Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177735 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Rahmawati
"Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyebab utama morbiditi dan mortaliti penyakit kronik, dilaporkan PPOK menjadi penyebab kematian keempat di dunia dan diperkirakan prevalens dan mortalitinya akan terus meningkat pada dekade mendatang. Tahun 2020 diperkirakan PPOK akan menempati urutan ketiga penyebab kematian dan urutan kelima penyebab hilangnya disability adjusted life years (DALYs) di dunia. Pertambahan jumlah perokok, perkembangan industrialisasi dan polusi udara akibat penggunaan slat transportasi meningkatkan jumlah penderita PPOK dan menimbulkan masalah kesehatan.
Pedoman yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun 2003 menyatakan bahwa PPOK adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di jalan napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas beracun dan berbahaya.
Penurunan fungsi paru pada PPOK lebih progresif dibandingkan paru normal pertahunnya, penurunan tersebut akan diperburuk oleh eksaserbasi. Eksaserbasi pada PPOK harus dapat dicegah dan ditangani semaksimal mungkin untuk mengurangi perburukan fungsi paru. Eksaserbasi ditandai dengan sesak, batuk dan produksi sputum atau perubahan warna sputum yang meningkat dibandingkan keadaan stabil sehari-hari. Penatalaksanaan PPOK bertujuan untuk mengurangi gejala penyakit, mencegah eksaserbasi berulang, memperbaiki dan mencegah penurunan fungsi paru set-La meningkatkan kualiti hidup penderita.
Penderita PPOK eksaserbasi dapat diberikan pengobatan dengan antibiotik, bronkodilator dan antiinflamasi tetapi untuk menurunkan frekuensi dan lama eksaserbasi memerlukan pemberian mukolitik dan antioksidan sehingga diharapkan dapat memperbaiki fungsi paru. Eksaserbasi PPOK yang berulang tidak berhubungan dengan beratnya penyakit dasar atau beratnya eksaserbasi. Antibiotik secara bermakna menurunkan relaps eksaserbasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwien Heru Wiyono
Jakarta: UI-Press, 2009
PGB 0289
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Kartika Sari
"Keluhan utama yang paling sering dirasakan pasien PPOK adalah sesak. Salah satu intervensi keperawatan untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam upaya mengatasi sesak pasien PPOK adalah efikasi diri pursed lip breathing. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh efikasi diri pursed lip breathing terhadap penurunan sesak dan peningkatan saturasi oksigen pasien PPOK. Desain penelitian adalah randomized controlled trial dengan rancangan penelitian pretest-postest design. Penelitian ini melibatkan 36 responden dengan menggunakan teknik randomisasi blok terbagi menjadi 18 responden kelompok intervensi dan 18 responden kelompok kontrol. Hasil analisis statistik didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna penurunan sesak dan peningkatan saturasi oksigen antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah intervensi dengan nilai p < 0.001. Efikasi diri pursed lip breathing dapat dijadikan salah satu alternatif intervensi keperawatan manajemen jalan napas pada pasien PPOK.

The main complaints are most often perceived COPD patient is dyspnea. One of nursing interventions to increase self confidence in the effort to overcome the dyspnea of COPD patients are self-efficacy of pursed-lips breathing. This study objective was to see the influence of self-efficacy of pursed-lips breathing on dyspnea reduction and oxygen saturation increase in COPD patients. A randomized controlled trial with pretest-postest method were used as the study design. This study involved 36 respondents divided into intervention and control group by block randomization. The statistic analysis result shows a difference between the two groups after the interventions were made which means there were dyspnea reduction and oxygen saturation increase at value p < 0.001. selfefficacy of pursed-lips breathing can be applied as one of alternative nursing intervention for COPD airway management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T44180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leleulya, Marlond Rainol
"Gangguan fungsi seksual dapat terjadi pada laki-laki di segala usia, suku dan latar belakang budaya. Diperkirakan lebih dari 152 juta laki-laki di dunia menderita disfungsi ereksi pada tahun 1995 dan jumlahnya terus meningkat sehingga diperkirakan akan mencapai 322 juta di tahun 2025. Pengetahuan tentang fisiologi, patofisiologi fungsi seksual laki-laki dan melode diagnostik serta pengobatan dalam 3 dekade terakhir mengalami kemajuan bermakna. Keterlibatan fisiologi, sifat dan elemen-elemen yang terlibat dalam respons seksual normal dan aktiviti fungsional struktur penis telah berhasil diketahui. Mekanisme pasti komponen sistem saraf yang terlibat dalam proses ereksi jugs telah dapat dimengerti. Dalam bidang patofisiologi perkiraan kontribusi relatif faktor psi kogenik dan organik diketahui menjadi penyebab disfungsi ereksi pada laki-laki serta banyak faktor risiko yang menjadi penyebab disfungsi ereksi berhasil diidentifikasi. Pemeriksaan fisis dan laboratorium berkembang dengan pesat dengan berbagai pemeriksaan psikometri, hormonal, vaskular dan neurotogis.
Pedoman yang dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) tahun 2003 menyatakan PPOK adalah penyakit paru obstruktif kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas beracun dan berbahaya. Pertambahan jumlah perokok, perkembangan industrialisasi dan polusi udara akibat penggunaan slat transportasi meningkatkan jumlah penderita PPOK dan menimbulkan masalah kesehatan. Diperkirakan 14 juta orang menderita PPOK di Amerika Serikat pada tahun 1991, meningkat 41,5 % dibandingkan tahun 1982 sedangkan mortalitinya menduduki peringkat ke-4 penyebab kematian terbanyak yakni 18,6 per 100.000 penduduk pada tahun 1991 dan angka kematian ini meningkat 32,9 % dari tahun 1979 sampai 1991. Laki-laki dan perempuan mempunyai angka mortaliti yang sama sebelum usia 55 tahun sedangkan laki-laki usia 70 tahun angka kematian meningkat dua kali dari perempuan. Studi pada 12 negara di Asia Pasifik oleh Chronic Obstructive Pulmonary Disease Working Group mendapatkan prevalens PPOK bervariasi mulai dari 3,5% di Hong Kong dan 6,7% di Vietnam sedangkan di Indonesia sebesar 5,6%. World Health Organization (WHO) memperkirakan prevalens PPOK akan meningkat pada tahun 2020 dari peringkat 12 ke 5 penyebab penyakit tersering di seluruh dunia.
Koitus merupakan proses alamiah dan dibutuhkan manusia. Penyakit kronik selain mengganggu kemampuan menikmati hidup jugs mengganggu fungsi seksual. Disfungsi ereksi yang terjadi berkisar dari gangguan kecii sampai bencana bagi keluarga. Hudoyo dkk. menemukan disfungsi ereksi pada penderita PPOK mencapai 62,5%. Selama ini layanan medis dalam penanganan penderita PPOK terbatas pada keluhan-keluhan penderita yang berhubungan dengan sesak napas, faktor-faktor penyulit dan komplikasinya sedangkan masalah psikososial kurang mendapat perhatian. Walaupun masalah psikososial secara langsung tidak mempengaruhi angka harapan hidup, tetapi kondisi ini sangat mempengaruhi kualiti hidup penderita beserta pasangannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Talesu, Johan
"Tujuan : Untuk menilai efikasi latihan intensitas rendah Hairmyres terhadap kapasitas fungsional menggunakan Uji Jalan Enam Menit (UJ6M) dan kualitas hidup menurut St. George's Respiratory Questionnaire (SGRQ) pada penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
Metode : Studi intervensi pre-eksperimental pra dan pasca perlakuan pada satu kelompok. Sampel dilatih senam Hairmyres selama delapan minggu, 5 kali per minggu, 2 kali dihadapan peneliti. Data UJ6M diambil sebelum, pada empat minggu dan akhir latihan, data SGRQ diambil sebelum dan sesudah latihan .
Tempat : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan RSU Persababatan.
Subyek : Didapat 17 pasien PPOK sedang dan berat yang mengikuti latihan, tiga orang gugur sehingga sisa 14 orang dari minimum sampel delapan orang.
Hasil : Selisih rerata jarak UJ6M antara awal dan akhir perlakuan dan antara minggu keempat dan akhir perlakuan menunjukkan perbedaan sangat bermakna (p=0,000), selisih antara awal dan minggu keempat perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna (p=0,016). Selisih rerata nilai SGRQ pada awal dan akhir perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna pada komponen Aktivitas, Dampak dan Total (p<0,05), sedangkan pada komponen Gejala tidak didapat perbedaan bermakna (p>O,05).
Kesimpulan : Kapasitas fungsional berdasarkan UJ6M dan kualitas hidup menurut SGRQ pada pasien PPOK meningkat secara sangat bermakna setelah melakukan senam Hairmyres.
Kata kunci : PPOK, Latihan intensitas rendah, UJ6M, SGRQ.

Objective : To evaluate the efficacy of low-intensity Hairmyres exercises on the functional capacity using Six Minutes Walking Test (6MWT) and quality of Life according to St. George's respiratory questionnaire (SGRQ) on Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) patients.
Method : Pre-experimental intervention, before and after on one subject group. Samples use Hairmyres exercise for eight weeks, 5 times a week, of which two are done in front of the researcher. 6MWT is taken pre, on week four, and post exercise periods. SGRQ is taken pre and post exercise periods.
Location : RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo and RSU Persahabatan.
Subject : 17 moderate to severe COPD patients participated in the study. Three dropped out leaving 14 patients out of eight minimum samples.
Result : Mean difference of 6MWT between pre and post intervention, and between fourth week and post intervention shows highly significant results (p=0.000). Mean difference between pre and fourth week intervention shows significant results (p=0.016). Mean difference of SGRQ between pre and post intervention shows significant results on Activity, Impact and Total components (p0.05)
Conclusion : The functional capacity based on 6MWT and quality of life according to SGRQ on COPD patients significantly increases after doing Hairmyres exercises.
Key words : COPD, low-intensity exercise, 6MWT, SGRQ
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurvidya Rachma Dewi
"Latar belakang: Gangguan kognitif memiliki prevalens yang tinggi pada orang dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan dapat menunjukkan hambatan kognitif di berbagai aspek, termasuk waktu reaksi. Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan waktu reaksi pada kelompok pengemudi taksi PT “X” di Jakarta yang PPOK dan bukan PPOK.
Metode: Total 99 orang pengemudi taksi PT “X” di Jakarta dilibatkan dalam penelitian potong lintang ini dan menjalani beberapa pemeriksaan. Kuesioner dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang karakteristik dasar, latar belakang pendidikan, faktor pekerjaan dan status merokok. Pemeriksaan spirometri dan uji bronkodilator dilakukan untuk menilai faal paru dan mendeteksi gangguan saluran napas. Versi Indonesia dari uji Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) digunakan untuk menilai adakah gangguan kognitif pada subjek. Waktu reaksi subjek diukur dengan menggunakan alat reaction timer Lakassidaya L-77 (Biro Konsultasi Departemen Kesehatan, Keselamatan dan Produktivitas Kerja, Yogyakarta, Indonesia).
Hasil: Proporsi PPOK pada pengemudi taksi PT “X” di Jakarta adalah 9,47%, dengan 84,62% dari pengemudi taksi dengan PPOK memiliki gangguan kognitif. Hasil rerata waktu reaksi pada kelompok PPOK lebih lambat bila dibandingkan dengan kelompok bukan PPOK yaitu sebesar 252,18 milidetik dibandingkan dengan 202,73 milidetik.
Kesimpulan: Proporsi PPOK pada pengemudi taksi PT “X” di Jakarta adalah sebesar 9,47%. Sebagian besar dari pengemudi taksi yang PPOK tersebut memiliki gangguan kognitif yang dapat mempengaruhi waktu reaksi dan selanjutnya dapat berpengaruh terhadap performa mengemudi.

Background: Cognitive impairment is prevalent in chronic obstructive pulmonary disease (COPD) and is detrimental to work performance, including reaction time. This study investigates the comparison of reaction times between taxi drivers with COPD and without COPD.
Method: This cross-sectional study included 99 male taxi drivers of a taxi company in Jakarta, Indonesia, as subjects. Subjects were questioned and examined to obtain their basic characteristics, educational backgrounds, occupational factors, and smoking status. Lung function tests were used to detect respiratory airway disorders. The Indonesian version of the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) test was used to determine cognitive impairment. The reaction times were measured using reaction timer Lakassidaya L-77 (The Occupational Health, Safety, and Work Productivity Consultative Bureau, Yogyakarta, Indonesia).
Result: The proportion of COPD was 9.47%, and 84.62% of which had cognitive impairment. The mean reaction time of the COPD group was slower than the non-COPD group (252.18 ms vs. 202.73 ms).
Conclusion: The proportion of taxi drivers with COPD in this study was 9.47%. Most of them had a cognitive impairment, which affected their reaction time and ultimately impaired their driving performance."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Riyadi
"Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang ditandai oleh hambatan aliran udara menahun di saluran napas, bersifat progresif nonreversibel atau reversibel sebagian. Penyakit ini merupakan salah satu gangguan pernapasan yang menyebabkan kecacatan dan kematian. Tahun 199I di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 14 juta orang menderita PPOK, meningkat 41,5% dibandingkan tahun 1982. Angka kematiannya menduduki peringkat ke-4 dari sebab kematian terbanyak yaitu 18,6 setiap 100.000 penduduk. Laki-laki dan perempuan angkanya sama sebelum usia 55 tahun, laki-laki terus meningkat dan saat usia 70 tahun menjadi dua kali perempuan.
Tahun 1995 di Indonesia PPOK dan asma menduduki peringkat kematian ke-5 berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI. Tahun 1997 Yunus memberikan gambaran pola kasus PPOK yang mengalami eksaserbasi akut dan dirawat di bagian Pulmonologi RS Persahabatan yaitu 104 kasus didiagnosis PPOK dan hanya 65 kasus memenuhi kriteria PPOK. Di Rumah Sakit Persahabatan sebagai pusat rujukan paru nasional, PPOK menduduki peringkat ke-5 dari jumlah penderita yang berobat jalan serta menduduki peringkat ke-4 dari jumlah penderita rawat.
Tahun 1990 Sherrill dick. menyatakan statistik kesehatan sulit mencatat prevalensi PPOK ini karena definisi, pengenalan dan salah mengklasifikasikan. Tahun 2000 di Inggris terdapat 600.000 penderita PPOK dan keluhan mulai timbul setelah usia 40 tahun. Prevalensi laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan laki-laki akan meningkat 5% saat usia 65-75 tahun serta meningkat 10% saat usia lebih dari 70 tahun. Di negara berkembang prevalensi PPOK meningkat terus seiring dengan peningkatan konsumsi rokok.
Stadium akhir PPOK didahului oleh suatu disability (ketidakmampuan) yang progresif yaitu penurunan kapasiti latihan dan berbagai gejala yang tidak hanya terbatas masalah pemapasan saja misalnya cepat lelah, sukar tidur, cepat marah dan putus asa. Akhimya penderita akan masuk ke dalam lingkaran masalah yang berkelanjutan yang berakibat handicap (kacacatan) menetap, mulai dari sesak berkepanjangan, inaktiviti sampai dekondisi yang berat, keterbatasan dalam aktiviti psikososial yang diikuti oleh depresi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sihotang, Retta C.
"ABSTRAK
Pemilihan obat antidiabetik oral (OAD) pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2) dengan penyakit ginjal kronik (PGK) sangatlah penting karena sebagian besar OAD diekskresikan melalui ginjal sehingga diperlukan penyesuaian dosis. Di Indonesia, sulfonilurea (SU) kerja pendek umum dipakai untuk pengelolaan DMT2 dengan PGK. Tinjauan pustaka ini membahas perbandingan efektivitas dan keamanan beberapa jenis SU dengan OAD lainnya pada pasien DMT2 dengan PGK. Golongan obat yang dievaluasi adalah SU, tiazolidindion (TZD), penghambat DPP-IV, dan penghambat SGLT-2. Sulfonilurea kerja pendek (gliklazid dan glipizid) dan penghambat SGLT-2 (empaglifozin dan canaglifozin) dapat menghambat progresi PGK pada DMT2. Pioglitazon dan sitagliptin dikaitkan dengan progresi PGK yang lebih tinggi, sementara linagliptin berefek netral terhadap perburukan PGK. Namun, sitagliptin dan linagliptin memiliki risiko lebih rendah dalam menyebabkan hipoglikemia dibandingkan SU kerja pendek. Dengan demikian, dapat disimpulkan OAD golongan SU kerja pendek, seperti gliklazid dan glipizid masih dapat menjadi pilihan utama untuk pengelolaan glukosa darah pada pasien DMT2 dengan PGK di Indonesia."
Jakarta: Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
610 JPDI 5:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Turnip, Helena
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan latihan jentera dan sepeda statis terhadap perubahan kapasitas fungsional dan kualitas hidup pada penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) kondisi stabil.
Metode: Metode penelitian eksperimental dengan jumlah sampel 44 orang, terdiri dari 22 orang dengan latihan sepeda statis dan 22 orang dengan latihan jentera yang datang ke poli Rehabilitasi Medik RS Persahabatan. Penilaian kapasitas fungsional menggunakan metode Uji Jalan 6 Menit (UJ6M) dilakukan minggu I, V dan IX. Penilaian kualitas hidup diukur menggunakan St. George’s Respiratory Questionnaire (SGRQ) dilakukan minggu I dan IX. Program latihan dilakukan selama 8 minggu.
Hasil: Latihan jentera dan sepeda statis menghasilkan perbaikan signifikan baik dalam hal hasil uji jalan 6 menit dan SGRQ sejak minggu I sampai IX. Namun dalam perbandingan latihan yang memberikan hasil terbaik, jentera meningkatkan jarak tempuh jalan 6 menit lebih baik dibandingkan sepeda statis secara konsisten pada minggu I–V, V-IX dan I-IX (p <0,001). Untuk nilai SGRQ, hasil kedua latihan tidak berbeda signifikan.
Kesimpulan: Kelompok latihan jentera memiliki peningkatan kapasitas fungsional yang lebih besar dan berbeda bermakna dibandingkan kelompok latihan sepeda statis pada subjek PPOK stabil. Kelompok latihan jentera memiliki peningkatan kualitas hidup yang tidak berbeda bermakna dibandingkan kelompok latihan sepeda statis pada subjek PPOK stabil.

Objective: This study aimed to assess the differences between treadmill and ergocycle exercise on changes in functional capacity and quality of life in patients with stable Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
Methods: This is an experimental research with a sample of 44 subjects, consisting of 22 subjects in the ergocycle exercise group and 22 subjects in the treadmill exercise group, at Persahabatan Hospital Medical Rehabilitation Clinic. Assessment of functional capacity using the 6 Minute Walking Test (6MWT) was performed on weeks I, V and IX. Assessment of quality of life was measured using the St. George's Respiratory Questionnaire (SGRQ) performed on the week I and IX. Training program was conducted for 8 weeks.
Results: Treadmill and ergocycle exercise produce significant improvement in both the 6MWT results and SGRQ since week I to IX. But in comparison, treadmill exercise improves 6MWT distance better than ergocycle consistently at week I-V, V-IX and I-IX (p <0.001). For the SGRQ score, both exercises did not differ significantly.
Conclusion: The treadmill exercise group had a larger and significantly different improvement in functional capacity than the ergocycle exercise group in stable COPD subjects. Treadmill exercise group improvements on quality of life was not significantly different than the ergocycle exercise group in stable COPD subjects.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>