Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83370 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, Vaji Vitrada
"Reksa Dana Terproteksi merupakan turunan produk baru dari Reksa Dana yang merupakan bagian dari Capital Structured Fund yang sedang berkembang di Indonesia. Jumlah Reksa Dana Terproteksi aktif yang tercatat di Bapepam hingga Juni 2006 adalah 31 Reksa Dana.
Dalam perkembangan Reksa Dana Terproteksi yang masih relatif baru di Indonesia, penulis merasa perlu untuk melakukan analisis mengenai kinerja Reksa Dana tersebut untuk menilai apakah investasi dalam instrumen tersebut dapat memberikan hasil (return) yang lebih baik dibandingkan Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Analisis mengenai kinerja Reksa Dana Terproteksi merupakan tahapan yang harus diperhatikan investor sebelum menanamkan modalnya. Salah satu indikator untuk menganalis kinerja Reksa Dana Terproteksi adalah keberhasilan strategi manajer investasi dalam mengelola portfolio Reksa Dana-nya, yang tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB).
DaIam penulisan ini penulis menganalisis kinerja Reksa Dana Terproteksi dengan membandingkan return NAB dan return dari Reksa Dana Pendapatan Tetap, indeks Reksa Dana Pendapatan Tetap, deposito berjangka 1 bulan yang dikeluarkan Bank Swasta sebagai perbandingan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi bagi para investor mengenai kinerja Reksa Dana Terproteksi yang selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi jangka panjang. Diharapkan penulisan ini dapat memberi masukan kepada para investor Reksa Dana mana yang memberikan hasil paling baik dan sebaliknya.
Hasil kinerja Reksa Dana Terproteksi dibandingkan Reksa Dana Pendapatan Tetap periode Oktober 2005 sampai dengan 30 Juni 2006 secara umum belum bisa menunjukkan kinerjanya secara utuh tetapi penulis tetap berusaha apa yang menggambarkan secara akurat dan tepat. Hal ini ditunjukkan dengan kinerja yang menjadi sample dalam penulisan ini cukup performed, baik dengan metode time-weighted maupun dengan pengukuran kinerja Sharpe, Treynor, dan Jensen. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa hasil Reksa Dana Terproteksi yang diteliti dapat dikatakan menguntungkan untuk investasi jangka panjang dengan risiko yang relatif kecil karena dana pokok yang disetor dijamin dengan metode proteksi. Meskipun begini total NAB yang ada belum mencapai masa keemasan pada saat Reksa Dana beberapa waktu Ialu yang mencapai 103 trilyun rupiah.
Dalam penulisan ini terdapat hambatan dengan periode yang relatif pendek karena terbitnya Reksa Dana terproteksi yang barn dimulai Oktober 2005. Kiranya untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan kondisi dengan periode yang lebih panjang dan menggunakan parameter-parameter lain yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja Reksa Dana Terproteksi di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renatha Gunstina
"Menurut laporan BAPEPAM, industri Reksa Dana di Indonesia pada tahun 2002 telah meningkat 21.3%, dari hanya 108 Reksa Dana pada akhir Desember 2001, menjadi 131 Reksa Dana pada akhir Desember 2002. Sementara itu dana kelolaan pada akhir tahun 2002 juga meningkat drastis hingga 300% dibandingkan dengari tahun 2001. Dan peningkatan dana kelolaan tersebut sebesar 80% berasal dan Reksa Dana Obligasi terutama obligasi rekap.
Dengan semakin berkembangnya instrumen Reksa Dana masalah yang dihadapi dari sudut pandang pemodal adalah bagaimana memilih aftematif Reksa Dana yang ada berdasarkan kinerja portofolio. Pertanyaan tentang apakah Manajer Investasi Reksa Dana dapat memberikan perkiraan pengembalian (expected return) di atas rata-rata pada benchmark yang tepat adalah isu yang relevan bagi investor. Karena pengukuran kinerja Reksa Dana merupakan perihal pokok yang dibahas dalam penelitian ini.
Jensen (1968) melahirkan suatu model yang mengukur kinerja portofolio dengan memperhitungkan profil risiko dan imbal hasil (risk adjusted return). Selanjutnya studi yang dilakukan oleh Traynor dan Mazuy (1966) serta Henriksson dan Merton (1981) berusaha merefleksikan kemampuan market timing dan stock selection sehingga diharapkan dapat diketahui saat yang tepat untuk memegang suatu portofolio. Model-model tersebut disebut model tradisional (unconditional) karena tidak memperhitungkan variabel-variabel perubahan kondisi makro ekonomi sebagai dasar pengambilan keputusan perubahan pembobotan dana pada pengukuran kinerja portofolio.
Menurut Ferson dan Warhter (1996) model-model unconditional mengabaikan kenyataan tingginya expected return di pasar modal terutama pada saat perekonomian yang sedang mengalami pemulihan sehingga keputusan Manajer Investasi yang terlihat mampu menghasilkan abnormal return pada masa pemulihan adalah bias. Sehubungan dengan itu Ferson mengembangkan suatu model conditional untuk mengatasi masalah pengukuran kinerja Manajer Investasi yang bias di masa pemulihan ekonomi. Pada model conditional diasumsikan bahwa portofolio yang disusun berdasarkan informasi yang tersedia di masyarakat (public information) tidak dapat dikatakan memiliki informasi yang superior. Manajer Investasi yang mampu secara tepat menggunakan lebih banyak informasi dibandingkan dengan yang tersebar di publik, dikatakan memiliki kemampuan superior sehingga diharapkan menghasilkan abnormal performance (Curley & Bear, 1979).
Dalam penelitian ini penulis mengkaji model pengukuran kinerja portofolio pendapatan tetap di Indonesia. Dengan menerapkan model unconditional (single factor dan multiple factor) dan conditional (single factor dan multiple factor), ingin diketahui model manakah yang lebih mampu menjelaskan kemampuan superior Manager Investasi. Kemampuan Manajer Investasi pada portofolio pendapatan tetap yang dinamis dapat diukur dari besamya R-squared (R2) dan kecilnya standard error (S.E) regresi.
Penulis juga menilai pengaruh indikator makro ekonomi terhadap pengukuran kinerja portofolio. Tiga indikator makro ekonomi yang digunakan yaitu laju inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, dan pertumbuhan uang beredar. Selain itu penulis juga menguji keberartian spread yield rating dan term spread yield claim pengukuran kinerja portofolio Reksa Dana Pendapatan Tetap di Indonesia.
Dan hasil penelitian diperoleh bahwa S.E regresi dan sum of squared residual (SSR) versi conditional untuk semua model, lebih besar dibandingkan S.E. regresi dan SSR versi unconditional. Dan secara statistik dengan uji beda dua varian terbukti bahwa bias model unconditional lebih besar dibandingkan bias model conditional. Secara empiris terlihat bahwa R2 conditional untuk model Jensen, model Treynor-Mazuy, dan model Tiga Faktor lebih besar dibandingkan R2 unconditional. Ini merupakan indikasi bahwa indikator makro ekonomi cocok dikenakan pada model Jensen, model Treynor-Mazuy, dan model Tiga Faktor.
Penelitian ini berhasil mengidentitikasikan bahwa dua indikator makro ekonomi yaitu jumlah uang beredar dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar temyata tidak memiliki keberartian penting secara statistik ketika dikenakan pada model Jensen, model Traynor - Mazuy, dan model Tiga Faktor. Sedangkan untuk indikator laju inflasi adalah signTikan pada tingkat kekeliruan 5% bails pada model Jensen, model Traynor -Mazuy, maupun model Tiga Faktor. Secara empiris hat ini menunjukkan bahwa investor di pasar obligasi secara rata-rata lebih banyak menggunakan informasi laju inflasi dalam membuat keputusan investasi.
Hasil regresi model Tiga Faktor versi unconditional maupun versi conditional antara variabel kelebihan pengembalian portofolio dengan spread yield rating tertinggi dalam investment grade dengan rating terendah dalam investment grade, berkisar antara 0.040130 hingga 0.053475. Ini merupakan indikasi awal bahwa semakin melebar spread yield-nya hingga 100 bp, maka Manajer Investasi memiliki peluang arbitrage sebesar 4.01 bp hingga 5.34 bp untuk meningkatkan kelebihan pengembalian portofolio.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa Manajer investasi telah menjadikan rating sebagai salah satu pertimbangan utama investasi dan menjadi acuan penting dalam penentuan yield yang diharapkan. Spread yield rating di pasar obligasi Indonesia, menunjukkan adanya rasionalitas dan konsistensi Manajer Investasi dalam perdagangan obligasi. Selisih tersebut merupakan premi risiko yang diminta manajemen untuk mengkompensasi risiko yang ditanggung atas investasi.
Parameter antara variabel kelebihan pengembalian portofolio dengan term spread, selisih yield obligasi pemerintah 10 tahun dengan yield obligasi pemerintah 5 tahunan, berkisar antara -0.9261840 hingga -0.631610. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lebar hingga 10 bp term spread obligasi pemerintah jangka panjang dengan jangka pendek, yang merupakan indikator semakin besamya opportunity cost dari penghindaran pajak, maka kemampuan manajer untuk menghasilkan abnormal return menurun sebesar 6.31 bp hingga 9.26 bp.
Hubungan negatif antara variabel kelebihan pengembalian portofolio dengan term spread dapat dijelaskan bila dilihat dari nisi perpajakan. Peneliti melihat adanya kecenderungan Reksa Dana yang melebur setelah mencapai usia 5 tahun karena adanya fasilitas pembebasan pajak jika usia Reksa Dana kurang dari 5 tahun. Spread yield antara yield obligasi pemerintah jangka panjang dengan yield obligasi pemerintah jangka pendek sesungguhnya merupakan opportunity cost yang dihadapi oleh Manajer Investasi karena mefakukan kebijakan penghindaran pajak. Dapat dinyatakan bahwa semakin lebar term spread obligasi pemerintah jangka panjang dengan jangka pendek maka kemampuan manajer untuk menghasilkan abnormal return menjadi semakin mengecil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Julita Minangsari
"Reksa Dana adalah Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang merupakan wadah menghimpun dana masyarakat secara kolektif untuk selanjutnya diinvestasikan dalam saham, efek hutang, maupun pasar uang oleh Manajer Investasi.
Pada periode Januari 2003 - Februari 2005 reksa dana pendapatan tetap mengalami pertumbuhan yang sangat pesat , hat ini disebabkan oleh reksa dana dapat memberikan imbal hasiI atau return di atas rata-rata tingkat suku bunga deposito. Pertumbuhan reksa dana yang cepat tidak hanya disebabkan oleh return tadi, tetapi juga disebabkan oleh Bank yang berperan sebagai agen penjual reksa dana sehingga nasabah bank banyak yang menjadi investor baru di industri reksa dana.
Kondisi yang sangat menguntungkan bagi investor tadi temyata tidak selamanya, kehandalan para Manajer Investasi teruji dengan berbagai kondisi makro ekonomi yang dialami oleh Indonesia yang ditandai dengan naiknya tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, Suku Bunga The Fed (Federal Reserve USA), harga Minyak dunia yang mendorong Pemerintah untuk rnenaikkan harga BBM untuk mengurangi beban subsidi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS yang terns merosot, aksi penjualan unit reksa dana yang mulai menimbulkan kepanikan di kalangan investor diawal Maret 2005.
Hal tersebut mengakibatkan tekanan terhadap reksa dana pendapatan tetap yang banyak ditempatkan dalam obligasi sehingga pasar obligasi mengalami over supply sehinga menekan harga obligasi menjadi semakin turun. Dan sebagai dampak akhimya adalah NAB turun dan apabila investor melakukan pencairan akan mengurangi nilai pokok awal dari dana yang diinvetasikan. Investor banyak yang mengeluhkan nilai pokok awal investasi yang berkurang, hal ini terjadi karena para investor yang tidak memahami dengan jelas risiko produk reksa dana pendapatan tetap tadi dan memiliki anggapan bahwa akan selalu mendapat imbal hasil yang tetap seperti deposito. Kesalah pahaman ini terjadi karena andiI dari agen penjual yang banyak menginformasikan keuntungan yang diperoleh dalam berinvestasi tetapi tidak transparan dalam menjelaskan risiko dalam berinvestasi di reksa dana.
Untuk mengetahui kinerja dari 11 (sebelas) reksa dana yang dipilih dan termasuk kinerja dari Manajer Investasi digunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Dalam melakukan pengukuran kinerja reksa dana dibandingkan dengan kinerja pembanding yaitu indeks obligasi. Kinerja reksa dana yang balk adalah yang memiliki nilai positif dan dapat dianggap layak untuk dipilih untuk investasi jika memiliki nilai diatas kinerja pembanding yang disebut outperformed dan memiliki kinerja yang buruk apabila berada dibawah pembanding yang disebut sebagai underperformed.
Untuk investasi periode 2003-2005, reksa dana Trimegah Dana Tetap memiliki imbal hasil (return) yang paling tinggi sedangkan reksa dana yang memiliki imbal hasil paling rendah adalah Si Dana Obligasi Plus.
Dari hasil pengkuran Sharpe measure untuk periode 2003-2005 tidak terdapat reksa dana yang outperformed . Pengukuran Traynor measure untuk periode 2003-2005 memberi basil atau peringkat yang berbeda dari Sharpe measure, terdapat beberapa reksa dana yang outperformed yaitu Nikko TRON, Nikko Indah Nusantara dan Trimegah Dana Tetap. Dari basil pengukuran Jensen measure untuk periode 2003-2005 reksa dana yang memiliki kinerja outperformed adalah Nikko TRON, Nikko Indah Nusantara. dan Trimegalh Dana Tetap.
Untuk periode Pasca redemption tahun 2005 yaitu dari Januari-Maret 2006 terdapat perbaikan kinerja reksa dana, hal ini banyak didorong oleh mulai menurunnya tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.
Dan basil penulisan karya akhir ini, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat reksa dana yang menunjukkan kinerja yang positf dan terdapat juga reksa dana yang menunjukkan kinerja yang negatif dan berada dibawah nilai pasar.
Untuk dapat menumbuhkan kembali minat para investor untuk berinvestasi dalam reksa dana pendapatan tetap, perlu aturan yang lebih jelas dari BAPEPAM perihal, kode etik dalam menjual reksa dana baik untuk Manajer Investasi maupun untuk Agen Penjual.
Edukasi mengenai risiko dan keuntungan dalam berinvestasi di reksa dana pendapatan tetap perlu disampaikan secara berimbang kepada para investor sehingga keputusan membeli dan menjual dapat dilakukan lebih rasional.

Mutual Fund is Contract of Collective Investment ( KIK) representing basin muster fund socialize collectively is henceforth invested in share, debt effect, and also money market by Investment Manager
At period of January 2003 - February 2005 mutual fund of fixed income to experience of very fast growth , this matter because of mutual fund can give return above average return of deposit rate. The quickly growth of mutual fund which do not only because of mentioned return, but also because of Bank which personating as selling agent of mutual fund so that customer of bank, a lot become new investor in mutual fund industry.
The high return season for investor is not realty forever, Fund Manager were tested with various condition of macro economics experienced by Indonesia which triggered by increasing the interest rate of Certificate Bank Indonesia, interest rate of The Fed ( Federal Reserve of USA), increasing of world oil price pushing Government to increase price of BBM to lessen burden subsidize, exchange rate of Rupiah to US Dollar declined, action of sale of mutual fund which start to generate panicity among investor, early March 2005.
The mentioned result pressure to mutual fund of earnings which remain to a lot of placed in bond so that the bond market tend to face over supply and depress price of bond become progressively descend. And as impact finally is NAB descend and if investors do redemption will lessen fundamental value of principal. Investor do complain towards of decreasing value of principal, this matter was happened because all investor which do not clearly understand about the risk of product and thinking about receiving the stable earning as time deposit. The selling agent contributed to wrong perception of investors where they much more explain about return and do not explain transparently about the risk.
To know about performance of 11 (eleven) mutual fund which has been selected from Investment Manager used the method of Sharpe Measure, Treynor Measure and Jensen Measure. Measuring the performance of mutual fund were compared to Bond Index. Good performance of mutual fund owned positive value and can be assumed competent to be selected for investment if owning value above the comparator performance and called as Outperformed, and if performance is under the comparator called as underperformed .
For investment of period 2003-2005, mutual fund of Trimegah Dana Tetap had the highest return while mutual fund of Si Dana Obligasi Plus had the lowest return.
The result of Sharpe measure for period 2003-2005 showed that there are no mutual fund which had outperformed. Measurement of Treynor measure for period 2003-2005 giving different result from Sharpe measure, there are some mutual fund which outperformed are Nikko TRON, Nikko Indah Nusantara and Trimegah Dana Tetap_ From result of measurement Jensen measure for period 2003-2005 mutual fund which outperformed are Nikko TRON, Nikko Indah Nusantara, and Trimegah Dana Tetap.
For period of post redemption 2005 that is from Januari-Maret 2006, there is increasing of performance mutual fund, it is pushed by decreasing of interest rate SBI.
This writing concluded that there are mutual fund showing positive performance and there are also mutual fund showing negative performance and below market value.
To grow the enthusiasm of investment in mutual fund of fixed income, BAPEPAM must act to clear the code of ethic in selling mutual fund to Investment Manager and also to the Seller Agent. Educating about risk and return in balance will help the investor to make rational decision for investment.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T19691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vini Astriani
"Perkembangan pasar modal menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk menanamkan modalnya di bursa. Namun untuk dapat berinvestasi secara langsung, ada beberapa kendala yang dihadapi para investor. Kendala tersebut biasanya meliputi keterbatasan pengetahuan, informasi dan waktu. Salah satu alternatif instrumen keuangan yang dapat menjadi solusi atas kendala tersebut adalah reksa dana. Reksa dana merupakan wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal yang kemudian diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Belakangan ini, reksa dana mulai menerapkan prinsip syariah dalam sistem operasionalnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kinerja reksa dana syariah dengan reksa dana konvensional periode 2009-2011 dengan menggunakan metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Serta menggunakan metode baru yaitu DEA dan RAR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, kinerja reksa dana syariah lebih baik dibandingkan reksa dana konvensional. Lalu, jika dibandingkan berdasarkan masing-masing manajer investasi, dari 3 manajer investasi yang diteliti 2 diantaranya menunjukkan bahwa kinerja reksa dana konvensionalnya lebih baik dibandingkan reksa dana syariahnya. Namun setelah dilakukan pengujian secara statistik dengan mengunakan pengujian independent sample t-test diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja Reksa Dana syariah dengan konvensional.

The development of the capital market sucessfully attracted many investors to invest. But to invest directly, there are several obstacles faced by investors. These constraints include a limited knowledge, information and time. An alternative of financial instruments that could be a solution is Mutual Funds. Mutual funds is an instrument used to collect funds from investor and then invested in a portfolio of securities by investment managers. Lately, mutual funds began to apply the principles of sharia.
The purpose of this research is to analyze the comparison between the performance of sharia mutual funds and conventional from 2009 to 2011 measures by Sharpe, Treynor and Jensen. Then by new method, there are Data Envelopment Analysis and Risk Adjusted Return.
The result showed that overall, islamic mutual fund performance is better than conventional. And then, when compared by each investment managers, from 3 investment managers, 2 of them showed that conventional mutual funds performance was higher than sharia mutual funds. However, proved by independent sample t-test, the result showed that there was no significant difference between the performance of islamic mutual funds and conventional.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S44596
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pardomuan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap Indonesia dan melihat pengaruh variabel makro serta total aktiva bersih terhadap kinerja Reksa Dana. Untuk menjawab tujuan tersebut, tesis ini menggunakan data (1) Reksa Dana Pendapatan Tetap Indonesia (2) data Nilai Aktiva Bersih per Unit dan Total Aktiva Bersih Reksa Dana dari BAPEPAM (3) data Variabel Makro dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik periode tahun 2001 sampai dengan tahun 2004.
Mengukur kinerja Reksa Dana pada penelitian ini menggunakan model yang telah dikembangkan oleh Jensen (1968). Pada model Jensen kinerja Reksa Dana diukur melalui intersep dari hasil regresi antara kelebihan pengembalian portofolio sebagai variabel tidak bebas dan kelebihan pengembalian pasar sebagai variabel bebas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya bond selection dan market timing ability maka digunakan model yang dikembangkan oleh Henriksson dan Merton (1981). Bond selection ability merupakan ukuran kemampuan manajer portofolio dalam memilih sekuritas yang tepat, sedangkan market timing ability merupakan ukuran kemampuan manajer portofolio untuk mengubah-ubah portofolionya pada saat yang tepat. Pengaruh Variabel Makro dan Total Aktiva Bersih terhadap kinerja Reksa Dana menggunakan regresi berganda. Variabel Makro yang diuji adalah indeks obligasi, tingkat inflasi, kurs rupiah terhadap dolar AS, suku bunga BI, dan jumlah uang beredar.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Reksa Dana yang diobservasi tidak memberikan kinerja yang lebih baik daripada kinerja pasar sebagai pembandingnya. Kinerja Reksa Dana yang tidak lebih baik dari kinerja pasar disebabkan ketidakmampuan manajer portofolio dalam memilih sekuritasyang tepat (bond selection ability) dan pada saat yang tepat (market timing ability). Variabel Makro dan Total Aktiva Bersih memberikan pengaruh terhadap kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap. Kinerja Reksa Dana dipengaruhi secara signifikan positif oleh indeks obligasi, kurs rupiah terhadap dolar AS, dan total aktiva bersih, sedangkan tingkat inflasi, suku bunga BI, dan jumlah uang beredar berpengaruh signifikan negative.

This research aim to evaluate performance of Indonesian Fixed Income Fund and see influence of macro variables and also totalizes net asset to performance of Mutual Fund. To answer the target, this thesis use data (1) Indonesia Mutual Fund Earnings Remain (2) Net Asset Value data per Unit and Total Net Asset of Mutual Fund of BAPEPAM (3) Macro Variables data of Indonesian Bank and Statistical Biro Center in period of year 2001 up to year 2004.
Measuring performance of Mutual Fund at this research use model which have been developed by Jensen (1968). At model of Jensen performance of Mutual Fund measured to through intercept from result of regression between excess of return of portfolio as dependent variable and excess of return of market as dependent variable. To know there is or not of selection bond and of market ability timing ability used model developed by Henriksson and of Merton (1981). Bond Selection ability represent size measure ability of manager portfolio in chosen correct securities, while market liming ability representing size measure ability of manager of portfolio for its changing at the right time. Influence of Total and Macro Variable of Net Asset to performance of Mutual Fund uses multiple regressions. Macro Variables of examinee obligation index, inflation rate, Rupiah rate to US dollar, rate of interest BI, and money supply amount.
Result of research the obtained is that Mutual Fund which is observation do not give performance which better than market performance as its comparator. Performance of Mutual Fund which not more either from market performance caused disability of portfolio manager in chosen the precise ability securities (bond selection ability) at the time of is correct (market timing ability). Total Net Asset and Macro Variables give of influence to performance of Fixed Income Fund_ Performance of Mutual Fund influenced significant positive by obligation index, Rupiah rate to US dollar, and total net asset, while inflation rate, rate of interest BI, and money supply amount have an effect on negative significant.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T18861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Elrieta
"ABSTRAK
Banyak cara berinvestasi untuk meningkatkan nilai uang yang dimiliki. Saat ini banyak para ahli yang menuangkan pikirannya ke dalam buku-buku untuk mengajarkan trik-trik memilih investasi. Ada Deposito, saham,obligasi, kurs, bahkan asuransi dan instrumen lainnya yang menawarkan banyak keuntungan. Reksa Dana boleh jadi merupakan gabungan dari banyak cara investasi. Karena dengan Reksa Dana investor bisa bermain pada instrumen pasar uang sekaligus pada efek ekuitas atau efek hutang. Yang kemudian dipertanyakan oleh investor adalah bagaimana investasinya di Reksa Dana jika suku bunga perbankan cenderung turun? Apakah saat kcmdisi seperti itu memang benar kinerja Reksa Dana Pendapatan Tetap bagus (return tinggi dengan risiko kecil) serta bagaimana jika investor ingin tetap 'bermain' di efek ekuitas7 Apakah benar kinerja Reksa Dana Saham buruk dan dia tidak dapat menikmati return yang tinggi (walaupun risiko lebih besar).
Ada tiga periode yang diobservasi penulis untuk membandingkan kondisi-kondisi yang berbeda. Saat krisis ekonomi melanda Indonesia, dimana hampir semua instrumen investasi tidak dapat meraih return yang baik. Periode 1998-2002 dipilih karena dengan demikian terbukti Reksa Dana yang mampu bertahan selama lima tahun sudah teruji kehandalannya, apalagi selain itu pilihan pengambilan 20 Reksa Dana terbak (dibatasi hanya 10 Reksa Dana masing-masing dari Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Reksa Dana Saham) adalah berdasarkan juga pada Reksa Dana yang memiliki Unit Penyertaan yang beredar terbanyak di masyarakat. Periode 1998-1999 penulis berasumsi dampak krisis ekonomi masih sangat terasa. Sedangkan pada periode 2000-2002 penulis mengasumsi dampak krisis ekonomi sudah banyak berkurang (walaupun masih ada). Penulis ingin melihat bagaimana kinerja Reksa Dana - Reksa Dana yang terbaik (Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Reksa Dana Saham) selama tiga periode tersebut.
Adapun yang menjadi pengukuran kinerja Reksa Dana ini adalah metode Sharpe, Treynor, Jensen (Alpha) dan Appraisal Ratio. Setelah rasio keempat pengukuran ini didapat maka untuk pengukuran kineija apakah buruk atau tidak, akan dibandingkan dengan benchmark-nya yaitu kinerja pasamya (menggunakan keempat pengukuran juga). Jika outperformed terhadap pasar berarti Reksa Dana tersebut baik sedangkan sebaliknya jika underperformed berarti buruk.
Untuk menjawab apakah saat instrumen efek hutang bagus, investor masih dapat berinvestasi pada Reksa Dana Saham, penulis juga menelitinya. Caranya dengan membuat portofolio baru, gabungan antara Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Reksa Dana Saham. Reksa Dana gabungan berasal dari Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Reksa Dana Saham yang memiliki kineija yang terbaik, dimana diambil tiga Reksa Dana dari sepuluh Reksa Dana pilihan. Dengan portofolio baru maka akan didapatkan bobot optimal dari Reksa Dana- Reksa Dana terbaik tersebut yang diharapkan dapat meningkatkan return dengan risiko tertentu atau meminimalkan risiko dengan return tertentu.
Hasil yang didapat penulis, temyata dampak krisis ekonomi sungguh besar, bahkan sampai akhir tahun observasi. Hal ini dapat terlihat pada periode 1998-2002, dimana kiner:ia seluruh Reksa Dana tidak ada yang baik (underperformed terhadap kineija pasamya) baik
untuk Reksa Dana Pendapatan Tetap maupun Reksa Dana Saham. Padahal pada periode 2000- 2002 sudah ada Reksa Dana. yang baik, tetapi karena pada periode l998-1999, kinerja reksa Dana buruk sekali maka keseluruhan masa observasi (1998-2002) menjadi buruk.
Pembentukan portofolio baru dari Reksa Dana- Reksa Dana yang digabungkan, untuk periode keseluruhan 1998-2002 dan periode 1998-1999 memiliki reward to variability yang negatif, karena riskfree pada kedua periode tersebut lebih besar dibandingkan return-return Reksa Dana yang didiversifikasikan (Efficient Frontier). Sehingga komposisi atau bobot yang terbentuk akan menghasilkan return yang rendah dimana kinerjanya akan lebih buruk dibandingkan kinerja Reksa Dana-Reksa Dana sebelum digabungkan.
Pada pembahasan portofolio baru hasil penggabungan Reksa Dana-Reksa Dana untuk periode 2000-2002, ternyata bobot hasil perhitungan untuk Keksa Dana Saham 0%. Dengan reward to variability atau slope Capital Allocation Line 0.9464 didapatkan komposisi portofolio baru tersebut adalah Reksa Dana Indovest Dana Obligasi 96.31% dan Nikko Obligasi Nusantara 3.69% dengan return 1.41 %, standar deviasi 0.2% menghasilkan kinerja portofolio yang mengalahkan (outperformed) kinerja pasarnya. Basil portofolio baru ini juga menunjukkan kinerja dan return yang lebih baik dibandingkan Reksa Dana sebelum pembentukan. Hal ini membuktikan bahwa dengan pembentukan atau penggabungan Reksa Dana baru, dimungkinkan untuk mendapatkan hasil (return) yang lebih baik daripada jika berinvestasi pada salah satu Reksa Dana saja.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanjung, Fadillah Indra, Author
"ABSTRAK
Seiring perkembangan dunia investasi pada saat ini, semakin banyak pilihan instumen investasi di luar tabungan dan deposito yang juga menarik untuk dipilih. Walaupun memiliki resiko yang lebih tinggi, namun risiko terse but cenderung dapat dikelola dan instrumen yang bersangkutan menjanjikan tingkat pengembalian yang lebih baik dibanding tabungan dan deposito.
Reksa dana merupaka salah satu instrumen investasi yang saat ini menarik untuk dipilih. Jumlah produknya terus bertambah, dan nilai Nilai Akiva Bersih nya juga terus meningkat secara progresif dari waktu ke waktu. Data dari Bapepam menunjukkan hingga akhir tahun 2004 adalah 175 reksa dana. Dari jumlah tersebu 74 diantaranya adalah Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT). Fakta tersebut menunjukkan bahwa RDPT adalah salah satu jenis reksa dana yang berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.
Lebih jauh lagi, lewat penelitian ini penulis ingin mencoba untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan analisis kinetrja untuk membuktikan apakah instrumen Reksa Dana Pendapatan Tetap memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding dengan instrumen investasi yang lain. Dengan perkembangan RPDT yang cukup mengesankan tersebut penulis merasa perlu adanya analisis mengenai kinetrja reksa dana untuk menilai apakah investasi dalam instrumen tersebut dapat menghasilkan imbal hasil (return) yang lebih baik dibandingkan investasi pada instrumen lainnya.
Analisis mengenai kinerja reksa dana khususnya reksa dana pendapatan tetap merupakan tahapan penting yang harus diperhatikan masyarakat pemodal atau investor sebelum menanmkan modalnya dalam instrumen tersebut. Salah satu indikator untuk menganalisis kinetja reksadana Pendapatan Tetap adalah keberhasilan strategi manajer investasi dalam mengelola portofolio reksa dananya, yang tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB).
Analisis kinetja reksadana pendapatan tetap dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara return NAB dan return pembandingnya, yaitu indeks obligasi yang datanya diambil dari Bank Indonesia.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada para investor dalam melakukan keputusan berinvestasi, khususnya untuk melihat lebih jauh kinerja setiap reksa dana pendapatan tetap. Tolak ukur kinetja Reksa Dana Pendapatan Tetap dalam hal ini adalah tingkat pengembalian yang lebih tinggi.
Untuk menilai tingkat signi:fikansi perbedaan kinetja reksa dana dan pembanding dilakukan uji hipotesis menggunakan uij Beda Dua Rata - rata. Hasil uji hipotesis menunjukkan perbedaan tersebut tidak: signiflkan pada level 5% artinya return reksa dana pendapatan tetap tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan return pembandingnya pada tingkat uji signifikansi 5%.
Hasil kinerja reksa dana pendapatan tetap periode 1999 - 2002 secara umum tidak begitu baik apabila dibandingkan dengan return indeks obligasi. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kinetja reksa dana yang underperformed terhadap kineja pembandingnya, baik untuk pengukuran return maupun pengukuran kinetja sharpe, treynor, Jensen. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar RDPT kurang menguntungkan untuk investasi jangka panjang.
Dalam penelitian ini terdapat kondisi yang abnormal dan pengtlkuran kinerja reksa dana hanya sebatas penggunaan metode sharpe, treynor, jensen. Kiranya untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pada kondisi yang normal dan menggunakan paramater - parameter lain yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja reksa dana di Indonesia"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Izudin
"ABSTRAK
Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang saat ini sedang berkembang sejalan dengan pertumbuhan pasar modal di Indonesia. Jumlah reksadana tercatat di Bapepam hingga akhir tahua 2002 adalah 131 reksa dana. Dari jumlah tersebut 61 diantaranya adalah Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT). RDPT adalah jenis reksa dana yang paling berkembang di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini.
Dengan perkembangan RDPT yang cukup mengesankan tersebut penulis merasa perlu adanya analisis mengenai kinerja reksa dana untuk menilai apakah investasi dalam instrument tersebut dapat menghasilkan imbal basil (return) yang lebih baik dibandingkan investasi pada instrumen lainnya.
Analisis mengenai kinerja reksa dana khususnya reksa dana pendapatan tetap merupakan tahapan penting yang harus diperhatikan para masyarakat pemodal atau investor sebelum menanamkan modalnya dalam instrumen tersebut. Salah satu indikator untuk menganalisis kinerja reksadana Pendapatan Tetap adalah keberhasilan strategi manajer investasi dalam mengelola portfolio reksadananya, yang tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB).
Dalam penelitian ini penulis menganalisis kinerja reksadana pendapatan tetap dengan membandingkan antara return NAB dan return pembandingnya, yaitu indeks obligasi dan deposito 1-bulan pada bank swasta nasional, baik dari return tanpa mempertimbangkan faktor
risiko (investment return measures) maupun dengan mempertimbangkan faktor risiko (riskadjusted measures).
Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan informasi bagi para investor mengenai kinerja setiap reksa dana pendapatan tetap yang selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambi!an keputusan investasi jangka panjang. Diharapkan basil penelitian ini dapat memberi indikasi kepada para investor tentang reksa dana mana yang memberikan im.bal hasil paling baik dan sebaliknya.
Untuk menilai tingkat signifikansi perbedaan kinerja reksa dam dan pembanding, dilakukan uji hipotesis menggunakan uji Beda Dua Rata-rata. Hasil uji hipotesis menunjukkan perbedaan tersebut tidak signifikan pada level 5%, artinya return reksa dana pendapatan tetap tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan return pembandingnya pada tingkat uji signifikansi 5%.
Hasil kinerja reksa dana pendapatan tetap periode 1999-2002 secara umum tidak begitu baik apabila dibandingkan dengan return indeks obligasi maupun return deposito. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kinerja reksa dana yang undcrpel:formed terhadap kinerja kedua pembandingnya tersebut, baik untuk pengukuran return walaupun pengukuran kinerja sharpe, treynor dan jensen. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar RDPT kurang menguntungkan untuk investasi jangka panjang. Dari buruknya sebagian besar reksa dana tersebut terdapat beberapa RDPT yang cukup menguntungkan untuk investasi diantaranya Indovest Dana Obligasi, Nikko Obligasi Nusantara, dan Dana Megah Pendapatan Tetap.
Dalam penelitian ini terdapat kondisi yang abnormal dan pengukuran kinerja reksa dana hanya sebatas penggunaan metode sharpe, treynor, dan jensen. Kiranya untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pada kondisi yang normal dan menggunakan parameter-parameter lain yang dapat digunakan untuk mengukur k.inerja reksa dana di Indonesia.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagaol, Frans A.
"Perkembangan Reksa Dana dalam kurun waktu tiga tahun terakhir mendapat perhatian dari berbagai pihak seiring dengan pertumbuhannya yang sangat pesat dengan total dana kelolaan melebihi Rp. 110 triliun hingga akhir bulan Januari 2005 di Indonesia. Beberapa pemicu pertumbuhan Reksa Dana diantaranya adalah pembebasan pajak atas investasi pada Reksa Dana, penurunan bunga deposito, potensi pengembalian kembali dari produk Reksa Dana dan kemungkinan dicabutnya program penjaminan deposito oleh pemerintah.
Faktor pembebasan pajak terhadap pendapatan Reksa Dana lebih ditujukan untuk mendukung pertumbuhan Reksa Dana sebagai salah intrumen investasi dan pembelajaran kepada masyarakat agar menjadi investor yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di masa depan. Karena karakteristik masyarakat yang masih cenderung untuk menabung kurang dapat membantu pertumbuhan ekonomi, khususnya pertumbuhan sektor.
Perlakuan dispensasi pajak atas Reksa Dana sangat memberikan keuntungan yang cukup signifikan dari segi tingkat pengembalian, khususnya pada Reksa Dana Pendapatan Tetap.
Setelah beberapa tahun melihat pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia, pemerintah berencana untuk mengenakan pajak terhadap Reksa Dana. Rencana pemerintah tersebut pun mendapat tanggapan dari beberapa pihak. Beberapa anggapan yang berkembangpun menjadi pusat perhatian sebagai pertimbangan untuk melihat seberapa besar potensial pajak yang dapat diperoleh dari pengenaan pajak atas Reksa Dana, seberapa besar pengenaan pajak tersebut dapat mempengaruhi perkembangan Reksa Dana.
Setelah melakukan penelitian menggunakan data-data yang tersedia dengan melihat perkembangan Reksa Dana dan asumsi-asumsi yang digunakan, rencana pemerintah untuk mengenakan pajak atas return Reksa Dana belum tentu mengganggu perkembangan Reksa Dana yang telah menjadi salah satu raksasa kecil di setor keuangan. Tetapi memang dalam mengenakan pajak atas Reksa Dana harus ditetapkan berdasarkan pergerakan pasar dengan mempertimbangkan tingkat return yang sesuai dengan risiko yang hadapi.
Penerimaan pajak atas Reksa Dana Pendapatan Tetap tidak terlalu signifikan dalam memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak dari PPh pajak atas Bunga Depositol Tabungan, yaitu sebesar 10,97% setelah memperhitungkan kelebihan return yang diterima investor atas risiko investasi. Tetapi sebagai tahap pembelajaran masyarakan yang masih didominasi oleh penabung (deposan) untuk menjadi investor, rencana pengenaan pajak atas Reksa Dana tidak akan terlalu mengganggu pertumbuhan Reksa Dana ke depannya dengan terus mengedukasi masyarakat dalam memilih instrumen investasi yang ada."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18466
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suot, Ronald Carolus Lasut Sahelangi
"For over more than a decade, the mutual funds industry in Indonesia showed its dynamic development. Thanks to the advantage of small-amount investment characteristic, this investment product had reached brooader scope of sicety as its investors, compared to the conventional type of investment tools such as equities and bonds. As a stock-based instrument, equity funds offers the highest expected return, complied with greater risk for the bearer. This type of investment is a great deal for aggressive investors that is looking for highest benefit from the market. This study uses Data Envelopment Analysis (DEA) and the Malmquist Index method to measure the relative efficiency of equity funds in Indonesia, as well as the productivity change for the 2004-2006 period. The result shows that for the period observed there has been an increase of the productivity change for equity funds in Indonesia. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>