Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 93507 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasto Nugroho
"Latar belakang: WHO merekomendasikan penggunaan obat TB dalam bentuk kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combinations=FDC) berisi 4 obat dalam strategi DOTS bertujuan meningkatkan mutu hasil pengobatan .Obat FDC memudahkan pengobatan, dan penatalaksanaan pengadaan obat serta mencegah bahaya resistensi obat. Sejak tahun 1999 Indonesia mulai menggunakan paduan OAT - FDC yang berisi 4 obat di Propinsi Sulawesi Selatan dengan basil memuaskan.
Tujuan menilai angka keberhasilan pengobatan TB paru dengan OAT kombinasi dosis tetap (FDC) di Surakarta.
Bahan dan cara: penelitian bersifat prospective study menggunakan uji klinik terbuka. Pemilihan sampel dilakukan secara acak sederhana. Perlakuan berupa pemberian OAT FDC untuk kelompok pertama dan pemberian OAT Kombipak untuk kelompok kedua. Kedua kelompok diikuti selama enam bulan. Subyek penelitian berjumlah 180 prang, masing-masing 90 orang kelompok FDC dan 90 orang ketompok Kombipak. Uji Chi square digunakan untuk menilai kemaknaan perbedaan pada variabel babas maupun variabel efek dengan skala nominal. Perhitungan beda rerata karakteristik subyek penelitian menggunakan uji-T. Data diolah dengan menggunakan program komputer SPSS versi 10.05.
Hasil: Angka keberhasilan pengobatan dengan OAT FDC 98,9% dan 96,7% untuk kelompok Kombipak. Tidak terdapat perbedaan bermakna angka keberhasilan FDC dibanding Kombipak (p>0,05)). Angka kesembuhan OAT FDC 97,8%. Tidak terdapat perbedaan bermakna keseluruhan gejala efek samping obat antara kelompok FDC dan Kombipak (p>0,05). Gejala gastrointestinal kelompok FDC lebih sedikit dibanding dan Kombipak,secara statistik bermakna (p<0,05).
Simpulan: Angka keberhasilan OAT FDC lebih besar dibanding Kombipak, secara statistik tidak berbeda bermakna. Angka kesembuhan OAT FDC 97,8%. Gejala gastrointestinal kelompok FDC lebih sedikit dibanding kelompok Kombipak, secara statistik berbeda bermakna.

Background: To improve tuberculosis treatment, a 4-drug FDC were recommended by the World Health Organization (WHO) as part of the DOTS strategy. FDCs TB drugs could simplifies both treatment and management of drug supply, and may prevent the emergence of drug resistance. Since 1999 Indonesia was taken a 4- drug FDCs to treatment the tuberculosis patient in the South Sulawesi province , treatment results are excellent.
Objectives: To asses success rate and treatment outcome in new smearpositif patient treated by FDCs drug.
Design: A prospective study, open clinical trial in which patient are simple randomly allocated to the FDC regimen or Kombipak.
Result : FDCs treatment success rate was 98.9% and 96.7% in patient treated by Kombipak, differences at the 5% level (p> 0.05 ) are regarded as no statistically significant. FDCs cure rate was 97,8%. Gastrointestinal complaint in patient treated with FDC lower than Kombipak (p<0,05), are regarded as statistically significant.
Conclusion: FDCs treatment success higher than Kombipak. FDC cure rate 97,8%. Gastrointestinal complaints in patient treated FDC lower than Kombipak."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T58470
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicky Soehardiman
"Background: Although combipack has high effectivity in tuberculosis treatment but it has lower compliance, The unst.iccessfull problems might be caused by number of pills taken by patients. Therefore, World Health Organization (WHO) decided to make new preparation which consist of more than two antituberculosis agent in one pill which is called fixed dose combination (FDC).
Methods: The efficacy of 2 antituberculosis agent (FDC and combipack) were compared after 6 months therapy of positive acid fast bacilli (AFB) pulmonary tuberculosis (PTB) patients in directly observed treatment, short course (DOTS) in Lung Clinics Persahabatan Hospital -Dep􀀛rtment Pulmonology and Respiratory Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia, with design randomized clinical trial.
Results: FDC group consist of 52 patients, 32 male (mean of age 28.56 ± 10.74) is compared to 58 patients, 33 male in combipack group (mean of age 29.53 ± 10.1 ). Sputum conversion is 98% in FDC g,roup and combipack 94. 7% in the early evaluation, the results almost similar to the end of.evaluation 97 .3% in FDC group and combipack 97.7%, and both of them are not statistically significant (p>0.005). Cure rate in FDC group is 69.2% and combipack 72.4%, and success rate in FDC group is 97.3% and combipack 97.7%, both of them are not statisticallly significant (p>0.005). FDC causing less itchy skin (1.9% in FDC and 6.9% in combipack) and musculoskeletal pain (0% in FDC and 5.2% in combipack) than combipack although it has no statiscal significant (p>0.005).
Conclusion: FDC has the same efficacy as combipack which can be used to treat PTB in DOTS strategy. Conversion rate, cure rate and success rate are almost the same in both groups."
Jakarta: [Publisher not identified], 2008
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Jakaria
"ABSTRAK
Tingginya angka TB di Puskesmas Dramaga menyebabkan di perlukannya penelitian kualitatif mengenai hal-hal dalam kepatuhan minum obat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan ketidak berhasilan pengobatan TB Paru. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengacu pada teori Health Belief Model (HBM). Pengambilan data dilakukan pada 11 orang dari pasien TB Paru, keluarga, dan petugas kesehatan dengan metode wawancara mendalam. Keberhasilan pengobatan TB dalam kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh persepsi informan terhadap kerentanan, keparahan, manfaat dan hambatan yang dialami selama menjalani pengobataan TB. Selain itu juga pengaruh dari besarnya dukungan keluarga dan pemberian informasi TB yang lengkap kepada pasien dan keluarga.

ABSTRACT
The high rate of TB in Puskesmas Dramaga led to the need for qualitative research on matters in medication adherence. This study aims to see what factors influence the success and failure of pulmonary tuberculosis treatment. This research is a qualitative research that refers to the theory of Health Belief Model (HBM). Data were collected on 11 people from TB patients, family, and health care workers with in-depth interview method. The success of TB treatment in medication adherence is influenced by informants' perceptions of the susceptibility, severity, benefits and constraints experienced during TB treatment. It also influences the extent of family support and the provision of complete TB information to patients and families.
"
2017
S69545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surbakti, Klara Morina Br
"Salah satu indikator program pengendalian TB secara Nasional strategi DOTS adalah angka keberhasilan pengobatan TB. Fokus utama pengendalian TB strategi DOTS adalah memutus mata rantai penularan TB oleh penderita TB paru sputum BTA positif. Berdasarkan penelitian penderita TB paru sputum BTA negatif dapat menularkan 13-20% (Tostmann A, et al, 2008). BBKPM Bandung sebagai salah satu UPK strategi DOTS pencapaian angka keberhasilan pengobatan masih dibawah target Nasional.
Tujuan: mempelajari faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan pasien TB paru sputum BTA negatif dan pasien TB paru sputum BTA positif. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB antara lain faktor individu (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kepatuhan berobat) dan obat dan penyakit (rejimen, dosis, lama pengobatan, komorbid HIV dan DM). Indikator keberhasilan pengobatan: pemeriksaan ulang sputum BTA menjadi/tetap negatif dan kenaikan berat badan.
Desain penelitian: kohort retrospektif.
Sampel: data pasien TB Paru yang tercatat di TB 01 tahun 2009-2011dijadikan 2 sub populasi, Pasien TB paru dengan sputum BTA negatif 292 kasus dan pasien TB paru dengan sputum BTA positif 461 kasus.
Analisis: multivariabel regresi logistik.
Hasil: OR keberhasilan pengobatan pasien TB paru sputum BTA negatif patuh berobat 1,4 dibandingkan tidak patuh (CI : 0,7-3,0) dan pasien TB paru sputum BTA positif patuh berobat 1,1 di bandingkan tidak patuh (CI : 0,6-2,2) setelah dikontrol umur, jenis kelamin dan pekerjaan.
Saran: Meningkatkan peran PMO, dan memperhatikan faktor komorbid dalam tatalaksana pengobatan pasien TB paru.

Succes rate of TB treatment is an important indicator of the Natinal TB control program.The main focus of TB control program DOTS strategy is to break the chain of TB transmission. Tostmann A, et al (2008) showed that through 13-20% sputum smear negative pulmonary tuberculosis patients can spread TB the bacteria. BBKPM Bandung as one of CGU DOTS strategy has lower treatment succes rate of the national targets.
Purpose: To study factors that influence the treatment succes rate of compare with both smear positve and negative pulmonary tuberculosis patients. Those are age, gender, occupation, treatment compliance (factor individu) and regimen, dose, duration of treatment, comorbid HIV and DM (drug and disease). Indicator of treatment succes are the conversion of sputum result examination and the gain weight.
Study design: a retrospective cohort study.
Samples: the pulmonary TB patient data recorded at TB 01 yeras 2009-2011. The number of TB patients with sputum smear positive are 461 and negative are 292.
Analysis: Multivariable logistic regression.
Result: OR treatment succes among sputum smear-negative pulmonary TB patients 1,4 (CI: 0,7-3,0) and among sputum smear positive pulmonary Tb patients who adhere to treatment is 1,1 (CI:0,6-2,2) after controlling for age, sex, and occupation.
Suggestion: Enhancing the role of the PMO to increase the treatment adherence rate, treat the TB patients with HIV and DM co-infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34959
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kus Sularso
"ABSTRAK
Penyakit Tb paru terdapat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Upaya pemberantasan penyakit Tb paru di Indonesia telah dimulai sejak jaman penjajahan Belanda, yaitu pada tahun 1908 oleh suatu perkumpulan ( CVT ), yang selanjutnya menjadi yayasan ( SCUT ). Setelah kemerdekaan dilakukan oleh pemerintah, pada tahun 1952 programnya terdiri atas vaksinasi BCG dengan didahului test Mantoux, pengobatan penderita dan penyuluhan kesehatan .
Pemerintah mengharapkan pada akhir Pelita V prevalensi penyakit Tb paru di Indonesia menjadi 2,4 per 1000 penduduk, dan pada tahun 2000 menjadi 2 per 1000 penduduk. Kenyataannya pada awal Pelita V penyakit Tb paru masih dinyatakan sebagai masalah kesehatan di Indonesia.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah : Mendapatkan informasi tentang pengaruh faktor risiko terhadap kejadian Tb paru BTA + dalam rangka meningkatkan kegiatan Program Pemberantasan Penyakit Tb Paru di Kotamadya Surakarta. Secara Khusus yang diteliti adalah pengaruh tinggal serumah dengan tersangka penderita Tb paru, kontak dengan tersangka penderita Tb paru yang tidak berobat, tinggal dirumah yang berventilasi kurang , tinggal dikamar yang berventilasi kurang, tinggal dikamar yang masuknya cahaya matahari kurang, tinggal dirumah yang padat penghuni, pengaruh tinggal dalam kamar yang padat penghuni, kontak lama dengan tersangka penderita Tb paru, pengaruh tinggal dalam kamar yang lenmbab, merokok, terhadap terjadinya kasus Tb paru BTA + di Kotamadya Surakarta.
Penelitian dilakukan dengan metode kasus kontrol. Sebagai kasus dipilih penderita TB Paru BTA + yang berobat ke pelayanan kesehatan dibawah pengawasan Dinas Kesehatan Kotamadya Surakarta. Kontrol diambil dari tetangga terdekat penderita Tb paru BTA +. Cara pemilihan kontrol dilakukan secara acak dengan mengundi diantara penghuni serumah, yang berumur diatas 14 tahun. Data dikumpulkan dengan menggunakan daftar pertanyaan dan isian. Ditentukan kasus sejumlah 202 orang dan kontrol 202 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Faktor risiko yang terbukti mempunyai hubungan dengan terjadinya penderita Tb paru BTA + adalah kontak dengan tersangka penderita Tb paru. Orang yang kontak dengan tersangka penderita Tb paru mempunyai kemungkinan 3,027 ( 1,24 - 7,39 ) kali terkena Tb paru dibanding dengan orang yang tidak kontak dengan tersangka penderita Tb paru Tak ada interaksi antara kontak dengan tersangka penderita
Tb paru dengan faktor risiko tinggal dirumah yang berventilasi kurang , tinggal dikamar yang berventilasi kurang, tinggal dikamar yang masuknya cahaya matahari kurang, tinggal dirumah yang padat penghuni, tinggal dalam kamar yang padat penghuni, tinggal dalam kamar yang lembab, dan merokok.
Faktor risiko ventilasi kamar dan kepadatan penghuni serumah menjadi konfonding antara faktor risiko kontak dengan tersangka penderita Tb paru dengan terjadinya penderita Tb paru BTA +.
Berdasarkan hasil penelitian ini diusulkan untuk mengadakan penelitian dengan mengambil kontrol sedemikian rupa sehingga dapat diketahui faktor lingkungan apakah yang berpengaruh terhadap terjadinya penderita Tb paru BTA +.
Sambil menunggu penelitian yang lebih baik dapat, ditingkatkan penanganan kepada penderita dan kontak serumah , serta ventilasi kamar, dan kepadatan penghuni serumah dalam usaha mengurangi penularan Tb paru di Kotamadya Surakarta sesuai dengan hasil penelitian ini.
Daftar Pustaka : 60 ( 1974 -- 1992 )"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasti Luftyanie Mustopa
"ABSTRAK
Angka keberhasilan pengobatan (Success rate) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan penanggulangan TB serta untuk mengevaluasi pengobatan pasien TB secara nasional. Kecamatan Jatiluhur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Purwakarta dengan angka keberhasilan pengobatan TB terendah se-kabupaten dan masih dibawah target nasional yakni sebesar 69,77%. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi angka keberhasilan pengobatan TB, salah satunya adalah faktor dari pasien itu sendiri, faktor pelayanan kesehatan, serta faktor keberadaan pengawas menelan obat selama masa pengobatan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB paru BTA+ di Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta tahun 2019. Data yang digunakan adalah data register pasien TB dan Form pasien TB01 di Puskesmas Jatiluhur dari bulan Januari hingga Desember tahun 2019. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Angka keberhasilan pengobatan pada pasien baru TB paru BTA+ di Kecamatan Jatiluhur tahun 2019 adalah sebesar 67,34%. Hasil analisis uji chi square menunjukkan bahwa penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya hubungan antara faktor karakteristik pasien (usia dan jenis kelamin), tipe pengobatan, dan peran PMO dengan angka keberhasilan pengobatan TB paru BTA+ (p-value > 0,05).

Treatment success rate is a national indicators that use to measure the success of tuberculosis control programme and to evaluate treatment outcomes of tuberculosis patients. Jatiluhur subdistrict is one of the subdistricts in Purwakarta Regency with the lowest TB treatment success rate among all subdistricts in Purwakarta and still below the national target at 69,77%. Many factors can influence the success rate of TB treatment, such as factor of the patient himself, health care provider, and the presence of patient’s drug supervisor during the treatment period. This study used a cross sectional design aimed to determine independent factors in affecting treatment success rate of smear-positive pulmonary tuberculosis patients at Jatiluhur Subdistrict 2019. The data used is data on register TB patients in Jatiluhur subdistrict public health center who strated treatment between January-December 2019. The analysis used is univariate and bivariate. The results of success rate of smear-positive pulmonary tuberculosis patients 2019 is at 67,34%. The results of the chi square test analysis of the relation between independent factors, such as patient characteristics (age and gender), type of treatment, presence of patient’s drug supervisor, and success rate of smear-positive pulmonary tuberculosis patient there is no significant difference (p-value > 0,05).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiri
"Peran keluarga sebagai perawat kesehatan utama dalam kepatuhan pasien TB Paru terhadap pengobatan merupakan kunci keberhasilan dari program penanggulangan TB Paru. Penelitian mengenai factor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan fungsi perawatan kesehatan keluarga dalam kepatuhan pengobatan TB Paru di Wilayah Puskesmas Carita Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten mempunyai tujuan inti untuk mengidentifikasi gambaran keberhasilan fungsi perawatan kesehatan keluarga dalam kepatuhan pengobatan TB Paru di Wilayah Puskesmas Carita Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten Tahun 2009.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi, jumlah sample 55 responden yang tersebar di 10 desa wilayah Puskesmas Carita. Pengambilan sample menggunakan tehnik consecutive sampling clan instrument yang digunakan adalah kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi pola dan proses komunikasi keluarga dan struktur peran keluarga sangat tinggi dengan prosentase masing-masing 98,2 % dan 96,4 %. Hasil analisis bivariat pada faktor pola dan proses komunikasi keluaraga menunjukkan Ho ditolak artinya ada hubungan antara faktor tersebut dalam kepatuhan pengobatan TB Paru di Wilayah Puskesmas Carita Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten Tahun 2009.
Terkait penelitian, perawat dalam rnemberikan asuhan keperawalan kepada keluarga dapat memberdayakan number daya keluarga semaksimal rnungkin sehiugga fungsi-fungsi keluarga yang lainpun dapat mendukung program penanggulangan TB Pam secara optimal.

Family's role as a primary health care in obedience to lungs TB medication can be a succsessfull key in TB medication program. Reseach about factor-factor related to successful of family health care function in obedience to lungs TB medication in Carita's Community Health Centre, Pandeglang District Office, Banten Province, have a main purpose to identify the description of successful of family health care function in obedience to lungs TB medication in Carita's Community Health Centre, Pandeglang District Office, Banten Province in 2009.
This reseach use a descriptive correlation as a design and include in Quantitative reseach. 55 number of respondence have been taked spread in 10 area villages in Carita. Consecutive sampling had selected and used a quesioner as instrument.
Reseach results show that pattern and communication process factor and family strength structure factor placing the higher proportion with each 98,2 % and 96,4 %. Result of bivariat analysis show that (Ho) denied on pattern and communication process factor, its mean there were relationship between that factor with obedience in lungs TB medication.
Further more, nurses can give the nursing care by optimize family resources and wrap in the family participation, so that another family functions can be maximize support the lungs TB medication program.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5745
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Rimenda Br.
"Pendahuluan : Walaupun pemerintah Indonesia sudah menetapkan programDirect Observed Treatment Short course DOTS dengan ObatAntituberkulosis OAT kombinasi dosis tetap KDT , masih ditemukan kasustuberkulosis TB baru di Indonesia. Informasi tentang perbedaan efektivitasdan efek samping OAT KDT dan OAT dosis lepasan pada fase intensif danfase lanjutan masih merupakan suatu perdebatan. Penelitian ini bertujuan untukmembandingkan efektivitas dan efek samping OAT KDT dengan OAT dosislepasan pada pasien TB paru kasus baru konfirmasi bakteriologis danmengevaluasi penggunaan fase sisipan pada kedua kelompok OAT.
Metode : Penelitian retrospektif observasional ini menggunakan datasekunder dari rekam medis pasien TB paru kasus baru konfirmasibakteriologis yang mendapat pengobatan OAT kategori 1 KDT atau OAT dosislepasan dalam periode 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Januari 2017.Efektivitas dinilai dari konversi basil tahan asam BTA pada akhir bulan ke 2dan akhir bulan ke 6, serta evaluasi penggunaan fase sisipan pada akhir bulanke 3. Efek samping dinilai dari efek samping obat ESO mayor dan minoryang timbul selama pemakaian OAT KDT atau dosis lepasan. Perbedaanefektivitas dinilai dengan Chi square.
Hasil : Data pasien yang mendapat OAT KDT 33 orang dan OAT dosislepasan 30 orang selama periode 1 Januari 2014 ndash; 31 Januari 2017 di RS drEsnawan Antariksa Halim Perdanakusuma Jakarta di evaluasi. Pada akhir faseintensif, proporsi pasien pada kelompok OAT KDT dan lepasan yangmengalami konversi BTA tidak berbeda bermakna 78,8 vs 83,3 , p=0,693 .Pada akhir fase sisipan, 100 pasien kelompok OAT lepasan mengalamikonversi, satu pasien 14,3 pada kelompok KDT gagal konversi dandikeluarkan dari penelitian ini. Semua pasien yang menyelesaikan fase lanjutanpada kedua kelompok mengalami konversi BTA. ESO mayor berupa hepatitisdan reaksi sensitivitas ditemukan lebih banyak pada kelompok KDTdibandingkan lepasan 6.1 vs 0 . ESO minor juga lebih banyakditemukan pada kelompok KDT dibandingkan lepasan 30.3 vs 23.3 . Efeksamping minor yang paling banyak dialami adalah nyeri perut dan mual.Proporsi subjek yang mengalami ESO lebih banyak pada kelompok KDTdibandingkan kelompok lepasan 33,3 vs 23,3.
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan efektivitas dan efek samping OATkategori 1 KDT dibanding dosis lepasan pada fase intensif dan lanjutan. Terdapat keberhasilan konversi pada akhir fase sisipan pada kedua kelompokOAT.

Introduction : Eventhough Indonesian Government has established DirectObserved Treatment Short Course DOTS program with fixed dosecombination FDC Antituberculosis, new tuberculosis cases continue to occur.Information on differences in effectiveness and adverse drug reactions ADRs of FDC and separate formulations persists. This study aimed to evaluate theeffectiveness and adverse drug reactions of FDC versus separateantituberculosis formulations in new onset bacteriological confirmedpulmonary TB patients and to evaluate the effect of one month extension ofintensive phase in both groups.
Methods : A retrospective observational study was conducted using patientdata records. All new onset pulmonary TB patients with recordedbacteriological confirmation and received first category FDC or separate antituberculosis formulations during January 1st 2014 until January 31st 2017 period were included. Efectiveness outcome were determined by Acid fastbacilli sputum smear conversion at the end of intensive phase month 2 andmonth 6 of therapy, and evaluation of extended phase at the end of month 3.Major and minor ADRs occured during antituberculosis treatment wereconsidered as ADRs outcome. The difference on acid bacilli sputum conversions between two groups were analyzed using Chi Square test.
Results : Patients treated with FDC n 33 and with separate formulations n 30 during January 1st 2014 to Januari 31st 2017 at dr. Esnawan AntariksaHospital, Halim perdanakusuma Jakarta were evaluated. The rate of sputumsmear conversions at the end of intensive phase was not significantly higher inseparate formulations group as compared with FDC group 83,3 vs 78,7 ,p 0,693 . The intensive phase was extended one more month for patients withconversion failure at month 2, at the end of extended intensive phase, 100 of separate formulation were convertion. One patient 14,3 in FDC group didnot gain sputum conversion during the extended phase and was considered asmedication failure and being excluded from the study. At the end ofcontinuation phase, sputum smear conversions were achieved by all patients inboth groups. Major ADRs hepatitis and hypersensitivity reactions were foundhigher in FDC group as compared with separate formulations group 6.1 vs0 . Minor ADRs also were found higher in FDC group 30.3 vs 23.3 .The most frequently occurred ADRs were abdominal discomfort and nausea. The proportion of subjects with ADRs were higher in FDC than separateformulation group 33,3 vs 23,3.
Conclusion : There were no differences in the effectiveness and safety profile of the first category FDC and separate antituberculosis formulations.Successfulconversions occured at the end of the extended intensive phase in both groups.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>