Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179290 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lanang Trihardian
"Dunia pasar modal Indonesia akhir-akhir mi menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Setelah sempat mengalami resesi karena dihantam krisis ekonomi pada tahun 1998- 1999, pasar modal Indonesia sekarang telah bangkit kembali, bahkan jauh lebih aktif dan bergairah dibandingkan dengan sebelum terkena krisis ekonomi. Indeks 1-larga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta yang telah menembus angka 2100 yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah berdirinya BEJ. Situasi perekonomian dan politik yang relatif stabil telah membuat iklim investasi di Indonesia lebih kondusif, khususnya untuk investasi di sektor finansial. Karakter investor pasar modal Indonesia yang umumnya berinvestasi untuk jangka pendek membuat perusahaan yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Jakarta memiliki tugas yang lebih berat dari pada perusahaan yang belum go public. Perusahaan tersebut hams selalu memantau harga sahamnya di bursa karena harga saham di bursa merupakan indikator yang paling sering digunakan oleh investor untuk menilai kondisi yang sesungguhnya dari perusahaan. OIeh karena itu perusahaan akan mengambil tindakan atau strategi bila mereka menganggap harga saham di pasar tidak sesuai dengan nilai yang sesungguhnya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memperbaiki atau meningkatkan harga saham yaitu melalui reverse stock split atau konsolidasi saham. Dengan melakukan reverse stock split, perusahaan dapat dengan seketika mendongkrak harga sahamnya dengan konsekuensi mengurangi jumlah saham yang beredar. Reverse stock split sebenarnya hanya suatu corporate action yang menggabungkan beberapa lembar saham yang sudah beredar menjadi satu saham. Secara teori, seharusnya reverse stock split tidak memiliki dampak apapun terhadap tingkat pengembalian saham. Artinya tindakan tersebut tidak akan mengubah nilai fundamental dari perusahaan sehingga nilai equity dari perusahaan adalah tetap. Sebab reverse stock split hanya sebuah tindakan kosmetis yang tidak memiliki dampak apapun pada nilai perusahaan yang sesungguhnya. Namun dalam ilmu keuangan ada pendapat yang menyatakan bahwa reverse stock split memiliki kandungan informasi didalamnya. Tindakan tersebut dianggap oleh sebagian orang berisi signal dari manajemen perusahaan mengenai prospek perusahaan di masa depan. Kandungan informasi inilah yang dapat ditangkap oleh investor, yang kemudian akan mengubah penilaian mereka terhadap perusahaan yang melakukan reverse stock split. Penelitian mi berusaha untuk mengkaji apakah pada praktek di pasar modal Indonesia reverse stock split memang memiliki kandungan informasi atau tidak. Penelitian mi berusaha melihat apakah terdapat abnormal return dari saham yang melakukan reverse stock split. Sebab jika memang benar tindakan tersebut memiliki kandungan informasi didalamnya, maka seharusnya akan terjadi perubahan pada tingkat pengembalian dan saham tersebut. Selain itu penelitian mi juga akan menganalisa apakah terjadi perubahan likuiditas saham setelah dilakukannya reverse stock split. Metode yang digunakan dalam penelitian im adalah metode event study karena metode mi merupakan salah satu metode yang paling serinig digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu peristiwa ekonomi terhadap perdagangan suatu saham dan hasilnya juga relatif akurat. Sampel penelitian adalah saham yang mengalami reverse stock split di Bursa Efek Jakarta. Periode penelitian yang digunakan adalah tahun 2003-2005. Periode estimasi ditetapkan sepanjang 200 hari bursa, sedangkan periode peristiwa adalah mulai dan 10 han sebelum tanggal kejadian sampai dengan 10 han setelah kejadia Berdasarkan penel juan yang telah di lakukan, diperoleh beberapa kesimpulan. Pertarna, secara agregat, tidak ditemukan adanya abnormal return yang signifikan bagi pemegang saham yang sahamnya mengalami reverse stock split. Dilihat dari sisi saham individual, juga dapat dinyatakan tidak ditemukan adanya abnormal return yang signifikan bagi pemegang saham yang sahamnya mengalami reverse stock split. Kedua, untuk perbandingan antara abnormal return sebelum dengan abnormal return sesudah peristiwa reverse stock split, berdasarkan pengujian statistik, dapat disimpulkan tidak ada perbedaan abnormal return antara sebelum dan sesudah reverse stock split. Kesimpulan ketiga, hasil uji terhadap rata-rata Trading Volume Activity atau TVA sebelum dan TVA sesudah pelaksanaan reverse stock split memperlihatkan bahwa justru terjadi perbedaan rata-rata total volume aktivitas antara sebelum dengan sesudah peristiwa tersebut. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa teijadi penurunan rata-rata total volume aktivitas saham setelah pelaksanaan reverse stock split. Terjadi peningkatan TVA secara signifikan pada t-9 dan t-4 sebelum reverse stock split. Sedangkan sesudah reverse stock split hanya terjadi lonjakan TVA yang signifikan pada t+3 saja.

Indonesian capital market lately exhibits a strong growth. After experiencing recession in the economic crisis period in 1998-1999, Indonesian capital market has made a great come back, now even more active and lively than before the crisis. The Jakarta Composite Index, recently, has finally broken the 2100 level, which is an all-time high record. The economic and political stability has created a very conducive environment for investments in Indonesia, especially in the financial sector. Indonesian capital market investor's character, which is predominantly short-term investors, has made the job of listed companies a lot harder than private companies. Listed companies have to keep track of the price of their stocks in the market because stock price is the primary indicator used by investors to observe a company's fundamental condition. That is why companies will take action or strategy if they think that the price of their stocks in the market is too low and does not reflect their true value. One strategy a company might undertake to improve or increase their stock price is reverse stock split. By undertaking reverse stock split, a company can instantly boost the price of its stocks with the consequence of decreasing the total amount of shares. Reverse stock split is actually just a corporate action which combines several shares into just one share, effectively reducing the total number of shares. In theory, reverse stock split should not have any impact on a company's stock return. Reverse stock split does not alter the fundamental value of a company. Therefore, the equity value of that firm remains the same. Reverse stock split is basically just a cosmetic action, which have no impact on a company's true value. In finance, there is a proposition that there are information contents in reverse stock split. Some people think that the action contains signal from management concerning the company's future prospects. This information is then captured by investors. Investors then use that information to make revaluation of that company. This research is trying to observe whether reverse stock split in Indonesian capital market actually has information content or not. Moreover, this research is intending to discover whether stocks that experienced reverse stock split exhibit significant abnormal return. If reverse stock split really contains information, there should be a variation in the company's stock return. This research is also trying to find out whether there is an alteration in the stock's liquidity after reverse stock split. This research will use event study methodology, since it is commonly used to observe the impact of an economic event on stocks trading and is widely regarded as an accurate tool to measure the impact. The research samples are stocks that experienced reverse stock split in the period of 2003-2005. Estimation period is 200 bourse days and event period starts from 10 days before event day until 10 days after event. Based on the research results, there are several conclusions that can be inferred. Firstly, on aggregate, there is no significant abnormal return on a stock following a reverse stock split. There is also no significant abnormal return from the individual stock following a reverse stock split. Secondly, there is no significant change in abnormal return after a reverse stock split compared to before reverse stock split. The third conclusion is that, based on test of average Trading Volume Activity (TVA) before and after the reverse stock split, there is a reduction in average Trading Volume Activity after reverse stock split. There are significant increases of TVA in t-9 and t-4 before reverse stock split. And there is only one significant increase of TVA after reverse stock split, which occur in t+3."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23064
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mohammad Iqbal
"Banyak penelitian yang dilakukan untuk menguji karakteristik pasar BEJ. Utama (1992), meneliti efisiensi pasar dalam bentuk lemah di BEJ dengan menggunakan data harian dari Indeks Harga Saham Gabungan selama dua tahun. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Bursa Efek Jakarta tidak efisien dalam bentuk lemah karena temyata perubahan indeks harga saham tidak independen. Artinya, indeks harga saham masa lalu dapat digunakan untuk memprediksikan indeks harga masa depan.
Husnan (1993), melakukan penelitian tentang pengaruh pengumuman emisi saham baru oleh perusahaan terhadap perubahan harga sekuritas. Hasilnya menunjukkan bahwa harga sekuritas di BEJ belum bisa mencerminkan informasi tersebut. Husnan, Hanafi dan Wibowo (1996), melakukan penelitian tentang pengaruh pengumuman laporan keuangan terhadap kegiatan perdagangan dan variabilitas tingkat return. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa laporan keuangan memberikan sedikit dampak terhadap kegiatan perdagangan. Kegiatan perdagangan di BEJ sebelum dan sesudah pengumuman laporan keuangan menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sedangkan pengaruh pengumuman laporan keuangan terhadap variabilitas tingkat return ternyata tidak signifikan.
Suatu pasar didefinisikan tidak efisien karena asumsi-asumsi yang mendukung efisiensi pasar tidak terpenuhi. Reilly (1989), asumsi yang memungkinkan terj adinya pasar modal yang efisien adalah (1) terdapat banyak peserta dengan tujuan memaksimumkan laba dan (2) informasi baru diterima pasar secara random dan timbulnya informasi tersebut secara umum independen satu sama lain. Dari asumsi - asumsi tersebut dapat diimplikasikan bahwa pasar yang efisien memerlukan tingkat likuiditas yang dinyatakan dengan jumlah transaksi perdagangan yang cukup tinggi.
Semakin banyak transaksi perdagangan oleh banyak investor akan menyebabkan penyesuaian harga yang lebih cepat. Hal ini didukung oleh penelitian Lawrence Fisher yaitu terdapat korelasi positif antara perubahan harga saham dengan volume transaksi, dimana saham dengan volume transaksi rendah rnenyebabkan proses penyesuaian harga tidak berjalan dengan cepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara varian return saham dengan tingkat likuiditas perdagangan di Bursa efek Jakarta selama periode Juli 1999- Juli 2002. Penelitian dilakukan pada semua saham yang beredar yang diwakili dengan IHSG (Indeks Harga saham Gabungan) dan berdasarkan sektornya masing-masing antara lain pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri barang konsumsi, proeprti dan real estate, infrastruktur dan keuangan.
Dengan menggunakan indeks harga saham /portfolio baik gabungan maupun setiap sektor akan ada kekurangan karena tidak semua saham yang beredar itu sering diperdagangkan. Oleh karena itu digunakan indeks LQ 45 sebagai tambahan perhitungan. Indeks LQ 45 ini terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan. Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas saham-saham tersebut mempertimbangkan kapitalisasi pasar.
Adapun variabel yang digunakan antara lain return harga saham, varian return saham, volume dan frekwensi perdagangan, variabel dummy dan hi-low spread (perbedaan indeks harga tertinggi dan terendah pada suatu saham pada waktu t). Semua variabel menggunakan data harian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa varian return saham memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap volume dan frekwensi perdagangan, hanya sektor pertanian dan sektor perdagangan yang tidak signifikan. Akan tetapi, jika volume dan frekwensi perdagangan diregresikan bersamaan estimasi koefisien regresinya tidak konsisten, hanya sektor property yang tetap konsisten. Frekwensi perdagangan memiliki pengaruh lebih besar dari volume perdagangan terhadap varian return saham.
Hasil penelitian ini menyarankan untuk penelitian mendatang antara lain yaitu: (1) volume dan frekwensi perdagangan sebagai variabel endogen, (2) perbedaan kwalitas informasi yang beredar dalam volume perdagangan maupun frekwensi perdagangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Amelia
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberlangsungan survivability status listing perusahaan setelah melakukan aksi korporasi reverse stock split. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2000 ndash; 2015. Keberlangsungan survivability status listing perusahaan dilihat dari pengaruh variabel total asset, ROA, volatilitas pasar, kenaikan harga saham yang dilihat dari return mingguan, periode perdagangan, ex-date return, dan leverage. Metode analisis yang digunakan adalah logistic regression model dengan data cross section.
Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari total asset, ROA, volatilitas pasar, kenaikan harga saham, periode perdagangan, ex-date return, dan leverage terhadap keberlangsungan survivability status listing perusahaan setelah melakukan reverse stock split. Pengaruh yang tidak signifikan dari variabel tersebut kemungkinan disebabkan oleh regulasi dan bentuk pasar efisien. Regulasi dan bentuk pasar efisien menyebabkan perbedaan pandangan mengenai penting atau tidaknya reverse stock split bagi perusahaan untuk menghindari kemungkinan delisting dari Bursa.

The objective of this study is to examine the listing survivability of firms after reverse stock split. This study is using data of listed firms in Indonesian Stock Exchange for the period 2000 ndash 2015. The listing survivability of firms associated with total asset, ROA, market volatility, stock price run up, trading period, ex date return, and leverage. The analysis method used in this study is logistic regression model with cross section data.
This study found that total asset, ROA, market volatility, stock price run up, trading period, ex date return, and leverage doesn rsquo t have a significant effect with survivability of firms after reverse stock split. The regulation and form of market efficiency cause a difference of view about the importance of reverse stock split for a firm to avoid the probability of delisting from stock exchange."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S66544
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lediana Sufina
"Pasar modal merupakan bagian dari pasar financial, yang meghubungkan supply dan demand dana. Sifat khusus dari pasar modal adalah adanya ketidakpastian kualitas produk yang ditawarkan, baik dari segi harga, pembayaran bunga dan deviden. Untuk mengurangi ketidakpastian ini, maka investor perlu informasi yang antara lain didapat dari informasi akuntansi, untuk menilai risiko yang melekat pada investasinya dan juga untuk memperkirakan return yang akan diperoleh dari investasi tersebut.
Informasi akuntansi ini dapat diperoleh dari laporan keuangan, antara lain terdiri neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Earning merupakan pengukuran yang paling dominan di pasar sehingga penelitian tentang keterkaitan antara return dan earning telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Tapi, pada earning dapat menimbulkan informasi yang asimetri antara manajemen dart penanam modal, karena yang membuat pengukuran kinerja adalah manajemen. Manajemen mempunyai kebijaksanaan untuk menentukan akrual dan kebijaksanaan ini dapat saja digunakan untuk memberikan signal terhadap informasi yang sifatnya memanipulasi earning untuk tujuan tertentu. Dengan demikian signal ini, dapat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan laba dalam kinerja perusahaan dengan asumsi manajemen memiliki informasi yang superior mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas.
Untuk menghindari hal ini dapat menggunakan arus kas sebagai alternatif atau informasi tambahan. Tapi arus kas dibatasi oleh masalah timing dan maching, dan masalah ini dapat dihindari apabila jangka waktu penelitian diperpanjang.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara return saham dengan accounting earning dalam hal ini adalah Iaba bersih per lembar saham, serta hubungan antara return dengan arus kas dari aktifitas operasi, arus kas dari aktifitas investasi dan arus kas dari aktifitas pendanaan.
Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang telah tercatat pada Bursa Efek Jakarta sejak tahun 1993, karena dalam penelitian ini mcnggunakan interval waktu penelitian selama 8 tahun. Penelitian ini mcnggunakan model regrei linier, dengan data per lembar saham kemudian diskalakan dengan harga awal. Data diperolch dari Indonesian Capital Market Directory. JSX Montly, JSX Quarter dan Laporan Arus Kas masing-masing perusahaan. Pengujian regresi dilakukan dengan menggunakan pooling data. Sebagai pelengkap dari pengujian ini dilakukan pengujian ekonometrik yaitu uji multikolinieritas uji heterokedastisitas.
Dari hasil pengujian ekonometrik dapat disimpulkan bahwa pada model ini tidak terdapat gejala multikolinieritas dan gejala heterokedastisitas. Konsisten dengan penelitian sebelumnya, maka dari persamaan regresi yang diperoleh, menunjukkan koefisien yang positif untuk earning dan arus kas operasi, dan hubungan yang semakin meningkat seiring dengan meningkatnya interval waktu penelitian. Hal ini berarti semakin besar return yang diterima maka earning dan arus kas operasi akan semakin besar pula.
Tidak terdapat hubungan yang signifikan untuk satu tahun interval, dua tahun dan empat tahun interval antara return dengan arus kas investasi. Sedangkan hubungan yang terjadi untuk satu tahun interval adalah positif 6.3%. Ini artinya apabila terjadi kenaikan return sebesar 1% maka investasi yang dilakukan akan meningkat menjadi 6.3%. Untuk hubungan pada interval dua tahunan dan empat tahunan, adalah negatif yang berarti apabila terjadi kenaikan return untuk jangka waktu dua dan empat tahun, maka investasi yang akan dilakukan akan semakin menurun sebesar 1.1% dan 3.6 %.
Koefisien yang negatif untuk dua tahun interval dan empat tahun interval pengukuran konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Dechow (1 994) begitu juga juga tingkat signifikansi yang tidak signifikan untuk setiap interval waktu pengukuran.
Terdapat hubungan yang signifikan untuk satu dan empat tahun dan hubungan yang tidak signifikan untuk dua tahun interval, dengan tingkat signifikansi untuk satu tahun interval adalah 0.002, 0.201 untuk 4 tahun interval adalah 0.0476. Dui tabel 4.5.3. dapat kita lihat bahwa Pearson Correlation untuk interval satu tahun , interval dua tahun dan empat tahun adalah : 31.1%. 13.0% dan 36.6%. Berarti hubungan antara return dengan arus kas investasi untuk interval 1 tahun mengalami pcnurunan dari 31.1% menjadi 13.0% (interval 2 tahun) dan mengalami naik untuk interval 4 tahun menjadi 36.6%. Hubungan yang terjadi adalah positif, sehingga apabila terdapat kenaikan return yang diterima maka kegiatan untuk pendanaan juga semakin meningkat.
Hubungan return dengan earning, arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan secara bersama-sama untuk satu tahun interval, adalah positif dan hubungan yang paling kuat adalah antara return dengan anus kas operasi (42.7%), kemudian hubungan antara return dengan arus kas pendanaan (31.1%) dan hubungan return dengan earning (17.1%) dan hubungan return dengan arus kas investasi (6.3%). Hal ini berarti menolak hipotesis nol untuk hubungan return dengan earning, arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan , yang berarti memang terdapat hubungan yang positif antara return dengan earning, arus kas operasi, arus kas investasi dan arus kas pendanaan sehingga apabila terjadi kenaikan return maka akan diiringi dengan kenaikan earning, arus kas operasi, arus kaas investasi dan arus kas pendanaan.
Hubungan return dengan earning, arus kas operasi. dan arus kas pendanaan secara bersama-sama untuk dua tahun interval, adalah positif dan hubungan yang paling kuat adalah antara return dengan arus kas operasi (54.7%). kemudian hubungan antara return dengan earning (31.1%) dan hubungan return dengan arus kas pendanaan, sedangkan untuk hubungan return dengan arus kas investasi adalah -1.1%. Hal ini berarti menolak hipotesis nol untuk hubungan return dengan earning, arus kas operasi dan arus kas pendanaan dan ini membuktikan memang terdapat hubungan yang positif antara return saham dengan earning, arus kas operasi dan arus kas pendanaan, tapi untuk hubungan antara return dengan arus kas investasi mempunyai hubungan yang negatif dan ini berarti bahwa semakin besar return yang diterima maka akan semakin kccil arus kas yang akan dikeluarkan untuk investasi.
Berdasarkan uji F, didapat F hitung sebesar 5.284 untuk interval satu tahun dengan tingkat signifikansi .001 yang berarti tebih kecil dari .005 maka model satu tahun, dapat dikatakan bahwa earning satu tahun, arus kas operasi satu tahun, arus kas investasi satu tahun dan arus kas pendanaan satu tahun secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham satu tahun.
Untuk jangka waktu penelitian dua tahun, diperoleh F hitung sebesar 5.904 dengan tingkat signifikansi .001..001 ini lcbih kecil dari .005 maka model dua tahun dikatakan bahwa earning dua tahun, arus kas operasi dua tahun, arus kas investasi dua tahun dan arus kas pendanaan dua tahun secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham dua tahun.
Untuk penelitian empat tahun, diperoteh nilai F hitung sebesar 2.849 dengan tingkat signifikansi .056, maka dapat dikatakan bahwa pada tingkat signifikansi .056 earning empat tahun, arus kas operasi empat tahun, arus kas investasi empat tahun dan arus kas pendanaan empat tahun secara bersama-sama berpengaruh terhadap return saham empat tahun.
Hubungan return dengan earning, arus kas operasi, dan arus kas pendanaan secara bersama-sama untuk empat tahun interval, adalah positif dan hubungan yang paling kuat adalah antara return dengan ants kas operasi (46.6%), kemudian hubungan antara return dengan earning (38.8%) dan hubungan return dengan arus kas pendanaan (36.6%), sedangkan untuk hubungan return dengan arus kas investasi adalah -3.6%. Hal ini berarti menolak hipotesis not untuk hubungan return dengan earning, arcs kas operasi dan terbukti bahwa terdapat hubungan yang positif antara return dengan earning, arus kas operasi dan arus kas pendanaan tapi untuk hubungan antara return dengan ants kas investasi adalah negatif yang berarti apabila return yang diterima lebih besar maka arus kas yang akan dikeluarkan untuk berinvestasi akan semakin kecil.
Berdasarkan data-data di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa arus kas operasi dapat juga digunakan sebagai penentu return, karena sama-sama mempunyai hubungan yang positif dengan earning, terlebih untuk interval jangka pendek (satu dan dua) tahun sebaiknya menggunakan arus kas operasi karena hubungan antara return dengan arus kas operasi lebih besar dari pada hubungan return dengan earning."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pima Vidyaning Tresna
"Penelitian kali ini bertujuan untuk meneliti pengaruh kepemilikan investor asing institusi dan individu terhadap volatilitas imbal hasil saham pada periode satu bulan mendatang. Data pada penelitian kali adalah data bulanan dari kepemilikan investor asing dan domestik yang didapatkan dari database Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Metode penelitian yang digunakan pada penelitian kali ini adalah metode regresi cross-section Fama-Macbeth berdasarkan pada Rhee dan Wang (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan investor asing institusi memberikan pengaruh yang negatif terhadap volatilitas imbal hasil saham pada periode bulan berikutnya. Sementara itu, kepemilikan investor asing individu memberikan pengaruh yang positif terhadap volatilitas imbal hasil saham pada periode bulan berikutnya.
Bentuk perubahan pada setiap bulannya dari kepemilikan investor asing baik institusi maupun individu juga memberikan hasil yang konsisten dengan kepemilikan investor asing institusi dan individu. Hasil penelitian lebih lanjut yang memisahkan kepemilikan investor asing institusi menjadi kepemilikan investor asing institusi finansial dan non-finansial menunjukkan bahwa kepemilikan investor asing institusi non-finansial secara konsisten memberikan pengaruh yang negatif terhadap volatilitas imbal hasil saham pada periode bulan berikutnya. Sementara itu, kepemilikan investor asing institusi finansial memberikan hasil yang beragam.

This research examines the impact of foreign institutional and individual ownership on next month stock return volatility. This research uses monthly data of foreign and domestic ownerships from Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) database. This study employs Fama-Macbeth cross-sectional regression based on Rhee and Wang (2009). The results of this research indicate that foreign institutional ownership lowers future stock return volatility. Meanwhile, foreign individual ownership increases future stock return volatility.
Changes of foreign institutional and individual ownerships also display consistent results with the level of foreign institutional and individual ownerships. Further investigations that separate foreign institutional ownership into foreign financial institutional ownership and non-financial institutional ownership indicate that foreign non-financial institutional ownership consistently lowers future stock return volatility. Meanwhile, foreign financial institutional ownership exhibit mixed results.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T45550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ziffany Firdinal
"Penggabungan Usaha PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) dengan PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS) dapat dikategorikan sebagai aksi backdoor listing BSM dengan mekanisme penggabungan terbalik (reverse merger), dengan kondisi seluruh bank yang melakukan transaksi merupakan pihak terafiliasi. Penelitian ini memfokuskan analisis terhadap Pertama, tidak dilakukannya RUPS Independen BRIS dalam pengambilan keputusan penggabungan usaha; dan Kedua, pemenuhan hak menilai harga saham (appraisal right) oleh BRIS. Penelitian ini menggunakan metode penelitian doktrinal serta bertipologi deskripsis analitis. Dari hasil penelitian diketahui seharusnya RUPS dalam rangka menyetujui Penggabungan Usaha BRIS dilaksanakan dengan tata cara RUPS Independen (kecuali terdapat penetapan Kementerian BUMN bahwa penggabungan adalah dalam rangka restrukturisasi -yang tidak di temukan dalam penjelasan RUPS-). BRIS juga sudah melaksanakan penyelesaian hak menilai harga saham (appraisal right) terhadap pemegang saham yang tidak setuju dengan penggabungan, namun jika dibandingkan dengan pelaksanaan hak yang sama pada aksi korporasi PT Indosat Tbk, PT Telkom (Persero) Tbk, dan PT Bank OCBC NISP Tbk, ditemukan perbedaan dalam penggunaan referensi/dasar harga pembelian, periode pembelian kembali saham, tempo pembayaran, dan Pihak yang melakukan pembelian kembali. Oleh sebab itu perbedaan perlakuan yang diterapkan Perusahaan Terbuka, meski tidak bertentangan dengan aturan terkait, namun dapat menimbulkan ketidakadilan bagi pemegang saham minoritas.

The merger of BRIS with BSM and BNIS can be categorized as a backdoor listing action of BSM with a reverse merger mechanism, and all affiliated parties. This study focuses on the absence of the BRIS Independent GMS in making business merger decisions; and the fulfillment of the appraisal right by BRIS. This study uses doctrinal research methods. From the results of the research, it is known that the GMS to approve the BRIS Merger shall be Independent GMS. BRIS has also carried out the settlement of the appraisal right for shareholders who do not agree with the merger, but when compared to the exercise of the same rights in the corporate action of PT Indosat Tbk, PT Telkom (Persero) Tbk, and PT Bank OCBC NISP Tbk, there are differences in the use of reference/basis for the purchase price, share repurchase period, payment tempo, etc. and the Party that makes the repurchase. Therefore, the difference in treatment applied by Public Companies, although not contrary to related rules, can cause injustice to minority shareholders."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramina Mersiana
"Penelitian ini menyelidiki keberadaan contrarian profit dan sumber-sumber dari profit tersebut pada Bursa Efek Jakarta. Analisa empirisnya menjelaskan tentang dekomposisi dari contrarian profit yang bersumber dari reaksi common factor, overreaction pada firm specific information, dan profit yang tidak berhubungan dengan kedua hal tersebut. Hai ini mengacu pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Jegadesh dan Titman (1995).
Dalam penelitian ini, yang akan diamati adalah: (i) sub-sampel yang diurutkan berdasarkan ukuran yang telah disesuaikan setiap tahunnya, serta (ii) mencari sumber dari penelitian apakah contrarian profit berhubungan dengan musim Januari (January Effect).
Penemuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketika komponen Januari di keluarkan dari penelitian, kontrarian profit di BEJ lebih terpengaruh pada sumber common factor daripada reaksi firm specific overreaction. Hal ini menunjukan adanya reaksi fenomena yang tertunda di BEJ terbatas pada pengaruh komponen januari.
Selain itu, hasil penelitian ini juga menemukan bahwa: (1) Contrarian profit lebih bereaksi terhadap current return. (2) overreaction/ underreaction terhadap firm specific overreaction common factor lebih banyak memberikan kontribusi contrarian profit kepada kelompok saham besar. (3) Kelompok saham besar dilihat dari nilainya yang paling besar menunjukkan bahwa kelompok saham ini undefined terhadap contrarian profit.
Hasil penelitian ini akan lebih kuat apabila peneliti diberikan kesempatan untuk mengembangkan variasi waktu dalam faktor sensitifitas."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Indirawati Subekti
"Skripsi ini mengkaji tentang dasar hukum stock split dan reverse stock split sebagai aksi korporasi di pasar modal Indonesia. Stock split dan reverse stock split merupakan aksi korporasi yang dilakukan perusahaan untuk mengendalikan harga saham dalam meningkatkan perdagangan. Saat ini, peraturan yang ada tersebar secara terpisah dalam UUPT, peraturan BEI, peraturan OJK. Namun, ruang lingkup regulasi masih terbatas dan tidak memberikan klarifikasi tentang persyaratan dan kontrol atas tindakan tersebut. Sementara itu, praktik di Singapura, Hong Kong dan Amerika Serikat memberikan regulasi yang luas tentang pembatasan, serta kontrol yang jelas dari Bursa atas stock split dan reverse stock split. Penelitian ini menerapkan penelitian yuridis normatif yang menggunakan pendekatan perundang-undangan dan komparatif. Setelah membandingkannya dengan peraturan yang setara di Singapura, Hong Kong dan Amerika Serikat, penelitian ini menyimpulkan bahwa Indonesia belum memberikan landasan hukum dan lingkup pengaturan yang memadai mengenai stock split dan reverse stock split. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan lebih lanjut mengenai stock split dan reverse stock split untuk meningkatkan good corporate governance dan memitigasi risiko yang timbul dari praktik stock split dan reverse stock split yang tidak diawasi.

This thesis examines the legal basis for stock split and reverse stock split as corporate actions in Indonesian capital market regulations. Stock split and reverse stock split are corporate actions implemented by companies to control the stock price in improving trading. Currently, the existing regulations are scattered separately in the Company Law, IDX and OJK regulations. However, the scope of regulation is still limited and offers no clarifications on the requirements and control over the actions. Meanwhile, the practice in Singapore, Hong Kong and the United States provided extensive regulations on the limitations, along with clear control of the Exchange over stock split and reverse stock split. The thesis implements a normative juridical research, which uses statutory and comparative approach. After comparing it with equivalent regulation in Singapore, Hong Kong and the United States, the thesis concludes that Indonesia has not provided sufficient legal grounds and scope of regulation on stock split and reverse stock split. Therefore, this thesis recommends that the regulation on stock split and reverse stock split needs improvement in order to enhance good corporate governance and mitigate the risks that comes with unsupervised stock split and reverse stock split practices."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindyo Pramono
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001
332.6 NIN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>