Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156371 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tetty Rimenda
"Didalam memutuskan untuk membeli suatu barang, banyak pertimbanganpertimbangan yang harus difikirkan oleh konsumen. Salah satunya adalah faktor harga_ Harga mahal cendrung dipersepsikan dengan kualitas tinggi, sedangkan harga murah biasanya dipersepsikan berkualitas rendah .
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat apakah format harga dan order diskon mempengaruhi persepsi pengorbanan, persepsi kualitas dan persepsi nilai konsumen. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Surf et al (2000) yang menyatakan bahwa dalam mengevaluasi suasana diskon, konsumen lebih menyukai format harga fixed dibandingkan dengan format harga discounted Selain itu konsumen juga lebih memilih order diskon 15 % - 25 % dibandingkan dengan order diskon 25 % - 15 %. Sedangkan penelitian Mobley et al (1988) menyimpulkan bahwa persepsi kualitas menurun bila harga dipresentasikan dalan format discounted dan order diskon besar (> 50 %).
Penelitian yang memilih Batik Danar Hadi sebagai objek penelitian ini, dilakukan dengan melaksanakan eksperimen. Responden dibagi kedalam 4 kelompok kemudian kepada masing-masing kelompok ditunjukkan gambar Batik Danar Hadi yang dipresentasikan dalam format fixed dan format discounted dengan order diskon 15 % dan 25 %. Penelitian ini diolah dengan SPSS per 10.0 Manova. Hasilnya menunjukkan bahwa format harga dan order diskon mempengaruhi persepsi pengorbanan konsumen. Konsumen Iebih memilih bila harga di presentasikan dengan format harga fixed dan order diskon 15 %. Selanjutnya penelitian ini menyimpulkan bahwa format harga dan order diskon tidak mempengaruhi persepsi kualitas konsumen. Penulis menduga hal ini karena adanya pengaruh prior knowledge, yaitu pengetahuan dan pengalaman konsumen tentang Batik Danar Hadi yang cukup baik, sehingga konsumen tidak terpengaruh kepada format harga serta order diskon.

In buying decision, consumers consider many factors, and one of it, is price. High price is usually viewed as a reflection of higher quality goods but lower price is considers as the opposite.
The purpose of this research is to analyze the influence of price and discount order on sacrifice perception, quality perception and customer value perception. Previous research done by Suri et al (2000) said that in evaluating discount format, most costumer prefer a fixed price rather than discounted price. Furthermore they also choose 15 % - 25 % discount order rather than 25 % - 15 %. Research done by Mobley et al (1988) conclude that quality perception will diminish when the price is presented in discounted format, and the discount order is more than 50 %.
Batik Danar Hadi is selected as an object of this experimental research. Respondents are divided into four groups. Each groups was shown many photos of Danar Hadi's collections, which is presented in fixed price format and discounted price format, with different order discount (15 % and 25 %). Data collected from the research were analyzed by SPSS version 10.0 Manova, concluded that price format and discount order influence customer's sacrifice perception. Customer prefer to choose price which is presented in fixed price format and discount order 15 %. Furthermore this research found price format and discount order did not influence customer's quality perception. From the point of view researcher its caused by consumer's prior knowledge of Danar Hadi is very good."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T20117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ariana Novadian A.K.
"ABSTRAK
Sebagaimana diketahui, perkawinan di Indonesia bukan sekedar menyatukan
dua individu tetapi berikut juga dengan keluarganya, maka sosok mertua menjadi perlu
diperhatikan keberadaannya karena dapat mempengaruhi kebahagiaan perkawinan
seseorang. Disukai atau tidak, kondisi tersebut harus disadari oleh pasangan, apalagi
bagi mereka yang harus menetap sementara di rumah orang tua karena pertimbangan
tertentu, sedangkan antara pasangan muda tersebut pun, masih harus melakukan
usaha penyesuaian diri, maka dapat dilihat bahwa pilihan untuk tinggal dengan orang
tua setelah menikah ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan, perlu pemikiran
dan persiapan sebelumnya. Jadi membina dan mempertahankan hubungan yang baik
dengan mertua jelas harus dapat tercipta karena dampaknya bukan saja pada
kehidupan perkawinan tetapi juga pada hubungan dengan keluarga besar pasangan.
Hubungan menantu-ibu mertua, khususnya menantu perempuan merupakan
fenomena yang menarik untuk ditelaah. Tampaknya, hubungan mereka seperti ibu-
anak tetapi tidak sepenuhnya demikian, karena berkaitan dengan keberadaan suami
sebagai ?penghubung" yang menyebabkan mereka menyandang status menantu dan
mertua. Belum Iagi adanya steriotip negatif yang melingkupi hubungan dengan ibu
mertua ataupun tentang sosoknya. Hal tersebut memang secara penelitian, khususnya
di indonesia belum dibuktikan namun melalui pengamatan sehari-hari, baik dari
percakapan maupun dari media-media massa, cukup memperlihatkan kecenderungan
ke arah tersebut. Bila meIihat pada tahapan perkembangan keluarga, kerawanan
dalam hubungan menantu dan mertua memang dapat mungkin terjadi. Sebagaimana
diketahui, bahwa akan ada suatu tahap di mana terjadi pengalihan beberapa tugas
dari ibu kepada istri, dan bukan tidak mungkin, hal tersebut dapat menimbulkan
ketidakpuasan, apalagi jika mereka tinggal seatap. Dengan tinggal bersama, berarti
penerimaan dari pengalihan beberapa tugas menjadi Iebih transparan daripada bila
pasangan muda langsung pisah rumah. Bagaimanapun hal tersebut juga terkait
dengan kesamaan tuntutan mereka sebagai perempuan yang sudah menikah.
Biia ditelaah dari sudut pandang gender, hubungan antara dua orang
perempuan seharusnya dapat menciptakan suatu hubungan yang intim, tapi ternyata
dapat juga sebaliknya, yaitu tercipta hubungan yang rawan. Jadi untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas tentang hubungan menantu-ibu mertua yang tenyata khas,
maka dilakukan penelitian ini, dengan melihat dan sudut pandang menantu. Hal
tersebut disadari karena sebagai ?pendatang?, menantu akan Iebih dituntut untuk
menyesuaikan diri, apalagi jika diperhatikan, keluhan yang ada biasanya datang dari
pihak menantu. tidak heran steriotip yang muncul pun adalah tentang ibu mertua
bukan menantu perempuan. Jadi melalui penelitian ini, ingin dilihat bagaimana
persepsi menantu terhadap kualitas hubungan dengan ibu mertua.
Penelitian ini dilakukan secara kualitatif, menggunakan wawancara dan
observasi, agar dapat tergali apa yang terjadi dalam hubungan menantu-ibu mertua,
sehingga Iebih dapat memahami kualitas hubungan mereka. Penelitian ini
menggunakan 4 orang menantu sebagai subyek. Hasil yang diperoleh adalah 2 orang mempersepsikan hubungan dengan ibu mertuanya dekat dan 2 Iainnya ?biasa saja".
maksudnya tidak dekat ataupun jauh, namun keempatnya masih merasakan adanya
keterbatasan dalam menjalin hubungan dengan ibu mertua. Hal tersebut dapat dilihat
dari kurangnya pengungkapan diri, topik pembicaraan menjadi kurang beragam dan
mendalam serta gaya komunikasinya yang cenderung diam bila menghadapi masalah
dengan ibu mertua. Disarankan agar kedua belah pihak dapat mengembangkan
komunikasi efektif dengan melakukan teknik ?pesan diri' dan ?mendengar aktif".
Penelitian ini temyata perlu mempertimbangkan beberapa saran Iain, seperti subyek
penelitian dapat pula ditujukan suami karena perannya sebagai mediator sangat
penting dalam pengembangan hubungan istri dengan ibunya. Selain itu penelitian ini
dapat ditujukan pada ibu merlua sebagai pihak ?penerima", yang perlu melakukan
penyesuaian diri pula. Juga tidak menutup kemungkinan penelitian ini dilakukan
secara kuantitatif."
1998
S2582
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Keanggotaan individu dalam lingkungan sosialnya merupakan tema pembahasan yang menarik perhatian ahli-ahli sosial sejak adanya masyarakat manusia (human society).Tergantung dari perspektif yang dipilihnya, studi-studi dan analisa-analisa mengenai hubungan individu dan masyarakat memperoleh penekanan pada aspek yang berbeda-beda.
Filsafat yang telah dikenal sebagai sumber dari lahirnya berbagai disiplin ilmu pengetahuan telah meletakkan dasar-dasar bagi studi sistematis mengenai manusia pada umumnya. Sehubungan dengan ini maka Sosiologi sebagai disiplin yang mencari pengetahuan mengenai kondisi manusia dalam manifestasinya yang umum dan khusus, bersibuk diri dengan penyelidikan yang merupakan implikasi dari proposisi yang dikemukakan oleh ARISTOTELES bahwa manusia adalah mahluk sosial ("zoon politikon"; man is asocial animal"). Atau manusia adalah manusia karena keterikatannya dan keanggota annya dalam suatu lingkungan sosial ("polis") tertentu.
Psikologi sosial, sebagai suatu sub-disiplin dari ilmu psikologi, secara khusus memperhatikan tingkahlaku individu sebagaimana ia berespons terhadap pengaruh-pengaruh sosial. Baik sosiologi maupun psikologi sosial memperhatikan perilaku manusia dalam kelompok, tetapi fokus perhatiannya adalah berbeda.
Bidang psikologi sosial berkembang dengan cepat sejak dua puluh lima tahun terakhir ini. KURT LEWIN (1951) dikenal sebagai ahli psikologi yang telah mempelopori penyelidikan eksperimentil dari hampir setiap aspek perilaku sosial individu. Riset yang dilakukannya telah menghasilkan sekumpulan data yang menyangkut hubungan-hubungan antar-manusia dalam berbagai manifestasinya. Karenanya maka dapat dikemukakan bahwa bidang studi dari psikologi sosial memilih aspek-aspek yang menyangkut hubungan-hubungan antar-manusia ("interpersonal behavior"). Termasuk didalamnya adalah hubungan yang secara nyata berlangsung, umpamanya perdebatan atau diskusi yang dilakukan dengan orang lain. Dapat pula menyangkut berbagai kelakuan dimana orang lain di-imaginasikan atau diantisipasikan. Contohnya seorang gadis remaja yang bersolek diri untuk pergi ke pesta.
Sebelum ia meninggalkan kamarnya, ia sekali lagi menatap penampilan dirinya didalam kamar riasnya. Gadis ini berharap dan membayang-bayangkan bahwa pesta ulang tahun teman sekelasnya akan memungkinkannya untuk berjumpa dengan teman-teman yang ia senangi atau mungkin dengan pacarnya.
Dengan demikian kebanyakan perilaku manusia dapat diklasifikasikan sebagai menyangkut hubungan antar-manusia, karena dalam hampir setiap lingkungan akan ada orang lain.
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1976
D1103
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saparinah Sadli
"ABSTRAK
Keanggotaan individu dalam lingkungan sosialnya merupakan tema pembahasan yang menarik perhatian ahli-ahli sosial sejak adanya masyarakat manusia (human society).Tergantung dari perspektif yang dipilihnya, studi-studi dan analisa-analisa mengenai hubungan individu dan masyarakat memperoleh penekanan pada aspek yang berbeda-beda.
Filsafat yang telah dikenal sebagai sumber dari lahirnya berbagai disiplin ilmu pengetahuan telah meletakkan dasar-dasar bagi studi sistematis mengenai manusia pada umumnya. Sehubungan dengan ini maka Sosiologi sebagai disiplin yang mencari pengetahuan mengenai kondisi manusia dalam manifestasinya yang umum dan khusus, bersibuk diri dengan penyelidikan yang merupakan implikasi dari proposisi yang dikemukakan oleh ARISTOTELES bahwa manusia adalah mahluk sosial ("zoon politikon"; man is asocial animal"). Atau manusia adalah manusia karena keterikatannya dan keanggota annya dalam suatu lingkungan sosial ("polis") tertentu.
Psikologi sosial, sebagai suatu sub-disiplin dari ilmu psikologi, secara khusus memperhatikan tingkahlaku individu sebagaimana ia berespons terhadap pengaruh-pengaruh sosial. Baik sosiologi maupun psikologi sosial memperhatikan perilaku manusia dalam kelompok, tetapi fokus perhatiannya adalah berbeda.
Bidang psikologi sosial berkembang dengan cepat sejak dua puluh lima tahun terakhir ini. KURT LEWIN (1951) dikenal sebagai ahli psikologi yang telah mempelopori penyelidikan eksperimentil dari hampir setiap aspek perilaku sosial individu. Riset yang dilakukannya telah menghasilkan sekumpulan data yang menyangkut hubungan-hubungan antar-manusia dalam berbagai manifestasinya. Karenanya maka dapat dikemukakan bahwa bidang studi dari psikologi sosial memilih aspek-aspek yang menyangkut hubungan-hubungan antar-manusia ("interpersonal behavior"). Termasuk didalamnya adalah hubungan yang secara nyata berlangsung, umpamanya perdebatan atau diskusi yang dilakukan dengan orang lain. Dapat pula menyangkut berbagai kelakuan dimana orang lain di-imaginasikan atau diantisipasikan. Contohnya seorang gadis remaja yang bersolek diri untuk pergi ke pesta.
Sebelum ia meninggalkan kamarnya, ia sekali lagi menatap penampilan dirinya didalam kamar riasnya. Gadis ini berharap dan membayang-bayangkan bahwa pesta ulang tahun teman sekelasnya akan memungkinkannya untuk berjumpa dengan teman-teman yang ia senangi atau mungkin dengan pacarnya.
Dengan demikian kebanyakan perilaku manusia dapat diklasifikasikan sebagai menyangkut hubungan antar-manusia, karena dalam hampir setiap lingkungan akan ada orang lain.
"
1976
D294
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
"Penelitian ini ditujukan untuk memahami persepsi etnik Papua terhadap diri dan kaitannya dengan kelompok bangsa sebagai akibat perluasan jaringan sosialnya, dengan pokok permasalahan "Persepsi Etnik Papua sebagai bangsa dalam kerangka NKRI", maka penelitian akan dipusatkan pada alam pikiran masyarakat atau penduduk etnik Papua sebagai populasi.
Penelitian inl bertujuan untuk mengungkap apa yang menjadi landasan pemikiran etnik Papua bergabung sebagai satu bangsa dalam NKRI dan apa yang mendorong etnik Papua sekarang ingin memisahkan diri dari NKRI serta untuk mengetahui harapan etnik Papua akan sejahtera didalam NKRI. Sumber data primer adalah masyarakat etnik Papua yang tinggal di Jakarta, yang diperoleh dengan kuesioner dan wawancara. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku, referensi-referensi dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. ldealnya sumber data adalah masyarakat suku-suku asli yang tinggal di Papua, karena Iebih representatif dan valid untuk pengambilan keputusan.
Analisa data berdasarkan kualitatif maupun kuantitatif, dengan teknik analisis tabel dan untuk pengambilan keputusan menggunakan Analytical Hierarchy Process. Kesimpulan dari analisis adalah etnik Papua masih setuju tetap integrasi kedalam NKRI, mereka masih merasa bangga sebagai bangsa Indonesia dan mengakui simbol-simbol negara Indonesia maupun Pancasila sebagai dasar negara. Tetapi disisi lain masih adanya persepsi generasi bare etnik Papua yang masih terinspirasi dengan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 1514, yang menuntut diadakan referendum, pembentukan negara federal atau merdeka. Sedangkan Papua akan Iebih sejahtera dimasa depart apabila putra daerah diberi kesempatan untuk maju dan memimpin daerahnya sendiri, dengan jalan melaksanakan pemekaran propinsi dengan status otonomi daerah.
Untuk kepentingan pembangunan Papua dimasa mendatang, Pemerintah Pusat disarankan membuat sejarah integrasi Papua dengan benar dan jujur, dengan harapan agar generasi muda etnik Papua mengerti dan memahami sejarah integrasi Papua yang sebenamya serta untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa nasionalisme generasi muda untuk mendukung keberhasilan pembangunan di Papua. Disamping itu juga disarankan melaksanakan penelitian tentang OPM, pelaksanaan Otonomi Khusus, pelaksanaan Otonomi Daerah, pelaksanaan Pemekaran propinsi dan Penelitian tentang kehidupan dan karakteristik suku-suku etnik Papua.

This research is address to comprehend ethnic perception of Papua to self and his bearing with nation group. With problems 'Ethnic Perception of Papua as nation in NKRI, hence research will be concentrated on society mind nature or ethnic resident of Papua as population.
This research aim to to express what the basis for ethnic idea of Papua as nation integration in NKRI and what pushing is ethnic of Papua now wish to independence from NKRI and also to know ethnic expectation of Papua will be prosperous in NKRI. Source of primary data is ethnic society of Papua who live in Jakarta, obtained with interviews and questionaire. While source of data of sekunder obtained from books, research result and references. Ideally the source of data is original terms society who live in Papua, because more representatif and valid for decision making.
Data analysis pursuant to qualitative and quantitative, with technique analyse tables and for decision making to use Analytical Hierarchy Process. Conclusion of analysis is ethnic of Papua still agree remain to integrate into NKRI, they still feel proud as Indonesian nation and confess Indonesia state symbols and also Five Principles as state s philosophy. But on the other side there is still his perception of ethnic new generation of Papua which still inspiration with Resolution of United Nations Number 1514, claiming to be performed by referendum, forming of federal states or independence. While Papua will be more be prosperous is future if putra daerah given by opportunity to go forward and lead its Papua, by way of executing advance of province with autonomy status.
The future to development of Papua, Central Government suggested to make history integrate Papua truly and honesty, on the hope to be ethnic the new generation of Papua understand and comprehend history integrate Papua which in fact and also to build and develop to nationalism. Beside that is also suggested to execute research about OPM, execution of Special Autonomy, execution of advance province and ethnic terms characteristic and life of Papua research.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T20264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Perbatasari
"Bekerja merupakan aktifitas yang penting dalam kehidupan manusia, karena merupakan sumber identifikasi dirinya untuk mengekspresikan dan mengembangkan Dengan bekerja, manusia akan menemukan esensi individualitasnya. Namun tidak selalu manusia memperoleh apa yang diinginkannya melalui bekerja, karena banyak faktor di luar dirinya yang ikut mempengaruhi tercapainya keinginan tersebut. Faktor di luar diri yang berperan besar dalam menimbulkan pengaruh pada individu antara lain sistem yang berlaku di perusahaan tempatnya bekerja. Adanya perubahan sistem dengan rnenerapkan proses mekanisasi dan otomatisasi dalam dunia kerja membawa dampak pula pada kehidupan individu. Tugas-tugas yang terlalu terspesialisasi menimbulkan perasaan kurang bebas dalam bekerja dan merasa kurang diberi pengendalian yang cukup dalam bekerja. Dengan perkataan lain individu teralienasi (Blazmer, 1964). Individu yang teralienasi merasa 'asing' dengan dirinya sendiri, karena dirinya seolah-olah ?dirampas? oleh kekuatan dari luar. Adanya pemisahan antara aktifitas kerjanya dengan keinginan diri ini menimbulkan perasaan tidak berdaya dan terasing dari pekerjaannya (Marlin Robertson, 1972).
Sedangkan dalam bekerja, individu akan selalu berinteraksi dengan lingkungan kerjanya. Dalam arti bahwa ia akan melakukan penyesuaian diri dengan berusaha memperlajari aturan-aturan dan norma-norma yang diterapkan perusahaan tersebut. Dengan interaksi ini individu akan melakukan peni1aian-penilaian yang akan membentuk persepsi dirinya mengenai iklim organisasi yang ada. Jika individu mempersepsikan bahwa lingkungan kerjanya tidak memiliki kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada pada dirinya, maka akan timbul persepsi negatif terhadap iklim organisasi, yang dapat menimbulkan alienasi pada individu. Kondisi ini muncul karena iklim organisasi ikut mempengaruhi munculnya perilaku tertentu pada individu (Tagiuri dan Litwin, 1968).
Skripsi ini ingin melihat hubungan antara persepsi terhadap ikim organisasi dengan tingkat alienasi kerja pada level manajer dan non-manajer, Untuk meneliti masalah tersebut, dipilih subyek penelitian yang bekerja pada perusahaan bidang produksi barang, dengan pendidikan minimal SLTA dan telah mempunyai masa kerja minimal 1 tahun. Tingkat jabatan dibedakan karena ada pendapat dari Blauner (1964) yang mengatakan bahwa tingkat alienasi tinggi biasanya terjadi pada pekerja dengan keahlian sedikit.
Alat yang digunakan adalah skala alienasi hasil modifikasi dari Blauner (1964) dan Robinson dan Shaver (1980), dan alat iklim organisasi dari Litwin dan Stringer (1968). Untuk melihat adanya hubungan tersebut, digunakan teknik korelasi Pearson Product Moment. Sedangkan untuk melihat perbedaannya, digunakan t-test.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi karyawan terhadap iklim organisasi dengan tingkat alienasi kerjanya. Namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara level manajer dan non-manajer, pada persepsinya terhadap iklim orgranisasi maupun pada tingkat alienasi kerjanya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1994
S2313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saparinah Sadli
Jakarta: Bulan Bintang, 1977
305.542 SAP p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Deco Praha
"Pilihan politik dan gejala polarisasi massa di Indonesia mungkin berhubungan dengan perilaku masyarakat dan persepsi risiko mereka. Kami ingin mengetahui hubungan tersebut melalui studi kombinasi regresi panel dan OLS yang menguji dampak indikator hasil pemilihan presiden tahun 2019 terhadap hasil pencarian beberapa kata kunci via mesin pencari Google yang merepresentasikan persepsi risiko. Studi kami menemukan bahwa perolehan suara
Jokowi pada pemilu 2019 berasosiasi secara signifikan dengan persepsi risiko masyarakat selama awal pandemi Covid-19. Estimasi kata kunci yang berkaitan dengan corona, bantuan sosial, dan PSBB melalui kontrol kasus Covid-19 menunjukan provinsi dengan pangsa suara Jokowi semakin tinggi berhubungan dengan pencarian informasi masyarakat yang semakin rendah. Seiring waktu, hasil estimasi lain terkait kata kunci vaksinasi justru menunjukan hubungan positif dimana provinsi dengan pangsa suara Jokowi yang semakin tinggi berhubungan dengan pencarian masyarakat yang juga semakin tinggi. Sedangkan hasil regresi untuk perubahan kunjungan tidak esensial dan kata kunci yang terkait dengan kondisi ekonomi memberikan hasil yang tidak signifikan. Temuan ini menunjukkan bahwa pilihan politik mungkin signifikan dalam membentuk persepsi risiko awal individu yang mempengaruhi reaksi mereka terkait kebijakan selama krisis kesehatan dan ekonomi yang tidak terduga.

Political choice and the mass polarisation symptoms in Indonesia may be related to mass behavior and risk perception. We want to estimate its association through a combination of panel regression and OLS studies that examine the impact of the 2019 presidential election (pilpres) on the search results of several keywords via the Google search engine representing risk perception. Our study found that Jokowi's vote gains in the 2019 elections were significantly associated with public risk perceptions during the early Covid-19 pandemic. Each keyword estimations related to corona, social assistance (bansos), and PSBB through covid-19 case-control show that provinces with a higher share of Jokowi's vote are associated with lower public information searches. Over time, the estimation result related to the keyword vaccination showed a positive relationship. The province with a higher share of Jokowi's vote was related to the higher search for the society. At the same time, regression for non-essential visits and keywords related to economic conditions give insignificant results. These findings suggest that political choices may significantly shape individuals' initial risk perceptions, influencing their issues and policy-related reactions during unexpected health and economic crises"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Rury Ervina
"Sensation seeking dapat menjadi prediktor keluaran di organisasi bila diekspresikan melalui beberapa variabel kognisi sosial seperti kecerdasan emosi. Dengan demikian perilaku yang dihasilkan oleh sensation seeking dapat lebih fungsional. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi apakah sensation seeking dapat diekspresikan melalui kecerdasan emosi untuk memprediksi kinerja individu. Desain dalam penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan strategi korelasional. Responden dalam penelitian ini berjumlah 167 karyawan yang mengisi kuesioner sensation seeking, kecerdasan emosi dan kinerja individu. Hasil menunjukkan bahwa sensation seeking dan kecerdasan emosi dapat memprediksi kinerja individu secara langsung. Namun, demikian berdasarkan hasil analisis efek tidak langsung (indirect effect) membuktikan bahwa kecerdasan emosi tidak dapat mengekspresikan sensation seeking untuk memprediksi kinerja individu.

When it is expressed through several social cognition variables such as emotional intelligence, sensation seeking may serve as a output predictor within an organization. Thus, behaviors that are generated by sensation seeking may become more functional. The main goal of this study is to identify sensation seeking can be expressed through emotional intelligence in predicting invididual performance. The researcher used quantitative design with correlational strategy. 167 employees filled out questionnaires on sensation seeking, emotional intelligence, and individual perfomance. The results of this study shows that sensation seeking and emotional intelligence are able to predict individual performance directly. However, an indirect effect analysis shows that emotional intelligence can not express sensation seeking in the prediction of individual performance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T46490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>