi, yaitu 0,3055. Artinya, angka ini sudah hampir mencapai setengah dari resiko keracunan yang terjadi bila kadar S02 sudah mencapai nilai ambang batas. Para penumpang bis mempunyai resiko yang lebih kecil, yaitu 0,1134."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
B.Y. Eko Budi Jumpeno
"ABSTRACT
PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DI WILAYAH DKI JAKARTA. Jakarta
adalah kota metropolitan seluas 650 km2 dengan penduduk 9.341.000 jiwa pada tahun 1996. Jumlah penduduk sebesar itu dengan mobilitas tinggi memiliki potensi untuk menimbulkan pencemaran udara. Hasil penelitian BAPEDAL dan LPM-ITB pada tahun 1992 menunjukkan bahwa sektor transportasi di DKI Jakarta memberikan sumbangan terbesar yaitu 67,1 % diikuti sektor industri sebesar 18.9 % untuk parameter pencemar berupa CO, SOx, NOX partikular, dan HC. Penelitian lainnya memberikan indikasi bahwa pertambahan kendaraan di Wilayah DKI Jakarta ialah 11.79 %. sedangkan penambahan panjang jalan hanya 2.5 %. Hal ini memberikan gambaran bahwa pencemaran udara terkait dengan sektor transportasi dan industri. Pemerintah DKI Jakarta melalui Biro Bina Lingkungan Hidup dan Kantor Pengkajian Perkotaan dan Lingkungan (sekarang BAPEDALDA) DKI Jakarta telah melaksanakan beberapa program yang terkait pengendalian pencemaran udara; misalnya Program Udara Bersih (PRODASIH). Kegiatan ini merupakan pelaksanaan amanat dalam UUD 1945, GBHN (1998-2003), REPELITA VI dan UU No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebagai peraturan pelaksanaan, Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (sekarang Menteri Negara Lingkungan Hidup) dan Gubernur Kepala DKI Jakarta telah mengeluarkan beberapa surat keputusan yang mengatur pengendalian pencemaran udara. Pencemaran udara perlu dikendalikan karena udara yang tercemar menimbulkan dampak kesehatan seperti gangguan saluran pernafasan, gangguan metabotisme, gangguan pertumbuhan dan perkembangan sampai kepada kematian. Dampak pencemaran yang bersifat gtobal ialah timbulnya efek rumah kaca dan penipisan lapisan Ozon. Program pengendalian pencemaran udara yang sudah dicanangkan oleh Pemerintah Daerah sering mengalami kendala dalam pelaksanaannya. Kendala tersebut ialah tidak/belum adanya peraturan perundang-undangan yang mampu menampung permasalahan yang berkaitan dengan kebijakan pengendalian pencemaran udara, keterbatasan sarana dan sumber daya manusia, benturan kepentingan penanggung jawab kegiatan yang memiliki potensi mencemari udara dengan institusi pengendalian pencemaran udara (lingkungan) adanya pertimbangan ekonomi dan teknologi, belum adanya kesamaan persepsi di antara pihak-pihak yang terkait dengan penegakan hukum/peraturan di bidang pencemaran udara (lingkungan) serta masih lemahnya kelembagaan yang berkaitan dengan pengelolaan kualitas udara. Dengan melihat kendala-kendala tersebut maka diperlukan keterpaduan kegiatan di semua institusi di bawah Pemerintah DKI Jakarta dan masyarakat. penyamaan persepsi di antara pihak-pihak yang terkait dengan pecemaran udara. pengembangan kelembagaan di bidang pengelolaan lingkungan hidup . peningkatan kualitas sumber daya manusia para personil BAPEDAL Daerah (opeasional sekarang masih dilaksanakan oleh Biro BLH dan KPPL), mengusahakan ketersediaan dana dan pengenalan teknologi yang mampu menurunkan pencemaran udara santa dibarengi dengan penerapan kepastian dan penegakan hukum. Dengan upaya itu diharapkan setiap kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah DKI Jakarta dapat dilaksanakan secara efektif di lapangan.

"
vii, 84 pages : illustration ; 28 cm + appendix, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiur Maida
"Udara merupakan suatu media yang penting bagi kehidupan, tanpa udara akan tidak ada suatu kehidupan diatas bumf. Kualitas udara kita cenderung menurun dari tahun ke tahun, akibat dari kegiatan-kegiatan antropogenik, khususnya kegiatan-kegiatan transportasi yang mengemisikan gas-gas dari partikel dari knalpot ke dalam udara, yang menyebabkan pencemaran udara.
Tingginya tingkat mobilitas kendaraankendaraan bermotor pribadi di DKI Jakarta yang diikuti dengan banyaknya pemakaian bahan bakar, yang kenyataannya tidak ramah lingkungan. Apabila keadaan ini terus berlangsung tanpa ada pengelolaan, maka tentu saja akan menyebabkan kehidupan penduduk perkotaan menjadi terancam.
Batasan permasalahan meliputi sejauh mana peranserta pemilik kendaraan-kendaraan pribadi dalam memenuhi persyaratan-persyaratan termuat pada Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 9512000 tentang: Pemeriksaan Emisi dan Perawatan Kendaraan Bermotor Pribadi di Propinsi DKI Jakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi sumber-sumber polusi yang kebanyakan berasal dari kendaraankendaraan bermotor yang menurunkan kualitas udara ambient dalam bentuk gas-gas polutan , partikel dan asap.
2. Mengidentifikasi peranserta masyarakat dan peranserta dalam pengelolaan kualitas udara perkotaan dalam bentuk system pemeriksaan emisi dan perawatan dari kendaraan-kendaraan pribadi.
3. Mengidentifikasi peranserta institusi masyarakat dalam pemeriksaan emisi dan perawatan kendaraan-kendaraan pribadi.
4. Mengidentifikasi faktor-faktor Kekuatan, Peluang, Kelemahan, dan Ancaman serta strategi yang digunakan dalam pemeriksaan emisi dan perawatan kendaraankendaraan pribadi di propinsi DKI Jakarta.
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberi masukan-masukan kepada pemilik kendaraan bermotor, Pemerintah Propinsi DKI Jakarta dan sumbangan ilmiah kepada pembangunan ilmu lingkungan hidup pada umumnya. Hipotesis kerja yang diuji pada penelitian khususnya adalah bahwa masyarakat dapat meningkatkan perannya dan peransertanya lewat sistem pemeriksaan emisi dan perawatan kendaraan-kendaraan bermotor dalam rangka pengelolaan kualitas udara di DKI Jakarta.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa para responden memiliki pengertian dan kesadaran tentang peraturan-peraturan yang ada; namun mereka jarang secara teratur meng-tuned up kendaraan mereka sebagaimana diinstruksikan dalam keputusan Gubernur. Para responden juga radar bahwa pencemaran udara perkotaan kebanyakan disebabkan oleh emisi gas buang dan kendaraan-kendaraan bermotor. Kenyataannya 90% dari jumlah responden setuju diberlakukannya peraturan yang ketat, dan 87% menunjuk bahwa pemerintah propinsi DKI Jakarta mempunyai kewenangan untuk pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara. Hanya sekitar 43.2% dari pemilik kendaraan bermotor yang meng- tuned up secara teratur, 15.4% hanya apabila ada kerusakan pads mesin kendaraan, dan sisanya terdiri dari mereka yang tidak pernah meng-tuned up kendaraannya. Bengkel-bengkel mobil yang telah memperoleh ijin uji emisi di Jakarta Selatan menyatakan bahwa jumlah kendaraan pribadi yang memeriksan dan merawat masih rendah.
Berdasarkan dari hasil penelitian ini direkomendasikan bahwa sekalipun jumlah kendaraan motor pribadi adalah tetap atau bertambah pada masa yang akan datang, jumlah Perjalanan (trips) perlu dikurangi, dan para pemilik kendaraan bermotor perlu lebih memperhatikan penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti basin yang tidak ber-timbal. Lebih jauh pula dianjurkan bahwa sistem baru perlu menggalakkan untuk mendorong para pemilik kendaraan bermotor untuk memenuhi persyaratan-persyaratan yang dituangkan dalam peraturan, dan suatu standar mutu peranserta masyarakat untuk menuju kepada unjuk kerja yang professional sangat diperlukan.
Strategi-strategi yang direkomendasikan dalam rangka program pemeriksaan emisi dan perawatan kendaraan bermotor milik pribadi adalah sebagai berikut:
a) Strategi S-O, berdasarkan tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi akan pengendalian pencemaran udara lewat implementasi Keputusan Gubernur Nomor 95/2000 tentang Pemeriksaan Ernisi dan pemeliharaan kendaraan bermotor milik pribadi,
b) Strategi W-O, untuk menyelenggarakan program sosialisasi berdasarkan kerjasama dan peranserta dalam pengelolaan system pengawasan emisi dan perawatan kendaraan bermotor milik pribadi.
c) Strategi S-T, menganjurkan dengan efektif kesadaran masyarakat yang tinggi dalam pembatasan jumlah perjalanan perhari dari kendaraan bermotor.
d) Strategi W-T. Melaksanakan program sosialisasi yang lebih intensif untuk mengantisipasi dampak-dampak yang ditimbulkan oleh mobilitas kendaraan bermotor yang tinggi.
Berdasarkan strategi-strategi yang direkomendasikan, kiranya jelas bahwa pemberlakuan persyaratan-persyaratan yang ada pada keputusan Gubernur merupakan pengejawantahan salah satu dari upaya-upaya untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan peningkatan budaya masyarakat dalam pelestarian kualitas lingkungan Iewat perubahan sikap dan perilaku dari pars pemilik, dan menuju kepada pengelolaan dari lingkungan binaan dalam segi pengelolaan sarana fisik dan infrastruktur seperti manajemen lalu-lintas dan sarana pemantau kualitas udara dan lain-lain.

Community Participation In The Management Of Air Quality in the DKI Jakarta Province. ( A review of the Gubernatorial Decree no 95/2000 on the Emission Inspection and Private Motor Vehicles Maintenance in the DKI Jakarta Province)Air constitutes an important media for life, without air not a single life can exist on this earth. The quality of our air tends to degrade from year to year, due to human activities, in particular transportation activities which emit gases and ashes from the exhaust pipes into the air, causing air pollution. The high rate of private motorcars mobility in the DKI Jakarta is being followed by high consumption of fuels, which are evidently not environmentally friendly. Such continuing condition if remains unmanaged, will eventually cause the urban citizens life endangered.
The problem formulation is limited to what extent the participation of private motorcars owners comply to the provisions contained in the DKI Jakarta Gubernatorial Decree no 95/2000 on The Emission Inspection and Private Motor Vehicles Maintenance in the DKI Jakarta Province.
The objectives of the study are as follow:
1. To identify air pollution sources which are dominantly generated by motor vehicles which degrade the ambient environmental quality in the forms of smoke and ash particles.
2. To identify the community perception and participation in the management of urban air quality in terms of emission inspection system and private motor vehicles maintenance.
3. To identify the community participation institutions in the emission inspection and private motor vehicles maintenance.
4. To identify the Strength (S), Opportunity (0), Weakness (W), and Threat (T) factors and strategies which are used in the emission inspection and private motor vehicles maintenance in the DKI Jakarta Province.
The significance of the study is to provide strategic management inputs to the private motor vehicles owners, the provincial Government of DKI Jakarta, and scientific contribution to the development of environmental science in general. The working hypothesis tested in this particular study is that the community can promote their roles and participation through the emission inspection and private motor vehicles maintenance system in terms of the DKI Jakarta air quality management.
Results of study indicate that the respondents have understanding and awareness of the existing regulations; however they rarely let their cars to be tuned-up regularly as instructed by the Decree. The respondents are also aware that urban air pollution is mostly caused by motor vehicles exhaust emissions. In fact 90% of the total respondents agree that strict law enforcement should be conducted, and 87% indicate that the provincial Government has authorities to manage the air quality and control air pollution. Only about 43,2% of car owners regularly tuned - up their vehicles, 19,8% rarely tuned-up their vehicles, 15,4% only if they have engine disorders, and the rest never let their vehicles being tuned - up. The licensed car workshop in the South Jakarta admit that the rate of inspection and maintenance of private cars is quiet low.
Based on the results of study it is recommended that eventhough the number of private motor vehicles is constant or tends to increase in the future, the number of trips should be made decreased, and that car owners should pay more attention toward environmental - friendly fuels utilization, such as the use of unleaded gasoline. Further it is also recommend that a new system should be promoted to push the owners to comply to the legal provisions contained in the Decree, and a standard of quality of community participation toward more professional performance is deemed necessary.
Recommended strategies in terms of emission inspection and private motor vehicles maintenance programme are as follow:
a) S - 0 strategy, based on the high rate of community awareness of the air pollution control to implement the DKI Jakarta Gubernatorial Decree No 9512000 on the Emission inspection and private motor vehicles maintenance.
b) W - 0 Strategy, to enhance the programme socialization based on cooperation or partnership in the management system of inspection and maintenance of private motorcars
c) S - T Strategy, to render the high rate of community awareness more effective in the limitation of motor car daily trips.
d) 1N - T Strategy, to make the programme socialization more intensive to anticipate environmental inspacts generated by the high rate of cars mobility.
Based on the recommended strategies, it is clear that the implementation of the provisions contained in the Decree constitutes one of the efforts to preserve the living environmental function and the promotion of socio - cultural environmental quality due to the owners behavioural changes, and toward better management of the man - made environment in terms of the management of the physical means and infrastructure such as traffic management, air quality monitoring devices, etc.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faridha
"PLTU Muara Karang selain mempunyai peranan yang cukup penting sebagai pemasok tenaga listrik di Jakarta juga berpotensi mencemari udara karena menghasilkan emisi. Emisi yang dilepaskan dari cerobong pembangkit akan terdispersi ke udara ambien dan bergabung dengan emisi dari sumber lain. Lokasi PLTU Muara Karang yang berdekatan dengan pemukiman penduduk sering memicu kekhawatiran masyarakat setempat bahwa emisi dari PLTU Muara Karang menyebabkan gangguan kesehatan pernafasan pada masyarakat sekitar.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah pemakaian bahan bakar minyak pada PLTU Muara Karang dapat menyebabkan pencemaran udara. Beberapa pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
  1. Bagaimana kondisi emisi 502 dan debu yang dihasilkan PLTU Muara Karang Unit 1, 2, dan 3.
  2. Bagaimana upaya pengendalian pencemaran udara yang dilaksanakan pada PLTU Muara Karang Unit 1, 2, dan 3
  3. Berapa besar kontribusi emisi dari PLTU Muara Karang Unit 1, 2, dan 3 terhadap kualitas udara ambien dan bagaimana kualitas udara ambien disekitar PLTU.
Hipotesis dalam penelitian adalah kontribusi emisi partikulat dan SO2 dari PLTU Muara Karang Unit 1,2, dan 3 terhadap udara udara ambien masih di bawah baku mutu udara ambien.
Tujuan penelitian adalah untuk:
  1. Mengetahui kondisi emisi dari PLTU Muara Karang Unit 1,2 dan 3
  2. Mengetahui upaya pengendalian pencemaran udara pada PLTU Unit 1, 2 dan 3
  3. Mengetahui seberapa besar kontribusi emisi PLTU Muara Karang Unit 1, 2, dan 3 terhadap udara embien dan juga untuk mengetahui kondisi udara ambien.
Penelitian ini bersifat deskriptif melalui survey dan pengumpulan data sekunder yang meliputi data emisi, udara ambien tahun 1998 - 2003, data teknis pembangkit, pengelolaan emisi dan data meteorologi.
Untuk mengendalikan debu telah digunakan malt/cyclone. Apabila alat ini tidak dioperasikan maka emisi debu yang dilepaskan akan berada di atas baku mutu. SO2 yang dihasilkan cenderung berada di atas baku mutu, hal ini disebabkan karena 2 hal:
1. Tidak ada pengendalian emisi SO2 pada PLTU Muara Karang
2. Tingginya kadar sulfur maksimal yang iizinkan pemerintah pada bahan bakar MFO yang disupplay pertamina yaitu 3.5%.
Berdasarkan perhitungan, emisi PLTU Unit 1, 2, dan 3 dapat memenuhi baku mutu apabila kadar sulfur di bawah 0,8%.
Kesimpulan dari penelitian adalah kadar emisi S02 PLTU Unit 1, 2, dan 3 berdasarkan perhitungan berkisar antara 880.08- 3,850.33 mg/m3 (di atas baku mutu emisi S02) dan debu antara 0.59 - 118.81 mg/m3 (di bawah baku mutu emisi debu). Pengelolaan dan pemantauan lingkungan telah dilaksanakan dengan mengacu pada RKL dan RPL. Kontribusi emisi partikulat dan S02 dari PLTU Unit 1, 2, dan 3 masih di bawah baku mutu udara ambien. Untuk bulan Maret 2003 kontribusi terbesar terjadi di lapangan PIK untuk 802 sebesar 23.82% dan debu sebesar 0.21 %. Kondisi udara ambien di tujuh lokasi untuk SO2 masih dibawah baku mutu sedangkan debu di beberapa lokasi telah melewati baku mutu.
Beberapa saran yang diberikan antara lain : untuk mengurangi kadar emisi SO2, perusahaan dapat melakukan dua hal yaitu mensubsitusi bahan bakar yang lebih bersih atau dengan menggunakan teknologi pengendalian emisi SO2. Pemerintah dalam pemberlakuan baku mutu emisi, khususnya SO2 pada pembangkit listrik perlu memperhatikan kondisi spesifik dari suatu kegiatan dan pemberlakuannya dilaksanakan secara bertahap per lokasi.

Muara Karang Steam Power Plant is an important power plant that supplies electricity to feed the daily activity of Jakarta. However, it may also create air pollution. Emission released from the stacks will disperse to the ambient air and get mixed with other sources of emission. Muara Karang Power Plant is located near local housing that often raises public's concern. People perceive that emission from power plant cause respiratory problems.
The problem to be discussed in this research is the impact of the use of fuel oil on air emission. Some of the key questions raised in this research are:
1. Now is the condition of SO 2 and particulate emission released by Muara karang power plant Unit 1, 2, dan 3
2. How to control air emission that is conducted at Muara Karang Power Plant Unit 1, 2, dan 3
3. How is the contribution of emission from Muara Karang Power Plant Unit 1, 2, and 3 and how is ambient air quality
The hypothesis developed in this research is that contribution of S02 and particulate emission from Muara Karang power plant Unit 1, 2 and 3 on ambient air is still below ambient air standard.
The objectives of this research are:
1. To understand emission condition of Muara Karang Power Plant Unit 1, 2, and 3
2. To understand measures the air pollution control that should be undertaken at Muara Karang power plant Unit 1, 2, and 3
3. To understand the contribution of power plant's emission on ambient air and to understand the quality of air ambient.
The methodology used in this research is collection of secondary data that consists of Emission and air ambient data year 1998-2003, plant technical data, emission management and meteorology data.
To control particulate, the company has installed multicyclone. If this equipment is not operated, the emission will exceed the standard. S02 emission tends to be above standard. This condition is caused by:
1. There is no S02 emission control measures at Muara Karang Power Plant
2. The high maximum sulphur level that is allowed by the Government on MFO supplied by Pertamina i.e. 3.5%. Based on calculation, emission of Power Plant unit 1, 2 and 3 can meet the standard if sulphur level is below of 0.8%.
The conclusion of this research is based on the calculation of SO2 emission at Muara Karang Power Plant Unit 1, 2, and 3 is in the range of 880.08 - 3,850.33 mglm3 (higher than SO2 emission standard), and particulate is between 0.59 - 118.81 mglm3 (lower than particulate emission standard). Monitoring and Management of environmental have veen done based on RKL and RPL document. Contribution of particulate and S02 emission of Power Plant Unit 1, 2, and 3 is still bellow ambient standard. In March 2003, the highest emission concentration) was recorded at P1K field site in which S02 contribution was 23.82% and particulate contribution was 0.21%. The ambient air quality at seven location for SO2 was below standard whereas for particulate, in some locations, the emission exceeded the standard.
The given conclusions are to reduce S02 emission, it is suggest that the company substitute less polluted fuel or use technology to control SO2 emission, In enacting emission standard, especially SO2 on the Steam Power Plant, the specific condition of activity should be taken into consideration, and the application should be done gradually per location.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11886
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
El Khobar Muhaemin Nazech
"Di kota berkembang seperti Depok, pengelolaan kualitas lingkungan hidup seperti kualitas udara merupakan hal yang penting. Manajemen kualitas udara diperlukan untuk mengantisipasi pencemaran yang akan terjadi dan menurunkan tingkat pencemaran udara saat ini. berdasarkan data kualitas udara ambien tiap tahun, dilakukan suatu analisa kuantitatif deskriptif terhadap dua parameter polutan yang melewati ambang batas baku mutu yang telah ditentukan, yaitu parameter debu (> 230 μg/m 3) dan parameter kebisingan (> 70 dB), di dua lokasi Cimanggis dan Terminal Depok. Analisa kemudian dilanjutkan dengan uji validasi terhadap data pengukuran langsung terhadap umber polutan di kedua lokasi pada hari kerja dan non kerja. Pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi linier untuk melihat korelasi antara beban kendaraan terhadap polutan, apakah jumlah beban kendaraan akan mempengaruhi jumlah polutan. Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan linier pada lokasi pengukuran Cimanggis, sedangkan hubungan berkebalikan terlihat pada lokasi pengukuran Terminal. Berdasarkan identifikasi sumber polutan, langkah pengendalian dan pengelolaan kualitas udara yang dapat disarankan adalah perbaikan manajemen transportasi. Pengurangan sumber polutan debu diarahkan pada kendaraan roda 4/lebih berbahan bakar diesel, sedangkan untuk sumber kebisingan diarahkan pada kendaraan roda 4 berbahan bakar bensin.

In a developing city like Depok, environmental management is import antly needed, air quality management is one of them. Air quality management is needed to prevent further pollution and to decrease the existing air pollution. Based on the annual data of air quality in Depok, a quantitative analysis has been done on two pollutant parameters that above its regulated standard, dust (above 230 μg/m3) and noise (above 70 dB), in two locations Cimanggis and Terminal Depok. The analysis is then continued with validating primer data obtained on pollutant source in both locations on weekday and weekend. Data analysis is done using linear regression equation to observe the correlation between pollutant and pollutant sources, whet her the amount of vehicles will affect the level of pollutant. Data analyisis showed there is linear relationship in Cimanggis and inverse relationship in Terminal. Based on identification of source pollution, it is suggested that air quality monitoring and management can be done by improving the transportation management. Reduction of dust pollution source is focuses on 4 or more wheels diesel vehicles, while for noise pollution source focuses on 4 wheels gasoline vehicles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
A. Rahman
"ABSTRAK
Laporan ini menyajikan hasil modifikasi metoda Asidimetri untuk mengukur konsentrasi sulfur dioksida dan ammoniak di dalam rumah. Modifikasi dilakukan dengan menurunkan persamaan matematis berdasarkan perubahan pH larutan absorber, analisis sulfur dioksida dan amoniak dalam sampel secara potensiometri dan mengubah pompa hisap dengan pompa bertenaga baterai kering. Konsentrasi terendah yang bisa dideteksi dengan metoda ini adalah 3,45 μg/M3 untuk sulfur dioksida dan 8,89 μg/ M3 untuk ammoniak.

ABSTRACT
This report presents a modification of Acidimetric Method for measuring sulfur dioxide and ammonia in urban indoor air. The modification was carried out by deriving some mathematical equations based on the pH changes of absorber solution, analyzing the concentration of sulfur dioxide and ammonia potentiometrically, , and using dry battery for air pump power supply. The detected lowest concentration were 3.45 μg/M3 for sulfur dioxide and 8.89 μg/M3 for ammonia, respectively."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Herryanto
"Kualitas udara dalam ruang pada industri garmen rumah tangga dicemari oleh gas formaldehid dari bahan tekstil. Gas formaldehid akan menyebabkan efek iritasi pada pekerja yang berada dalam ruang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pencemaran udara dalam ruang oleh gas formaldehid dan efek iritasi yang terjadi pada pekerja garmen di industri rumah tangga. Juga untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi gas formaldehid dalam ruang (temperatur, kelembaban, kepadatan dan luas ventilasi ) dan karakteristik pekerja (umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, lama bekerja dan jenis pekerjaan).
Penelitian menggunakan desain potong lintang (cross sectional), pengambilan sampel secara purposif pada 4 industri garmen rumah tangga di Jakarta Barat dengan jumlah responden 192 orang.
Hasil pengukuran konsentrasi gas formaldehid dalam ruang pada industri garmen rumah tangga antara 0,00 mg/m3 - 0,62 mg /m3 dengan rata-rata 0,27 mg/m3, pada beberapa titik sampel ada yang melampaui nilai ambang batas untuk TLV.C (0,37mg/m3 ).
Dengan mempergunakan uji statistik regresi logistik didapatkan hasil bahwa konsentrasi gas formaldehid, lama bekerja dan jenis pekerjaan berhubungan dengan terjadinya efek kesehatan/iritasi pada pekerja dan masuk dalam model persamaan regresi logistik. Konsentrasi gas formaldehid adalah variabel yang paling mungkin untuk di intervensi untuk menurunkan resiko terjadinya efek kesehatan yang lebih berat.
Penelitian ini menyimpulkan terdapat hubungan antara konsentrasi gas formaldehid dalam ruang dan efek kesehatan/iritasi pada pekerja industri garmen rumah tangga dan disarankan agar lingkungan kerja lebih diperhatikan sebagai upaya untuk menurunkan konsentrasi gas formaldehid dan pemakaian bahan substitusi untuk formaldehid pada tekstil.
Daftar bacaan : 30 ( 1977 - 1996 )

The Relationship Between Indoor Air Pollution by Formaldehyde and Irritation Effect on Household Garment Industry Workers In Jakarta 1997The quality of indoor air at household garment industry is contaminated by formaldehyde of textile material. Formaldehyde will cause irritating effect on the indoor workers.
The purpose of this research is to know the relationship between indoor air pollution by formaldehyde and the irritation effect on household garment industry workers. It is also to know the factors that influence indoor formaldehyde concentration (temperature, humidity, density and ventilation) and the workers' characteristic (age, sex, smoking habit, length of working and kind of job).
The research used cross sectional design, taking the sample purposely at four household garment industries with 192 respondents in west Jakarta,
The measurement result of the indoor formaldehyde gas concentration at household garment industries is between 0,00 mg 1 m3 - 0,62 mg/m3 with the average 0,27 mg/m3 , on some sample dots there is an over limit value of TLV.C (0,37mg/m3 ).
Using the logistic regression statistic test, we find the result that formaldehyde concentration , length of working, kind of job related to the cause of health effect/irritation on the workers and belong to logistic regression similarity model. The concentration of the formaldehyde gas is the most possible variable to be intervened to decrease the risk of severe health effect.
The research concluded that there is a relationship between the indoor concentration of formaldehyde and the health effect/irritation on household garment industry workers. It suggested that the working environment to be more paid attention as an effort to decrease the formaldehyde concentration and using of the substituted formaldehyde material on textile.
References : 30 ( 1977 - 1996 )
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Air polution from vehicle emission becomes a major problem in urban areas,including Jakarta,Indonesia.This vehicle emission worsening ambient air concentration because of incresingle use of diesel engine for urban transportation....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>