Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81527 dokumen yang sesuai dengan query
cover
IB Wiweka Sastrawan
"Latar belakang : Tindakan untuk mencegah hilangnya tulang dan melindungi arsitektur tulang belum menjadi bagian dari manajemen stroke sampai saat ini. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian dimana sebagian besar pasien stroke akan mengalami komplikasi (hemiparesis). Perjalanan klinis dari stroke dengan hemiparesis/hemiplegi merupakan predisposisi untuk terjadinya gangguan pada fisiologi tulang sehingga menyebabkan terjadinya reduksi dini pada densitas tulang. Oleh sebab itu kami melakukan penelitian untuk melihat densitas massa tulang pada pasien pasca stroke.
Tujuan : Mengetahui gambaran densitas massa tulang pada pasien pasca stroke, perbedaan densitas massa tulang pada sisi yang lumpuh dan yang tidak lumpuh dan mengetahui korelasi antara derajat kekuatan motorik dengan penurunan densitas massa tulang.
Metodologi : Studi potong lintang dengan membandingkan densitas tulang femoral neck sisi yang lumpuh dengan sisi yang tidak lumpuh dan dilakukan uji korelasi untuk mengetahui korelasi antara derajat kekuatan motorik dengan penurunan densitas tulang.
Hasil : Dari 35 sampel yang terkumpul, didapatkan median usia 59 tahun, median IMT 22,22 kg/M2 median kadar kalsium serum 9,10 mg/dL dan median kekuatan motorik yang lumpuh adalah 3. Rerata densitas tulang femoral neck sisi yang lumpuh adalah 0,822 gr/cm2 'Didapatkan perbedaan yang bermakna antara rerata densitas tulang femoral neck sisi yang lumpuh dengan yang tidak lumpuh ( p=0,001 ). Tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara kekuatan motorik sisi yang lumpuh dengan densitas tulang femoral neck sisi yang lumpuh (r= 0,166; p=0,340).
Kesimpulan : Rerata densitas tulang femoral neck sisi yang Iumpuh sebesar :0,822 gr/cm2 Didapatkan rerata densitas tulang femoral neck yang lebih rendah pada sisi yang lumpuh dibandingkan sisi yang tidak lumpuh sedangkan korelasi antara kekuatan motorik dengan densitas tuiang femoral neck belum dapat dibuktikan.

Backgrounds: Bone loss prevention and bone architectural protection have not been established as a part of stroke management so far. Stroke is a major cause of disability and mortality because most of stroke patient will have complication (hemi paretic). Clinical history of hemi paretic/ hemiplegics stroke disturbs the bone physiology that will cause early reduction of bone mass density. Therefore, we conduct this study to observe the bone mass density in post-stroke patient.
Objective: To recognize the profile of bone mass density in post-stroke patient, the difference of bone mass density in immobilized part. Compared to the normal part as well as the correlation between the grade of motor strength and the reduction of bone mass density.
Methods: A cross sectional study comparing bone mass density of neck femoral in immobilized part and normal part has been conducted. In addition, a correlation test to recognize the correlation between the grade of motor strength and the reduction of bone mass density was also conducted.
Result: The median age of 35 samples collected was 59 years, median IMT was 22.22 kg/M2 median of calcium serum level 9.10 mg/dL and the median of motor strength of immobilized part was 3. Mean of bone density in immobilized neck femoral was 0.822 g/cm2. We found a significant difference between mean of bone density in immobilized femoral neck compared to normal (p = 0.001). There was no significant correlation between immobilized motor strength and bone density of immobilized femoral neck (r = 0.166; p = 0.340), but greater motor strength has a greater mean of bone density.
Conclusion: Mean of bone density in immobilized femoral neck is 0.822 g/cm2. We found a lower mean of bone density in immobilized femoral neck compared to the normal part while the correlation between motor strength and bone density of femoral neck has not been established.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liem, Isabella Kurnia
"Perkiraan panjang utuh tulang dari panjang fragmen-fragmennya perlu dilakukan sebagai langkah pertama dalam memperkirakan tinggi badan pada kasus identifikasi atas mayat tak dikenal yang ditemukan dalam keadaan tidak lengkap (kasus mutilasi, berupa bagian-bagian kerangka atau fragmen-fragmen tulang). Penelitian perkiraan panjang utuh tulang dari panjang fragmen-fragmennya pada populasi Indonesia belum pernah dilaporkan, sehingga di lapangan digunakan rumusan yang dibuat berdasarkan penelitian-penelitian pada populasi lain dengan hasil yang kemungkinan kurang tepat. Oleh karena itu, maka dilakukan penelitian analitik-non eksperimental yang bertujuan memperkirakan panjang utuh tulang femur, tibia dan humerus dari panjang fragmen-fragmennya pada populasi Melayu (Deuteromalayid) Indonesia.
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap 454 tulang yang berasal dari 158 tulang femur (114 pria dan 44 wanita), 125 tulang tibia (90 pria dan 35 wanita), dan 169 tulang humerus (128 pria dan 41 wanita). Pada setiap tulang dilakukan pengukuran terhadap panjang utuh tulang dan panjang fragmen-fragmennya berdasarkan definisi Steel. Kemudian dilakukan analisis mengenai perbedaan panjang utuh tulang dan panjang fragmen-fragmennya serta rasio panjang fragmen-fragmen tulang terhadap panjang utuh tulangnya antara pria dan wanita, dan antara posisi lateral kanan dan kiri dengan uji ANOVA dua jalur, yang dilanjutkan dengan analisis regresi dan faktor multiplikasi untuk mencari hubungan di antara kedua parameter tersebut.
Dan hasil analisis tersebut ditemukan bahwa: 1) panjang utuh dan panjang fragmen tulang femur, tibia dan humerus pria lebih panjang daripada wanita, kecuali fragmen T5 dan H3, 2) rasio panjang fragmen-fragmen tulang tibia (T2, T4 dan T5) dan humerus (HI dan H3) pria berbeda dengan wanita, tetapi pada tulang femur rasio tersebut antara pria dan wanita sama; 3) panjang utuh dan panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus serta rasio panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus kanan sama dengan kiri; 4) persamaan regresi dengan menggunakan prediktor panjang fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus layak digunakan untuk memperkirakan panjang utuh tulangnya, kecuali fragmen T1 dan T5 pria dan wanita, dan H3 wanita; 5) faktor multiplikasi fragmen-fragmen tulang femur, tibia dan humerus layak digunakan memperkirakan panjang utuh tulangnya; 6) persamaan regresi lebih tepat dalam memperkirakan panjang utuh tulang femur, tibia dan humerus dan fragmen-fragmennya dibanding faktor multiplikasi, namun secara statistik tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna.

Estimating Bone Length Of Femur, Tibia And Humerus From The Fragment Length In Indonesian Malay (Deuteromalayid) PopulationEstimating length from its fragment length is required as the first step in estimating stature for identification of incomplete unknown bodies (for example, in mutilation cases and in cases in which only parts of human skeletons or fragmented bone are found). The method for estimating bone length from its fragment length in Indonesian population has not been reported yet. Therefore, in the real case, the estimation of bone length is calculated based on the other population data that usually result on relatively inaccurate result. Based on that reason, an analitic-non-experimental research was executed to get better method for estimating bone length of femur, tibia and humerus from the fragment length in Indonesian Malay (Deuteromalayid) population.
The examination was performed on 454 bones that consisted of 158 femur (114 males and 44 females), 125 tibia (90 males and 35 females), and 169 humerus (128 males and 41 females). The measurements of the complete bone lengths and their fragment lengths were based on Steel definition. The analysis of the differences between bone lengths, the fragment lengths and the ratio of the fragmented bone versus the bone length were done between males and females, and between right and left side with two way ANOVA analysis. The analysis was continued with the regression and multiplication factor analysis to find the relationship between these two parameters.
The results showed: 1) the male's bone length of femur, tibia and humerus and the fragment length were longer than the female's, except T5 and 1-13 fragments, 2) the male's ratio of the fragmented bones of tibia (T2, T4, and T5) and humerus (HI and H3) to their total length were different from the female's, but for femur, the male's ratio was the same as the female's; 3) the bone length, fragments length and the ratio of the fragmented bone of femur, tibia and humerus on the right side were equal with the left side; 4) regression equations fragment of femur, tibia and humerus can be used for estimating the, bone length, except the male's dan female's T1 and T5 fragments, and the female's H3 fragmen; 5) multiplication factor of fragmented bone of femur, tibia and humerus can be used for estimating the bone length; 6) regression equation is more precise than multiplication factor in estimating the bone length from the fragment length, although, statisticaly, there are no significant differences."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Annisa Dw.
"Eleutherinol merupakan senyawa derivat naftokuinon yang diketahui memiliki afinitas yang kuat untuk berikatan dengan reseptor estrogen alfa ER? . Senyawa ini terdapat di dalam umbi bawang dayak Eleutherine bulbosa Mill. Urb . Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara ilmiah efek pemberian ekstrak umbi bawang dayak dalam mengurangi sindrom pascamenopause dilihat dari densitas tulang yang dibuktikan dengan adanya peningkatan kadar kalsium tulang tikus melalui pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom, berat tulang, serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tulang. Sebanyak 36 tikus putih betina Sprague-Dawley dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan yaitu sham, kontrol negatif, kontrol positif, dosis 1, dosis 2, dan dosis 3. Enam kelompok tersebut berturut-turut, mendapatkan perlakuan CMC Na 0,5 , CMC Na 0,5 , tamoksifen dengan dosis 0,4 mg/200 g BB tikus, ekstrak umbi bawang dayak dengan dosis 8 mg/200 g BB tikus, ekstrak umbi bawang dayak dengan dosis 12 mg/200 g BB tikus, dan ekstrak umbi bawang dayak dengan dosis 18 mg/200 g BB tikus. Semua kelompok kecuali kelompok sham diovariektomi untuk mendapatkan kondisi hipoestrogen pascamenopause. Setelah ovariektomi, semua tikus dievaluasi keberhasilan ovariektominya pada hari ke-35, kemudian dilanjutkan dengan pemberian bahan uji pada hari ke-36 selama 21 hari secara peroral. Setelah 21 hari pemberian bahan uji, dilakukan pengukuran kadar kalsium tulang, berat tulang, dan panjang tulang. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa kadar kalsium tulang, berat tulang, dan panjang tulang meningkat dengan bertambahnya dosis pemberian ekstrak.

Eleutherinol is a naphtoquinone derivative that have a strong affinity to bind with estrogen alpha receptors ER. This compound can be found in dayak onion bulbs Eleutherine bulbosa Mill. . The purpose of this study is to scientifically prove the effects of extract of dayak onion bulbs on overcoming postmenopausal symptoms seen from bone density by the increasing of rat bone calcium level through atomic absorption spectrophotometer measurements, bone weight, and bone growth. A total of 36 female white rats of Sprague Dawley were divided into 6 groups sham, negative control, positive control, negative control, dose 1, dose 2, and dose 3. Successively, all 6 groups receive CMC Na 0,5 , CMC Na 0,5 , tamoxifen, dayak onion bulbs extract at a dose 8 mg 200 g bw rat, dayak onion bulbs bulbs extract at a dose 12 mg 200 g bw rat, and dayak onion bulbs extract at a dose 18 mg 200 g bw rat. All groups, except the sham, is ovariectomized to obtain the conditions of hypoestrogen. After ovariectomy, all rats were evaluated for ovariectomy success on day 35, followed by the administration of the sample orally for 21 days on day 36. After 21 days administration, measured level of bone calcium, bone weight, and bone length. The results showed that the bone calcium levels, bone weight, and bone length increased with increasing doses of the extract.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Olvariani
"ABSTRAK
Penurunan bone mass density merupakan salah satu dampak negatif
timbal. Timbal dapat ditemukan pada lindi hasil penguraian dari timbunan sampah secara
open dumping. TPA Namo Bintang sudah tutup tahun 2013 tapi diperkirakan proses
penguraian masih berlangsung sampai saat ini sehingga timbal dalam lindi menjadi faktor
risiko untuk masyarakat yang tinggal disekitar tempat pembuangan akhir sampah
tersebut. Tujuan: Untuk menganalis pengaruh timbal terhadap densitas tulang. Metode:
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Data yang dikumpulkan di Desa
Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara
Indonesia berjumlah 96 orang responden yang umurnya >18. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara dan pengukuran. Umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh,
olahraga, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, frekuensi konsumsi makanan pencegah
osteoporosis, konsumsi kopi dikumpulkan dengan interview sedangkan BMD diukur
dengan Densitometer QUS (Quantitative Ultra Sound) dan kadar timbal diukur dengan
Atomic Absorption Spectroscopy. Hasil: Sejumlah 24% responden memiliki kadar timbal
tinggi, dan sebanyak 49% mengalami osteoporosis. Osteoporosis dipengaruhi oleh umur
(p=0,008) dan konsumsi susu (p=0,002). Faktor yang mempengaruhi bone mass density
adalah umur dan konsumsi susu, sedangkan timbal tidak berhubungan. Saran:
Osteoporosis dapat cegah dengan melakukan pola hidup sehat seperti olah raga dan
konsumsi makanan yang mengandung kalsium.

ABSTRACT
The reduction of bone mass density is one of the negative impacts of lead.
Lead can be found in decomposition of garbage piles at open dumping. TPA Namo
Bintang had closed in 2013 but estimated that the decomposition process is still ongoing
so that lead in leachate is a risk factor for people who lived around the landfill.
Objective: To analyze the influence of lead against bone density. Method: This study
used cross sectional design. Data collected in Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur
Batu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Indonesia amounted to 96
respondents who age > 18. Data collection was done by interviewed and measurement.
Age, sex, body mass index, exercise, smoking habit, alcohol consumption, frequency of
osteoporotic prevention food consumption, and coffee consumption was collected by
interviewed while BMD was measured by QUS Densitometer (Quantitative Ultra Sound)
and Lead Blood Level measured by Atomic Absorption Spectroscopy. Results: 24% of
respondents had high lead levels, and 49% had osteoporosis. Osteoporosis was affected
by age (p = 0.008) and milk consumption as osteoporotic prevention food (p = 0.002).
Factors affecting bone mass density were age and milk consumption, while lead was
unrelated. Suggestions: Osteoporosis can be prevented by healthy lifestyle such as
exercise and consumption of foods contains calcium."
2017
T48555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enny Mulyatsih
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
616.81 ENN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Auliya Akbar
"ABSTRAK
Kondisidisuse osteoporosispada pasien hemiparesis dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh faktor-faktor klinis tersebut terhadap status kepadatan massa tulang. Sebanyak34 subjek direkrut dalam penelitian ini. Rerata nilai BMD (g/cm2) wrist sisi sehat dan sakit adalah 0,8 ±0,15 dan 0,74 ± 0,15; hipsisi sehat dan sakit adalah 0,83 ± 0,15 dan 0,77 ± 0,16; serta spine adalah 1,005 ± 0,20. Terdapat perbedaan bermakna antara BMD sisi sehat dengan sisi sakit baik pada hip maupun wrist (p<0,001). Didapatkan korelasi positif yang kuat antara awitan hemiparesis dengan delta BMD wrist dan hip (r= 0,779 p=0,001 dan r=0,791 p=0,001). Terdapat juga hubungan yang secara statistik bermakna antara delta BMD dengan usia dan kekuatan motorik. Pada uji multivariat didapatkan bahwa usia dan awitan hemiparesis merupakan faktor prediktor utama terhadap delta BMD (aR2 wrist= 0,486, aR2 hip= 0,614). Usia, kekuatan motorik ekstremitas, awitan hemiparesis, dan kepatuhan rehabilitasi mempengaruhi penurunan nilai BMD. Selain itu, usia dan awitan hemiparesis menjadi faktor prediktor utama terhadap penurunan nilai BMD. Faktor-faktor ini sebaiknya menjadi salah satu pertimbangan utama dalam manajemen diagnostik dan tatalaksana disuse osteoporosis pada pasien stroke

ABSTRACT
Disuse osteoporosis in hemiparetic patients often results in significant morbidity and decreased quality of life. This study aims to investigate the effect of these csinical factors on bone mineral density. A total of 34 subjects were recruited for this study. The mean BMD value (g / cm2) of the healthy and paretic side of the wrist was 0.8 ± 0.15 and 0.74 ± 0.15; healthy and paretic hip was 0.83 ± 0.15 and 0.77 ± 0. 16); and the spine was 1.005 ± 0.20. There was a significant difference between the healthy and paretic side of BMD of both hip and wrist (p <0.001). Multivariate analysis demonstrated that the onset of hemiparesis was a strong predictor of delta BMD (aR2 wrist = 0.486, aR2 hip = 0.614). Age, limb strength, the onset of hemiparesis, and rehabilitation compliance are associated with the decreased BMD among patients with post-stroke neuromuscular deficit. In addition, age and the onset of hemiparesis are major predictors of accelerated BMD loss, which can be used to calculate delta BMD score. These factors should perhaps become the main issues addressed in the diagnosis or treatment of disuse osteoporosis among stroke patient."
2019
T55545
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rakanda Rizki Ramadhani Duddyarto
"ABSTRAK
Latar belakang: Belum adanya model kerusakan tulang alveolar yang terstandar pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Tujuan: Membuat standarisasi model penelitian kerusakan tulang alveolar pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Metode: Penelitian in vivo pada 8 ekor Rattus norvegicus. injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg dalam 200ml saline. Pengamatan berupa pemeriksaan menggunakan stereomikroskop dengan mengobservasi area kerusakan tulang. Hasil: Pada kelompok perlakuan terjadi periodontitis dengan rata-rata kerusakan tulang sebesar 3,4mm2. Kesimpulan: Injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg, 300mg, dan 500mg dalam 200ml saline dapat menyebabkan kerusakan tulang pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Latar belakang: Belum adanya model kerusakan tulang alveolar yang terstandar pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Tujuan: Membuat standarisasi model penelitian kerusakan tulang alveolar pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar. Metode: Penelitian in vivo pada 8 ekor Rattus norvegicus. injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg, 300mg, 500mg, dan 750mg dalam 200ml saline. Pengamatan berupa pemeriksaan menggunakan stereomikroskop dengan mengobservasi area kerusakan tulang. Hasil: Pada kelompok perlakuan terjadi periodontitis dengan rata-rata kerusakan tulang sebesar 3,4mm2. Kesimpulan: Injeksi lipopolisakarida dengan konsentrasi 200mg, 300mg, dan 500mg dalam 200ml saline dapat menyebabkan kerusakan tulang pada maksila posterior tikus Rattus norvegicus Wistar.

ABSTRACT
Background There has not been a standardized model of alveolar bone destruction in maxillary posterior of Rattus norvegicus Wistar. Objective To standardize research model of alveolar bone destruction in maxillary posterior of Rattus novergicus Wistar Method In vivo study on 8 Rattus norvegicus. Injections of lipopolysaccharides with various concentrations which are 200mg, 300mg, 500mg and 750mg in 200ml saline water. Observation was done by examining the bone damage area using stereomicroscope. Result Periodontitis was observed in the treatment group with an average bone loss of 3.4mm2. Conclusion Injections of lipopolysaccharides with concentrations of 200mg, 300mg, and 500mg in 200ml saline water may cause bone damage to maxillary posterior region of Rattus norvegicus."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006
616.81 STR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anggie Puspita Maharani
"Defisiensi fungsi motorik merupakan kondisi yang sering dialami pada pasien pasca stroke iskemik. Hal ini kerap menimbulkan menurunnya rentang gerak sendi individu yang ditandai dengan penurunan kekuatan otot. Komplikasi lainnya seperti kontraktur juga dapat terjadi pada pasien dengan gangguan mobilitas tersebut. Latihan ROM dan menggenggam stress ball dilakukan pada pelaksanaan asuhan keperawatan pasien pasca stroke iskemik. Masalah keperawatan yang muncul antara lain: perfusi serebral tidak efektif, ketidakstabilan glukosa darah, dan gangguan mobilitas fisik. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan dan menganalisis latihan ROM dan menggenggam stress ball untuk meningkatkan kekuatan otot dalam asuhan keperawatan pada pasien pasca stroke iskemik. Evaluasi harian dilakukan menggunakan skala Manual Muscle Testing. Hasilnya, terjadi peningkatan kekuatan otot selama 5 hari penerapan intervensi pada pasien pasca stroke iskemik. Dapat disimpulkan bahwa latihan ROM dan menggenggam stress ball bermanfaat dalam meningkatkan kekuatan otot pada pasien pasca stroke iskemik.

Motor function deficiency is a condition often experienced in patients post-stroke. This often leads to decreased range of motion of individual joints characterized by decreased muscle strength. Other complications such as contractures can also occur in patients with these mobility disorders. ROM and stress ball-squeezing exercises are carried out in the implementation of nursing care for patients after ischemic stroke. Nursing problems that arise include: ineffective cerebral perfusion, unstable blood glucose level, and impaired physical mobility. The purpose of this paper is to describe and analyze ROM exercises and stress ball- squeezing to increase muscle strength in nursing care for post-ischemic stroke patients. Daily evaluation was carried out using the Manual Muscle Testing scale. As a result, there was an increase in muscle strength during the 5 days of application of the intervention in post-ischemic stroke patients. It can be concluded that ROM exercises and stress ball-squeezing are beneficial in increasing muscle strength in ischemic stroke patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kelana Kusuma Dharma
"[ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu mengembangkan intervensi model adaptasi paska stroke serta mengidentifikasi efektifitasnya terhadap perilaku adaptasi dan kualitas hidup pasien paska stroke. Penelitian ini secara keseluruhan dilakukan dalam dua tahap. Tahap satu yaitu pengembangan model intervensi yang diawali dengan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif tentang pengalaman pasien beradaptasi paska stroke. Model intervensi kemudian dikembangkan dengan cara mengintegrasikan tema hasil penelitian kualitatif, studi literatur, dan konsultasi pakar. Tahap kedua yaitu uji coba intervensi model untuk menentukan efektifitasnya terhadap respon adaptasi dan kualitas hidup pasien paska stroke. Penelitian tahap dua merupakan penelitian kuasi eksperimen menggunakan desain post test control group. Metode sampling yang digunakan dalam penelitian tahap dua yaitu consecutive sampling dengan jumlah sampel 65 orang (32 orang kelompok intervensi dan 33 orang kelompok kontrol). Pembagian sampel ke dalam kelompok intervensi dan kontrol dilakukan dengan matching rumah sakit. Hasil penelitian tahap satu teridentifikasi 9 tema yang dinyatakan partisipan dan dihasilkan intervensi model adaptasi paska stroke (IMAPS) beserta perangkatnya meliputi buku panduan intervensi model, modul untuk perawat pelaksana, dan booklet untuk pasien dan keluarga. Hasil penelitian tahap dua membuktikan adanya perbedaan respon adaptasi fisiologis, adaptasi psikososial, dan kualitas hidup yang bermakna antara pengukuran 3 bulan dengan 4 bulan sesudah intervensi diantara kelompok intervensi dan kontrol. Kesimpulan hasil penelitian yaitu intervensi model adaptasi paska stroke efektif meningkatkan respon adaptasi fisiologis, adaptasi psikososial dan kualitas hidup paska stroke.;

ABSTRACT
The purpose of this research was to develop intervention adaptation model for post-stroke (IMAPS) and identify its effectiveness on adaptation response and quality of life after stroke. This study conducted in two stages. The first stage was the development of intervention model that begins with a qualitative research using a descriptive phenomenological approach. Intervention model was then developed by integrating the results of qualitative research, literature review, and expert review. The second stage was examination the intervention model to identified its effectiveness on adaptation response and quality of life after stroke. This study was quasi-experimental research using post test control group design. The sampling method used in this study was consecutive sampling with a sample of 65 stroke patient (32 samples in intervention group and 33 samples in control group). Samples were allocated to intervention and control group by matching the hospital. The qualitative study identified nine theme stated by the participants. Qualitative themes serve as guidelines for developing intervention model. The first stage resulted in intervention model and its devices include intervention manual, module for nurses, and booklet for patients and their families. The second stage of research proves the significant difference in physiological and psychosocial adaptation response, and quality of life between measurements 3 months to 4 months after the intervention between groups. We conclude that IMAPS effectively improve the response of physiological and psychosocial adaptation, and quality of life after stroke;The purpose of this research was to develop intervention adaptation model for post-stroke (IMAPS) and identify its effectiveness on adaptation response and quality of life after stroke. This study conducted in two stages. The first stage was the development of intervention model that begins with a qualitative research using a descriptive phenomenological approach. Intervention model was then developed by integrating the results of qualitative research, literature review, and expert review. The second stage was examination the intervention model to identified its effectiveness on adaptation response and quality of life after stroke. This study was quasi-experimental research using post test control group design. The sampling method used in this study was consecutive sampling with a sample of 65 stroke patient (32 samples in intervention group and 33 samples in control group). Samples were allocated to intervention and control group by matching the hospital. The qualitative study identified nine theme stated by the participants. Qualitative themes serve as guidelines for developing intervention model. The first stage resulted in intervention model and its devices include intervention manual, module for nurses, and booklet for patients and their families. The second stage of research proves the significant difference in physiological and psychosocial adaptation response, and quality of life between measurements 3 months to 4 months after the intervention between groups. We conclude that IMAPS effectively improve the response of physiological and psychosocial adaptation, and quality of life after stroke, The purpose of this research was to develop intervention adaptation model for post-stroke (IMAPS) and identify its effectiveness on adaptation response and quality of life after stroke. This study conducted in two stages. The first stage was the development of intervention model that begins with a qualitative research using a descriptive phenomenological approach. Intervention model was then developed by integrating the results of qualitative research, literature review, and expert review. The second stage was examination the intervention model to identified its effectiveness on adaptation response and quality of life after stroke. This study was quasi-experimental research using post test control group design. The sampling method used in this study was consecutive sampling with a sample of 65 stroke patient (32 samples in intervention group and 33 samples in control group). Samples were allocated to intervention and control group by matching the hospital. The qualitative study identified nine theme stated by the participants. Qualitative themes serve as guidelines for developing intervention model. The first stage resulted in intervention model and its devices include intervention manual, module for nurses, and booklet for patients and their families. The second stage of research proves the significant difference in physiological and psychosocial adaptation response, and quality of life between measurements 3 months to 4 months after the intervention between groups. We conclude that IMAPS effectively improve the response of physiological and psychosocial adaptation, and quality of life after stroke]"
2015
D2114
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>