Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191313 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gaga Irawan Nugraha
"Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler (PKV) di Indonesia terus meningkat dan tahun ke tahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986, kematian yang disebabkan oleh PKV adalah 9,7% dan pada SKRT tahun 1992 angka ini meningkat menjadi 16,4% , kemudian pada SKRT tahun 1995 menjadi 24,2% (Departemen Kesehatan RI, 1997; Departemen Kesehatan RI, 1994).
PKV yang utama adalah penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh terbentuknya plak aterosklerotik pada arteri koronaria. Etiologi aterosklerosis bersifat multifaktorial dengan faktor risiko utama adalah dislipidemia (Libby, 2001). Dislipidemia ditandai dengan perubahan profil lipid yang berupa (salah satu atau semua) kenaikan kadar kolesterol total (KT), kolesterol low-density lipoproteins (KLDL) dan trigliserida atau penurunan kolesterol high-density lipoproteins (K-HDL). Sedangkan rasio K-LDL/K-HDL lebih dari 5 dapat meningkatkan risiko PKV (Tribble dan Krauss, 2001; Semiardji, 2000; Konsensus Nasional Pengelolaan Dislipidemia Indonesia, 1995).
Apolipoprotein A-I (apo A-I) merupakan protein utama HDL. Berdasarkan penelitian epidemologis apo A-I mempunyai korelasi negatif terhadap PKV. Oleh sebab itu apo A-I bersama K-HDL digunakan sebagai parameter yang bersifat protektif terhadap risiko terjadinya PKV (Rader, 2003; Walldius dkk, 2001).
Minyak kelapa merupakan minyak yang sejak lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, namun kemudian penggunaan minyak kelapa makin menurun seiring dengan adanya anggapan bahwa minyak kelapa yang mengandung tinggi saturated fatty acid (SAFA; 91%) berbahaya untuk digunakan karena dianggap dapat meningkatkan risiko PKV. Selain itu mulai tahun 1981 industri minyak sawit mulai tumbuh dan berkembang makin pesat di Indonesia (BPS, 2003; Gun, 1984; Setyomidjaja, 1984). Pada saat ini minyak kelapa merupakan minyak yang sulit didapatkan balk di pasar tradisional maupun pasar swalayan. Namun demikian ternyata masih ada masyarakat di Kabupaten Ciamis Sawa Barat yang menjadi perajin minyak kelapa yang hanya menggunakan minyak kelapa untuk memasak sehari-hari.
Berbagai penelitian melaporkan bahwa asupan SAFA yang banyak terdapat pada minyak kelapa terbukti meningkatkan KT dan K-LDL. Namun asupan SAFA juga meningkatkan K-HDL, sehingga rasio KT/K-HDL ataupun K-LDL/ K-HDL menjadi lebih rendah secara bennakna dibandingkan dengan asupan minyak kelapa sawit, atau minyak jagung yang kaya MUFA dan PUFA (Mensink dkk, 2003; Enig, 1996; Sundram, 1994).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada suku Tokelau yang tinggal di kepulauan New Zealand yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan 34% asupan energinya berasal dari kelapa menunjukkan bahwa tidak ada satupun yang menderita dislipidemia dan menderita PKV (Prior dkk, 1981)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arifin Achmad
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan cara: Perubahan gaya hidup dan pola makan pada golongan ekonomi menengah tinggi, dapat menimbulkan penyakit kelebihan gizi antara lain meningkatnya penyakit kronik degeneratif seperti PKV. Penyakit jantung koroner, salah satu dari PKV merupakan manifestasi aterosklerosis di pembuluh darah koroner dan salah satu faktor risikonya adalah dislipidemia. Menurut SKRT 1995, kematian akibat PJK di kota-kota besar lebih tinggi dibandingkan di desa dan di Jawa dan Bali menduduki urutan pertama. Faktor-faktor yang diperkirakan ikut mempengaruhi kadar lipid serum antara lain: umur, jenis kelamin, penyakit seperti diabetes, nefrotik sindrom, penyakit hati obstruktif dan lain-lain, obat penyekat beta dan tiazid, indeks massa tubuh, rasio lingkar perut/lingkar panggul, aktivitas, asupan energi, protein karbohidrat, lemak, serat, kolesterol, pengetahuan gizi, pola makan, perilaku gizi, pendidikan, penghasilan, stres dan genetik. Penelitian ini bertujuan mengetahui profil lipid serum dan faktor-faktor yang berhubungan. Telah dilakukan studi "cross--sectional" pada 90 orang anggota DPR RI pria yang dilantik tahun 1997. Subyek yang dipilih dengancara "simple random sampling" dengancara diundi. Data yang dakumpulkan meliputi karakteristik sosiodemografi, gaya hidup, asupan makanan, antropometri, kadar lipid serum dan gula darah.
Hasil dankesimpulan: Hasil penelitian menunjukkankadar kolesterol total serum yang berbahaya ( ≥ 240 mg%) sebesar 55,6%, kadar kolesterol LDL serum yang berbahaya (≥ 160 mg%) sebesar38,9%, kadar trigliserida serum yang berbahaya (≥ 200 mg%) sebesar 27.7%, dan kadar kolesterol HDL serum yang berbahaya sebesar 1.1%. Analisis bivariat tidak ditemukan hubungan antara profil lipid serum dengan faktor-faktor yang diperkirakan berhubungan. Setelah dilakukan analisis regresi logistik didapatkan hubungan bermakna antara asupan serat dengan kolesterol total, antara lemak total dengan kolesterol LDL dan antara pengetahuan gizi dengan trigliserida. Dengan analisis regresi multipel didapatkan hubungan antara kolesterol total dengan protein hewani, asupan serat dan lemak jenuh, antara HDL dengan protein hewani dan antara trig:liserida dengan aktivitas fisik, pengetahuan gizi, lemak total dan lemak jenuh.

ABSTRACT
Scopes and Methods : Changes in life-style and meal pattern in upper-middle economic class result in diseases caused by over nutrition, such as chronic degenerative diseases, e.g. cardiovascular diseases (CVDs). Coronary heart disease (CHID), one of CVDs. These disease are caused by dyslipidemia which is the risk factor of the atherosclerotic coronary vessels. According to 1995 Household Health Survey, death rate for CM were greater in big cities than in the villages, and Java and Bali were ranked first. Factors that thought may influence serum lipid level are: age; sex; medical conditions like diabetes, nephrotic syndrome, obstructive heart disease, etc.; beta blockers and thiazide; body mass index; waist/hip circumference ratio; level of activity; high intake of energy, protein, carbohydrates, fats, low fibers intake, and cholesterol; knowledge on nutrition; meal pattern; nutritional behavior; education; income; stress; and genetic. Across sectional study has been conducted to see the lipid profile and their related factors on the members of Indonesian House of Representative appointed in 1997. The subjects were selected by random sampling and a lotere. The data collected included sociodemography charactersitics, life style, food intake, anthropometry, and serum lipid and glood glucose levels.
Results and Conclusions: Result of this study showed that hazardous serum total cholesterol level (? 240% mg%) was 55.6%, hazardous serum LDL-cholesterol level (?160 mg%) was 38.9%, hazardous serum triglyseride level (a 200 mg%) was 27.7%, and hazardous serum HDL-cholesterol level was 1.1%. Bivariate analysis found no relationship between serum lipid profile and the suspected related factors. A significant relationship was found with logistic regression analysis between fibers intake and total cholesterol level, total fats and LDL-cholesterol level, and knowledge on nutrition and triglyseride level. Multiple regression analysis showed a relationship between total cholesterol level and animal protein, fiber intake and saturated fats, HDL-cholesterol level and animal protein, and between triglyseride level and physical activity, knowledge on nutrition, total fats, and saturated fats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imron Khazim
"Ruang lingkup dan metodologi: Dislipidemia merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner, sebagai penyebab kematian utama di Indonesia. Penelitian bertujuan menilai hubungan profil lipid dengan umur. tingkat kerja fisik, asupan nutrisi, kebiasaan olahraga dan merokok, indeks massa tubuh (IMT) dan Rasio lingkar perut - lingkar panggul (LPe-LPa). Studi kros-seksional ini mengikutsertakan seluruh tenaga kerja PTE Plumpang. Jakarta Utara sebagai subyek. Data yang dikumpulkan meliputi sosiodemografi, tingkat kerja fisik, tingkat pengetahuan dan sikap tentang pola makan gizi seimbang, kebiasaan makan, kebiasaan olahraga dan merokok, kualitas pola makan, asupan nutrisi metode tanya ulang 3 X 24 jam, IMT, Rasio LPe-LPa, dan kadar fraksi lipid serum.
Hasil: Rata-rata kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida, dan rasio kolesterol total/HDL serum masing-masing adalah 148.3+23.8 mg/dl, 77.2+24.2 mg/dl, 43.2+9.0 mg/dl, 143.3+97.8 mg/dl dan 3.6+0.96. Dijumpai prevalensi hipertrigliseridemia (>200 mg/dl) 12.6 % dan hipokolesteroleinia HDL (<35 mg/dl) 17.7 %. Rata-rata asupan energi dan protein perhari subyek adalah 1841 (1092.3-4060.0) kkal dan 60.9 (30.4-109.0) g. Sedangkan rata-rata proporsi energi yang berasal dari karbohidrat, protein, lemak, asam lemak tak jenuh tunggal (ALTJM), asam lemak tak jenuh majemuk (ALTJM), dan asam lemak jenuh (AU) serta PS ratio masing-masing adalah 63.3+4.9 %, 13.31.9 %. 23.8+4 2 %. 5.2+1.6 % 3.4+0.8 %, 13.6+2.7 %, dan 0.25+0.06. Subyek memiliki rata-rata IMT dan Rasio LPe-LPa 23.97+2.7 dan 0.89+0.05. Dijumpai prevalensi kegemukan (IMT 25.1-27.0) dan obes (IMT > 27) masing-masing 16.5 % dan Rasio LPe-LPa > 0.90 sebesar 51.9 %. Dijumpai korelasi positif bermakna antara IMT dan Rasio LPe-LPa (p<0.01 dan r = 0.632) dan korelasi negatif bennakna antara Rasio LPe-LPa dengan kadar kolesterol HDL (p<0.01 dan r = - 0.336). Berdasarkan analisis regresi logistik berganda binary, Rasio LPe-LPa dan kebiasaan inerokok mempunyai kontribusi sebagai prediktor kadar kolesterol HDL berdasarkan persamaan regresi kadar kolesterol HDL = 0.775 (kebiasaan merokok) + 1.348 (Rasio LPe-LPa) - 4.263.
Kesimpulan: Asupan energi subyek masih di bawah AKG. Proporsi energi yang berasal dari karbohidrat dan ALJ melebihi proporsi yang dianjurkan diet tahap 1 dan 2 NCEP. Terdapat korelasi positif bermakna antara IMT dengan Rasio LPe-LPa dan korelasi negatif bermakna antara Rasio LPe-LPa dengan kadar kolesterol HDL serum. Rasio LPe-LPa dan kebiasaan merokok mempunyai kontribusi sebagai prediktor kadar kolesterol HDL serum.

Scope and method: Dislipidemia is the main risk factors of coronary heart disease that major cause of death in Indonesia. The objective of study to detennaine the relationships between lipid profiles and age, physical work nutrient intakes, sports and smoking habits, body mass index (BMI), and abdominal to hip circumference ratio (AHR). The subject of this cross-sectional study was all PTE Plumpang workers, North Jakarta. Data collected were socio-demography, physical work, knowledges and attitudes of balance nutrition, sports dan smoking habits, nutrient intakes with 3 X 24 hour daily recalls method, BM1, AHR, and the concentration of serum lipid.
Results: The Mean concentration of serum total cholesterol, LDL cholesterol, HDL cholesterol,. triglycerides, and total cholesterolWHDL cholesterol ratio were : 148.3+23.8 mg/dl, 77.2+24.2 mg/dl, 43.2+9.0 mg/dl, 143.33+97.8 mg/dl dan 3.6. +0.96, respectively. The prevalence of hipertriglyceridemia (>200 mg/dl) and hipo-HDL-cholesterolemia (<35 mg/di) were 17.7 and 12.6 %. The median of energy and protein intakes of the subjects werel 841 (1092.3-4060.0) kcal and 60.9 (30.4-109.0) g. The composition of intakes were : 63.3+4.9 %, 13.3+1.9 %, 23.8+4.2 %, 5.2+1.6 %, 3.4+0.8 %, 13.6+2.7 %, and 0.25+0.06 for carbohydrate, protein, fat, MUFA, PUPA, SFA, and PS ratio, respectively. The Mean of BMI and AHR were 23.97+2.7 and 0.89+0.05. The prevalence of overweight (BMI 25.0-27.0) and obesity (BMI > 27.0) were 16.5 % respectively. The prevalence of AHR > 0.90 was 51.9 %. There were significant positive correlations between BM1 and AHR (p<0.01 and r = 0.632) and significant negative correlations between AHR and serum HDL cholesterol concentration (p<0.01 and r = -0.336). Using binary multiple regression model analysis, the prediction formula for serum HDL cholesterol concentration was : 0,775 (smoking habits) + 1.348 (AHR) - 4.263.
Conclution: Energy intakes of subjects were low compared to the RDA. The composition of carbohydrate and SFA of intake were high compared to stage I and II of the NCEP diet recommendation. There were significant positive correlations between BMI and AHR and siginficant negative correlation between AHR and serum HDL cholesterol concentration. AHR and smoking habit were predictor factor of serum HDL cholesterol concentration.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natalia Emmy Luciana
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Di Indonesia kemajuan di bidang teknologi den industri serta perbaikan ekonomi pada masyarakat tertentu, perubahan perilaku dan lingkungan serta meningkatnya umur harapan hidup menyebabkan pergeseran pola penyakit dari penyakit menular ke arah penyakit degeneratif. Data survei kesehatan rumah tangga, 1992 menunjukkan bahwa penyakit infeksi berkurang, tetapi kematian karena penyakit jantung koroner mengalami kenaikan yang nyata. Meningkatnya penyakit jantung koroner erat hubungannya dengan kadar lipid serum yang abnormal, yang merupakan salah satu faktor yang ikut berperan dalam terjadinya aterosklerosis. Faktor-faktor yang diperkirakan ikut mempengaruhi kadar lipid serum yaitu antara lain; jenis kelamin, umur, diabetes melitus, obat penyekat beta dan tiazid, indeks massa tubuh, merokok, alkoholik, asupan energi dan zat gizi serta aktivitas yang erat kaitannya dengan perubahan fisiologis dan patologis manusia. Penelitian ini bertujuan mengetahui profil lipid serum dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Telah dilakukan studi cross sectional pada 121 orang peserta Klub Jantung Koroner di DKI Jakarta. Pada subjek penelitian dilakukan pemeriksaan fisik, laboratoriun dan wawancara terarah meliputi pengetahuan dan perilaku gizi, penyakit yang diderita, kebiasaan minum obat, merokok, alkohol serta faktor makanan.
Hasil dan Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada peserta klub jantung koroner yang diteliti, kadar kolesterol total yang abnormal 52,1%, kadar kolesterol LDL yang abnormal 47,9%, kadar kolesterol HOL yang abnormal 13,2% dan kadar triasilgliserol yang abnormal 33,1%. Ditemukan hubungan yang bermakna antara asupan protein nabati dan jenis kelamin dengan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL, antara asupan lemak total dengan kadar kolesterol HDL, antara kebiasaan merokok dengan kadar triasilgliserol, antara pengetahuan gizi dengan perilaku gizi. Setelah dilakukan analisis multivariat didapatkan hubungan bermakna antara asupan protein nabati dengan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL, antara jenis kelamin dan kebiasaan merokok dengan kadar kolesterol LDL. Sedangkan variabel-variabel lain yang diteliti belum jelas ada hubungan dengan profil lipid serum.

ABSTRACT
The scope and Method of the Study: In Indonesia, development in technology and industry, improvement In economy, changes of behavior and environment also better life expectancy cause the shifting of Infectious diseases to degenerative diseases. Data of survey on home health, in 1992 indicated that infectious diseases decreases and the death of coronary heart disease rises obviously. The increase of coronary heart disease has a tight association with serum lipid, as one of the factors taking part in forming atherosclerosis. Factors presumed to influence serum lipid are; sex, age, diabetes mellitus, beta blocker and tiazide, body mass index, smoking, alcoholic, consumption energy and nutrient and activities which are tightly associated with physiological and pathological changes in human. This research is intended to find out the relation between the profile serum lipid and certain factors. Cross sectional study has been performed 121 among participants of coronary heart club in DK.I Jakarta. Participants undergo physical examination, laboratory examination, and guided interview concerning knowledge and behavior of nutrition, diseases, habit of taking medicine, smoking, alcoholic and foods factors.
Findings and Conclusions: The results the participants of the coronary heart club indicate; abnormal total cholesterol 52.1%, abnormal LDL cholesterol 47.9%, abnormal HDL cholesterol 13.2%, abnormal triacylglycerol 23.1%. There are significant association between (1) vegetable protein consumption, sex and total cholesterol, LDL cholesterol,(2) between total fat consumption and HDL cholesterol, (3) between smoking and triacylglycerol, (4) between knowledge of nutrition and behavior of nutrition. However results of multivariate analysis indicated significant association between; (1) vegetable protein consumption and total cholesterol, LDL cholesterol, (2) between sex, smoking and LDL cholesterol. The association between other variables with the profile of serum lipid has not been detected yet.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Rini Krisniati
"Trikomoniasis dan kandidiasis vulvovaginal keduanya memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Sebanyak 75% populasi wanita pernah mengalami kandidiasis vulvovaginal setidaknya sekali seumur hidupnya. Kondisi tersebut disebabkan oleh gangguan flora normal pada vagina yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Di lain pihak, trikomoniasis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) ketiga terbanyak dengan prevalensinya pada Pekerja Seks Komersial (PSK) di Indonesia cukup tinggi yaitu sebanyak 15,1%. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara trikomoniasis dan kandidiasis vulvovaginal, serta hubungan keduanya dengan usia, kontrasepsi dan tingkat pendidikan pada PSK di Kuningan, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan di Puskesmas Kuningan, Jawa Barat.
Berdasarkan uji chi-square didapatkan hubungan bermakna antara infeksi trikomoniasis dan kandidiasis vulvovaginal (p=0,009). Faktor usia ditemukan memiliki hubungan yang bermakna dengan trikomoniasis (p=0,000) tapi tidak memiliki hubungan dengan kandidiasis vulvovaginal (p=0.056). Faktor kontrasepsi berupa kondom tidak memiliki hubungan bermakna dengan trikomoniasis (p=0,18) dan kandidiasis vulvovaginal (p=0,173), begitu juga dengan (Intra Uterine Device) IUD tidak memiliki hubungan bemakna dengan trikomoniasis (p=0,3) dan kandidiasis vulvovaginal (p=0,537). Di lain pihak kontrasepsi hormonal memiliki hubungan bermakna dengan kandidiasis vulvovaginal (p=0,017), namun tidak dengan trikomoniasis (p=0,264). Tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan bermakna dengan trikomoniasis (p=0,3) maupun kandidiasis vaginalis (p=0,3).

Vulvovaginal candidiasis and Trichomonas vaginalis infection have a high prevalent among women. Nearly 75% women at least had experienced candidiasis once in their lifetime. As well as trichomoniasis which is globally ranked 3rd among all Sexual Transmitted Diseases. In FWS in Indonesia, the prevalent of STDs is about 64%, which 15,1% of it trichomoniasis . In the other hand, vulvovaginalc andidiasis is endogen infection caused by imbalance in normal vaginal flora. This study aimed to understand the association between trichomoniasis and vulvovaginal candidiasis in FSW also its association with age, education, and contraception method. This study used cross-sectional design with secondary entry about STD among FSW collected in Puskesmas Kuningan, Jawa Barat.
The chi-square test showed that there was a significant association between trichomoniasis and vulvovaginal candidiasis (p=0,009). Age factor also had significant association with trichomoniasis (p=0,000) but not with vulvovaginal candidiasis. Contraceptions such as condoms shows no significant association with vulvovaginal candidiasis (p=0,173) nor trichomoniasis(p=0,18), also Intra Uterine Device (IUD) shows no significant association with vulvovaginal candidiasis (p=0,537) nor trichomoniasis (p=0,3). Hormonal contraception shows a significant association with vulvovaginal candidiasis (p=0,017) but not with trichomoniasis (p=0,264). Education level doesn’t have significant association with vulvovaginal candidiasis (p=0,3) and trichomoniasis (p=0,3).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Osman Syarief
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi pada ibu hamil. Penelitian ini merupakan analisis data sekunder terhadap sebagian data penelitian "Studi Pengumpulan Data Prevalensi Anemi Gizi pada Ibu Hamil", yang dilakukan oleh Pusat .Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor Departemen Kesehatan RI bekerjasama dengan Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan RI pads bulan Oktober 1992 sampai dengan Agustus 1993.
Rancangan penelitian yang dilakukan adalah cross-sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berada di wilayah kabupaten Serang dan Tangerang, Jawa Barat dan sebagai unit analisis adalah ibu hamil. Pengambilan sampel ibu hamil ditentukan dengan teknik "multistage cluster sampling" . Jumlah desa terpilih yaitu sebanyak 16 desa (16 cluster) untuk masing-masing kabupaten. Di dalam masing-masing cluster terdapat 12 sampai 15 ibu hamil, sehingga jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebanyak 438 ibu hamil.
Pengumpulan data dilakukan oleh tenaga analis kimia, bidan dan ahli gizi. Data yang dikumpulkan meliputi kadar hemoglobin, data identitas ibu hamil, pengetahuan gizi dan data konsumsi makanan. Data yang terkumpul disimpan dalam data base dengan menggunakan program Dbase M. Pengolahan data dan analisis data selanjutnya untuk keperluan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSSIPC versi 4.1.
Analisis data dilakukan secara bertahap yang terdiri dari 1) analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi, 2) analisis bivariat untuk melihat hubungan dan beda proporsi antara variabel dependen dengan independen digunakan uji statistik chii-square. Uji phi, cramers v dan koefisien kontingensi digunakan untuk melihat keeratan hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Sedangkan perhitungan odds rasio (OR) digunakan untuk menilai estimasi risiko terjadinya keluaran sebagai pengaruh adanya variabel independen, 3) analisis multivariat dilakukan untuk rncngestimasi kemungkinan terjadinya anemi gizi pada ibu hamil yang dipengaruhi secara bersama-sama oleh variabel umur ibu, umur kehamilan, jarak kehamilan, paritas ibu dan body mass index (kelompok faktor internal), pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu, pemilikan KMS ibu hamil dan pemeriksaan kehamilan (kelompok faktor eksternal). Analisis dilakukan dengan menggunakan uji statistik multiple regressi logistic.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dari kelompok faktor internal yang merupakan faktor risiko untuk terjadinya anemi gizi pada ibu hamil adalah paritas ibu dan umur kehamilan. Sedangkan umur ibu, jarak kehamilan dan body mass index tidak terbukti sebagai faktor risiko terhadap terjadinya anemi gizi pada ibu hamil. Ibu hamil dengan paritas lebih dari 2 anak kemungkinan mempunyai risiko 1.85 kali lebih tinggi untuk terjadinya anemi gizi dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai paritas 2 anak atau kurang. Ibu hamil dengan umur kehamilan Z 26 minggu kemungkinan mempunyai risiko anemi gizi 1.68 kali lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil dengan umur kehamilan < 26 minggu .
Dari faktor ekstemal temyata variabel pengetahuan gizi ibu merupakan faktor risiko untuk terjadinya anemi gizi pada ibu hamil. Sedangkan variabel pendidikan pekerjaan ibu, pemilikan KMS ibu hamil dan pemeriksaan kehamilan tidak kelihatan sebagai faktor risiko untuk terjadinya anemi gizi pada ibu hamil pada penelitian ini. lbu hamil dengan pengetahuan gizi rendah mempunyai risiko 2.39 kali lebih tinggi untuk terjadinya anemi gizi dibandingkan dengan ibu hamil yang mempunyai pengetahuan gizi tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan :
Pada pemeriksaan kehamilan di posyandu atau puskesmas, sebaiknya sebelum pemeriksaan kehamilan dilakukan identifikasi faktor risiko oleh petugas kesehatan, dengan tujuan untuk mencari ibu hamil dengan ciri-ciri sebagai berikut 1) ibu hamil dengan umur kehamilan >26 minggu, 2) ibu hamil dengan paritas > 2 anak dan 3) ibu hamil dengan pengetahuan gizi rendah. Ibu hamil dengan ciri-ciri tersebut sebaiknya mendapat perhatian dari kader atau petugas kesehatan lain untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. Pada tingkat posyandu maka kader dapat mengawasinya melalui KMS ibu hamil. Pada tingkat desa monitoring dilakukan oleh bidan desa. Pada tingkat puskesmas dapat dilakukan oleh staf puskesmas dan dengan pendelegasian kepada bidan desa.
Peranan posyandu, sebagai bagian dari pelayanan tingkat pertama yang memungkinkan kontak lebih luas antara petugas kesehatan, kader dengan masyarakat, perlu ditingkatkan kegiatannya terutama dalam hal suplementasi pil besi dan penyuluhan gizi sebagai kegiatan pendukung , sedangkan ibu hamil dengan faktor risiko sebaiknya diberikan pil besi dan konsultasi gizi dengan memanfaatkan media penyuluhan yang tersedia."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunaedi Pradja
"Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) merupakan salah satu upaya pemerintah dalam bidang kesehatan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak tahun 1997. Dalam rangka merespon krisis ekonomi tersebut UNICEF melalui program JPSBK melakukan kegiatan revitalisasi posyandu dengan memberikan makanan tambahan vitadele untuk balita di posyandu sebanyak lebih dari 150.000 balita.
Untuk mengetahui dampak efektivitas revitalisasi posyandu dan pemberian vitadele terhadap status gizi balita maka Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia (PPK-UI) bekerjasama dengan UNICEF melakukan penelitian di 4 propinsi yaitu Sumatera Barat (Sumbar), Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), yang dilakukan pada bulan Juni dan Juli tahun 2002. Data yang di analisis untuk pembuatan tesis ini adalah bagian dari penelitian yang dilaksanakan oleh PPK-UI.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita yaitu karakteristik balita, karakteristik orang tua, Nitadele dan penyakit infeksi. Desain yang digunakan dalam penelitian ini cross sectional. Sampel adalah ibu balita yang mempunyai balita berumur 10-60 bulan.
Dari hasil analisis dengan menggunakan indikator BB/U dan TB/U, ditemukan balita gizi kurang masing-masing sebanyak 30,7% dan 29,0%. Faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan status gizi balita berdasarkan indeks TB/U adalah pendidikan ibu balita (p=0,001), pendidikan bapak balita (p=0,003), pekerjaan bapak balita (p),001), pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan balita (p=0.411) untuk TB/U. Sedangkan menurut status gizi indeks BBIU adalah pendidikan ibu balita (p=0.004) dan penyakit ISPA (p=4.001), Hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang paling dorninan untuk terjadinya status gizi kurang berdasarkan indeks TB/U adalah pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan balita dan menurut status gizi kurang berdasarkan indeks BB/U adalah penyakit ISPA.
Ada dua Cara ibu balita untuk mendapatkan vitadele yaitu membeli dan gratis, kemudian sebanyak 19.6% ibu balita menerima vitadele tidak rutin. Persentase jumlah vitadele yang diterima selama program tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan status gizi balita, tetapi mempunyai kecenderungan persentase jumlah vitadele yang diterima semakin sedikit, maka jumlah balita status gizi kurang meningkat. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa anggota keluarga yang ikut mengkonsumsi vitadele adalah (1) balita bukan sasaran, (2) ibu, (3) bapak, dan (4) anggota keluarga lainnya. Konsumsi vitadele terbanyak adalah balita bukan sasaran (72,5%), kemudian dua anggota keluarga (16,4%), tiga anggota keluarga (7,3%) dan semua anggota keluarga ikut mengkonsumsi (3,8%). Jarak akhir menerima vitadele sarnpai dengan saat penelitian tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna. tetapi mempunyai kecenderungan balita status gizi kurang meningkat dengan jarak akhir yang semakin melebar.

Social Security Net (JPS BK) is one of efforts by government in health area to reduce impact of economic crisis since 1997. in order to response this crisis, UNICEF through JPSBK program conduct the revitali7a-ion program of posyandu by giving food supplement vitadele for 150.000 under fives.
To find out effectiveness posyandu revitalization and vitadele distribution to nutritional status of under five, Center of Health Research University of Indonesia (PPKUI) by cooperation with UNICEF conducting research in 4 provinces such as, West Sumatra. West Java, Center of Java and East Java, which carried out at June and July 2002. Data which analyzed by this study is part of that research.
This study objective is to find out factors that related to nutritional status of under-five such as under-five's characteristics, parent's characteristics, vitadele and infectious disease. This study used cross sectional design. Sample is mothers who have under-five aged 10-60 month.
Results of the analysis using indicator BB/U and TB/U, found there are under-fives under nutrition 30.7% and 29,0%. Factors which have relation with nutritional status of under-five based on TB/U index is mother education (p=0,041), Father Education (p=0,003), Father Occupation (p =0,401), mother knowledge about monitoring under-five's growth (p O,011). While based on index BBIU are mother education (p-0,04) and acuter respiratory disease (p=0,001), from multivariate analysis the most dominant factor of under nutrition based on index TB/U is mother knowledge and based on index BB/U is acute respiratory disease.
Mother could get vitadele free or buying, 19,6% under-fives not received vitadele routinely. Percent number vitadele accepted during program has no significant relation with under-five's nutritional status, but tend fewer accepted percent vitadele could increase under-fives with under nutrition. Result of this study showed that there are non target which consume vitadele such as, non target under-five, mother, father, and other family member. The most consumed vitadele is non target under-five (72.5%). Two family member (16.4%), three family member (7.3%) and all family member (3.8%). time range from end for accepting vitadele to starting time of this study have no significant relation, but there is increasing in under-five's nutritional status if more range of time.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12710
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmaini
"ABSTRAK
Penyakit diare di Indonesia yang mempunyai angka kesakitan sekitar 40% pertahun, terutama menyerang anak-anak balita sekitar 70-80% dan angka kematian balitanya 20-40% dari seluruh kematian.
Penyakit diare pada SKRT 1992 menduduki urutan kedua setelah infeksi saluran pernafasan. Penyakit diare tidak hanya dipengaruhi oleh lingkup pelayanan air bersih dan jamban saia, ternyata sikap dan tingkah laku manusia yang menggunakan sarana air bersih dan jamban keluarga dengan baik juga menentukan penurunan angka kejadian diare di masyarakat.
Selain faktor-faktor di atas faktor-faktor lainnya yang juga mempengaruhi kejadian diare, seperti faktor kepadatan penduduk, faktor sosial ekonomi, dan sebagainya.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran kejadian diare serta hubungannya dengan faktor sumber air minum, kepadatan, dan pengetahuan tentang kejadian diare.
Penelitian ini merupakan analisa lebih lanjut terhadap data sekunder yang berjudul Community Development for Rural Sanitation di kecaxnatan Sliyeg Indramayu tahun 1994 oleh Pusat Penelitian Kesehatan UI. Desain yang digunakan cross sectional study, dengan jumlah populasi sekaligus sebagai sampel ada 184 rumah tangga. Analisis ini dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat dengan SPSS.
Kejadian diare yang didapatkan hanya 9,2%. Dari hasil uji bivariat faktor kepadatan yang terdiri dari jumlah anggota keluarga dan jumlah balita di rumah berhubungan secara bermakna dengan kejadian diare, sedangkan sumber air minum dan pengetahuan tidak bermakna dengan kejadian diare.
Disarankan dalam melakukan suatu intervensi dibidang kesehatan tidak hanya dalam satu aspek, tetapi harus semua aspek supaya intervensi yang telah dilakukan bermanfaat bagi masyarakat dan perlunya menggalakkan NKRBS, karena jumlah anggota keluarga terbukti berperanan dalam peningkatan kejadian diare.

abstract
The incident of diarrhea in Indonesia which have 40% of morbidity rate per year severe children under five year old with mortality rate among the children severity of about 20-40% out of all number of death.
The diarrhea disease at SKRT 1992 are in the second rank after respiratory infection. The diarrhea disease only affected by scope of water supply and family privy, attitude and behavior of people who use water supply and family privy facility in appropriate way also affect decreasing of diarrhea in society.
Out of the factors above other factors that also affecting of the incident of diarrhea are family income, social economy, etc.
Objective of this research are to know the description of the incident of diarrhea and its associated to the factors of water sources, density of family members and respondent knowledge of diarrhea.
This research are further analysis to secondary data under the title IT Community Development for Rural Sanitation, in Kecamatan Sliyeg Indramayu in 1994" which were held by Pusat Penelitian Kesehatan UI.
Design which applied to the research was cross-sectional study with total population 184 householders, and way of analysis operated was univariate and bivariate by SPSS.
The incident of diarrhea among population only 9.2% . And from bivariate test, density factor significant to the incident of diarrhea, while factors of water source and knowledge of respondent are not significant to the incident of diarrhea.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Hakim
"Penelitian ini bertujuan menilai hubungan profil lipid dengan perilaku gizi, pola makan, asupan nutrisi, gaya hidup, Indeks Massa Tubuh (IMT), Rasio Lpe-Lpa, penggunaan obat, dan faktor diabetes mellitus. Studi kros-seksional, ini melibatkan populasi pilot perusahaan penerbangan PT X Jakarta, yang sedang menjalani Uji Kesehtan Periodik antara tgl. 21 Mai, 2001 sampai dengan 21 Juni, 2001. Data yang berhasil dikumpuikan meliputi, fraksi lipid serum, asupan nutrisi, perilaku gizi, pola makan, gaya hidup, IMT, Rasio Lpe-Lpa, penggunaan beta blocker, diuretika thiazide, dan faktor diabetes mellitus.
Hasil : Rata-rata kadar kolesterol total 232.83 + 35.7 mg/dL, kolesterol HDL 39.7 + 2.2. kolesterol LDL 177.4 + 33.8, dan kadar trigliserida 162.8 + 68.3 mg/dL. Prevalensi hiperkolesterolemia 39.6 %, hiperkolesterolemia LDL 67.7 %, prevalensi dislipidemia 71,9 %. Rata-rata asupan energi total 1752.5 k.kal (614.5-3575.5), asupan protein 66.1 (9.90-132.8) gr, asupan lemak 632 (7.40-115.3) gr, sedangkan rata-rata asupan karbohidrat, SAFA, MUFA, PUFA, kolesterol dan serat, masing-masing: 2463 (853-545.3) gr, 30.7 (2.6-61,9) gr, 13.5 (1.40-28.6)gr, 7.2 (1-30.3) gr, 245 (0-1594.0) mg, dan 13 (3-66) gr. Subjek memiliki rata-rata IMT 25.5 + 2.7, rasio Lpe-Lpa 0.95 + 0.03. Prevalensi kegemukan 56.3 %, obesitas sentral 38.5 %. Sebagian besar subjek penelitian yaitu sebesar 59.4%, tidak teratur melakukan kegiatan olah-raga, perilaku gizi baik 5.2 % sedangkan perilaku gizi kurang sebesar 41.7%, dan pola makan baik hanya 3.1 %. Dijumpai hubungan bermakna antara rasio Lpe-Lpa dengan kolesterol total dengan p=0.0003, Berdasarkan analisis regresi logistik rasio Lpe-Lpa mempunyai hubungan paling kuat dengan kolesterol total, kolesterol LDL, dan dislipidemia.
Kesimpulan : Asupan energi masih dibawah RDA, asupan SAFA tergolong kriteria lebih sebesar 55.2%, asupan serat tergolong rendah 83.3%, aktivitas kurang 63.6%. Terjadi keseimbangan energi positive, terlihat dari persentase kegemukan 56.3%, dan obesitas central 38.5%.

Lipid Profile Among P.T. X Civil Aviation Pilots and The Related Behavioral FactorsThe objective of study to assets the relationship between lipid profile and the nutrition behavior, nutrition intake, body mass index (BM), Waist-Hip circumference Ratio (WHR), life style, dietary pattern, flying stress, beta blacker and thiazide diuretic medication, and diabetes mellitus. This cross sectional study concerning population of PT X air line pilot's were being performed the periodically medical examination, between May 21, 2001 until June 21, 2001. The data had been collected from the level of lipid cerurn, nutrition intake, nutrition behavior, dietary pattern, BMI, WHR, beta blacker and thiazide diuretic medication, diabetes mellitus, flying stress, and life style including of physical activity, smocking and alcohol consumption habits.
Results : The mean total cholesterol, LDL cholesterol, HDL cholesterol and tryglycerides were 232.8 + 35.7 mg/dL, 177.4 + 33.8 mg/dL, 39.7 + 2.2 mg/dL, and 162.8 + 68.3 mg/dL. The prevalence of hypercholesterolemia 39.6%, LDL hypercholesterolemia 67.7 %, and dislipidemia 71.9 %. The median of total energy 1752 kcal, (614.3-575.5), protein intake 66.1 gr (9.90-132.8), the mean carbohydrate intake, fat, SAFA, MUFA, PUFA, cholesterol were 246.7gr (85.7-545.3), 63.2 gr (7.4-115.3), 30.7gr (2.6-61.9), 13.5 gr (1.40-28.6), 7.2gr (1-30.3), and 245 mg (0-1594.0), the mean fiber intake 13 gr (3-66). The mean of BMI and AHR are: 25.5 + 2.7 and 0.95 + 0.03, the prevalence of overweight and obesity 56.3 %, central obesity 38.5 %. Most of the subject had low activity (59.4 %), good nutrition behavior 5.2 % while the less nutrition behavior as many 41.7 %, and good dietary pattern is just 3.1 %. There was significant relationship between WHR and the level of total cholesterol (p O.0003), and based on logistic regression analysis, WHR had strong relationship to total cholesterol, LDL cholesterol, and dislipidemia.
Conclusion : Energy intake were lower compared to RDA, the high SAFA intake 55.2 %, low fiber intake 83.3 %, low activity 63.6 %, and there were positive energy balance exess, and contribute 56.3% obesity and overweight, and 38.5 % central obesity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T2679
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Marthaulina Ginting
"Latar belakang masalah: Prevalensi anemia defisiensi besi pada ibu hamil di Indonesia cukup tinggi, yaitu 63,5% (SKRT 1992). Tingginya prevalensi anemia disebabkan kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan sewaktu melahirkan. Kekurangan zat besi dapat ditanggulangi dengan minum tablet besi secara teratur setiap hari selama tiga bulan. Tablet besi telah tersedia di posyandu. Diduga ketidakpatuhan ibu hamil minum tablet besi menjadi salah satu penyebab anemia.
Tujuan dan manfaat penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor intrinsik (umur ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pengalaman minum pil KB, sikap ibu) dan faktor ekstrinsik (pengaruh kelompok "peer", penampilan kerja petugas, ketersediaan fasilitas) dengan kepatuhan ibu hamil minum tablet besi. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengelola program kesehatan ibu dan anak dalam upaya meningkatkan penyuluhan manfaat tablet besi bagi ibu hamil.
Metodologi penelitian: Rancangan penelitian adalah "Cross sectional" dengan pengambilan data di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Unit analisis adalah ibu hamil trimester II dan III sebanyak 131 orang. Responden dapat dilacak sesudah wawancara pertama berjumlah 40 orang. Analisis dilakukan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif univariat untuk melihat gambaran frekwensi responden menurut berbagai karakteristik. Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan kepatuhan ibu hamil minum tablet besi. Untuk membuktikan hipotesa digunakan uji statistik nonparametrik dengan mempergunakan Chi-Square Test. Analisis kualitatif dilakukan dengan Cara pendekatan Focus Groups Discussion dengan 2 kelompok, kelompok patuh dan kelompok tidak patuh minum tablet besi.
Hasil penelitian: Ditemukan secara konseptual dengan pendekatan FGD, ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, walaupun dari uji statistik tidak terbukti. Tablet besi tersedia bagi ibu hamil dengan harga murah dan terjangkau. Responden belum tahu persis manfaat tablet besi. Temuan dari Focus Groups Discussion, responden ibu hamil tidak patuh minum tablet besi karena lupa.
Kesimpulan dan saran: Kemungkinan penyebab terjadinya hubungan tidak bermakna adalah jumlah sampel kecil. Walaupun analisis kuantitatif menunjukkan hubungan tidak bermakna, tetapi secara konseptual, sama dengan hamil analisis kualitatif dengan cara pendekatan FGD, ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menanggulangi defisiensi anemia ibu hamil, perlu ditingkatkan penyuluhan secara terus menerus mengenai manfaat tablet besi kepada ibu hamil. Ibu hamil yang sering lupa minum tablet besi perlu dimotivasi. Petugas kesehatan terutama pengelola program Kesehatan Ibu dan Anak perlu pelatihan berjenjang bertahap. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>