Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134493 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Febliaji
"Tindakan sebagian dari penanggung jawab pasien Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru yang sudah sembuh untuk tetap membiarkan pasien tinggal dirumah sakit jiwa sangat tidak menguntungkan. Ini dapat mengurangi daya tampung rumah sakit dan kualitas pelayanan pada pasien. Untuk pasien yang sudah boleh pulang dapat dilakukan perawatan lanjutan di masyarakat untuk mengurangi "nosokomial gangguan jiwa".
Sistem pemulangan pasien yang dilakukan rumah sakit jiwa pada umumnya sama dengan sistem pemulangan pasien di rumah sakit umum. Sistem pemulangan pasien di rumah sakit jiwa ini sangat efektif bagi keluarga yang peduli terhadap pasien, nainun tidak efektif bagi pasien yang tidak mempunyai keluarga seperti gelandangan psikotik yang diantar oleh Dinas Sosial dan bagi pasien yang keluarganya tidak peduli. Penulangan pasien merupakan suatu keharusan bagi pasien rawat limp lama yang sembuh, kalau tidak ingin pasien menumpuk di rumah sakit jiwa.
Tujuan penulisan ini untuk mendapatkan pengembangan sistem pemulangan pasien rawat map lama yang sembuh di Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru, sehingga tak membebani Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru dan memenuhi harapan masyarukat.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, tidak menguji teori tetapi merupakan penelitian terapan yang bersifat merman altematif pemulangan pasien yang sembuh. Informasi penelitian ini diperoleh dari pasien rawat map lama yang sembuh di Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru melalui Diskusi Kelompok Terarah sedangkan informasi dari keluarga pasien, pejabat struktural Rumah Sakit Jiwa _Pekanbaru, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, DPRD Propinsi Riau diperoleh melalui Wawancara Mendalam.
Dari basil Diskusi Kelompok Terarah didapatkan pada umumnya motivasi pasien terhadap pulang cukup kuat, motivasi beberapa pasien tidak begitu kuat karena merasa dihuaiig oleh keluarga. Pasien umumnya menolak untuk ditempatkan di Panti, namun ada juga pasien yang ingin mencoba dengan alasan teman. Keluarga pada urnumnya tidak tahu cara merawat pasien, bosan karena pasien sering kambuh. Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru menginginkan pemulangan pasin rawat imp lama sembuh dilakukan oleh Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru berikut dengan pengalokasian dananya. Dinas Sosial mengkategorikan pasien rawat inap lama sembuh tersebut sebagai orang terlantar dan dalam memulangkan pasien ke daerah asalnya tidak memberikan dana pendamping untuk pemulangan pasien. Dari Legislatif akan membantu dalam bentuk kebijakan dan anggaran khusus.
Secara umum dapat ditarik kesiinpulan bahwa penyebab pasien rawat Map lama yaitu trauma masa lalu dengan pasien, jarak yang jauh ke rumah sakit jiwa Pekanbaru, ketidaktahuan keluarga dalam merawat pasien dirumah. Pasien dari Dinas Sosial disamping jarak yang jauh juga disebabkan karena tidak adanya tempat penyaluran pasien. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru untuk pemulangan pasien hanya bersifat jangka pendek. Pemulangan pasien lebih diutamakan pada keluarga, penampungan pada rumah singgah cacat mental dan penyaluran magang kerja pada industri barang/jasa. Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru dapat inelakukan kerjasama dengan Dinas Sosial untuk penyaluran pasien kemasyarakat. DPRD dapat membantu pasien dengan membuat kebijakan dan anggaran khusus untuk pasien rawat inap lama yang sembuh.

Some of patient underwriter's action in Mental Hospital of Pekanbaru, which has recovered to keep letting patient stay in mental hospital, is not advantage. This can decrease hospital accommodation and patient service quality. For patient which have may go home can he done by a continue treatment in society to decrease "nosokomia' mental disorder".
Discharging of patient system, which is done in mental hospital generally, is similar with discharging of patient system in public hospital. This discharging of patient system in public hospital is very effective for family who care of patient, but it is not effective for patient who does not have family like loiterer of psychotic who is sent by a social service and it is not effective for patient who his family does not care. Discharging of patient is a compulsion for long time care patient who recover, if not patient heap in mental hospital.
This writing purpose to get a system development by discharging of long time care patient who recover in Mental Hospital of Pekanbaru, so it does not encumber in mental hospital and fulfill society expectation.
This is a qualitative research, it does not use a theory test, but it is an operational research, which has a character of looking for alternative discharge of patient who recovers. This research informant is long time care patients who recover in Mental I-Iospital of Pekanbaru by focus group discussion, while information from patient family, structural functionary at Mental Hospital of Pekanbani, Local Health Department, Local Social Service Department, and DPRD Province of Riau in depth interview.
From focus group discussion result is informed that most of patients have strong motivation for going home, and many patients have less motivation because they feel cast away by their family. Generally, patient of refuse to be placed in center of rehabilitation, but there are many patient who want to try it because of their friends. Generally, family does not know how to take-care of patient and boring because patient often recurrence. Mental Hospital of Pekanbaru wish for discharging of long time care patient who recover to be done by themselves following with his fund allocation. Local Social Service Department categorizes this patient as neglected and returns them into their area, but there is no fund for volunteer who deliver of them. Legislative will help in the form of policy and special budget.
Generally can be pulled by a conclusion that the reasons of long time care patient are their traumatic in the past, long distance to Mental Hospital of Pekanbaru, less knowledge of family to take care of patient at home. Patient from Local Social Service Department, beside long distance and it is also caused by there no place for channeling of patients. The Efforts have been done by Mental Hospital of Pekabaru for discharging of patient only a short-range. Discharging of patient is especially for their family, relocation in center of rehabilitation and them channeling as freelance work at goods industry or service. Local Social Service Department helps actively in community. DPRD can assist patients by making policy and special budget for long time care patient who recover.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfa Devisra
"Objektif: Visi Rumah Sakit Umum Daerah Pekanbaru adalah menjadi rumah sakit pendidikan dengan pelayanan paripuma yang mernenuhi standar Intemasional pada tahun 2010. Pengelolaan sistem informasi rawat inap selama ini dilaksanakan secara manual, sehingga kualitas data menjadi diragukaaa dan basil pengolahan data baru dapat diperoleh secara bulanan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancangan basis data pelayanan medis instalasi rawat inap RSUD Pekanbaru.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode "System Life Cycle" yang terdiri dari kajian pra analisis, sistem analisis, rancangan basis data. Sistem tersebut diterapkan dengan terlebih dahulu mengidentitikasi indikator penilaian evaluasi pelayanan medis rawat inap.
Hasil: Diperoleh gambaran bahwa mekanisme pengelolaan sistem informasi manajemen rawat inap RSUD Pekanbaru sudah dibakukan. Pengelolaannya berada pads Bagian Bina program dan rekam medis serta pads instalasi rawat inap yang dikelola oleh seorang petugas administrasi pada setiap IRMA, dengan supervisornya adalah Kepala ruangan. Ditemui bahwa Somber Daya Manusia (SDM) operasional masih kurang baik
Dari segi kuantitas maupun kualitas, dan komputerasi sistem informasi akan dilaksanakan secara bertahap, yaitu dimulai pada IGD dan Instalasi Rawat Inap. Dukungan dana untuk terlaksananya komputerisasi SIM RS dari Pemerintah Daerah cukup baik.
Kesimpulan: Pihak manajemen rumah sakit mendukung komitmen pelaksanaan Komputerisasi SIM rawat inap RSUD Pekanbaru, dan PEMDA menyetujui pelaksanaan dan anggarannya. Operator juga mendukung untuk komputerisasi. Dana untuk terlaksana program tersebut sudah disiapkan untuk perangkat keras, perangkat lunak, serta dana persiapan kemampuan SUM. SUM pengelola komputerisasi dan ketersediaan peralatan yang mendukung baik dari kuantitas maupun kualitas belum memadai. Output komputerisasi rawat inap adalah indikator evaluasi rawat inap RSUD yang mencakup indikator mutu, cakupan dan etisiensi.
Saran: Perlu diiaksanakan sosialisasi yang lebih luas tentang komputerisasi SIM Rawat Inap RS, persiapan sumber daya manusia baik dari segi kuantitas dan kualitas, yaitu jumlah petugas untuk sistem informasi rawat secara 24 jam, sehingga petugas pada IRNA selama ini 10 orang menjadi 30 petugas operator. Perlu menyediakan petugas administrasi pada pintu masuk pagi pada Rekam Medik, di luar jam dinas pada IGD, dan SDM mampu kelola .raringan, Kelola perangkat Lunak. Untuk meningkatkan kualitas petugas maka perlu pelatihan komputer : LAN, Manajemen Information Sistem, Operator Perangkat lunak yang dipakai, Rekam Medik, ICD X
Daftar Pustaka : 40 (1982 - 2002)

A Data Base Design of Hospitalization Service Assessment in Pekanbaru General HospitalObjective: The vision of Pekanbaru General Hospital is to be an educational hospital providing complete services that fulfills International standard in 2010. Since the management of information system of hospitalization was executed manually, the quality of data and data processing results-were doubted and monthly acquired only. This research aims to make a data base design of hospitalization installation of medical services in Pekanbaru General Hospital.
Methodology: This research was conducted by using "System of Life Cycle" that consists of pre analysis, system of analysis, and data base design. The system was applied after identifying an indicator of medical services assessment of hospitalization.
Result: The result of the study is a description of information system organization of hospitalization management in Pekanbaru General Hospital that has been standardized. The management of the system is executed by Development Program and Medical Record Sections, also in hospitalization installation, that was handled by an administration staff for each IRNA and supervised by a hospital ward chief. The availability of human resources (HR) was still less good in side of quantity and quality. The computerization of information system would be implemented periodically, which would be started from emergency and hospitalization installations. Fund supports for the realization of the hospital management of information system (MIS) was very good.
Conclusion: Hospital management supports the implementation of MIS, and the Local government has approved to its realization and budget. Beside, computer operators also support for its application. Fund for the realization of computerization has been available are for hardware, software, and human resources (HR) development preparation. The availability of HR for computerization management and complementary equipment are still not sufficient neither in quantity nor quality. The computerization output of hospitalization is an indicator of hospitalization assessment of general hospital, which includes quality, coverage, and efficiency indicators.
Suggestion: It is necessary to conduct more widespread socialization about computerization of hospitalization MIS in hospital, human resources quality and quantity preparation, where the number of computer operators of 24 hours hospitalization information system in IRNA currently is 10 personnel becoming 30 personnel, to provide administration staffs in the morning entry of Medical Record, out of working hours in Emergency Installation, and HR with capacity to operate Networking system, and software. Therefore, it is necessary to improve the quality by holding a training of LAN, Management of information System, software operating, Medical Record, and ICD X.
References: 40 (1982-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12678
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tina Esadiarti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi perekonomian yang sulit saat ini dimana laju infasi mencapai 8,7% yang mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran dan menurunnya daya beli masyarakat. Disisi lain pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan rumah sakit di Indonesia berdasarkan Profil Indonesia Sehat tahun 2003 semakin meningkat, berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa peluang dan persaingan bisnis perumahsakitan juga akan semakin meningkat.
Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, terlebih pada layanan rawat inap. Sehingga pembiayaan kesehatan menjadi suatu pertimbangan bagi masyarakat dalam pemanfaatan suatu layanan kesehatan. Berdasarkan Gani,2005 sumber pembiayaan kesehatan masih didominasi oleh out of pocket, perusahaan dan asuransi. Maka startegi pemasaran yang dapat diupayakan pada kondisi ini yaitu ditujukan kepada segmen pasar dengan pembiayaan kesehatan yang ditanggung oleh perusahaan atau asuransi.
Rumah Sakit Tebet adalah rumah sakit swasta, tipe C} yang terletak dibilangan Jakarta Selatan, jika ditinjau dari segi pemanfaatan layanan rawat inap oleh pengguna jasa rumah sakit yang ditanggung perusahaan pelanggannya berkisar antara 37%-46% dari total pendapatan rawat inap, pencapaian ini masih dibawah harapan pihak manajemen yang sebesar 50%. Sehingga diperlukan suatu telaahan yang lebih lanjut untuk memperoleh gambaran tentang persepsinya pemanfaatan layanan rawat inap yang dikaitkan dengan karakteristik pengguna jasa rumah sakit yang ditanggung oleh perusahaan pelanggannya. Hasil analisis ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi Rumah Sakit Tebet dalam upaya meningkatkan pemanfaatan layanan rawat inapnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan dan analisis faktor yang memberikan probabilitas tertinggi antara karakteristik pengguna jasa rumah sakit yang ditanggung oleh perusahaan pelanggan meliputi faktor predisposisi, enabling, need terhadap persepsinya dalam pemanfaatan layanan rawat inap di Rumah Sakit Tebet pada tahun 2006. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Pada hasil penelitian didapatkan 4 variabel yang memiliki keterkaitan antara karakteristik pengguna jasa rumah sakit yang ditanggung oieh perusahaan pelanggan terhadap persepsinya dalam pemanfaatan layanan rawat inap yaitu variabel status pekerjaan, lama kerja (faktor predisposisi) dan variabel penjamin kesehatan, pemberi keputusan (faktor enabling). Variabel yang mempunyai probabilitas tertinggi terhadap persepsi pemanfaatan layanan rawat inap adalah penjamin kesehatan, setelah dikontrol oleh variabel pemberi keputusan, status pekerjaan dan adanya interaksi dengan variabel lama kerja.
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel status pekerjaan, lama kerja (faktor predisposisi) dan variabel penjamin kesehatan, pemberi keputusan (faktor enabling) adalah karakteristik pengguna jasa rumah sakit yang mempunyai hubungan terhadap tingginya persepsi pemanfaatan layanan rawat inap. Variabel Penjamin Kesehatan adalah karakteristik pengguna jasa rumah sakit yang ditanggung oieh perusahaan pelanggan yang mempunyai probabilitas tertinggi terhadap persepsi pemanfaatan layanan rawat inap, setelah mendapat pengaruh dart variabel Iainnya (pemberi keputusan, status pekerjaan dan lama kerja).
Upaya peningkatan pemanfaatan layanan rawat inap yang dapat disarankan berdasarkan penelitian ini adalah memberikan layanan yang baik dan kenyamanan kepada para pengguna jasa rumah sakit beserta keluarganya, melakukan penetrasi pasar melalui pendekatan serta meningkatkan program promosi yang ditujukan kepada perusahaan-perusahaan yang bernaung dibawah asuransi, para pensiunan yang dijamin oleh perusahaan serta para pejabat perusahaan dan memperluas pasar dengan cara menambah jaringan kerjasama sebagai provider kesehatan asuransi. Dan saran bagi peneliti lain apabila akan melakukan penelitian yang sama, ada baiknya variabel pen beri keputusan, status pekerjaan dan lama kerja dipertimbangkan sebagai variable confounding.

This research is based on present difficult economic condition, signified by inflation growth of 8.7% that causing an increase of the unemployment level and a decline of people's purchasing power. On the contrary, the growth of population and also the number of hospital in Indonesia are increasing (based on "Profit Indonesia Se/tat Ia/mn 2003"). According to this fact, it could be said that the business opportunity and also the competition between hospitals are increasing.
To obtain health services, people need to pay relatively high amount of money, especially for hospitalization services. Therefore health services costs become primary consideration for people in order to utilize such services. Based on Gani (2005), the payment sources for health service are still dominated by "out of pocket" from respective customer's companies and insurances. Thus, proper marketing strategy in this condition should be targeted to certain market segment, that is people in which cost are paid by their respective companies or insurances.
Tebet hospital is a private hospital type "C" which is located in South Jakarta. Viewed from the utilization of hospitalization services, the ratios of hospital service user, in which costs are paid by their respective companies, reached between 37-46% from hospitalization total revenue. This accomplishment, however, is still below management expectation which hope that the number should have reached 50%. Therefore, it needs a comprehensive study to get the overall picture on the characteristic of hospital service user (in which costs are paid by the respective customer's companies). The result of this analysis is expected to provide valuable inputs for Tebet hospital in order to improve the hospitalization service utilization.
This research aims to identify correlation and analysis on the factors that give highest probability between the characteristic of hospital service user (in which costs are paid by the respective customer's companies) and perception the utilization of hospitalization services in Tebet Hospital in 2006. These factors include predisposition, enabling, and needs. This research use quantitative method using cross sectional approach.
From the result of the research, there are 4 variables that have correlation between the characteristic of hospital service user (in which costs are paid by the respective customer's companies) and perception the utilization of hospitalization services. These variables are: employment status, length of work (predisposition factor), and health insurer, decision maker (enabling factor). Variable with the highest probability to perception the utilization of hospitalization service is found in health insurer, after controlled by decision maker variable, length of work, as well as the interaction with length of work variable.
From the research, it could be concluded that the factor of employment status, Iength of work (predisposition factor), and health insurer, decision maker (enabling factor) are characteristic of hospital service user influencing the level of perception the utilization of hospitalization services. While health insurer variable is hospital service user insured by customer's companies that have the highest probability to perception the utilization of hospitalization service, after influenced by other variables (decision maker, employment status, and length of work).
Based on this research, we suggest to improve hospitalization service utilization by broadening the market by adding cooperation network as provider for insurance health, performing market penetration through approach and by intensifying promotional programs aim for companies under insurance program, retiree with health benefit paid by the companies, and companies' management, and also by providing decent services and comfort to hospital services user and their families. We also suggest that further research should also consider decision maker, length of work, and employment status variable as variable confounding.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T20074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Djatiningsih
"Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh rumah sakit adalah salah satu jenis pelayanan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga peran rumah sakit sebagai organisasi sosial merupakan wujud nyata pembangunan kesehatan RSUD dr. Rubini Mempawah sebagai satu-satunya rumah sakit di wilayah Kabupaten Pontianak diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan sebaikbaiknya, sehingga sebagai rumah sakit pemerintah yang selama ini dianggap memberikan pelayanan kurang baik dapat dihilangkan.
Banyaknya keluhan terutama dari masyarakat golongan ekonomi lemah, ketidakpuasan terhadap buruknya pelayanan kesehatan, baik yang mereka terima dari dokter maupun rumah sakit sering diterima dengan pasrah. Sementara itu bagi orang kaya, ketidakpuasan atas pelayanan demikian, sudah cukup memberi alasan bagi mereka untuk berobat ke dokter atau rumah sakit Iuar negeri meski harus dengan biaya yang jauh Iebih tinggi.
Tesis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pendapat pasien tentang pelayanan di rumah sakit dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pelayanan di rumah sakit dilihat dari kacamata pasien, pimpinan, dokter dan staf rumah sakit.
Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan memadukan pendekatan kuantitatif dan kualdatif, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang maksimal selain juga didukung oleh hasil pengamatan dan dokumen serta daftar pustaka. Penelitian dengan menggunakan kuesioner ditujukan pada pasien rawat inap, sedangkan pengumpulan data untuk mendukung hasil kuesioner menggunakan wawancara pada pasien, pimpinan, dokter dan staf di rumah sakit. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan observasi.
Pendapat pasien tentang pelayanan yang dilakukan oleh dokter, perawat dan tenaga administrasi di RSUD dr. Rubini Mempawah sudah cukup baik. Begitu pula dengan alat dan sarana yang tersedia di rumah sakit menurut pasien sudah cukup baik meskipun belum cukup memadai apabila dihadapkan dengan jenis pelayanan yang harus diberikan, mengenai prosedur pelayanan yang diberlakukan masih betum jelas dan belum cukup baik terutama dalam penentuan tarif pelayanan, penyediaan obat dan pelaksanaan jaminan kepada pasien KM (Kartu Miskin) dan pasien ASKES.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pelayanan di rumah sakit yang mengacu pada teori sebab akibat Martin diantaranya jumlah dokter yang masih kurang terutama dokter spesialis, ketrampilan penanganan pasien yang belum memadai yang dimiliki perawat dan tenaga administrasi, sarana yang masih belum memadai terutama kebersihan dan kenyamanan kamar mandi, ketidakjelasan prosedur dan informasi tentang pelayanan yang disediakan rumah sakit dan obat yang tersedia kurang bervariasi serta kebijakan masih bertumpu pada Direktur terutama dalam penanganan pasien, ketentuan tentang tarif pelayanan, harga obat dan pelaksanaan pemberian jaminan kepada pasien KM (Kartu Miskin).
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pelayanan di rumah sakit dengan merekrut dokter baru dan dokter spesialis, mengadakan diktat (pendidikan dan latihan) bagi perawat dan tenaga administrasi sesuai bidang tugasnya serta memberi kesempatan untuk metanjutkan pendidikan dalam program tugas belajar. Melakukan sosialisasi tentang pelayanan yang ada di rumah sakit melalul pamflet dan brosur serta membuat papan petunjuk. Untuk menjaga kebersihan dan kenyamanan kamar mandi agar tidak terjadi penyakit yang timbal karena perawatan di rumah sakit dengan menggunakan jasa cleaning service yang bisa dlandalkan dan bertanggung jawab. Sedangkan dalam penetapan kebijakan mengenai tarif dan harga obat sebaiknya tetap mengacu pada kepentingan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiku Bakti Bawono Adisasmito
Jakarta: Rajawali, 2009
362.11 WIK s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Hapsari
"Skripsi ini membahas mengenai sistem pelayanan pasien rawat inap dengan Jampersal (Jaminan Persalinan) di RSUP Fatmawati pada tahun 2011. Penelitian ini adalah deskriptif melalui pendekatan kualitatif yang didapatkan dengan metode wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian didapatkan bahwa pelayanan pasien rawat inap masih belum optimal yang disebabkan oleh berbagai faktor yang saling terkait namun cakupan pelayanan sudah baik ditandai dengan jumlah pasien. Hasil penelitian menyarankan bahwa perlu meningkatkan pelayanan yang terkait dengan berbagai faktor diantaranya yaitu SDM, sarana, dan prosedur.

This thesis about the inpatients service system with Jampersal (Jaminan Persalinan) in RSUP Fatmawati 2011. This is a descriptive study through a qualitative approach in getting to the method of in-depth interviews, observation, and document review the result showed that inpatient care is still not optimal due to various factors are interrelated, but the coverage has been well characterized by the number of patients. The result suggest that the need to improve service associated with several factors including the human resources, facilities and procedures."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Amalia Nur Majid
"Penelitian ini membahas tentang peta perjalanan pasien di pelayanan rawat jalan RS Kanker “Dharmais” pada tahun 2014. Dalam penelitian ini peneliti berusaha menemukan unit dengan variasi perjalanan pasien tertinggi dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya. Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif dan metode cross-sectional. Hasil penelitian ini menemukan bahwa variasi perjalanan pasien tertinggi berada di Instalasi Administrasi Pasien Jaminan (APJ) dengan faktor penyebab antara lain faktor program komputer penunjang, sumber daya manusia, infrastruktur hingga prosedur pelayanan. Penelitian ini juga menemukan bahwa variasi perjalanan pasien dapat mengurangi mutu pelayanan yang diberikan.

The focus of this study is about outpatient journey of “Dharmais” Cancer Hospital in 2014. The purposes of this study are to find where the highest variation of patient journey is exists and to analize the cause of the variation. This research is cross-sectional qualitative. The results of this research show that APJ Instalation is the unit with the highest variation of patient journey. Factors that causing it are software of computer to support the service, human resource, infrastructure, and service procedures. The researcher suggests that high variation of patient journey will reduce the quality of the service."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S57680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Zahra
"Waktu tunggu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi seberapa lama watu tunggu pasien di berbagai negara dan faktor apa saja yang berhubungan dengan lamanya waktu tunggu pasien rawat jalan di rumah sakit. Penelitian ini merupakan literature review. Hasil penelitian mendapatkan rentang waktu tunggu pasien rawat jalan berkisar dari 3 menit sampai dengan 284 menit. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pasien rawat jalan di rumah sakit terutama keterlambatan dokter, lalu jenis pembayaran, jenis poliklinik, jumlah antrean, penyediaan berkas rekam medis, kedatangan pasien sebelum jam praktik, ketersediaan sarana prasarana, lama pemeriksaan, sistem perjanjian pertemuan, lama waktu menunggu di bagian pendaftaran, keterampilan SDM, alur proses pelayanan, dan kurangnya SDM.

Waiting time is one of the factors that can affect patient satisfaction. This study was conducted to identify the length of waiting time for patients in various countries and what factors are related to the length of time waiting for outpatients in the hospital. This research is a literature review. The results of the study showed that the waiting time range for outpatients ranged from 3 minutes to 284 minutes. Factors that affect the waiting time for outpatients at the hospital, especially late doctors, then the type of payment, the type of polyclinic, the number of queues, the provision of medical record files, the arrival of patients before practice hours, the availability of infrastructure, the length of the examination, the meeting appointment system, the length of time waiting time at registration, human resource skills, service process flow, and lack of human resources."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ratna Nur Hawati
"Memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik, bukanlah sesuatu yang mudah bagi pengelola Rumah Sakit. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit menyangkut hidup para pasiennya sehingga bila terjadi kesalahan dalam tindakan medis maka dapat berdampak buruk bagi pasien. Dampak tersebut dapat berupa sakit bertambah parah, kecacatan bahkan kematian. Tantangan ini, harus dihadapi oleh setiap Rumah Sakit yang ada di Indonesia, tidak terkecuali Rumah Sakit Agung.
Saat ini Rumah Sakit Agung adalah Rumah Sakit yang baru memiliki akreditasi D Pratama. Dalam satu tahun ke depan. Rumah Sakit Agung berencana untuk melakukan akreditasi menjadi C Madya sebagai salah satu usahanya untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Permasalahan yang dihadapi oleh Rumah Sakit Agung adalah terjadinya penurunan kualitas layanan yang ditunjukkan dari penurunan angka kesembuhan dan peningkatan jumlah keluhan yang diberikan oleh pasien rawat inap. Hal tersebut merupakan salah satu indikator yang menunjukkan terjadinya ketidakpuasan pasien atas pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Agung. Jika kondisi ini tidak segera diatasi. maka akan mengakibatkan berkurangnya kepercayaan pasien terhadap mutu pelayanan yang diberikan oleh Rurnah Sakit Agung.
Selama ini, pengukuran kualitas pelayanan yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Agung, masih terbatas hanya untuk megetahui kualitas pelayanan tanpa mengidentifikasi variabel yang dinilai penting oleh pasien dalam membentuk kepuasan pasien. OIeh karenanya, karya akhir ini ditulis untuk menyempurnakan pengukuran kepuasan pasien yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Agung selama ini.
Survei kepuasan dilakukan terhadap 4 faktor penentu kepuasan pasien yakni Pelayanan dokter, Pelayanan peruwat, Administrasi, Keadaan lingkungan dun Fasilitas rawat inap. Survei tidak hanya dilakukan untuk melihat kualitas layanan akan tetapi juga untuk melihat nilai kepentingan variabel-variabel pada masing-masing faktor tersebut. Hasil Survei akan disajikan dalam bentuk analisis kuadran sehingga akan tergambarkan 4 kondisi sebagai berikut :
A. Kuadran A, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap sangat penting oleh pasien akan tetapi belum dapat dipenuhi oleh Rumah sakit Agung secara optimal.
B. Kuadran B, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap punting oleh pasien dan telah dapat dipenuhi dengan baik oleh Rumah sakit Agung
C. Kuadran C, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap kurang penting dan telah dapat dipenuhi dengan baik oleh Rumah sakit Agung
D. Kuadran D, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap kurang penting namun telah dijalankan dengan sangat baik oleh Rumah sakit Agung.
Hasil survei pada periode bulan Juli - Agustus 2006 menunjukkan hasil sebagai berikut :
I. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Kualitas Layanan Dokter Berdasarkan hasil analisis terhadap layanan dokter dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan dokter Rumah Sakit Agung secara umum dipersepsikan cukup baik oleh pasiennya. Hal tersebut dapat diketahui dari tujuh variabel layanan dokter pada hasil analisis per ruang rawat, hanya terdapat tiga variabel yang perlu ditingkatkan kualitasnya.
Berdasarkan hasil analisis terhadap tingkat kepentingan dan persepsi kualitas layanan dokter dapat disimpulkan terdapat perbedaan persepsi antara pasien Super VIP. VIP dan Utama dengan pasien kelas I, II dan III. Hasil analisis pada pasien Super VIP, VIP dan Utama menunjukkan bahwa dokter lebih sering melakukan visit kepada pasien. Selain itu, variabel layanan dokter lainnya juga telah memenuhi harapan pasien sehingga sebaiknya tetap dipertahankan kualitasnya oleh pihak Rumah Sakit Agung.
Pada hasil analisis pada pasien kelas I, II dan III diperoleh terdapat tiga variabel layanan dokter yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya oleh Rumah Sakit Agung. Ketiga variabel tersebut adalah visit dokter, contact dokter dan kejelasan informasi dari dokter. Dari ketiga variabel tersebut, variabel yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi adalah variabel kejelasan informasi dokter oleh karena itu, sebaiknya variabel ini menjadi prioritas utama dalam upaya meningkatkan kualitas layanan dokter.
II. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Kualitas Layanan Perawat
Berdasarkan hasil analisis terhadap layanan perawat dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan perawat secara umum masih kurang baik menurut pasien. Hal tersebut dapat dilihat dari delapan variabel layanan perawat pada hasil analisis per ruang rawat terdapat 6 variabel yang perlu ditingkatkan kualitasnya.
Berdasarkan hasil analisis layanan perawat secara keseluruhan diperoleh dua variabel layanan perawat yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya yakni variabel kecepatan perawat dan perhatian perawat. Hasil analisis per ruang rawat menunjukkan bahwa adanya perbedaan persepsi kualitas layanan dan tingkat kepentingan pada pasien Super VIP, VIP dan Utama dan Kelas I dengan Pasien Kelas II serta Pasien KelasIII. Menurut pasien Super VlP, V1P dun Utama dan Pasien Kelas 1, variabel yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya adalah kecekatan perawat dan informasi dari perawat. Diantara kedua variabel tersebut, variabel informasi dari perawat memiliki tingkat kepentingan yang lebih penting dibandingkan kecekatan perawat.
Menurut pasien kelas II variabel yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya adalah kecepatan ( respon perawat ) dan visit perawat. Variabel visit perawat dinilai memiliki nilai lebih penting dibandingkan kecepatan perawat.
Menurut pasien kelas II variabel yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya adalah kecepatan perawat, perhatian perawat, visit dan keramahan perawat. Diantara keempat variabel tersebut, variabel perhatian perawatlah yang memiliki nilai lebih penting.
Berdasarkan hasil analisis per ruang rawat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada enam variabel layanan perawat yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya oleh pihak Rumah Sakit Agung. Keenam variabel tersebut adalah kecekatan perawat, informasi dari perawat, kecepatan perawat dan visit perawat, perhatian perawat dan keramahan perawat. Diantara keenam variabel layanan tersebut variabel perhatian perawat adalah variabel yang memiliki nilai kepentingan tertinggi. Berdasarkan hal itu, maka sebaiknya pihak Rumah Sakit menempatkan variabel tersebut sebagai prioritas pertama dalam upaya peningkatan kualitas perawat.
III. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Kualitas Layanan Bagian Administrasi.
Hasil analisis terhadap layanan bagian administrasi menunjukkan bahwa kualitas layanan administrasi dipersepsikan kurang baik oleh pasiennya. Hal tersebut dapat disimpulkan dari hasil analisis layanan administrasi per ruang rawat yang menunjukkan terdapat 3 variabel dari 4 variabel layanan administrasi yang membutuhkan upaya peningkatan kualitas. Ketiga variabel ini adalah variabel keramahan petugas, informasi dari petugas dan tarif:
Hasil analisis pada layanan bagian administrasi oleh pasien secara keseluruhan menunjukkan dua variabel yang perlu ditingkatkan kualitasnya yaitu : keramahan petugas dan informasi dari petugas. Konsisten dengan hasil analisis secara keseluruhan, hasil analisis pada pasien kelas I & II menunjukkan hanya dua variabel yang dibutuhkan upaya perbaikan yakni variabel 1 keramahan petugas dan informasi dari petugas. Hasil analisis pada pasien Super VIP, VIP dan Utama menunjukkan bahwa variabel keramahan petugas sebagai satu-satunya variabel yang membutuhkan upaya perbaikan. Selain keramahan dan informasi dari petugas, variabel tarif juga perlu dievaluasi kembali menurut pasien kelas III.
Variabel keramahan adalah variabel yang sebuiknya dijadikan sebagai prioritas utama dalam upaya perbaikan kualitas layanan bagian administrasi di Rumah Sakit Agung.
IV. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Terhadap Lingkungan dan Fasilitas RS
Hasil analisis tingkat kepcntingun dan persepsi terhadap lingkungan dan fasilitas Rumah Sakit menunjukkan bahwa kualitas lingkungan dan fasilitas RS dipersepsikan biasa saja oleh pasien. Hal ini bisa dilihat dari hasil analisis terhadap lingkungan dan fasilitas RS per ruang rawat yang menunjukkan bahwa dari enam variabel terdapat tiga variabel yang membutuhkan upaya perbaikan. Ketiga variabel tersebut adalah kebersihan, kualitas fasilitas dan kualitas makanan.
Hasil analisis pada pasien VIP dan kelas 1 menunjukkan tiga variabel yang membutuhkan perbaikan yaitu kebersihan, kualitas fasilitas dan kualitas makanan. Hasil ini berbeda dengan hasil analisis pada pasien kelas II dan III menunjukkan bahwa hanya ada dua variabel yang membutuhkan upaya perbaikan yaitu kebersihan dan kualitas makanan.
Di antara ketiga variabel yakni variahel kebersihan. kualitas fasilitas dan kualitas makanan, variabel kebersihan adalah variabel yang memiliki nilai kepentingan tertinggi. Berdasarkan hal itu. maka sebaiknya variabel kebersihan dijadikan sebagai prioritas utama dalam upaya perbaikan lingkungan RS dan fasilitasnya.

Most hospital and healthcare organizations in Indonesia faces a high competition. Service quality excellence is a must to survive in healthcare industry. Healthcare organization wasn't sufficient just to deliver high quality medical or clinical care but also have to added market satisfaction to their list of goal.
Agung Hospital is a hospital with D Pratama accreditation in Jakarta. In the next year, this hospital is planning to upgrade it's accreditation to C Madya as a strategy to quality improvement. Agung Hospital faces two problems. This problem is deceased cure rate and increasing complaint from patient. This problem is indicator for quality improvement in Agung Hospital.
Agung Hospital have developed a patient survey, satisfaction measurement in this hospital consist of a `performance only program', which looks purely at service ratings but not the importance of service to patients. Studies and practice have shown that while patient input is essential in regards to rating the performance in service rating. A hospital must also know what patient expect from a service and the aspects they feel are important. This paper presents an application of Importance and Performance Analysis for satisfaction measurement at Agung Hospital. From the past research, this technique has shown the capability to provide management with valuable information for both satisfaction measurement and the efficient allocation of resources, all in easily applicable format.
Patient Satisfaction variables were identified through in deep interview with 10 (ten) patient in Agung Hospital. These variables were developed and incorporated into a survey instrument. These variables are: Doctor's care, nursing care, administration and hospital environment and facility.
The importance and performance of service was rated by 5 liken scales. Importance and performance scores attained from survey instrument are plotted onto four quadrants:
A. Quadrant A. Importance and performance ratings both meet or exceed service quality standards
B. Quadrant B. Importance and performance ratings both fall short of service quality standards
C. Quadrant C. Performance scores do not meet the service quality standard but respondents do not place a high level of importance on the service.
D. Quadrant D. Performance meets or exceeds service quality standards, but a low level of importance is assigned to this particular service.
RESULT
1. Importance and Performance Analysis for Doctor's Care
The result from Analysis indicates there are three variables where the hospital can concentrate on improving doctor performance quality. These variables are doctor visit, contact doctor and information from doctor.
2. Importance and Performance Analysis for Nursing Care
The result from Analysis indicates there are six variables where the hospital can concentrate on improving nurse performance quality. These variables are kecekatan perawat, nurse contact and visit, nurse courtesy, nurse friendliness and nurse information.
3. Importance and Performance Analysis for Administration division
The result from Analysis indicates there are two variables where the hospital can concentrate on improving administration division performance quality. These variables are officer friendliness and officer information.
4. Importance And Performance Analysis for Hospital environment and facility
The result from Analysis indicates there are three variables where the hospital can concentrate on improving administration division performance quality. These variables are cleans, facility quality and food quality.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Bakti Silang
"Masalah penelitian : Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu unsur dalam pelayanan rawat jalan, akan menghasilkan out put berupa kontribusinya untuk memasukkan pasien kerawat inap. Dan yang menjadi masalah utama disini adalah belum adanya gambaran yang jelas mengenai faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kontribusi tersebut. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan kontribusi Instalasi Gawat Darurat terhadap rawat Inap. Untuk mengetahui gambaran tersebut dilakukan metode penelitian dengan disain deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif, dan pengambilan data secara "cross sectional".
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa faktor-faktor yang mempunyai hubungan dengan kontribusi Instalasi Gawat Darurat terhadap rawat map adalah faktor internal; faktor ketenagaan, fasilitas, sarana dan alat serta sistem dan prosedur. Dari faktor eksternal adalah jenis pekerjaan, waktu masuk pasien, tempat tinggat/asal pasien, sistem rujukan dan sistem biaya.
Kesimpulan ; Dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, fasilitas dan ketenagaan merupakan faktor utama dari faktor internal dan jenis kelamin, tempat asal pasien, sistem rujukan, dan sistem biaya dan faktor eksternal mempunyai hubungan dengan kontribusi IGD terhadap rawat inap.
Dari kesimpulan diatas disarankan perlunya pemikiran dan kebijaksanaan, serta peninjauan kembali dari pihak manajemen rumah sakit dalam upaya peningkatan dan pengembangan Instalasi Gawat Darurat secara menyeluruh terutama dalam kaitannya dengan faktor faktor tersebut diatas, minimal disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Subject of study. Emergency installation as one of the elements in medical treatment for outpatient will give the output form of contribution to the admission of the patient to the hospital. The main problem here is that there is still no clear description of the factors related to the contribution. Scope of study is limited to the factors which are assumed to have some relations to contribution of emergency installation of hospitalization. To know the description, the method of study has been carried out by design descriptive analysis using qualitative approach mean while data collection has been done in a cross sectional way.
The results of the study show that the factors related to contribution from emergency installation to hospitalization are internal factors: Human resource, Facilities, Equipment, System and Procedure. The external factors are kind of work, time of admission of patient, the place where the patient live, referal system anda financing system.
Conclusion from study, it can be concluded that facilities and human resources are the main internal factors, whereas kind of work and the place where the patient live, referal system and financing system in the external factors have some relations to contribution from emergency installation to hospitalization.
From the above conclusion, it is suggested to have idea, policy and review from the management of hospital to develop emergency installation as in a comprehensive way in relation to the above factors, especially to the internal ones. Minimally, they should be in accordance with the provisions stipulated by Department of Health of Republic Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>