Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13427 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anies Nuringtyas
"Menangis dapat merupakan cara bayi menyatakan lapar, tidak nyaman, lelah, nyeri dan takut. Rasa tidak nyaman timbul pada saat bayi buang air kecil, buang air besar, kegerahan, kedinginan, gatal dan sebagainya. Orang tua akan mencari apa penyebab dari tangisan bayi mereka dan apabila mereka tidak dapat menemukan penyebabnya atau tidak dapat menenangkan bayinya, bahkan tangisan tersebut akan berkepanjangan; dapat berlangsung beberapa jam sehingga membuat orang tua camas dan frustasi. Mereka akan mencari pertolongan dokter, untuk mendapat penjelasan tentang penyebab tangisan yang berkepanjangan tersebut dan mendapat terapi yang rasional.
Bayi sampai usia 6 minggu biasanya frekuensi menangisnya sering, kemudian berangsur-angsur berkurang sampai berusia 4 bulan. Bayi yang menangis berkepanjangan dapat pula disebabkan oleh penyakit yang serius, dan dapat merenggut jiwa.
Kolik infantil adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya tangisan yang berkepanjangan pada bayi yang sehat. Istilah kolik digunakan, karena selama ini dianggap bahwa tangisan bayi disebabkan oleh keram usus. Walaupun demikian, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa bayi yang menderita kolik disebabkan adanya rasa sakit. Beberapa ahli berpendapat bahwa istilah kolik berasal dari para pengasuh yang mendapatkan bayinya menjadi rewel secara mendadak. Oleh karena berbagai upaya untuk meredakan tangisan tersebut tidak berhasil, maka disimpulkan bahwa kemungkinan saluran cerna sebagai penyebabnya."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tehuteru, Edi Setiawan
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2003
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Laksmi Hidayati
"Regurgitasi atau gumoh merupakan manifestasi klinis tersering refluks gastro-esofagus (RGE) pada bayi. Regurgitasi pada bayi ini merupakan satu-satunya RGE bergejala yang dianggap fisiologis sehingga dapat timbul pada bayi sehat tanpa adanya masalah lain yang merupakan komplikasi RGE. RGE yang disertai komplikasi atau masalah seperti gagal tumbuh, esofagitis, hematemesis dan gejala saluran napas, dimasukkan dalam kelompok penyakit refluks gastro-esofagus (PRGEIGERD=gasiroesophageal refux disease). Komplikasi tersebut dapat timbul pada berbagai usia dan sulit untuk dibedakan antara RGE (fisiologis) dengan PRGE (patologis).
Regurgitasi pada bayi adalah kondisi yang umum ditemukan, dengan proporsi mencapai lebih dari 50% bayi pernah mengalami gejala ini dalam tahun pertama kehidupannya. Regurgitasi timbul paling sering pada bayi saat berusia 1-6 bulan, yaitu pada 65-86,9% bayi, kemudian akan berkurang secara bermakna pada usia 6-9 bulan dan terjadi hanya 1-10,3% bahkan hilang lama sekali saat berusia 12 bulan. Yang menjadi masalah adalah belum ada batasan yang jelas antara regurgitasi yang merupakan RGE fisiologis dengan yang patologis, karena RGE sampai menjadi PRGE merupakan suatu spektrum yang berkesinambungan dengan manifestasi klinis yang saling tumpang tindih antara keduanya, terutama pada masa bayi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verawati Sudarma
"Human Milk Oligosaccharides (HMO), adalah kelompok senyawa ketiga terbanyak dalam ASI dan berhubungan dengan pertumbuhan bayi. Studi prospektif longitudinal dilakukan pada 120 pasangan ibu-bayi berusia 0 – 4 bulan dari RS Kemang Medical Care, Puskesmas Cilandak, Mampang, Pasar Minggu dan Tebet di Jakarta Selatan antara Agustus 2021 – Mei 2022.
Analisis gen dilakukan dengan Next Generation Sequencing (NGS) dan Sanger. Profil HMO (2'FL, LNFP I, LNT, LNnT, 3'SL dan 6'SL) diperiksa pada usia 0, 2, 4 bulan. Weight for age zscore (WAZ), weight for length z-score (WLZ), dan weight velocity diperiksa setiap bulan. Penelitian ini menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman, uji Anova untuk pengukuran berulang, Friedman tes, regresi logistik dan model linier umum untuk pengukuran berulang dengan nilai p <0,05 dianggap signifikan secara statistik.
Sekretor positif dalam penelitian ini sebanyak 58,3% dan 41,7% sebagai Sekretor lemah. Prevalensi Lewis positif sebesar 85% dan 15% adalah Lewis negatif, sama dengan prevalensi Group 1 (Se+Le+) dan Grup 3 (Se+Le-). Kkonsentrasi 2’FL pada kelompok Se+Leberkorelasi negatif dengan WAZ dan berkorelasi positif dengan LNFP I (r0,478) usia dua bulan (r-0,294). 2’FL pada ibu Sekretor positif berkorelasi negatif dengan WAZ bulan kedua (r-0,294).
2’FL, LNFP I dan LNT memiliki hubungan positif dengan indikator pertumbuhan berat badan.

Human Milk Oligosaccharides (HMOs) are the third most abundant group of compounds in human milk. HMOs can modulate the immune system of the intestinal mucosa, modulate infection and allergy, and link to growth in early infancy. A prospective longitudinal study was conducted among 120 mother-infant pairs aged 0 – 4 months from Kemang Medical Care Women and Children Hospital, Public Health Center in Cilandak, Mampang, Pasar Minggu, and Tebet in South Jakarta between Agustus 2021 – May 2022. The gene analysis for the Secretor and Lewis status of the mother were performed by usung Targeted Next Generation Sequencing (NGS) and Sanger at baseline. The HMOs profiles (2'FL, LNFP I, LNT, LNnT, 3'SL, and 6'SL), breast milk calories, and fat were examined at 0, 2, and 4 months. Weight growth indicators, namely weight for age z-score, weight for length z-score (WAZ, WLZ, and weight velocity), infection episode, and mother's body mass index (BMI) were examined every month. Data were analyzed using Pearson or Spearman correlation test (correlation coefficient), general linear model for repeated measures ANOVA test and Friedman test (mean difference between and within groups, respectively) and logistic regression unadjusted OR (association between dependent and independent variables), with a p-value <0.05 considered statistically significant.
The positive and weak Secretor mothers were 58.3% and 41.7%, respectively. The proportion of Lewis positive and Se+LE+ groups was 85%, while 15% were in Lewis negative and Se+Legroup. At baseline, 2'FL concentration among Se+Le- mothers were negatively correlated with WAZ and LNFP I (r0.478) concentration was positively correlated with infants' WLZ. The 2'FL concentration among Secretor mothers was negatively correlated with infants' WAZ in the second month (r-0.294). Mothers with high 2'FL levels increased the standard deviation of infants' WLZ in the fourth month. Infants' weight velocities were higher among high LNT and 3'SL levels in the second month; and in high 2'FL and LNFP I mothers in the fourth month. HMOs profile (2’FL LNT, LNFP I and 3’SL) of the lactating mothers have a positive relationship with weight growth indicator and innovative intervention to improve HMOs concentration among mothers should be consider as one of the ways to improve infants growth.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Febrisandi Irsan
"Latar belakang: Kolik infantil merupakan tangisan berlebih tanpa tanda gagal tumbuh atau sakit. Salah satu penyebab kondisi ini adalah bonding ibu-bayi yang tidak adekuat. Ibu yang mengalami depresi dan tidak mendapat dukungan dalam pengasuhan dapat meningkatkan risiko terjadinya kolik infantil. Kolik infantil dapat menyebabkan bayi mengalami admisi berulang ke instalasi gawat darurat, pemberian terapi yang tidak rasional, serta mendapatkan perlakuan salah. Ibu peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) berisiko mengalami jam kerja berlebih sehingga mengurangi waktu membentuk bonding dengan bayinya, burnout, hingga depresi yang merupakan faktor risiko terjadinya kolik infantil. Hingga saat ini belum ada penelitian mengenai prevalens dan faktor risiko kolik infantil pada bayi dari ibu peserta PPDS.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada 67 bayi dari ibu peserta PPDS berasal dari tujuh senter pendidikan di Sumatra dan Jawa dengan menggunakan kuesioner laporan orangtua untuk anak usia 0-3 tahun yang telah diterjemahkan secara resmi dari Rome Foundation dan kuesioner Mother Infant Bonding Scale versi bahasa Indonesia. Kuesioner diisi secara daring, dengan tautan yang diberikan melalui aplikasi WhatsApp© kepada ibu peserta PPDS.
Hasil: Sebanyak 18 (26,8%) subjek mengalami kolik infantil, dan bayi dari ibu peserta PPDS dengan risiko tinggi masalah bonding ibu-bayi memilki risiko kolik infantil lebih tinggi dengan P<0,046, OR:2,922 (IK95%: 1,07-4,87). Jenis pemberian nutrisi berupa ASI atau kombinasi susu formula dan ASI tidak menunjukan perbedaan bermakna secara statistik terhadap kejadian kolik infantil dengan P=0,602, OR: 1,333 (IK95%: 0,451-3,940).
Simpulan: Risiko tinggi masalah bonding ibu-bayi dapat meningkatkan risiko kejadian kolik infantil pada bayi dari ibu peserta PPDS.

Background: Infantile colic is excessive crying without signs of failure to thrive or illness. Inadequate mother-infant bonding is one of the possible causes, and the risk is increased in mothers with depression and lack of family support. Infantile colic could lead to recurrent admission to the emergency department, irrational therapy, and child abuse. Mothers participating in medical residency training programs could experience excess working hours, less time to bond with their babies, burnout, and depression, which could increase the risk of infantile colic. Until recently, there has been no data on the prevalence and associated factors of infantile colic in infants of mothers participating in medical residency training program.
Methods: This is a cross-sectional study of 67 infants of mothers participating in medical residency training programs from seven training centers in Java and Sumatra, using a Parent Report Questionnaire for Children Aged 0-3 years which had been officially translated into Indonesian language from the Rome Foundation and the Indonesian version of the Mother-Infant Bonding Scale Questionnaire. In addition, an online link to fill online questionnaire was distributed via the WhatsApp© application.
Results: As many as 18 (26.8%) subjects experienced infantile colic. A high risk of mother-infant bonding problems is associated with infantile colic with P<0.046, OR:2.922 (95% CI: 1.07-4.87). The type of nutrition in the form of breast milk or a combination of formula and breast milk was not statistically significantly different, with P=0.602, OR: 1.333 (95% CI: 0.451-3.940).
Conclusion: High risk of mother-infant bonding issues can increase the likelihood of infantile colic in babies born to mothers participating in medical residency training programs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Tini Sridevi
"Pendahuluan: Kolik infantil adalah salah satu gangguan saluran cerna fungsional yang cukup banyak ditemukan pada bayi dibawah usia 6 bulan dengan prevalens sekitar 20%. Meskipun keadaan ini bersifat self-limiting, bila tidak ditangani dengan baik dapat mempengaruhi kualitas hidup bayi dikemudian hari. Diagnosis dan tata laksana menjadi hal penting. Kriteria diagnosis yang dipakai saat ini adalah Kriteria Rome IV yang dipublikasi pada tahun 2016 sebagai revisi kriteria sebelumnya. Data mengenai pemahaman kolik infantil berdasarkan Kriteria Rome IV dan tata laksana bayi dengan kolik infantil oleh dokter spesialis anak di Indonesia belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengisi celah informasi tersebut.
Metode: Peneliti menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan dan pendekatan terapi para dokter spesialis anak terhadap kolik infantil. Kuesioner dibagikan kepada sampel yang dipilih secara acak. Skor pengetahuan dan perilaku dianalisis dengan menggunakan variabel lama pengalaman klinis, akreditasi institutsi, tempat praktek, dan sumber informasi. Analisis dilakukan dengan SPSS 20.0.
Hasil: 75 dari 131 (57.3%) dokter anak mengaku sudah menggunakan Rome IV pada praktek sehari-hari, dari mana mean skor mereka adalah 14.24±3.32 dari total 20 poin. Rata-rata skor pengetahuan adalah 14.38±3.17 dari 20 dan skor pendekatan terapi adalah 11.50±2.80 dari 16.
Kesimpulan: Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara variable dengan skor pengetahuan maupun pendekatan terapi. Hasil pengetahuan dan pendekatan dokter spesialis anak terhadap kolik infantil masih belum optimal, sehingga masih perlu disiapkan sarana pembelajaran efektif oleh pihak yang berkepentingan demi meningkatkan capaian yang ada saat ini.

Introduction: Infant colic is one many FGIDs that occur in infants under 6 months with an approximate prevalence of 20%. Even though this condition is self-limiting in nature, inappropriate therapy does affect the babys quality of life in the future. Hence, diagnosis and therapeutic approach becomes essential. The diagnostic criteria currently used is Rome IV which was published in 2016 as an update of the previous version. Unfortunately, data regarding Indonesian pediatricians understanding of infant colic according to Rome IV criteria and their therapeutic approach in managing infant colic has not been reported. Hence this research was conducted to fill in those gaps in information.
Methods: Researcher uses questionnaire aimed at assessing pediatricians knowledge and therapeutic approach towards the management of infant colic. The questionnaire were then given out to samples which were randomly selected. The scores of both knowledge and therapeutic approach are analyzed with variables which are: years of clinical experience, institution accreditation, place of practice, and source of information. The analysis was performed using SPSS 20.0.
Results: 75 out of 131 (57.3%) pediatrician claims to have use Rome IV in their daily practice, from which mean score were 14.24±3.32 of a total 20 points. Mean of knowledge score is 14.38±3.17 out of 20 and mean of therapeutic approach score is 11.50±2.80 out of 16.
Conclusion: There were no significant relationship between the other variables with the knowledge nor behavior scores. The results of pediatricians knowledge and approach towards infant colic was not optimal yet, so those with interest must improve the means for effective learning to allow improvement better that what is now achieved.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Sapariyanto
"ABSTRAK
Latar belakang: Pola defekasi bayi sehat yang mendapat air susu ibu ASI eksklusif perlu dipahami untuk menurunkan kesalahan diagnosis dan terapi sehingga kecemasan orangtua berkurang. Tujuan: Mengetahui pola defekasi frekuensi, konsistensi, warna tinja bayi sehat usia 0-3 bulan dengan ASI eksklusif. Metode: Potong lintang, mengamati pola defekasi bayi di Jakarta dan sekitarnya selama Oktober-Desember 2017. Bayi dikelompokkan menjadi 4 A berusia 2-7, B 27-33, C 57-63, dan D 87-93 hari . Pengamatan menggunakan lembar khusus 7 hari berturut-turut. Hasil penelitian: 120 bayi yang diamati, rerata frekuensi defekasi kelompok A 4,17 kali SD 1,86 , B 4,16 kali SD 2,39 , C median 2,14 kali 0,14-6,14 , dan D median 1,32 kali 0,14-8,29 . Konsistensi tinja menurut Bristol Stool Chart kelompok A adalah tipe 6 sebesar 80 , B 73,3 , C 83,3 , dan D 60 . D juga memiliki konsistensi tipe 5 26,7 .Warna tinja menurut Bekkali kelompok A 63,3 kuning, 20,0 oranye, 16,7 hijau. B kuning 56,7 , oranye 30 , hijau 13,3 . C oranye 50 , kuning 40 , hijau 10 . D kuning 53,3 , oranye 46,7 , hijau 0 . Kesimpulan: Makin bertambahnya usia, pola defekasi bayi sehat dengan ASI eksklusif berubah yaitu berkurangnya rerata frekuensi defekasi, konsistensi tinja menjadi lunak, dan warna tinja menjadi kuning.

ABSTRACT

Background The normal defecation pattern of exclusively breastfed healthy infants needs to be understood to reduce inappropriate diagnosis management, and parent rsquo s anxiety. Objective To obtain the defecation pattern frequency, consistency, stool color of exclusively breastfed healthy infants age 0 3 months. Method Cross sectional, observing the defecation pattern of babies in Jakarta and surrounding areas October December 2017. Infants were grouped into 4 A 2 7, B 27 33, C 57 63, D 87 93 days old , observed for 7 consecutive days using a special sheet. Results Total 120 healthy babies with mean frequency of defecation group A, B, C, D were 4.17 times SD 1.86 , 4.16 SD 2.39 , 2.14 0.14 6.14 , 1.32 0.14 8.29 . The stool consistency according to Bristol Stool Chart Group A is type 6 by 80 , B 73.3 , C 83.3 , and D 60 . D also has type 5 26.7 . The stool color according to Bekkali group A is 63.3 yellow, 20.0 orange, 16.7 green. B yellow 56.7 , orange 30 , green 13.3 . C orange 50 , yellow 40 , green 10 . D yellow 53.3 , orange 46.7 , green 0 . Conclusion The defecation pattern of exclusively breastfed healthy infants is following the age. Its changes include decreased in frequency, soft stool consistency, yellow color."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Nuratman
"Attachment Parenting (AP) merupakan salah satu konsep cara parenting yang sudah berkembang di negara maju. AP merupakan cara parenting yang penting untuk medekatkan ibu dengan bayi agar dapat menciptakan dan meningkatkan secure attachment. Dengan meningkatnya jumlah ibu bekeija dan waktu kerja sehingga ibu bekerja kurang mempunyai waktu untuk dapat menemani bayinya, dikhawatirkan akan terjadi keregangan dalam hubungan ibu dan anak dan kondisi inii memungkinkan timbulnya gejala insecure attachment antara ibu dengan bayi. Berdasarkan pernyataan diatas peneliti memfokuskan attachment parenting pada ibu bekerja.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran attachment parenting ibu bekeija terhadap bayi usia 12-18 bulan. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 4 subyek dengan karakteristik subyek sekarang sedang bekeija dan mempunyai bayi dalam rentang usia 12-18 bulan. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode wawancara dengan pedoman umum dan menggunakan observasi partisipatif sebagai metode pendukung.
Lebih lanjut hasil penelitian menyatakan semua subyek mengalami secure attachment dan semua subyek menggunakan attachment parenting. Aspek pekerjaan ternyata tidak mempengaruhi kedekatan yang telah dibentuk antara ibu dengan bayi. Melainkan kemampuan subyek dalam menyeimbangkan tugas sebagai ibu bekeija dan sebagai ibu rumah tangga lebih penting. Adanya pendelegasian tugas parenting mempunyai andil penting dalam membangun ikatan antara ibu dengan bayi.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pedoman untuk penelitian-penelitian lebih lanjut yang mempunyai kaitan dengan attachment parenting dan juga dapat mengkaitkan attachment parenting dengan beragam budaya yang ada di Indonesia ini Manfaat lainnya adalah untuk membantu ibu bekerja agar dapat melakukan intervensi melalui attachment parenting untuk menghindari terjadinya insecure attachment dan di sisi lain dapat menciptakan dan meningkatkan secure attachment.
Untuk penelitian selanjutnya dapat diarahkan untuk mempertimbangkan atau menguji faktor-faktor seperti usia ibu bekerja, budaya, ekonomi, penggunaan babysitter, dan kehadiran pengasuh lainnya, karena kemungkinan faktor-faktor tersebut berpengaruh. Selain itu juga disarankan bagi ibu bekerja untuk membuat prioritas waktu terhadap peran sebagai pekerja dan sebagai ibu dan mendelegasikan beberapa tugas rumah tangga kepada anggota keluarga yang ada. Hal ini ditujukan agar ibu bekerja tetap dapat bekerja dan dapat dekat dengan bayinya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yufi Adriani
"Gallinski (dalam Martin & Colbert 1997) secara khusus menyebutkan bahwa proses interaksi antara orangtua dan anak sejak anak lahir hingga beranjak dewasa dan meninggalkan rumah dikenal dengan sebutan parenting. Parenting merupakan proses interaksi yang berkelanjutan, yang selalu melibatkan orangtua, anak, dan pengaruh lingkungan. Proses parenting yang melibatkan interaksi antara orangtua dan anak dapat diwujudkan dalam kegiatan yang berbeda sesuai dengan tingkat dan tahap perkembangan anak. Dalam proses parenting ini terdapat dua cara parenting (altachment parenting & detachment parenting) yang dapat dilakukan orangtua terhadap anaknya dan gambaran cara parenting ini dapat dilihat dari beberapa cara pengasuhan. Pada masa bayi (infancy), cara pengasuhan pada umumnya meliputi lima hal yaitu menyusui, menggendong, berbagi tempat tidur, pembentukan bonding dengan bayi, dan kesensitifan terhadap cues yang diberikan oleh bayi (Sears dalam Brooks, 2001).
Pada umumnya, lima cara pengasuhan yang telah disebutkan di atas dilakukan oleh ibu yang berperan sebagai primary caregiver. Oleh karena itu penelitian ini dikhususkan untuk melihat gambaran cara parenting yang dilakukan ibu. Selain itu, penelitian mengenai gambaran cara parenting pada berbagai kebudayaan di Indonesia belum dapat diketahui secara rinci, terutama pada kebudayaan Minangkabau yang menganut sistem matrilineal.
Ibu memegang peranan penting dalam proses pendidikan, sosialisasi, dan perkembangan anak, sehingga penelitian ini dikhususkan untuk melihat bagaimana gambaran cara parenting ibu terhadap bayi usia 11-18 bulan pada suku Minangkabau; apakah ada perbedaan cara parenting ibu terhadap bayi laki-laki dan bayi perempuan; apa saja faktor yang berpengaruh terhadap cara parenting ibu. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metoda wawancara. Subjek wawancara adalah empat orang ibu yang mempunyai bayi berusia 11-18 bulan yang berada dalam lingkungan budaya Minangkabau. Kerangka teoritis yang digunakan- dalam penelitian ini adalah teori perkembangan infancy, teori parenting : teori mothering; teori yang berhubungan dengan nilai dan adat budaya Minangkabau.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa keempat subjek merasa sudah teridentifikasi sebagai bagian dari suku bangsa Minangkabau dan sudah dapat memahami nilai-nilai yang ada dalam budaya Minangkabau. Namun keempat subjek merasa budaya Minangkabau belum memberikan pengaruh terhadap cara parenting yang mereka lakukan pada anak mereka. Hal itu karena cara parenting yang digunakan adalah ketika anak masih berada dalam tahap infancy (bayi). Pengaruh budaya akan lebih terlihat jika anak sudah berada dalam usia yang lebih besar, dimana ia sudah dapat mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari budaya Minang. Selain itu juga, pada masa ini orangtua mempunyai tujuan dan cara parenting yang berbeda, yang dapat dipengaruhi oleh usia dan tahap perkembangan anak dan harapan lingkungan sosial terhadap anak.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa harapan subjek terhadap anak laki-laki dan anak perempuannya berbeda, namun hal itu tidak berpengaruh terhadap perbedaan cara parenting pada bayi laki-laki dan perempuan. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cara parenting adalah pendidikan dan penghasilan yang cukup sehingga subjek dapat lebih terbuka terhadap informasi-informasi yang ada mengenai cara parenting pada bayi. Untuk penelitian lanjutan, disarankan agar melakukan penelitian di luar budaya Minangkabau mengenai cara parenting, terutama cara parenting pada tahap perkembangan anak yang berbeda-beda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eleonora Mitaning Christy
"ABSTRAK
Nama : Eleonora Mitaning ChristyProgram Studi : Ilmu Gizi, Peminatan Ilmu Gizi KlinikJudul : Hubungan Pola Menyusui dengan Status Gizi Bayi dan Kadar Sekretori Imunoglobulin A pada Saliva Bayi Usia 3 ndash;6 BulanPembimbing : Dr. Sri Sukmaniah, M.Sc, Sp.GK K DR. Dr. Rini Sekartini, Sp.A K Pola menyusui merupakan bentuk atau model perilaku ibu dalam memberikan ASI kepada bayinya meliputi apakah Ibu memberikan makanan dan minuman selain ASI, kapan diberikannya makanan dan minuman lain tersebut, bagaimana kontinuitas Ibu dalam memberikan ASI, serta cara Ibu memberikan ASI. ASI mendukung pertumbuhan dan perkembangan bayi. Parameter yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan adalah adalah berat badan dan panjang badan, keduanya dapat dinterpretasikan dalam penilaian status gizi. Imunoglobulin merupakan salah satu komponen dalam ASI yang mendukung daya tahan tubuh, dan imunoglobulin yang terbanyak dalam ASI, terutama pada fase awal menyusui, adalah sekretori imunoglobulin A sIgA . SIgA sering dikatakan sebagai pertahanan tubuh lini pertama, dan kadar sIgA dapat dilihat salah satunya melalui pemeriksaan sampel saliva. Penelitian dengan desain potong lintang ini dilakukan di poliklinik anak gedung Kiara Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola menyusui dengan status gizi dan hubungan pola menyusui dengan kadar sekretori imunoglobulin A pada saliva bayi usia 3 ndash;6 bulan. Mayoritas dari total 54 subyek yang mengikuti penelitian ini berjenis kelamin laki-laki 61,1 , 57,4 subyek memiliki usia gestasi cukup bulan, dan 51 subyek dilahirkan melalui operasi caesar. Rata-rata berat lahir dari kesuluruhan subyek adalah 2707,83 584,39 gram. Sebagian besar Ibu subyek 64,8 berusia 20 ndash;30 tahun, 55,6 memiliki riwayat multipara, dan 79,6 tidak bekerja. Pada penelitian ini didapatkan 35,2 Ibu subyek memiliki pola menyusui yang baik. Subyek dengan status gizi normal didapatkan sebesar 85,2 , Nilai tengah kadar sIgA saliva untuk seluruh subyek penelitian adalah 56,2 2,5 ndash;536,4 g/ml. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara pola menyusui dengan status gizi subyek dan kadar SIgA saliva pada bayi usia 3 ndash;6 bulan. Kata Kunci: ASI, menyusui, ibu menyusui, pola menyusui, status gizi, sIgA saliva, Bayi.

ABSTRACT
Name Eleonora Mitaning ChristyStudy Program Nutrition, Clinical NutritionTittle Breastfeeding pattern and its rsquo association with nutritional status and salivary secretory immunoglobulin A level in 3 to 6 month old infantsSupervisor Dr. Sri Sukmaniah, M.Sc, Sp.GK K DR. Dr. Rini Sekartini, Sp.A K Breastfeeding pattern is a form of mother 39 s behavior in giving breast milk to her baby including whether mother provides foods and drinks other than breast milk, when those foods and drinks are given to the baby, how rsquo s the continuity of the mother in giving breast milk, an also the way mother breastfeeds her baby. Breast milk supports the growth and development of the baby. Body weight and body length are used to evaluate the growth of the infant. Both can be interpreted into nutritional status. Immunoglobulin is one of many components in breast milk that supports immunity. The most common immunoglobulin in breast milk, especially in the early phases of breastfeeding, are secretory immunoglobulin A sIgA . SIgA often mentioned as the first line defense of the body immune system. SIgA levels can be evaluated, one of the ways, from saliva samples examination. The research with cross sectional design was conducted in Kiara Pediatric Polyclinic, Cipto Mangunkusomo Hospital, Jakarta to determine the breastfeeding pattern and its association with nutritional status and salivary secretory immunoglobulin A level in 3 to 6 month old infants. The study was conducted using 54 subjects where the majority of the subjects 61.1 were boys, 57.4 subjects had mature gestational age, and 51 of subjects were delivered by caesarean section. The mean of all subjects rsquo birth weight was 2707,83 584,39 gram. The study found that the majority of subjects rsquo mothers 64.8 were 20 to 30 year old age, 55.6 of subjects rsquo mothers were multiparas, and 79.6 were not working. The study also showed that 64.8 of subjects rsquo mothers had less good breastfeeding pattern, at the other side, 35.2 had good breastfeeding pattern. Subjects with normal nutritional status were 85.2 , while 14.9 found with abnormal nutritional status. The median of subjects rsquo salivary sIgA level was 56.2 2.5 ndash 536.4 g ml. The results of this study showed no significant association between breastfeeding pattern with nutritional status of the subjects and salivary sIgA level in 3 to 6 month old infants. Keywords Breast milk, breastfeeding pattern, nutritional status, salivary sIgA, infants."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>