Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196106 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T24770
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
"Pembatasan cairan merupakan salah satu intervensi yang dilakukan pada pasien penyakit ginjal tahap akhir untuk mencegah hipervolemia dan komplikasi kardiovaskuler. Namun, peningkatan kadar Angiotensin II, mulut yang kering serta peningkatan ureum darah pada penyakit ginjal tahap akhir dapat menimbulkan haus yang berlebihan, sehingga pembatasan cairan sering menjadi hal sulit dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien. Pengaturan interval dan suhu air minum merupakan salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi sensasi haus dengan menstimulasi sensor-sensor yang ada di oropharingeal.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pengaturan interval dan suhu air minum terhadap sensasi haus pasien penyakit ginjal tahap akhir yang menjalani pembatasan cairan. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, dengan pendekatan crossover design. Sampel dipilih secara non random jenis consecutive sampling, dengan jumlah sampel sebesar 12 responden. Penelitian terdiri atas dua periode yaitu periode kontrol dan periode intervensi, masing-masing periode selama dua hari. Pada periode kontrol pasien melakukan pengaturan minum sendiri seperti biasa sedangkan pada periode intervensi dilakukan pengaturan interval dan suhu air minum oleh peneliti.
Hasil penelitian menunjukan bahwa intensitas haus secara bermakna menurun pada periode intervensi (p=0,000, a=0,05). Faktor perancu yang berhubungan dengan penurunan intensitas haus adalah jenis kelamin. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa pengaturan interval dan suhu air minum dapat menurunkan intensitas haus pasien penyakit ginjal tahap akhir yang menjalani pembatasan cairan. Rekomendasi dari penelitian ini bahwa pengaturan interval dan suhu air minum dapat menjadi alternatif dalam menurunkan sensasi haus pasien penyakit ginjal tahap akhir dengan pembatasan cairan.

Fluid restriction is one of intervention given to end stage renal failure patient intended to prevent hipervolemia and cardiovascular complication. Elevated Angiotensin II level, drymouth and elevated blood urea in end stage renal failure create excessive thirst, thus fluid restriction often become difficult and stressful for the patients. Drinking interval and water temperature regulation is one of nursing intervention that can be given to alleviate thirst sensation by stimulating receptors in oropharingeal.
This research was aimed to examine effect of drinking interval and water temperature regulation on thirst sensation of end stage renal failure client who having fluid restriction. The research was conducted at Fatmawati Hospital Jakarta, using crossover design. 12 non random participants were selected by consecutive sampling. The research consisted of two periods, control and intervention period, for two days respectively. In control period, participants were allowed to regulate their drinking interval using water at room temperature whereas in intervention period, participants given drinking interval every an hour and water temperature at 5–10°C.
The results revealed that thirst intensity significantly alleviated in intervention period (p=0,000, a= 0,05). Sex variabel was significantly correlated to thirst intensity reduction. It is concluded that drinking interval and water temperature regulation can alleviate thirst intensity of end stage renal failure patient who having fluid restriction. It is recommended to employ drinking interval and water temperature regulation to alleviate thirst sensation of end stage renal failure patient who having fluid restriction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lusi Indriani
"ABSTRAK
Penggunaan obat yang berisiko terhadap ginjal pada pasien dengan penurunan
fungsi ginjal memungkinkan terjadinya masalah terkait obat. Apoteker berperan
dalam mengidentifikasi dan mencegah terjadinya masalah terkait obat. Penelitian
ini bertujuan untuk menilai pengaruh intervensi apoteker terhadap penurunan
jumlah dan jenis masalah terkait obat pada pasien penyakit ginjal kronik di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Penelitian dilakukan
secara prospektif selama periode Januari hingga Maret 2012 menggunakan
rancangan eksperimental, pre dan post-test. Evaluasi dilakukan terhadap 377
terapi obat dari 40 orang pasien penyakit ginjal kronik. Rekomendasi diberikan
kepada dokter, perawat, dan pasien. Jumlah masalah terkait obat adalah 98
masalah (25,99% dari jumlah terapi obat yang diresepkan). Jenis masalah terkait
obat adalah efek terapi obat yang tidak optimal 62,24%, kejadian obat yang tidak
diinginkan (non alergi) 20,41%, dan kejadian obat yang tidak diinginkan (toksik)
17,35%. Penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi apoteker dapat menurunkan
masalah terkait obat jenis efek terapi obat yang tidak optimal (62,24% menjadi
0%), jenis kejadian obat yang tidak diinginkan yang non alergi (20,41% menjadi
11.22%), dan jenis kejadian obat yang tidak diinginkan yang menimbulkan efek
toksik (17,35% menjadi 10,20%). Faktor perancu secara bermakna mempengaruhi
terjadinya masalah terkait obat yaitu penyakit penyerta (r= 0,385; p= 0,014), dan
jumlah terapi obat (r= 0,604; p= 0,000)."
2012
T31428
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Welas Riyanto
"Penambahan berat badan diantara dua waktu hemodialisis (interdialysis weight gain = IDWG) melebihi standart 1,5 kg dapat berdampak terhadap kualitas hidup pasien CKD. Efek negatif terhadap keadaan pasien, diantaranya hipotensi, kram otot, hipertensi, sesak nafas, mual, muntah, edema perifer, ascites.
Tujuan dari penelitian ini mengetahui hubungan antara penambahan berat badan di antara dua waktu hemodialisis (interdialysis weight gain = IDWG) dan kualitas hidup pasien , baik domain kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.
Metode penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 76 pasien.
Hasil analisis menggunakan one way analysis of variance menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara penambahan berat badan diantara dua waktu hemodialisa dengan kualitas hidup pada semua domain (p = 0,000, ά 0,05). Domain kesehatan fisik 21,62 (SD 5,18) domain psikologis 18,45 (SD 18,45) domain hubungan sosial 9,24 (SD 9,24) dan domain lingkungan 25,67 (SD 25,67). Variabel confounding tidak mempunyai kontribusi terhadap kualitas hidup (p>0,05).
Rekomendasi hasil penelitian lebih lanjut adalah meneliti hubungannya karakteristik adat istiadat, budaya, stress dan kecemasan terhadap kualitas hidup.

Weight gain between the two time of hemodialysis (Interdialysis Weight Gain = IDWG) in excess of 1.5 kg standard can implicate on quality of life to Chronic Kidney Disease (CKD) patient. The negative effect of IDWG on patient conditions, are hypotension, muscle cramps, hypertension, shortness of breath, nausea, vomiting, peripheral edema, ascites.
The objectives of this study is to ascertain the relationship between IDWG and patients quality of life (QoL) in term of physical health domain, psychological, social relationships and environment.
This research method used descriptive correlation with cross sectional approach. Sample of 76 patients.
Analysis outcome used one way analysis of variance indicated that there were any significant relationship between weight gain in between two time hemodialysis with quality of life (QoL) on all domains (p = 0.000, ά 0.05). Physical health domain 21.62 (SD 5.18), Psychological domain 18.45 (SD 18.45) Social relations domain 9.24 (SD 9.24) and Environment domain 25.67 (SD 25.67). The confounding variables did not contribute to the quality of life (p> 0.05).
The Recommendation of the following of this study outcome are to investigate the relationship of patient life in many characteristics of custom, cultural, stress and anxiety with quality of life."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan
"Latar belakang: Pasien dengan Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) yang menjalani hemodialisis dilaporkan adanya penurunan pendengaran. Beberapa studi mengatakan adanya hubungan antara hemodialisis dengan penurunan pendengaran. Penurunan pendengaran yang terjadi juga diduga adanya faktor risiko lain seperti usia, hipertensi, diabetes melitus dan riwayat/lamanya dilakukan hemodialisis. Beberapa penelitian, dikatakan masih kontroversi sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Metode: Penelitian potong lintang pre dan post ini melibatkan 50 subyek penelitian yang sesuai kriteria inklusi dan ekslusi. Pemeriksaan dilakukan dengan menilai pemeriksaan otoskopi, dilanjutkan dengan pemeriksaan timpanometri, audiometri nada murni dan DPOAE (Disortion Product Otoacoustic Emissions). Pemeriksaan fungsi pendengaran dilakukan secara pre post hemodialisis. Pengolahan data dilakukan dengan uji t berpasangan dan Wilcoxon Signed Ranks Test, P-value.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan adanya hubungan bermakna (p<0,001) antara perubahan rerata ambang dengar dan SNR (Signal to Noise Ratio) dengan terapi hemodialisis pada pasien PGTA.
Kesimpulan: Hemodialisis dapat menurunkan ambang dengar dan perubahan SNR terutama pada frekuensi tinggi. Pada penelitian ini perubahan ambang dengar dan SNR bersifat reversibel, diperlukan penelitian lanjutan untuk mengetahui perubahan ambang dengar dan SNR yang bersifat irreversibel.

Introduction: Patients with End Stage Renal Disease (ESRD) undergoing hemodialysis reported hearing loss. Several studies suggest a relation between hemodialysis and hearing loss. The decrease in hearing that occurs is also suspected to be due to other risk factors such as age, hypertension, diabetes mellitus and history/length of hemodialysis. Some research is said to be still controversial so further research is needed.
Methods: This cross-sectional pre and post study involved 50 research subjects who met the inclusion and exclusion criteria. The examination is carried out by assessing the otoscopic examination, followed by tympanometry, pure tone audiometry and DPOAE (Disortion Product Otoacoustic Emissions) examinations. Hearing function examination is carried out pre-post hemodialysis. Data processing was carried out using the paired t test and Wilcoxon Signed Ranks Test, P-value.
Results: In this study, it was found that there was a significant relationship (p<0.001) between changes in the average hearing threshold and SNR (Signal to Noise Ratio) with hemodialysis therapy in ESRD patients.
Conclusion: Hemodialysis can reduce hearing thresholds and changes in SNR, especially at high frequencies. In this study, changes in hearing threshold and SNR are reversible, further research is needed to determine whether changes in hearing threshold and SNR are irreversible.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasmiati
"Latar belakang. Kecemasan dan depresi adalah masalah umum di antara pasien hemodialisis. Berbagai faktor telah diyakini akan berkontribusi terhadap masalah kecemasan pada pasien. Komorbiditas, tipe akses vaskular, kelelahan, ketakutan, status keuangan, durasi HD, jumlah sesi dialisis, tingkat nitrogen urea darah, dan usia adalah berbagai faktor yang diyakini berkontribusi. Kecemasan dan depresi akan memiliki dampak negatif pada kualitas hidup pasien pada berbagai domain kualitas hidup, penurunan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial. Intervensi non-farmakologis seperti penggunaan stress ball dapat menjadi pilihan dalam mengurangi kecemasan dan depresi yang dialami pasien. Tujuan. Evidence-Based Nursing (EBN) ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektifitas stress ball dalam mengurangi kecemasan dan depresi pada 20 pasien hemodialisis di RS Fatmawati. Metode. Metodologi yang digunakan pada EBN adalah pre-eksperimental yang dilakukan melalui 5 tahap; (1) Identifikasi fenomena, perumusan pertanyaan klinis dengan menggunakan konsep PICO, (2) telusur jurnal terkait, (3) telaah/kritis jurnal, (4) implementasi EBN berdasarkan jurnal yang dipilih, (5) evaluasi hasil implementasi EBN. Hasil. Karakteristik usia pasien rata-rata berusia 42 tahun, mayoritas berjenis kelamin perempuan sejumlah 24 orang, dengan lama menjalani dialysis sekitar 36 bulan. Latihan stress ball efektif dalam mengurangi kecemasan dan depresi pasien dengan menggunakan instrumen HADS yaitu dari skor 10 menjadi skor 4 setelah diberikan intervensi selama 4 minggu. Simpulan. Latihan stress ball terbukti efektif dalam menurunkan skor kecemasan dan depresi pada pasien yang menjalani hemodialisis.

Background. Anxiety and depression are common problems among hemodialysis patients. Various factors have been believed to contribute to anxiety problems in patients. Comorbidities, vascular access type, fatigue, fear, financial status, duration of HD, number of dialysis sessions, blood urea nitrogen level, and age are various factors believed to contribute. Anxiety and depression will have a negative impact on the quality of life, in various domains of quality of life, it has also shown a decline in physical, mental and social well-being. Non-pharmacological interventions such as the use of stress balls can be options for reducing anxiety and depression experienced by patients. has been shown to have a positive effect on anxiety and depression in patients. Objective. Evidence-Based Nursing (EBN) aims to identify the effectiveness of stress balls in reducing anxiety and depression in 20 hemodialysis patients at Fatmawati Hospital. Method. The methodology used in EBN is pre-experimental which is carried out through 5 stages; (1) Identify phenomena, formulate clinical questions using the PICO concept, (2) search for related journals, (3) review/critical journals, (4) implement EBN based on selected journals, (5) evaluate the results of EBN implementation. Results. The average patient age characteristics are 42 years old, the majority are 24 women, with a duration of dialysis of around 36 months. Stress ball training is effective in reducing patient anxiety and depression using the HADS instrument, from a score of 10 to a score of 4 after being given intervention for 4 weeks. Conclusion. Stress ball training has been proven to be effective in reducing anxiety and depression scores in patients undergoing hemodialysis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aini Yusra
"Dukungan keluarga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga ditinjau dari empat dimensi (emosional, penghargaan, instrumental dan informasi) dengan kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUP Fatmawati Jakarta.
Desain dalam penelitian ini analitik cross sectional dengan jumlah sampel 120 pasien DM tipe 2. Analisa data menggunakan koefesien korelasi Pearson, uji t- independen dan regresi linier berganda.
Hasil penelitian didapatkan variabel yang berhubungan dengan kualitas hidup yaitu umur (p value 0.034; α 0.05), pendidikan (p value 0.001; α 0.05) dan komplikasi (p value 0.001; α 0.05). Terdapat hubungan antara dukungan keluarga ditinjau dari empat dimensi dengan kualitas hidup (p value 0.001, α: 0.05). Peningkatan satu satuan dukungan keluarga, akan meningkatkan kualitas hidupnya sebesar 35 % setelah dikontrol oleh pendidikan dan komplikasi DM.
Perawat dapat meningkatkan dukungan keluarga dengan pendidikan kesehatan terstruktur, memfasilitasi pemberian dukungan keluarga serta supervisi dan monitoring terkait penerapan pemberdayaan keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien DM tipe 2.

Family support is needed to improve quality of life in patients with type 2 DM. This study aimed to identify the relationship between family support from perspective of four dimensions (emotional, appraisal, instrumental and information) and the quality of life of patients with type 2 DM in Fatmawati Hospital Jakarta.
The design of descriptive analytical with cross sectional approach, 120 patients with type 2 DM was participated in the study. Statistical analysis used for this study was Pearson correlation coefficient, independent t-test and multiple linear regression.
The results showed that the variables are associated with quality of life, consist of the age (p value 0034; α 0.05), education (p value 0.001; α 0.05) and complications (p value 0.001; α 0.05). There is a relationship between family support in terms of four dimensions and quality of life (p value 0.001, α: 0.05). The increase of one unit family support, will improve the quality of life by 35% when controlled by education and complications of DM.
Recommendation from the research nurses can improve support for families with a structured education programmes, facilitated family support and improve, monitoring related to the implementation of the family empowerment in providing nursing care to patients with type 2 DM."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Badiah A. Molachele
"Perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran pada khususnya, serta perkembangan masyarakat pada umumnya telah mempengaruhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan baik jenis maupun mutunya. Orang-orang datang ke dokter/RS saat ini tidak semata-mata ingin penyakitnya sembuh. Penyembuhan sekarang perlu disertai dengan kenyamanan, baik oleh tenaga medis, suasana maupun dalam proses penyembuhannya. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, muncul rumahsakit-rumahsakit swasta yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Mereka tidak lagi sekedar sebagai lembaga sosial yang menolong orang sakit tapi lebih melayani orang sakit sebagai "konsumen" yang memiliki permintaan bermacam-macam.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran pelayanan yang ada di ruang rawat inap RS Fatmawati, juga mendapatkan gambaran tingkat kepuasannya dan mengetahui apakah pelayanan di ruang rawat inap mempunyai hubungan dengan tingkat kepuasannya. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional dari data primer yang didapat melalui kuesioner.
Tehnik analisa adalah analisa deskriptif untuk mendapatkan gambaran pelayanan-pelayanan yang ada di ruang rawat inap dan analisa statistik untuk melihat ada tidaknya perbedaan penilaian oleh pengamat tentang keadaan objektif pelayanan yang ada di ruang rawat inap dengan persepsi pasien, dan untuk melihat apakah pelayanan di ruang rawat inap berhubungan dengan tingkat kepuasannya.
Hasil penelitian menunjukkan pelayanan di ruang rawat inap pada umumnya adalah baik dan pasien merasa puas atas pelayanan tersebut. Penilaian oleh pengamat terhadap pelayanan dokter, perawat, fasilitas, berbeda dengan penilaian oleh pasien. Sedangkan untuk penyediaan lingkungan ruang rawat dan pelayanan makanan/menu, keduanya menilai sama. Pelayanan-pelayanan di ruang rawat inap mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan-pelayanan tersebut.
Berdasarkan hasil yang didapat, maka saran-saran yang dikemukakan adalah mengadakan penilaian mutu pelayanan dengan melihat pada aspek kepuasan pasien secara berkesinambungan, pelayanan makanan/menu perlu untuk ditingkatkan, demikian juga keadaan lingkungan ruang rawat perlu perbaikan untuk dapat memberikan kepuasan pada pasien. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>