Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199397 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihombing, Elrin
"Dalam menentukan harga jual suatu produk merupakan salah satu strategi yang sangat penting untuk dapat berkompetisi dengan para competitors, perilaku customers sudah sangat selektif dalam melakukan pemilihan untuk melakukan pembelian atas suatu produk, bagi mereka akan timbul beberapa pertimbangan-pertimbangan mengenai kualitas suatu produk serta harga yang pantas untuk produk tersebut.
PT.IQL mempraktekkan suatu metode yang unik dalam menentukan harga jual, yaitu menggunakan " system index " yaitu harga jual barang ditentukan hanya dengan mark-up harga pembelian raw materials semata. Misalnya index 2, artinya mark-up 2 kali lipat dari harga beli raw material. Sedangkan strategi penentuan harga jual jasa ditetapkan dengan membandingkan harga pasar tertinggi dan terendah.
Kebijakan manajemen dalam menentukan harga jual seperti diatas dapat dimaklumi, karena tidak adanya informasi mengenai harga pokok barang dan jasa yang dijual. Keinginan manajemen untuk dapat memperoleh informasi harga pokok produksi tidak pernah dapat terealisasi.
Manajemen tidak mengetahui berapa sebenarnya biaya yang dikonsumsi suatu produk hingga siap untuk dijual, tidak tertutup kemungkinan setelah dilakukan penghitungan secara detail dan akurat didapatkan hasil bahwa biaya untuk memproduksi suatu unit produk atau jasa lebih besar daripada biaya pembelian raw materials itu sendiri. Jika, penentuan harga jual per produk hanya mark-up 2 kali lipat dari raw material, maka produk tersebut dijual dibawah cost (harga pokok).
Menentukan harga jual hanya dengan mengandalkan informasi harga beli raw materials saja merupakan suatu hal yang tidak tepat serta memiliki banyak kelemahan, karena produk yang dijual melalui proses produksi dan konsekuensinya timbul biaya-biaya lain diluar harga beli raw materials itu sendiri.
Disisi lain, committed resources pada PT.1OL yang akan menjadi fixed cost memiliki nilai yang cukup besar, sehingga dengan aplikasi metode activity based costing akan menghasilkan informasi cost per unit produk lebih akurat dan detail, Setiap decision makers pasti membutuhkan informasi yang akurat mengenai cost suatu produk agar keputusan yang diambil juga menjadi valid dan updated. Activity based costing merupakan salah satu tool yang dapat digunakan sebagai supporting dalam pengambilan keputusan termasuk strategi penetapan harga jual.
Dalam melakukan penelitian digunakan applied research terhadap obyek yang diteliti, input yang diperoleh berdasarkan data-data dan hasil wawacancara dengan karyawan-karyawan yang telibat langsung pada obyek yang diteliti.
Dari hasil penelitian dan analisa ternyata beberapa produk saat ini dijual dibawah cost (harga pokok) dan beberapa produk menghasilkan profit margin yang tinggi. Tetapi secara keseluruhan perusahaan masih memperoleh profit margin sebesar ± 10.63% dari net sales. Walaupun perusahaan memperoleh profit margin, nyatanya profit margin tersebut berasal dari saling subsidi antara produk yang menghasilkan profit dengan produk yang dijual dibawah harga pokok.
Setelah harga pokok diketahui, maka manajemen merencanakan untuk menaikkan harga jual produk pada awal tahun 2006 ini, dengan ketentuan;
? Jika, harga jual suatu produk saat ini dibawah harga pokok, maka harga jual harus dinaikkan dengan mark-up minimal 25% diatas harga pokok baru.
? Jika, harga jual suatu produk sudah dijual diatas harga pokok tetapi marginnya masih dibawah 25%, maka harga jual baru harus disesuaikan dengan minimal margin 25%.
? Jika, harga jual produk saat ini sudah melebihi 25% dari mark-up harga pokok, maka harga jual lama tetap dipertahankan.
Jika rencana manajemen diatas diaplikasikan, hasil penelitian dan analisa menunjukkan bahwa harga jual baru menjadi tidak kompetitif bila dibandingkan dengan competitors. Karena " players " dalam bisnis dari obyek yang diteliti sangat banyak, maka competitors yang dimaksud dalam penelitian ini hanya competitors yang menghasilkan produk barang dan jasa sepadan dari sisi kualitas dengan produk dan jasa obyek yang diteliti (apple to apple).
Hasil penelitian ini dirasakan masih memiliki beberapa kelemahan untuk diperbaiki dikemudian hari, yaitu; beberapa alokasi supporting activities menggunakan asumsi-asumsi, sehingga jika asumsi tidak tepat berdampak pada kekeliruan informasi harga pokok."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hastuti Josefina Setyadi; Joseph Pulo
"ABSTRAK
Didalam era globalisasi seperti saat ini, dunia usaha
terus berkembang dan berubah cepat pada tingkat persaingan
yang semakin kompetitif sehingga manajemen membutuhkan informasi
yang akurat guna mendukung keputusan operasional maupun
perencanaan pengembangan perusahaan di masa-masa mendatang.
Pada mulanya akuntansi biaya konvensional mempunyai
peranan yang besar dan dapat memenuhi kebutuhan pihak manajemen
akan informasi baik berupa informasi operasional maupun
informasi biaya produksi.
Perkembangan dunia usaha yang semakin cepat dan kompleks
serta persaingan yang semakin tajam didalam era globalisasi
ini menyebabkan pihak manajemen membutuhkan informasi
yang semakin kompleks dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi
guna bersaing dengan perusahaan-perusahaan lainnya di pasaran.
Pada saat inilah terbukti bahwa akuntansi biaya konvensional
semakin ketinggalan dan tidak mampu lagi menghasilkan informasi
yang dibutuhkan oleh pihak manajemen.
Menyadari akan ketinggalan tersebut maka para pakar
ilmu akuntansi bekerja keras untuk mengembangkan suatu sistim
biaya yang dapat memenuhi tuntutan kebutuhan pihak manajemen.
Pada tahun 1980 an ternyata kerja keras para pakar
tersebut membuahkan hasil suatu sistim biaya Activity-Based
Costing ( ABC ). Sistim biaya ABC ini pada prinsipnya bekerja
berdasarkan "kegiatan" yang terjadi di dalam proses produksi
dimana kegiatan proses produksi mengkonsumsi sumber daya
sementara produk mengkonsumsi kegiatan melalui pemacu biaya
yang digunakan.
Sistim biaya ABC ini dapat memberikan data kegiatan
akurat dari awal hingga akhir proses produksi suatu
sehingga dengan demikian dapat memberikan data biaya
terjadi pada setiap proses produksi yang pada akhirnya
dapat menyajikan data biaya produksi yang akurat kepada
pihak manajemen. Data biaya produksi yang akurat akan sangat
mendukung pihak manajemen didalam menetapkan keputusan - keputusannya,
baik keputusan yang menyangkut operasional, perencanaan
produk maupun penentuan harga jual yang kompetitif.
Didalam perkembangannya, sistim biaya ABC ini masih
menemukan berbagai hambatan-hambatan terutama didalam proses
implementasinya karena dirasakan masih kompleks dan terlalu
mahal. Walaupun demikian, mengingat kemampuan sistim biaya
ABC dapat menghasilkan data operasional maupun data keuangan
yang akurat sehingga dapat memenuhi kebutuhan pihak manajemen
serta menjawab tantangan jaman maka sistim biaya ini tetap
akan dapat menjadi pilihan utama perusahaan menjelang abad ke
duapuluh satu mendatang.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Lukman
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas penerapan Activity-based Costing (ABC) pada Bank X Cabang Y dan penggunaan informasi yang dihasilkan untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Penerapan Funds Transfer Pricing (FTP) juga dilakukan untuk mengukur net interest margin masing-masing produk, sehingga menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih akurat antara produk funding dan produk lending perusahaan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) Produk funding Tabungan memiliki tingkat profitabilitas yang paling tinggi, (2) Manajemen cabang perlu mengalokasikan sebagian waktu non produktif Customer Service untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas pada area kerja produk-produk lending, dan (3) Personal Banker tetap melaksakanan aktivitas-aktivitas sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya untuk mempertahankan total outstanding produk funding.

ABSTRACT
The objective of this research is to apply the Activity-Based Costing (ABC) concept in X Bank Y Branch and using the generated information to improve profitability. Implementation of Funds Transfer Pricing (FTP) is also performed to measure net interest margin of each product to generate a more accurate profitability level among funding products and lending products. The result of this research shows that: (1) Saving account has the highest level of product profitability, (2) Branch manager needs to allocate some of Customer Service non-productive time for activities at lending product working area and (3) Personal Banker should keep on doing all activities in accordance with duties and responsibilities to maintain the total outstanding amount of funding products."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T33630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aris Siswoko
"Setiap perusahaan harus berusaha meningkatkan efisiensi usaha untuk meningkatkan daya saing di pasar. Strategi perusahaan untuk mendiversifikasi produk menyebabkan kebutuhan atas informasi yang akurat untuk mengidentifikasi biaya produk dan menghitung efisiensi usaha serta profitabilitas produk. Kesalahan penetapan biaya produk akan menyebabkan tidak tepatnya perencanaan dan pengendalian operasi. Penetapan biaya produk dari akuntansi tradisional yang tidak akurat menyebabkan dikembangkannya sistem ABC untuk mengatasi hal tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan konsep ABC dan usaha menerapkannya pada perusahaan pembiayaan serta usaha untuk. mengukur profitabilitas masing-masing produk pembiayaan. Metode yang dipergunakan penulis adalah metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan berupa wawancara dengan pihak yang berwewenang serta observasi langsung atas dokumen yang berhubungan. Prinsip dari sistem ABC adalah produk atau pelanggan tidak mengkonsumsi sumber daya melainkan aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya. Dengan menggunakan sistem ABC akan menghasilkan matriks yang menyajikan informasi mengenai biaya per produk dan akhirnya akan membantu manajemen dalam menghitung biaya per produk sehingga profitabilitas suatu produk bisa dihitung. Hal ini akan membantu perusahaan untuk meningkatkan efisiensi operasi. Matriks yang penulis gunakan menghasilkan profitabilitas yang sama dengan sistem tradisional, urutan yaitu leasing, consumer finance, aktivitas lain dan terakhir factoring. Namun matriks menghasilkan kontribusi negatif untuk factoring. Sistem ABC mampu memberi informasi biaya yang dikeluarkan dalam operasi pembiayaan dan mampu menghubungkan pendapatan dari aktivitas pembiayaan dengan biaya yang dikeluarkan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S19029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Everson, Rolan
"Dewasa ini perusahaan semakin dituntut lebih efisien disamping tetap mempertahankan kualitas produk dan/atau jasa yang dihasilkannya. Hal ini disebabkan karena persaingan diantara dalam satu industri semakin ketat dalam usaha untuk merebut dan/atau mempertahankan pangsa pasar.
Di lain pihak, konsumen semakin kritis terutama mengenai masalah kualitas dan harga yang kompetitif. Produsen semakin tidak mempunyai pilihan. Selain dituntut untuk memenuhi kehendak konsumen dalam hal kualitas dan harga.
Untuk meningkatkan efisiensi yang pada akhirnya berpengaruh pada harga jual suatu perusahaan dituntut untuk dapat mengendalikan biaya yang dikeluarkan.
Agar pihak perusahaan dapat mengendalikan biaya yang dikeluarkan, perusahaan dituntut untuk mengetahui bagaimana terjadinya dan mengapa terjadi biaya tersebut.
Sebagaimana diketahui, biaya dikeluarkan karena adanya aktivitas yang dilakukan. Jadi dengan memahami aktivitas yang dilakukan dalam menghasilkan produk dan/atau jasa, maka perusahaan akan dapat untuk mengendalikan biaya.
Salah satu komponen biaya yang sulit untuk dikendalikan karena tidak dapat secara langsung dihubungkan ke obyek biaya adalah biaya tak langsung (overhead).
Dengan pengalokasian biaya tak langsung, metode Activity Based Costing berbeda dengan metode tradisional dalam penggunaan pemicu (driver). Pemicu yang digunakan mencerminkan aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing obyek biaya. Jadi, metode Activity Based Costing sangat berkepentingan dengan aktivitas dalam melakukan proses produksi.
Ada beberapa kondisi yang harus diperhatikan agar penggunaan metode Activity Based Costing dapat diimplementasikan dengan lebih baik, yaitu besarnya biaya tidak langsung dan beragamnya produk yang ditawarkan.
Sebagai perusahaan di bidang produksi Asphalt Hotmix yang memiliki 9 jenis produk, PT. X perlu menerapkan metode Activity Based Costing dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP), untuk menghasilkan HPP yang lebih akurat.
Disamping itu, dengan menerapkan metode Activity Based Costing, dapat dipilah-pilah aktivitas-aktivitas yang memberikan nilai tambah dan yang tidak bernilai tambah, sehingga biaya produksi menjadi lebih efisien.

Nowadays company was asked to be efficient to survive its product quality and 1 or its service. This condition was caused by tight competition among industries in every business to complete and/or maintains its market share.
In other side, consumers become critical especially about quality problems and competitive price. Producer has no choice. They were asked to fulfill consumer's will in quality and prices.
To improve efficiency at last influencing to company selling price a company was forced to control its expenses.
In order controlling the expenses, company was asked to know how and why the expenses occur.
As we know, expenses occur because of activities. So by understanding the activities done to produce the product and/or service, company can control its expenses.
One of the expenses components that were hard to be controlled because it is indirectly connect to the expenses object is overhead.
By allocating overhead, Activity Based Costing method is different from traditional method in driver usage. Driver we use to express activity consumed by expenses objects. Activity Based costing method being concerned with activity in doing production process
Few conditions that must be concerned in order to implement Activity Based Costing Method, that is how much the overhead and how many products were offered.
As an Asphalt Hot mix production company, it has 9 products, PT. X need to implement Activity Based Costing to decide Production Cost Price (PCP), to produce accurate PCP.
Besides by implement Activity Based Costing, we can separate activities that give additional value and not, so production expenses become more efficient.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjokorda Gde Indraputra
"Perusahaan manufaktur menghadapi meningkatnya persaingan dalam pasar global dengan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi dan berbiaya rendah. Untuk menghasilkan suatu keputusan tepat, suatu perusahaan harus mempunyai informasi biaya produksi yang akurat dan up-to-date. Sistem akuntansi biaya tradisional yang berdasarkan pengalokasian volume produksi (volume-based costing) bagi biaya overhead telah kehilangan relevansinya dalam suatu lingkungan manufaktur yang menunjukkan peningkatan yang tajam dalam biaya overhead dan adanya pengurangan yang signifikan dalam tenaga kerja langsung suatu produksi dengan menghasilkan suatu perhitungan biaya produk yang terdirtorsi dan mengarahkan pada pembuatan keputusan strategis perusahaan yang kurang menguntungkan perusahaan.
Satu inovasi metode manajemen biaya untuk informasi biaya produk yang akurat dan mengatasi kekurangan sistem biaya tradisional tersebut adalah Activity-Based Costing. Data menunjukkan banyaknya implementasi ABC di perusahaan manufaktur besar, tetapi hanya sedikit di perusahaan manufaktur kecil. Perusahaan manufaktur kecil berbeda dari perusahaan manufaktur besar di antaranya kurangnya kelengkapan data, sumber daya teknis, sumber daya keuangan, dan komputerisasi yang mencukupi. Yang paling utama yaitu kelengkapan data disebabkan masalah pengumpulan dan pemrosesan data sesuai dengan format ABC dengan biaya yang minimal. Karena informasi yang dibutuhkan ternyata mahal dan perusahaan kecil menghadapi keterbatasan keuangan.
Dua tahapan dalam pelaksanaan model Activity-Based Costing pada perusahaan kecil. Pertama, biaya-biaya ditetapkan pada suatu penampungan biaya berdasarkan atas suatu penyebab biaya. Kedua, biaya dialokasikan kepada produk berdasarkan atas jumlah aktivitas yang dikonsumsi menggunakan penyebab biaya tahap kedua. Pengumpulan informasi bobot adalah bagian panting dalam implementasi ABC pada perusahaan manufaktur kecil. Setiap aktivitas mengkonsumsi suatu porsi dari suatu kategori biaya. Setiap produk mengkonsumsi suatu porsi dari suatu aktivitas. Suatu porsi yang dikonsumsi pada tahapan tersebut diwakili oleh suatu proporsi (bobot). Tiga bentuk akurasi data dipergunakan dalam menentukan bobot, yaitu: (a) kumpulan data aktual. (b) perkiraan berdasarkan pengalaman, situasi dimana data aktual tidak dapat dikumpulkan, perkiraan berdasarkan pengalaman dilakukan. (c) proses analisa hirarki, Cara yang lebih scientific untuk memperkirakan proporsi dengan teknik sistematis seperti Analytic Hierarchical Process yang dicetuskan oleh Thomas L. Saaty.
PT. Kuta Kidz, perusahaan manufaktur pakaian jadi skala kecil, sebagian besar produksinya bagi pasar ekspor, membutuhkan suatu perencanaan, koordinasi, komunikasi, serta pengendalian yang baik dari semua kegiatan perusahaan dengan sistem informasi akuntansi biaya yang tepat. Sistem biaya yang diterapkan dinilai kurang efektif karena terdapatnya distorsi biaya dari berbagai produk dengan jumlah volume yang berbeda. Perusahaan menggunakan sistem akuntansi biaya tradisional di mana total unit output digunakan sebagai alat penggerak aktivitas biaya. Dilakukan modifikasi dalam membebankan rate biaya overhead dengan membebankan sebesar 100%, 75%, 50%, dan terakhir proporsional 167% dengan alasan persaingan dan tingkat penjualan produk. Struktur biaya produksi dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tak langsung yang mendominasi sebesar 50,28% dari biaya produksi, yang ternyata cukup signifikan untuk mempertimbangkan penggunaan sistem akuntansi ABC sebagai alternatif.
Didapatkan perbedaan yang cukup siginifikan antara kedua sistem akuntansi biaya. Bagi produk ekspor, tiga produk diberikan beban yang overcast, tiga jenis produk dibebankan undercost karena lebih besar dari 20%, satu di antaranya bahkan undercost mencapai 177%. Bagi produk toko, keseluruhan jenis produk diberikan beban undercost. Lima produk di antaranya mencapai 20% bahkan satu mencapai undercost lebih dari 180%. Didapatkan perbedaan perolehan yang cukup signifikan antara pendapatan yang diperoleh berdasarkan kedua sistem akuntansi. Modifikasi yang dilakukan bagi pendapatan perusahaan menghasilkan pengaruh negatif sebesar Rp. 101.844.283,- atau sebesar 11,8% dari total biaya overhead perusahaan yang berjumlah Rp. 864.573.715,﷓.
Perbedaan antara kedua sistem memberikan pengaruh yang cukup material dalam merumuskan masalah perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian biaya overhead perusahaan. Sistem akuntansi ABC jika diterapkan dapat memberikan hasil yang akurat pada beban overhead pada setiap jenis produk. Hasil evaluasi memperlihatkan beban overhead terdistribusi secara akurat dan seimbang dengan beban overhead yang dikeluarkan perusahaan. Implementasi ABC sebaiknya dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan, sehingga dapat terus diperbaiki secara kesinambungan sehingga mendekati sempurna sesuai dengan kondisi yang ada. Seandainya diperlukan restrukturisasi organisasi berdasarkan sistem akuntansi ABC dilakukan bertahap sehingga tidak menimbulkan gejolak di dalam organisasi dan menerapkan sistem ini secara komprehensif dan menggunakannya sebagai dasar bagi semua keputusan manajemen. Keberhasilan sistem akuntansi ABC juga akan sangat dipengaruhi oleh dukungan dari semua manajemen puncak, dipahami oleh seluruh karyawan perusahaan, dapat menjangkau semua pemakai yang potensial, dan mempunyai rasa memiliki terhadap sistem yang diimplementasikan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T14759
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Nurul Fatimah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendesain Activity Based Costing ABC pada PT X dan menganalisis perbandingan hasil perhitungan beban pokok penjualan BPP metal fastener MF , vislon fastener VF , dan plastic fastener PF tipe open dan close antara sistem akuntansi biaya tradisional dan sistem ABC. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan, penelitian lapangan, dan metode deskriptif. Hasil yang didapat adalah penerapan sistem ABC pada PT X dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: mengidentifikasi aktivitas, membebankan biaya sumber daya ke aktivitas dan membebankan biaya aktivitas ke objek biaya. Terdapat perbedaan hasil perhitungan BPP antara sistem ABC dengan sistem akuntansi biaya tradisional, yaitu terjadi overpricing pada produk PF open dan PF close dan underpricing pada produk MF open, MF close, VF open, dan VF close.

ABSTRACT
This research aims to analyze and formulate Activity Based Costing ABC in PT X and Activity based costing of Cost of Goods Sold COGS result calculation, metal fastener MF , vislon fastener VF , and plastic fastener PF open and close type between traditional cost accounting system and ABC. This research method is library research, field research, and descriptive method. Obtained result is the ABC system implementation at PT X can be done in three stages, which are activity identification, charge resource costs to activity and charge activity costs to object costs. Different COGS calculation results obtained between ABC system with traditional cost accounting system, which occured overpricing on product of PF open and PF close and underpricing on product of MF open, MF close, VF open and VF close."
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filemon Calvin Sucandra
"Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perhitungan biaya per pelanggan dengan sistem ABC konvensional dan TDABC, membandingkan perhitungan profitabilitas per pelanggan dengan sistem ABC konvensional dan sistem TDABC, dan menyarankan tindakan apa yang dapat dilakukan PT XYZ setelah mengetahui besarnya biaya per pelanggan. Penelitian merupakan studi kasus dengan metode penelitian berupa studi literatur, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT XYZ memiliki pelanggan yang menguntungkan dan tidak menguntungkan. PT XYZ juga dapat mengklasifikasikan pelanggan berdasarkan jenisnya: passive, yaitu rumah sakit, pelanggan high cost-to-serve, yaitu apotik, pelanggan price-sensitive, yaitu institusi/tender, PBF, dan toko obat, dan pelanggan aggresive, yaitu supermarket.

This study aimed to compare the calculation of cost per customer with conventional ABC and TDABC system, calculation of profitability per customer compared with the conventional ABC system and TDABC system, and suggest what actions to do for XYZ after finding out the cost per customer. The research is a case study with research methods such as literature studies, interviews, and documentation.
The results showed that XYZ has customers which are profitable and unprofitable. XYZ also can classify customers by type: passive, ie hospitals, high customer cost-toserve, namely pharmacies, price-sensitive customers, namely institutional / tender, PBF, and drug stores, and customers aggresive, namely supermarkets.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Istiyono
"Bisnis perbankan di Indonesia dalam lima tahun terakhfr ¡ni menghadapi masa yang sangat sulit. Kondisi ekonomi ini masih belum benar-benar pulih. Walaupun di tahun 2001 sebagian besar bank telah membukukan laba, namun, sebagian besar dari pendapasan yang diperoleh perbankan masih berasal dari bunga obligasi rekapitulasi pemerintah.
Peran bank yang diharapkan mampu sebagai penggerak kegiatan bisnis riil temyata masih kurang berfungsi secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari rasio antara pinjaman terhadap simpanan pihak ketiga atau lebih dikenal dengan Loan to Deposit Ratio (LDR), rata-rata tingkat LDR perbankan nasional di tahun 2001 masih jauh dari harapan Bank Indonesia yaitu antara 80%-110%.
Dengan kondisi dimana pertumbuhan ekonomi masih rendah dan belum pulihnya kondisi ekonomi Indonesia, maka margin lain yang cukup tinggi seperti yang diperoleh dari penyaluran kredit pada masa sebelum bisnis semakin sulit dicapai. Margin dan penyaluran kredit semakin kecil, disamping itu penempatan dana pada kredit juga sangat berisiko terhadap perubahan kondisi perekonomian nasional maupun global.
Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin mengglobal perbankan nasionai tetap dituntut untuk dapat bersaing; tidak hanya dengan sesama bank lokal namun juga dengan bank asing. Untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap nasabah maka peran teknologi-informasi, kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor yang sangat penting.
Dengan semakin meningkatnya biaya-biaya dan semakin sulitnya untuk memperoleh Pendapatan, maka kesadaran untuk menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien merupakan suatu keharusan. Manajer harus secara aktif mengidentifikasi, memahami dan mengendalikan biaya-biaya yang berada dalam kendalinya.
Dewasa ini, hampir semua bisnis tak terkecuali perbankan. nasabah merupakan satu kunci bagi keberhasilan suatu bisnis. Orientasi Produk/jasa telah bergeser menjadi orientasi kepada nasabah. Dengan demikian perlakuan yang tepat kepada nasabah akan memiliki dampak yang besar bagi kelangsungan bank. Salah satunya adalab bank akan mampu mempertahankan nasabah lama atau bahkan mampu menarik nasabah baru.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka analisis profitabilitas nasabah menjadi sangat relevan untuk diiaksanakan. Terdapat beberapa cara untuk melakukan analisis profitabilitas nasabah. khususnya dalam menghitung biaya dan membebankan biaya-biaya tersebut kepada obyek biayanya.
Di antara tiga kornponen biaya produk, biaya overhead-lah yang cukup sulit untuk dibebankan. Dengan berlatar beIkang terbadap beberapa fakior berikut i kecenderungan semakin meningkatnya porsi biaya overhead terhadap biaya produk ii.semakin bervariasinya jenis produk, iii. semakin bervariasinya produk/jasa. iv.semakin kompleksnya pengerjaan suatu produk atau jasa, maka metode plantwide, dan departement dianggap kurang adil dan akurat sedangkan pendekatan berdasarkan aktivitas dianggap cukup relevan untuk diterapkan.
Beberapa faktor yang menyebabkan pembebanan biava aktivitas atau yang lebih dikenal dengan Activity-based Costing (ABC) sangat relevan untuk diterapkan yaitu:
1. ABC dianggap dapat memembebankan biaya kepada obyek biaya secara lebih baik dan akurat, terutama dengan semakin meningkatnya komponen biava overhead:
2. Inti kegiaian di lembaga keuangan adalah SDM. dimana aktivitas SDM juga mengkonsumsi biaya yang cukup besar.
3. ABC Mampu memberikan gambaran yang lebih baik bagi manajemen terhadap faktor faktor pemicu kenaikan maupun penurunan biaya.
4. Manajemen dapat mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang memberikan atau tidak memberikan nilai tambah;
5. Manajernen dapat mengidentifikasi dan memahami jumlah waktu pegawai dan untuk kegiatan apa waktu tersebut digunakan, sehingga selanjutnya akan dapat dilakukan perencanaan pengembangan pegawai secara Iebih efektif dan efisien.
Pembebanan biaya yang dilakukan secara serampangan (arbitrer) seringkali membawa dampak negatif, terlebih bila biaya-biaya tersebut tidak dibebankan dan diserap oleh suatu unit biaya tertentu. Beberapa dampak negatif yang sering timbul adalah :
a. Manajemen salah dalam mengevaluasi kinerja unit kerja;
b. Kurangnya kesadaran akan biaya yang timbul atas kegiatan yang dibuatnya;
c. Tidak adanya kontrol diantara unit kerja (pencipla dan pengguna).
Dalam karya akhir ini dilakukan penelitian pada salah satu Kantor Cabang Bank "X" di Jakarta, untuk selanjutnya disebut Kanca ?F?, dengan fokus penelitian terhadap analisis profitabilitas ekspor selama tahun 2001. Dalam analisis biaya digunakan pendekatan berdasarkan ABC khususnya pada perhitungan dan pembebanan biayanya. Dari hasil penelitian dan analisis dapat diperoleh gambaran bahwa:
1. Dari 68 eksportir yang melakukan transaksi melalui Kanca "F", hanya 58,8% atau 40 eksportir yang telah menjadi nasabah ekspor Kanca "F".
2. Sepuluh nasabah besar telah memberikan kontribusi pendapatan sebesar 92.46% atau USD 985.015 dan 77.44% atau 4.696 transaksi dari jumlah transaksi ekspor di Kanca ?F?. Adapun dalam analisis profitabilitas kesepuluh nasabah besar telah memberikan kontribusi laba sebesar 80,50%."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dissa Elvaretta
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil usulan penerapan sistem Activity Based Costing (ABC) pada Bagian Perkreditan di PT. BPR Cincin Permata Andalas dan komparasi atas usulan penerapan sistem ABC dengan sistem biaya tradisional yang selama ini digunakan. Hasil usulan penerapan sistem ABC ini dapat dimanfaatkan oleh PT. BPR Cincin Permata Andalas sebagai rekomendasi untuk mengatur strategi berikutnya.
Penelitian ini merupakan studi kasus tunggal (single case study) dengan unit analisis tunggal (single unit analysis) dengan pengumpulan data melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan perbedaan perhitungan biaya yang dilakukan dengan metode tradisional dan ABC, serta perbedaan tingkat profitabilitas yang selama ini dihitung oleh manajemen dengan ABC. Sistem ABC lebih menggambarkan informasi biaya yang andal terhadap perhitungan biaya untuk setiap nasabah kredit di PT. BPR Cincin Permata Andalas.

This study aims to determine the comparison between the result of the implementation proposal of Activity Based Costing (ABC) system on the Loans Department at PT. BPR Cincin Permata Andalas and the proposed implementation of the ABC system with traditional cost allocation system that has been used so far. The result of the proposed implementation of ABC system can be utilized by PT. BPR Cincin Permata Andalas as recommendation to arrange the next strategy.
The research method used is single case study with a single unit analysis by collecting data through observation, documentation, and interviews. Results from this research shows the different calculation of costs with traditional cost method and ABC, also the different level of profitability between management with ABC. ABC system describes cost information reliable for calculating the cost of each loan customer in PT. BPR Cincin Permata Andalas.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>