Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri W. Dwiningsih
"Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan tentang prinsip kesejahteraan sosial untuk djadikan pedoman dalam menjalankan pembangunan di Indonesia. Salah satu pembangunan yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat adalah industrialisasi. Karena pembangunan di sektor industri akan dapat mengembangkan sektor ekonomi dan seluruh masyarakat akan terlibat dalam perkembangan itu, sehingga dapat menikmati hasil pembangunan.
Dalam konteks pembangunan pedesaan di sektor industri, dampak industri membawa perubahan mata pencaharian dari pertanian ke non pertanian dan menciptakan aneka ragam mata pencaharian pokok dan sambilan serta meningkatkan pendapatan penduduk.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik mengadakan penelitian tentang "Dampak Keberadaan industri Air Mineral PT. Tirta Investama Terhadap Matapencaharian Masyarakat Desa Wangen, Kecamatan Polan Hardjo, Kabupaten Klaten". Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana perubahan matapencaharian dan peningkatan penghasilan penduduk Desa Wangen disebabkan oleh industri air mineral PT. Tirta investama.
Dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data primer, dilakukan survai terhadap 66 responden yang ditarik dengan menggunakan teknik Systematic Random Sampling dan menggunakan instrumen kuesioner. Disamping itu, dilakukan Pula wawancara mendalam terhadap 3 informan yang dipilih secara purposif (purposif sample) dan menggunakan instrumen pedoman wawancara. Untuk pengumpulan data sekunder dilakukan teknik studi kepustakaan/dokumentasi.
Berdasarkan hasil survai (data kuantitatif) menunjukkan bahwa 19% responden melakukan perubahan matapencaharian pokok dari pertanian ke non pertanian. Sedangkan hasil wawancara mendalam (data kualitatif) terlihat bahwa 80% dari seluruh buruh tani di desa ini pindah menjadi buruh bongkar muat Aqua. Dari hasil survai terlihat pula bahwa mayoritas responden melakukan matapencaharian sambilan baru dan minoritas responden meneruskan matapencaharian sambilan lama.
Hadirnya industri di desa ini menciptakan 3 jenis matapencaharian pokok baru yaitu: karyawan industri, buruh bongkar muat Aqua dan pedagang makanan/warung makan. Selain itu menciptakan pula 6 jenis matapencaharian sambilan baru yaitu: usaha ekspedisi Aqua, usaha katering, usaha jual beli limbah pabrik, usaha jual bahan bakar, usaha kos-kosan dan usaha warung makan.
Dari 6 jenis matapencaharian sambilan baru tersebut, ada 3 jenis matapencaharian sambilan menjadi generator pembangunan, yaitu mampu menciptakan lapangan kerja baru dengan menyerap banyak tenaga kerja baik dari masyarakat setempat maupun sekitarnya.
Dari segi pendapatan, hadirnya industri menciptakan pendapatan matapencaharian pokok baru yang dilakukan minoritas responden dan menciptakan pendapatan matapencaharian sambilan baru yang dilakukan mayoritas responden. Selain itu juga meningkatkan pendapatan matapencaharian sambilan lama yang dilakukan minoritas responden.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hadirnya industri PT. Tirta Investama di Desa Wangen memberikan perubahan matapencaharian penduduk dari pertanian ke non pertanian, menciptakan aneka ragam matapencaharian pokok dan sambilan baru, meningkatkan pendapatan penduduk.
Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah daerah untuk memecahkanl mengantisipasi berbagai hal yang merugikan masyarakat Desa Wangen yang disebabkan oleh industri air mineral PT. Tirta Investama."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariq Muhammad Sulthan
"Proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung, atau Whoosh, merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional yang bertujuan untuk mentransformasi moda transportasi umum di wilayah Jawa. Studi ini mengevaluasi signifikansi dari proyek tersebut terhadap industri regional, memahami bahwa terdapat dampak yang timbul terhadap berbagai indikator ekonomi seperti nilai tambah bruto, pendapatan, lapangan kerja dan emisi. Memanfaatkan tabel Interregional Input-Output Indonesia tahun 2016, studi penelitian ini mampu menguantifikasi dampak proyek pembangunan Whoosh dengan total peningkatan sebesar 69,38 triliun rupiah dalam nilai tambah bruto, 27,39 triliun rupiah dalam pendapatan rumah tangga, 353 645 dalam jumlah tenaga kerja, dan 14,18 juta ton CO2e dalam tingkat emisi.

The Jakarta-Bandung high-speed rail, or Whoosh, construction project is part of the National Strategic Project meant to transform public transportation in the Java region. This study assesses the project’s significance towards regional industries, understanding it can have overarching impact on various economic indicators such as gross value added, income, employment and emission. Using Indonesia’s 2016 Interregional Input-Output table, this research study is able to quantify the project’s impact to a total increase of 69.38 trillion rupiahs in gross value added, 27.39 trillion rupiahs in household income, 353 645 in labor/employment level, and 14.18 million tons of CO2e in emission level."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Satria
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi daya saing industri karung plastik nasional, strategi yang dapat dilakukan dalam rangka penciptaan daya saing global serta ingin melihat peran pemerintah untuk mendukung peningkatan daya saing tersebut.
Penentuan strategi ini dirancang dengan menggunakan teknik pendekatan sistem analisis SWOT yang digunakan untuk mengidentifkasi faktor-faktor penting peningkatan keunggulan daya saing yang meliputi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang dihadapi oleh industri karung plastik nasional. Sedangkan untuk melihat posisi persaingan industri karung plastik nasional di pasar global digunakan metoda revealed comparative advantage (RCA) dengan membandingkan nilai indeks RCA industri karung plastik nasional dengan beberapa negara pesaing. Sedangkan metoda proses hirarki analitik (PHA) digunakan untuk memudahkan permodelan prioritas permasalahan dan mengetahui afternatif strategi peningkatan keunggulan daya saing.
Dari hasil identifkasi terhadap sistem menunjukkan kekuatan yang dapat diandalkan seperti potensi bahan baku yang kita miliki, potensi pasar dalam negeri yang sangat besar dan jumlah tenaga kerja yang cukup tersedia dengan upah yang relatif murah. Sedangkan kelemahan yang kita miliki adalah masih rendahnya produktivitas tenaga kerja, promosi investasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang terpuruk, iklim usaha yang belum kondusif jika dibandingkan dengan negara pesaing dan faktor sumber daya modal yang masih mahal.
Peluang-peluang yang cukup menjanjikan antara lain liberalisasi perdagangan dunia dan dimulainya AFTA, sedangkan ancaman yang juga dihadapi adalah, dengan adanya globalisasi juga akan terjadi multi sourching didalam proses produksi, kecenderungan dari negara maju untuk melakukan proteksi dengan dalih HAM, isu lingkungan dan bioterorisme, kampanye untuk membatasi penggunaan karung plastik serta makin kuatnya negara pesaing.
Berdasarkan nilai indeks dengan menggunakan metoda RCA yang digunakan untuk melihat posisi daya saing Indonesia di pasar global diketahui nilai indeks RCA industri karung plastik nasional selama 1996 sampai dengan tahun 2000 selalu lebih besar dari 3 yang artinya mempunyai keunggulan daya saing kuat. Sedangkan jika dibandingkan dengan negara-negara pesaing (lima besar negara eksportir karung plastik) posisi Indonesia tahun 1996 ada pada peringkat III (dengan indeks 8,44), tahun 1997 peringkat IV (dengan nilai indeks 4,82), tahun 1998 peringkat V (dengan nilai indeks 4,06) dan tahun 1999 serta 2000 menduduki peringkat pertama (dengan nilai indeks 10,03 dan 11,14). Lima negara yang menjadi pesaing utama karung plastik Indonesia adalah China, Thailand, Turki, Mexico dan Korea.
Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner yang diisi oleh responden dengan metode PHA, faktor penentu yang mempengaruhi keunggulan daya saing industri karung plastik nasional secara berurutan adalah kondisi permintaan, kebijakan pemerintah, kesempatan, faktor kondisi, strategi, struktur dan persaingan dan industri terkait dan pendukung.
Analisis aktor/pelaku yang berperan dalam pengambilan keputusan stategi peningkatan daya saing industri karung plastik nasional adalah berturut-turut industri karung nasional, pemerintah, lembaga/institusi terkait, lembaga tujuan ekspor, negara pesaing, industri pendukung dan asosiasi.
Berdasarkan urutan prioritas tujuan yang ingin dicapai dalam penetuan strategi peningkatan daya saing industri karung plastik nasional di pasar global adalah pertumbuhan dan perluasan pasar ekspor, penguatan struktur industri dan perolehan devisa.
Dari pengolahan secara vertikal, diperoleh urutan pnoritas alternatif strategi sebagai upaya peningkatan daya saing industri karung plastik nasional di pasar global, adalah strategi generik diferensiasi menjadi prioritas utama, strategi generik keunggulan biaya menyeluruh menjadi prioritas kedua dan strategi generik fokus menjadi prioritas ketiga."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waworundeng, Adi Gidion
"Perdagangan intra-industri merupakan fenomena yang mendapat banyak perhatian dari banyak peneliti, baik secara teoritis maupun secara empiris. Awalnya fenomena ini banyak terjadi di negara maju, yang kemudian menyebar ke negara-negara berkembang pada tahun-tahun terakhir. Namun, hanya sedikit studi yang telah dilakukan pada negara-negara berkembang secara umum dan belum ada penelitian yang telah dilakukan terhadap perdagangan intra-industri di Indonesia secara mendalam. Studi ini mengkaji pola dan faktor-faktor determinan perdagangan intra-industri di Indonesia, dengan menggunakan indeks Grubel- Lloyd. Kemudian, perdagangan intra-industri dipisahkan menjadi perdagangan intra-industri horisontal dan perdagangan intra-industri vertikal. Model ekonometrik digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor penentu total perdagangan intra-industri, perdagangan intra-industri horisontal dan perdagangan intra-industri vertikal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks intra-industri di Indonesia cenderung meningkat pada periode 1991-200 . Secara umum, perdagangan intra- industri vertikal jauh lebih tinggi daripada perdagangan intra-industri horizontal dalam banyak kasus. Empat faktor penentu diidentifikasi untuk total perdagangan intra-industri yaitu, angka rata-rata PDB, selisih antara PDB, jarak geografis dan variabel dummy untuk AFTA, dan faktor-faktor penentu ini sama dengan factor- faktor untuk perdagangan intra-industri horisontal. Untuk perdagangan intra- industri vertikal, hanya ada tiga faktor penentu yang ditemukan signifikan yaitu, angka rata-rata PDB, selisih antara PDB, dan jarak geografis. Temuan ini sebagian besar sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya.

Intra-industry trade is a phenomenon which has received much attention from researchers, both theoretically an empirically. Initially a phenomenon in developed countries, it has expanded to developing countries in recent year. However, only a few studies have conducted on developing countries in general and none has been done on Indonesia’s intra-industry trade. This study investigates the patterns and determinants of Indonesia’s intra-industry trade, measuring it by Grubel-Lloyd index. Then, intra-industry trade is disentangled into horizontal IIT and vertical IIT. Econometric models are used to explain the determinants of total IIT, horizontal IIT or vertical IIT.
The results show that Indonesia’s intra-industry index has tended to increase from 1991 to 2000. In general, vertical intra-industry trade is much higher than horizontal intra-industry trade in most cases. Four determinants were identified for total IIT, the average of the GDP, the difference of GDP, geographical distance and dummy variable for AFTA, and the same determinants were formed for horizontal IIT. For vertical IIT, however, only three determinants were found significant, the average of the GDP, the difference of GDP, and geographical distance. These findings are mostly in line with the results of previous studies on intra-industry trade.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Nur An-Nisaa Widiani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pergerakan nilai tukar rupiah
terhadap nilai perusahaan dan untuk mengetahui perbedaan tingkat eksposur
antarindustri di Indonesia pada periode 2003-2012. Selain itu, penelitian ini juga
bertujuan untuk melihat variabel yang mempengaruhi tingkat perbedaan eksposur
nilai tukar. Data penelitian menggunakan sampel perusahaan purely domestic dan
perusahaan yang terlibat dalam aktivitas internasional yang diklasifikasikan ke
dalam 8 industri. Dengan menggunakan metode orthogonalize market return,
ditemukan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pergerakan nilai tukar
dengan nilai perusahaan dan terdapat perbedaan tingkat eksposur antarindustri.
Industri pertanian, industri dasar dan kimia, dan barang konsumsi memiliki
tingkat koefisien eksposur yang lebih tinggi dibandingkan dengan industr i
lainnya.

ABSTRACT
This study aimed to examine the effect of exchange rate movements on firm value
and determine the exposure level differences among industries in Indonesia
during 2003-2012. In addition, this study also aimed to determine variables that
influence the level of exposure. Samples using purely domestic companies and
companies which involved in international activities which is classified into 8
industries. By using orthogonalize market return, results found that there is a
strong relationship between the movement of the exchange rate and value of the
firm and there are differences in exposure levels among industries. Agricultures,
basic and chemicals, and consumer good industry have the highest exchange rate
exposure among other industry."
2014
S53855
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurachma Indrati Sukirno
"ABSTRAK
Teori Human Capital mengatakan bahwa tenaga kerja yang berpendidikan lebih tinggi akan mendapatkan upah yang lebih besar karena mereka memiliki produktivitas yang lebih tinggi. Namun bukti empiris menunjukkan peningkatan produktivitas tidak diikuti oleh peningkatan upah. Hal tersebut menggambarkan adanya degree of monopsony yang dimiliki perusahaan. Degree of monopsony dapat bervariasi antar sektor karena antar sektor memiliki karakteristik yang berbeda. Penelitian ini meneliti adanya degree of monopsony yang berbeda antar sektor dengan cara melihat hubungan antara komposisi tenaga kerja berdasarkan level pendidikan terhadap productivity-pay gap/rent sharing yang didapatkan oleh perusahaan pada industri manufaktur Indonesia pada kurun waktu 1996 dan 2006. Pengukuran rent sharing mengikuti metode Ours Stoeldraijer 2011 dan Kampelmann et.al 2018 yaitu selisih antara produktivitas tenaga kerja dengan rata-rata pengeluaran upah tenaga kerja yang dibayarkan oleh perusahaan. Penelitian ini menggunakan pooled cross section data yang dikontrol dengan dummy tahun, dan diestimasi menggunakan metode Ordinary Least Square OLS . Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian sektor industri manufaktur memiliki degree of monopsony terhadap tenaga kerja yang berpendidikan menengah dan tinggi, ditunjukkan dengan rent sharing positif yang didapatkan perusahaan jika menggantikan tenaga kerja yang berpendidikan rendah dengan tenaga kerja yang berpendidikan menengah dan tinggi. Semakin tinggi level teknologi produksi suatu sektor maka semakin besar degree of monopsony sektor tersebut terhadap tenaga kerja yang berpendidikan tinggi.

ABSTRACT
Human capital theory suggest that more educated worker would received higher payment because more productive than less educated worker. But empirical studies show increased productivity not in line with the increase in wage. This phenomenon reflects the existence of degree of monopsony owned by the company. Degree of monopsony can vary between sectors because the inter sector has different characteristics. This study examined the existence of different degree of monopsony between sectors by looking at the relationship between labor composition based on educational level on productivity pay gap rent sharing obtained by companies in Indonesian manufacturing industry during 1996 and 2006. We use method of Ours Stoeldraijer 2011 and Kampelmann et.al 2018 to measure rent sharing. This study use pooled cross section of data controlled by year dummy, and estimated using the Ordinary Least Square OLS method. The results show that some manufacturing industry sectors have a degree of monopsony for medium and high education workers, indicated by the positive rent sharing that firms earn when replacing a low educated workforce with a high and middle education workforce. The higher the level of production technology of a sector, the greater the degree of monopsony of the sector to a highly educated workforce. "
2018
T50315
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawan
"Teknologi telekomunikasi hadir sebagai sarana untuk menghubungkan setiap manusia akan kebutuhan informasinya. Teknologi ini menggunakan sistem jaringan untuk menghubungkan satu perangkat telekomunikasi dengan perangkat telekomunikasi yang lain sesuai dengan kebutuhan akan informasi, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar informasi dapat disebar dan diakses secara global. Perkembangan teknologi telekomunikasi memberikan dampak langsung terhadap perilaku manusia sebagai pengguna, terutama menyangkut bagaimana manusia berinteraksi antara satu dengan yang lain tanpa mengingat sekat waktu dan tempat. Dengan kemampuannya, teknologi telekomunikasi masa kini semakin memudahkan manusia untuk mencukupi kebutuhan berkomunikasi sehingga menghasilkan informasi yang berkualitas dan strategis untuk pengambilan keputusan, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang dimanfaatkan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan. Maslow dalam konsep piramida pemenuhan dan penetrasi kebutuhan manusia, teknologi telekomunikasi berada di level piramida berikutnya yang memang belum mampu mencapai seluruh manusia di muka bumi. Meski telah lengkap, akan tetapi konsep yang dikemukakan oleh Maslow ini masih belum melihat lebih jauh koneksitas antara telekomunikasi dengan bidang lain dalam kehidupan manusia. Maslow melihat berbagai unsur pemenuhan kebutuhan manusia sebagai entitas yang terpisah. Akan tetapi telekomunikasi juga dapat dilihat sebagai entitas yang memiliki koneksitas dengan berbagai entitas kehidupan manusia yang lain. Dengan konsep piramidanya, Maslow memberikan jawaban bagaimana telekomunikasi dapat berpengaruh bagi entitas kehidupan yang lain, serta bagaimana kehidupan dapat mempengaruhi telekomunikasi.

Telecommunications technology is present as a means to connect every human being to their information needs. This technology uses a network system to connect one telecommunication device to another in accordance with the need for information, and telecommunication technology is used so that information can be disseminated and accessed globally. The development of telecommunications technology has a direct impact on human behavior as users, especially regarding how humans interact with one another without considering the barriers of time and place. With its capabilities, today's telecommunications technology makes it easier for humans to meet their communication needs so as to produce quality and strategic information for decision making, namely information that is relevant, accurate and timely, which is used for personal, business, and government purposes. Maslow in the concept of the pyramid of fulfillment and penetration of human needs, telecommunications technology is at the next level of the pyramid which has not been able to reach all humans on earth. Even though it is complete, the concept put forward by Maslow has not seen further the connectivity between telecommunications and other fields of human life. Maslow saw the various elements of meeting human needs as separate entities. However, telecommunications can also be seen as an entity that has connectivity with various other entities of human life. With his pyramid concept, Maslow provides answers on how telecommunications can affect other living entities, and how life can affect telecommunications."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sumilah
"Lokasi industri diarahkan pada tempat yang serasi dengan perkembangan daerah dilihat dari Sumber Daya, Tenaga Kerja, Jaringan Transportasi, Modal, Pasar, Suasana Industri dan Ketenteraman Sosial Politik. Berdasarkan hal tersebut di atas, pemerintah Kabupaten Bogor menetapkan Kawasan Citeureup, daerah yang masih terisolir dan belum padat penduduknya menjadi kawasan industri. Dengan alasan dekat dengan bahan mentah, dekat ke pasar lokal, ke pasar nasional maupun internasional, pengembangan jalan transportasi, menarik tenaga kerja di perkotaan. Adanya industri di suatu tempat akan menimbulkan perubahan terhadap ruang. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk membandingkan perubahan penggunaan tanah, mata pencaharian dan kwalitas rumah sebelum dan sesudah adanya industri dan dengan ketiga aspek tersebut di atas. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini, korelasi peta, dan skala nilai. Setelah dilakukan analisa diperoleh ringkasan sebagai berikut; Yang berkurang tanah persawahan, tanah kebun campuran dan tanah tegalan. Yang bertambah tanah perkebunan, tanah perkampungan dan tanah industri. Perubahan mata pencaharian sebagai berikut ; tenaga kerja petani menurun, pedagang bertambah, muncul tenaga kerja buruh kasar, jasa angkutan bertambah, muncul tenaga kerja industri."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S33319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Puspitowati
"Tesis ini bertujuan untuk ( i ) melihat kontribusi industri manufaktur terhadap pertumbuhan output ( ii) melihat faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan industri manufaktur (iii) melihat efisiensi teknis pada industri manufaktur ISIC tiga digit di Indonesia tahun 1990-1997.
Metode dekomposisi pertumbuhan digunakan sebagai pendekatan untuk melihat kontribusi industri manufaktur terhadap output, karena dapat diperoleh faktor apa yang berperan terhadap pertumbuhan output domestik. Fungsi Produksi Cobb Douglas digunakan untuk melihat faktor -faktor yang menentukan pertumbuhan industri manufaktur. Sementara untuk melihat efisiensi teknis digunakan Data Envelopment Analysis.
Data yang digunakan berasal dari Tabel Input Output 1990 dan 1995 untuk melihat kontribusi industri manufaktur. Untuk melihat faktor penentu pertumbuhan industri manufaktur digunakan data panel yang berasal dari data industri manufaktur tiga digit kecuali minyak dan gas, demikian pula untuk efisiensi teknis.
Studi ini menunjukkan industri manufaktur merupakan penentu utama dalam pertumbuhan output domestik perekonomian Indonesia tahun 1990-1995. Sementara untuk industri manufaktur terlihat pertumbuhan sektor tersebut lebih dipengaruhi oleh permintaan domestik kemudian ekspansi ekspor.
Dalam analisis data panel menunjukkan bahwa pertumbuhan nilai tambah industri manufaktur disebabkan karena pertumbuhan tenaga kerja , pertumbuhan ekspor dan pertumbuhan kapital.
Dengan menggunakan Data Envelopment Analysis diperoleh hasil bahwa ada kecenderungan beberapa sub sektor menunjukkan efisiensi yang tinggi pada periode penelitian. Dimana hasil tersebut cenderung menunjukkan industri kapital intensif mendorong efisiensi pada industri labor intensif.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985
R 622.03 KAM
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>