Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107431 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nevy Rinda Nugraini
"Dampak penting dari semburan Lumpur panas adalah pencemaran lingkungan salah satunya adalah kenaikan intensitas bau. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui konsentrasi H2S, persepsi masyarakat tentang gangguan kesehatan dari H2S, menghitung perkiraan risiko dan pencegahannya. Variabel penelitian adalah konsentrasi H2S, persepsi tentang gangguan kesehatan (iritasi mata, sakit kepala, dizzines, hyperpnoea, apnoea, asphyxia).
Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran langsung dan kuesioner. Pemilihan lokasi adalah purposive dan responden dengan simple random. Hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah konsentrasi H2S diatas bakumutu Kep-50/MENLH/11/1996. Uji Pearson Chi Square adalah Ҳ<0,05 antara konsentrasi H2S dengan iritasi mata, sakit kepala, dizzines dan hyperpnoea (Ҳ<0,05). Pajanan risiko tinggi sebesar 0?0,91 mgkg-1hari-1 (HQ 0- 1825,3) dan risiko rendah 0-0,0011 mgkg-1hari-1 (HQ 0-3,29). Pencegahan risiko dengan meningkatkan kondisi, nutrisi dan penggunaan APD.
Kesimpulan dan saran penelitian ini rata-rata konsentrasi H2S di atas 0,2 ppm. Karakterisasi risiko pajanan sebagaian besar adalah diatas dosis harian yang aman, untuk itu disarankan meningkatkan kondisi dan tidak sering kontak langsung pada sumber.

The major impacts of the Torrent of Hot Mud which happened in May 2006 in Sidoarjo are the changes in environment, social and economy. Another impact which has been identified is the increase of odor intensity which is suspected to be originated from an air pollutan H2S. A smelling disorder happened in which the intensity of odor is predicted to have caused the air pollution in areas surrounding the spewing of hot mud in Sidoarjo.
Based on the result of the test conducted by Ministry of Environmental (KLH), it is discovered there are a number pollutants the concentration which are above the standard quality of odor and H2S is one of them. H2S gas is a colorless gas with a strong odor similar to the smell of a rotten egg. A high concentration of H2S can react with tears and sweat resulting sulfuric acid and bring about impacts such as eyes and skin irritation. In addition, exposure to H2S with the concentration 0f 0,025?25 ppm in human requires human to use breathing aid. Problem this research is there isn?t environmental pollution for study of health risk mon environment.
Based on evaluation result of the acquired data, the topics of the destination in this research are 1) to find out about the concentration of H2S in the affected areas and to find out about the difference of H2S concentration in the areas with a high risk and the areas with a low risk, 2) to find out about perception of community about odor intensity 3) to find out about perception of community about health problems or not and whether there is a difference between concentration of H2S with the distribution 6 health problems and the duration of stay, age, education, income and job, 4) to calculation about the level of exposure from the pollutan indicator H2S, 5) to calculation about the level characterization of risk from the pollutan indicator H2S,6) to choice about alternative prevention and control. The variables of this research are H2S, distance from the center of torrent of the mud to the points of sampling location, the data on the 6 health problems (eyes irritation, headache, dizziness, asphyxia, apnea and hyperpnoea) which the community suffer and the data consisting of duration of stay, age, sex, education, job and income.
The data collection is conducted by direct measurement, and interview with a xii questionnaire. The calculation of exposure and risk characterization (hazard quotient (HQ)) is to determine the exposure level of the pollutan H2S. The selection of location for the research is based on the areas affected by purposive sampling. The size of sample is determined by the size of the population and 10% of trust level, and the selection of respondents is based on the simple random.
The data analysis is conducted to find out about the significant difference on the fourth problems. Result for this research is concentration of H2S in that location is above the standard quality as established by the decree of Kep-50/MENLH/11/1996 especially for Siring District, perception of community about health problems gotten there is different significant between concentration of H2S with eye irritation, headache, dizziness and hyperpnoea (Ҳ<0,05). Pollution of H2S not influence with losing of job, education and income. Risk assessment with a high risk had intake 0-0,91 mgkg-1day-1(HQ=0-1825,3) and area with a low risk had intake 0,0011 mgkg-1day-1. Average HQ score above from reference concentration. To control effort with wear self protection equipment, masks, glasses and avoiding frequent, direct contacts with the source.
Conclusion from this research are 1) The result of the analysis in the location with a low risk shows that the concentration of H2S in that location is above the standard quality as established by the decree of Kep-50/MENLH/11/1996, 2) perception of community in high risk area about smell of odor is seldom (57%) smell (57%) and in the low risk area is often (63%) strong of smell (76%), 3) Pearson Chi square test show there is significant difference in concentration of H2S with 4 health problems are eye irritation, headache, dizziness and hyperpnoea (Ҳ<0,05), 4) The calculation of the exposure score in the area with the highest risk is 0-0,91 mgkg- 1day-1 and in an area with a low risk it is 0, 0011 mgkg-1day-1, 5) the HQ score in a high risk is 0-1825,3 and in a low risk it is 0-3,29. In a high risk environment, it shows that the HQ score is much bigger than the HQ score in a low risk environment, 6) HQ score > 1 shows that there is a risk of health problems in the affected community. For the reason, it is necessary to carry out the alternative control effort both in areas with a high risk and in areas with a low risk with to wear self protection equipment, masks, glasses and avoiding frequent, direct contacts with the source and decides desease vector are to correct environment , quality of drinking and to correct immune of host. From the result and the discussion, the recommendation is: Regulatory of H2S had intake above reference concentration, avoid recommending re-investigate and necessary to integrated study of environment risk assessment."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24962
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Bukti
"ABSTRAK
Dalam proses modernisasi dan pembangunan ekonomi selama ini menunjukkan korporasi sebagai pelaku pembangunan semakin memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Namun seiring dengan semakin besarnya peranan korporasi dalam pembangunan ekonomi, realitas menunjukkan bahwa banyak terjadi dampak yang merugikan masyarakat akibat aktivitas-aktivitas yang tidak bertanggungjawab dengan berbagai modus operandi yang dilakukan oleh korporasi, khususnya terhadap pencemaran lingkungan hidup. Semenjak adanya kasus pencemaran lingkungan, permasalahan, apakah sebuah korporasi dapat dibebani suatu pertanggungjawaban menjadi suatu hal yang menarik untuk diperdebatkan. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH), telah diatur tentang tuntutan pertanggungjawaban perdata yang dapat diajukan oleh masyarakat yang menjadi korban pencemaran lingkungan maupun tuntutan pertanggungjawaban pidana dan sanksinya terhadap badan hukum yang melakukan pencemaran juga terhadap mereka yang memberi perintah atau yang menjadi pemimpin dalam perbuatan tersebut. Selama ini dalam kejadian kasus pencemaran/perusakan lingkungan yang diajukan ke Pengadilan, yang menjadi tersangka adalah persoon, sementara korporasi dan Direksi tidak tersentuh oleh penegak hukum. Dalam konteks tersebut, Penulis melakukan penelitian dan berusaha menganalisis tanggungjawab pengurus perusahaan/direksi dan pemegang saham Lapindo Brantas Inc., balk pertanggungjawaban perdata maupun pertanggungjawaban pidana. Di akhir penelitian tesis, penulis menarik kesimpulan bahwa pertanggungjawaban perdata maupun pidana dalam peristiwa semburan lumpur panas di Porong Sidoarjo tidak sebatas pada persoon teknisi lapangan tetapi juga menjangkau perusahaan, para direksilpengurus perusahaan dan para pemegang saham. Dalam penelitian ini juga, penulis mencoba mengkaji penerapan strict liability pada peristiwa semburan lumpur panas di Porong Sidoarjo tersebut."
2007
T19320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Lumongga Hakim
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
S24811
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Karti Nursanti
"Penelitian ini mencoba mengungkap konstruksi media pada isu-isu yang melatar belakangi pemasalahan sosial pada kasus dampak semburan lumpur di Sidoarjo dalam pola hubungan media, masyarakat (civil society), negara (state), dan pasar (market), dengan segala subjektifitasnya dalam mendefinisikan realita sosial menjadi realitas media dimana didalamnya melibatkan komunikasi politik, dan aktor-aktor sosiai termasuk politik media dalam menseleksi sebuah isu atau peristiwa, yang dengan penilaian tertentu yang boleh jadi hal itu dipengaruhi oleh kepentingan idealis, ideoiogi, politis dan ekonomis owner-market, sehingga dipandang memenuhi keriteria layak dimuat atau tidak layak muat. Atau bisa jadi konstruksi-konstruksi pemberitaan ini juga pengaruh dari Issues Management yang dibuat aktor-aktor sosial, karana semua memiliki kepentingan dalam penyelesaian masalah tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dangan paradigma konstruktif. Dengan unit analisis seluruh isi berita yang melatar belakangi permasalahan sosial akibat semburan lumpur di Sidoarjo pada surat kabar Kompas, Media Indonesia dan Koran Tempo (periode Juni 2006 hingga Mei 2007). Data penelitian diperoleh dari klipping koran; wawancara pada profesional surat kaban studi Iiteratur dalam rangka memberikan konteks terhadap temuan dalam penelitian. Alasan pemilihan media yang diteliti adalah: koran terbitan pagi; distribusinya nasional area; jenis koran umum; latar belakang kepemilikan dan profesional di sural kabar hubungannya dengan ideologi yang berpengaruh pada visi-misi yang diemban media tersebut. Hal ini berkailan dengan proses produksi berita pola Pamela J. Shoemaker dan Stephen Reese (1996) tentang lima faktor yang mempengaruhi produksi berita yakni: ideological level, extra media level, organizational level, media routine level dan individual level.
Dalam penelitian ditemukan adanya beberapa kategori isu yang diangkat secara berulang-ulang oleh media dan mendapat porsi terbanyak dari setiap pemberitaan pada kasus lumpur Sidoarjo, sehingga secara signifikan isu-isu tersebutlah melatar belakangi perrnasalahan sosial adapun isu-isu tersebut adalah pada permasalahan; kopensasi, pengungsi/pengungsian, hukum dan lingkungan.
Peneliti juga menemukan adanya ketidak konsistenan media dalam konteks ideologi yang di emban media tersebut dalam membentuk realitas sosial. Terbukti dari media yang diteliti, hampir semua mengangkat topik yang sama pada peristiwa yang sama. Sedikit perbedaan terungkap hanya pada lead berita, nara sumber yang dikutip dan peletakan halaman berita pada isu-isu yang melatar belakangi permasalahan sosial tadi. Hal tersebut juga yang membedakan dalam pengkonstruksian media sebagai realitas sosial, termasuk sikap media lerhadap kasus tersebut yang tertuang dalam editorial dan artikel opini.
Saran akademis sebagai tindak Ianjut penelitian ini adalah dirasakan metode kualitatif belum mampu menjelaskan perbedaan pengkonstruksian satu media dengan lainnya terhadap suatu obyek, untuk itu diperlukan metode kualitatif untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas, yang dalam penelitian ini peneliti mencoba sedikit menggunakan data kuanitatif untuk melengkapi analisis kualitatif untuk melihat perbedaan pengkonstruksian masing-masing media.
Keterbatasan penelitian antara lain, kasus ini masih terus berjalan hingga penulisan ini, dimasa yang akan datang bisa jadi isu yang dilemukan dalam penelitian akan tidak sama. Disisi lain untuk narasumber dari media hanya didapat dari pekerja media (redaktur). Sehingga tidak dapat mengungkap secara langsung pandangan dan keterlibatan pemilik media sebagai regulator."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T17369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuryanto
"ABSTRAK
Tesis ini tentang "Penanganan akibat bencana luapan lumpur panas PT. Lapindo Brantas di Kecamatan Porong oleh Polres Sidoarjo" Yaitu : tindakan-tindakan manajerial maupun operasionaI yang dilakukan oleh Polres Sidoarjo dalam menangani akibat yang ditimbulkan oleh bencana luapan lumpur panas PT Lapindo Brantas di Kecamatan Porong. Fokus penanganan yang dilakukan adalah warga masyarakat yang menjadi korban bencana luapan lumpur. Tesis ini disusun berdasarkan penelitian yang menggunakan pendekatan kwalitatif, dimana teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan, pengamatan terlibat, wawancara dengan pedoman serta pemeriksaan dokumen.
Gambaran umum daerah penelitian yaitu : Kecamatan Porong, Tanggulangin dan Jabon Kabupaten Sidoarjo. Sebelum terjadinya bencana semburan lumpur, kecamatan ini merupakan wilayah yang sangat potensial. Kondisi sosial ekonomi, tidak kurang 123 industri terdapat di tiga kecamatan tersebut. Di sektor pertanian dan perkebunan wilayah tersebut merupakan wilayah yang subur, lahan pertanian dan perkebunan ditanami padi dan tebu. Sektor perikanan, di tiga kecamatan tersebut juga terdapat tambak yang cukup luas. Sektor pertambangan, terdapat eksplorasi gas bumi milik PT Lapindo Brantas sebanyak 19 sumur gas. Di sektor perdagangan, terdapat pertokoan dan pasar bahkan sudah banyak minimarket. Sosial budaya, terdapat sekolah SD s/d SLTA juga sekolah agama. Kegiatan keagamaan terutama agama Islam untuk mernperkuat ukuwah Islamiyah serta menumbuhkan suasana kekerabatan sesama warga masyarakat tumbuh subur di daerah tersebut.
Bencana luapan Lumpur telah menciptakan 4 macam kerugian yaitu kerugian materiil yang sifatnya permanen, kerugian fisik, kerugian mental, dan kerugian sosial. Masyarakat setempat meminta PT Lapindo Brantas sebagai penyebab terjadinya bencana untuk bertanggungjawab atas kerugian tersebut. Ada 4 tanggungjawab yang ditanggung oleh PT Lapindo Brantas yaitu tanggungjawab kemanusiaan, tanggungjawab kerugian, tanggungjawab penutupan semburan dan luapan lumpur serta tanggungjawab hukum.
Upaya penanganan bencana yang dilakukan oleh Pemkab Sidoarjo, Pokes Sidoarjo serta instansi terkait lainnya didasarkan pada SK Bupati Sidoarjo nomor: 18816891404.1.1.312006 tanggal 15 Juni 2006 tentang Pembentukan Tim Terpadu Penanganan Bencana Luapan Lumpur Di Kecamatan Porong dan Sekitarnya Tahun 2006. Selain berpedoman pada SK Bupati tersebut Polres Sidoarjo juga telah menyusun organisasi penanganan bencana melalui Operasi "Rencana Kontijensi Khusus" Penanganan Dampak Luapan Lumpur Porong Sidoarjo. Prinlak Ops Polres Sidoarjo "Rencana Kontijensi Khusus Tentang Penanganan Dampak Luapan Lumpur Porong Sidoarjo " No.Pol : RlPrinlak Ops/591LX12006. Penanganan bencana dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap sebelum kejadian bencana, tahap saat terjadinya bencana, tahap setelah kejadian bencana serta adanya rehabilitasi mental korban bencana. Mengingat banyaknya instansi pemerintah yang terlibat dalam penanganan bencana sebagaimana SK Bupati tersebut maka diperlukan adanya koordinasi dan hubungan tata cara kerja yang baik antara Pokes Sidoarjo dengan beberapa instansi terkait lainnya. Namun Koordinasi dan HTCK ini kurang terlaksana dengan baik.
Penanganan bencana yang dilakukan oleh Polres Sidoarjo dan instansi terkait lainnya secara garis besar telah mempedomani 6 siklus Disaster Management yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, respon, pemulihan dan pembangunan. Namun pada tindakan pemulihan pada bencana luapan lumpur tidak bisa dilakukan karena korban menderita kerugian materiil yang sifatnya permanen. Pada penanganan bencana tersebut juga dilaksanakan Simulasi menghadapi ancaman jebolnya tanggul penahan luapan lumpur. Simulasi bertujuan untuk memberikan gambaran penanganan bencana agar masyarakat yang menjadi korban tidak panik dan aparat kepolisian serta instansi terkait lainnya memahami tentang apa yang harus dikerjakan dalam melakukan penanganan bencana.
Hubungan tata cara kerja dan koordinasi antara instansi terkait kurang berjalan dengan baik. HTCK dan koordinasi masih terpengaruh oleh sistem birokrasi pemerintahan yang bersifat Patrimonial. Koordinasi yang dilakukan hanya bersifat reaktif saja. Ini yang menjadi kendala dalam pelaksanaan penanganan bencana sehingga penanganan bencana menjadi parsial. Masing-masing instansi melakukan penanganan sesuai kebijakan pimpinan masing-masing yang sifatnya temporer.

ABSTRACT
The thesis is about the handling of the impact of hot mud of PT Lapindo Brantas in Porong Sub-district by Sidoarjo Resort Police. The thesis discusses the managerial and operational action conducted by Sidoarjo Resort Police in handling the impact of hot mud of PT Lapindo Brantas in Porong Sub-district. The focus of the thesis is the handling the community as the victims of the disaster. The writer employs qualitative approach and data is collected by using several methods, such as observation, involved observation, interview, and document review.
As we all know that before the disaster happened, Porong Sub-district had been known as a potential area There were at least 123 factories or manufacturers, large areas of agriculture, fisheries, oil and gas exploration in which some of them belong to PT Lapindo Brantas. The disaster caused by the hot mud has created four kinds of loss: (1) permanent material losses, (2) physical loss, (3) mental loss, and (4) social loss. The local community has asked PT Lapindo Brantas as the party which caused the disaster to be responsible for the disaster. There are four responsibilities that must be borne by PT Lapindo Brantas: (1) humanity responsibility, (2) losses responsibility, (3) the responsibility of closing the hole and the overflow of the mud, and (4) law responsibility.
The handling efforts conducted by Sidoarjo Local Government, Sidoarjo Resort Police as well as other related agencies are based on the decree of Sidoarjo Regent, No. 18816891404.1.1.312006 dated 15 June 2006 regarding the establishment of the Integrated Team for the Handling of the Overflow of the hot mud in Porong Sub-district and its surroundings. In addition, Sidoarjo Resort Police has set up the organization of such handling through an operation called "Special Contingency Plan", No. Pol.: R/Prinlak Ops1591IX12006. Such handling is classified into three stages: (1) before the disaster, (2) when the disaster happened, and (3) after the disaster as well as the rehabilitation of the victims' mental.
The results of the research reveal that the coordination and working organization among the agencies have not run well yet. Such coordination and working organization among the agencies are still influenced by patrimonial system of the government bureaucrat. Coordination is still conducted in a reactive way. Each agency does the handling based on the temporary policies of their administrators.
"
2007
T20739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fascal Muhammad Feisal
"ABSTRAK
Pada tahun 2013, penduduk sekitar TPA Burangkeng melakukan aksi penutupan jalan masuk menuju TPA Burangkeng. Hal tersebut disebabkan banyak keluhan warga akibat pencemaran dari TPA yang masih menggunakan sistem Open Dumping. Menurut dinas lingkungan hidup pada tahun 2017 mengatakan bahwa TPA Burangkeng mengalami over kapasitas atau overload dalam penampungan sampah. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya lahan yang sekarang dijadikan TPA Burangkeng. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko dan pengaruh pajanan H2S terhadap kesehatan anak-anak yang bermukim di sekitar TPA Burangkeng pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan data primer dan desain studi deskriptif analitik yang menggunakan desain studi cross sectional dan metode pendekatan analisis risiko kesehatan lingkungan ARKL . Lokasi penelitian adalah pemukiman sekitar TPA sampah Burangkeng, Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi. Total responden adalah 89 responden dengan purposive sampling yang kemudian akan dilanjutkan dengan menggunakan Snowball sampling untuk sisa sampel pada titik tersebut. Setiap titik akan mendapatkan besar sampel yang sama Proportional . Sampel manusia memiliki kriteria inklusi berupa orang tua yang memiliki anak berusia sekolah 5-12 tahun yang bermukin di sekitar TPA Burangkeng dalam radius kurang dari 1 km. Pengambilan data akan dilakukan dengan wawancara, pengukuran antropometri dan pengambilan sampel udara di ke 3 titik. Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata konsentrasi H2S dalam udara ambien di ketiga titik masih memenuhi baku mutu yang berlaku yaitu < 0,02 ppm. Sedangkan, untuk rata-rata berat badan anak melebihi standar pengukuran US-EPA. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai RQ < 1 untuk pajanan realtime,dan pajanan jangka singkat. Sedangkan pada pajanan lifespan nilai RQ > 1 yang berarti anak-anak yang bermukim di sekitar TPA Burangkeng berisiko terkena efek nonkasinogenik H2S dalam jangka waktu 30 tahun. Sedangkan, untuk gejala gangguan akibat asupan H2S yaitu ISPA yang dimiliki anak-anak sebanyak 71 78,9 anak memiliki gejala gangguan ISPA. Bila dilakukan Uji Mann Whitney U Test untuk melihat hubungan antara asupan realtime dengan gejala yang dimiliki anak didapat bahwa tidak ada perbedaan signifikan rata-rata median asupan realtime antara anak yang memiliki gejala gangguan ISPA dengan yang tidak memiliki.

ABSTRACT
Residents around the Burangkengs landfill are closing the entrance. This is due to many residents complaints due to pollution from landfill that still use the Open Dumping system. According to the environmental agency in 2017 said that the Burangkengs landfill experiencing over capacity or overload in the garbage disposal. This is due to the limited land that is now used as Burangkengs landfill. The purpose of this study was to determine the level of risk and the influence of H2S exposure on the health of children living around the Burangkeng TPA by 2018.This study uses primary data and analytic descriptive study design that uses a cross sectional study design and methods of environmental health risk analysis approach. The location of the research is settlement around TPA waste of Burangkeng, Setu Sub district of Bekasi Regency. Total respondents were 89 respondents with purposive sampling which then will be continued by using Snowball sampling for the rest of the sample at that point. Each point will get the same large sample Proportional . Human samples have inclusion criteria in the form of parents who have school aged children 5 12 years old who engraved around the Burangkeng TPA within a radius of less than 1 km. The data collection will be done by interview, anthropometry measurement and air sampling at 3 points. The results showed that the average concentration of H2S in ambient air in all three points still meet the applicable quality standard that is."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surabaya: Pusat Studi Kebumian dan Bencana, LPPM, ITS, 2009
303.485 PEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Shofi Sari Azima
"ABSTRAK
Hidrogen sulfida (H2S) merupakan gas penyumbang bau yang sangat menyengat dari proses bakteri timbunan sampah di TPA Cipeucang. Apabila konsentrasi gas H2S tersebut melebihi baku mutu dan terhirup oleh anak-anak maka akan berdampak langsung pada kesehatan anak-anak yang bermukim di Pemukiman TPA Cipeucang. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi risiko kesehatan anak-anak akibat pajanan gas H2S. Untuk mengestimasi risiko kesehatan akibat pajanan inhalasi H2S, dilakukan analisis risiko kesehatan lingkungan pada anak-anak yang bermukim di pemukiman TPA Cipeucang. Konsentrasi H2S dianalisis menggunakan alat pompa hisap dan spektrofotometer air sampler (HVS). Sementara itu, sebanyak 69 responden diobservasi untuk dilakukan estimasi mengenai tingkat risiko kesehatan akibat pajanan H2S. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata H2S di pemukiman TPA Cipeucang telah melebihi baku mutu yaitu 0,024 ppm (baku mutu: 0,02 ppm). Nilai rata-rata CDI H2S pada anak-anak adalah 0,0025 mg/kg/hari. Nilai RQ pada anak-anak diatas >1 yaitu 1,28. Sementara gejala kesehatan pada beberapa responden menunjukan adanya gejala kelebihan asupan H2S, meskipun belum diketahui apakah gejala tersebut hanya disebabkan oleh H2S atau oleh risk agent lain. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pajanan H2S pada anak-anak berisiko terhadap kesehatan karena RQ>1.

ABSTRACT
Hydrogen sulfide (H2S) is a gas contributor dreadful stench from the landfill waste in the landfill bacteria Cipeucang. If the H2S gas concentrations exceed the quality standards and be inhaled by children will have a direct impact on the health of children who live in the landfill Cipeucang. This study aims to estimate the risk to children's health due to exposure to H2S gas. To estimate the health risks from inhalation exposure to H2S, an analysis of environmental health risks to children living in enclaves Cipeucang landfill. H2S concentrations were analyzed using a suction pump and spectrophotometer air samplers (HVS). Meanwhile, as many as 69 respondents were observed to estimate the level of health risks from exposure to H2S. Laboratory test results showed that the average concentration of H2S in the settlement TPA Cipeucang quality standard that has exceeded 0,024 ppm (quality standard: 0,02 ppm). The average value of H2S CDI in children is 0,0025 mg/kg/day. RQ value in children over> 1 is 1.28. While health symptoms at some respondents showed any symptoms of excess intake of H2S, although it is not yet known whether the symptoms are only caused by H2S or by another agent risk. Based on these results, we can conclude that exposure to H2S at-risk children to health because RQ> 1.
"
2016
S65337
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anika Nabila
"Pembuangan Lumpur Sidoarjo yang mengandung konsentrasi fenol yang tinggi ke Kali Porong akan berdampak negatif pada ekosistem perairan Kali Porong dan ancaman bagi kelangsungan usaha budidaya perikanan di wilayah hilir. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur konsentrasi fenol di Kali Porong akibat pembuangan lumpur ke Kali Porong, menganalisis seberapa besar pengaruh konsentrasi fenol di Kali Porong pada konsentrasi fenol di tambak, dan mengkaji pengaruh pembuangan Lumpur Sidoarjo pada keberlanjutan pemanfaatan air di Kali Porong berdasarkan konsentrasi fenol. Pendekatan penelitian kuantitatif dan menggunakan metode kuantitatif.
Hasil penelitian, yaitu rata-rata konsentrasi fenol yang terukur di 10 titik sampling Kali Porong sebesar 20,25 g/l, melebihi baku mutu sungai kelas III berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Pengaruh konsentrasi fenol di Kali Porong pada konsentrasi fenol di tambak hasil perhitungan p-value >0,01, yang berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara konsentrasi fenol di Kali Porong dan konsentrasi fenol di tambak. Pemanfaatan Kali Porong sebagai media budidaya dari aspek lingkungan telah tercemar fenol, dari aspek ekonomi mengalami penurunan hasil produksi, penurunan pendapatan petani tambak, dan menambah biaya operasional, serta menyebabkan petani tambak melakukan adaptasi dari aspek sosial. Kesimpulannya adalah air Kali Porong yang dimanfaatkan sebagai media budidaya perikanan memiliki konsentrasi fenol yang melebihi baku mutu, sehingga pemanfaatan air Kali Porong menjadi tidak berkelanjutan.

The disposal of Sidoarjo mud which is containing high concentration of phenol into Kali Porong will have negative impact on aquatic ecosystem and it will be threat to sustainability of aquaculture in the downstream of Porong River. The purpose of this study are to measure the concentration of phenol in Kali Porong due to disposal of mud into the Kali Porong, analyze how many influence the concentration of phenol in Kali Porong on the concentration of phenol in the pond, and assess the effect of the disposal of the Sidoarjo Mud on the sustainable use of water in the Porong River based on the concentration of phenols. This research use quantitative research approach and quantitative methods.
The results of the study, which are the average concentration of phenol were measured at 10 sampling points is 20,25 g l, exceeded the quality standard of class III river under PP. 82 of 2001 on the Management of Water Quality and Water Pollution Control. The results of calculations influence phenol concentration in Porong River to the concentration of phenol in the pond is p value 0,01, there is no significant relationship between phenol concentration in Porong River to the concentration of phenol in the pond. Utilization Porong as media cultivation in environmental aspect has phenol polluted, the economic aspect has decreased production, fish farmers income, and increase operational costs, as well as affecting fish farmers to do the adaptation of the social aspect. The conclusion is Kali Porong water is used as a medium of aquaculture has a phenol concentration that exceeds quality standards, so that the use of water Porong River become not sustainable.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>