Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39623 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Neni Irianty
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan ultrasonografi sebagai pemeriksaan pelengkap mamografi dalam mendeteksi awal kelainan payudara berdasarkan perbedaan densitas payudara pada mamografi.
Rumusan Masalah
Kepadatan payudara menurunkan tingkat kepekaan mamografi sehingga dapat terjadi false negatif pada mamografi. Sehingga diperlukan pemeriksaan yang non invasif dan relatif murah seperti ultrascnografi untuk meningkatkan kepekaan mamografi.
Berdasarkan uraian dalani latar belakang masalah di alas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian antara lain :
1. Gradasi berapa pada mamogram yang memerlukan ultrasonografi sebagai pemeriksaan tambahan mamografi,
2. Berapa peningkatan kepekaan mamogram yang tidak ditemukan massa dengan penggunaan ultrasonografi sebagai pemeriksaan pelengkap dalam mengevaluasi kelainan payudara."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Tunggamoro
"Tujuan: Mengetahui sensitivitas dan spesifisitas Ultrasonografi Doppler Berwarna (USG DB) dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi dalam menilai metastasis kelenjar getah bening (KGB) aksila level I pada pasien karsinoma payudara (KPD).
Saban dan Metode: Pemeriksaan USG DB dilakukan pada 39 KGB aksila dari 17 pasien yang memenuhi kriteria penerimaan. USG DB menilai KGB dengan B-mode, Color mode clan Doppler mode untuk kemudian dibandingkan dengan pemeriksaan histopatologi, Pemeriksaan dilakukan menggunakan transduser linear frekuensi 10 MHz (GE, Logiq 3).
Hasil penelitian: Pada pemeriksaan USG Doppler mode didapatkan sensitivitas 73,3%, spesifisitas 87,5%, yang bennakna secara statistik. Pemeriksaan USG Co/or mode mempunyai nilai kappa dan spesifisitas yang rendah, meskipun bermakna secara statistik. Pemeriksaan USG lainnya (B-mode maupun kombinasi) tidak memberikan hasil yang bermakna.
Kesimpulan: Pemeriksaan USG Doppler mode mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang baik dan bermakna secara statistik. Hal ini diharapkan dapat membantu klinisi dalam menilai metastasis kelenjar getah bening aksila secara non-invasif.

Objective: To establish sensitivity and specificity of Color Doppler Ultrasound (CDU) in the assessment of level ! axillary lymph nodes metastases in breast cancer patients.
Material and methods:. CDU was performed in 39 aril/my lymph nodes from 17 patients, to evaluate B-mode, Color erode dan Doppler mode images in comparison with histopathologic finding of metastases. CDU examination was performed using linear transducers 1OMHz (GE, Log-4 3).
Results: The sensitivity and specificity of Doppler mode in CDU were 73,3% and 87,5%, and they were statistically significant. Although color mode evaluation was statistically significant, its specificity and kappa value are low. Other evaluations such as B-mode or combination mode gave unsignificant results,
Conclusion: Doppler mode in CDU examination has a good sensitivity and specificity in detecting axillary lymph nodes metastases. It is considered useful for the clinicians in evaluating lymph nodes status using non-invasive procedure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saga Malela Aria Sabara
"Paralisis diafragma pasca operasi penyakit jantung bawaan dapat meningkatkan mortalitas dan morbitas pasien. Penegakkan diagnosa kelainan ini menjadi kunci untuk pengambilan keputusan tindak lanjut seperti plikasi diafragma. Fluoroskopi sebagai baku emas memiliki keterbatasan untuk dilakukan pada pasien pasca operasi penyakit jantung bawaan. Dari 2.287 operasi penyakit jantung yang dilakukan di RSJPDHK terdapat 41 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Median usia pasien 10 (1-119) bulan dan 43,9% berjenis kelamin laki-laki. Terdapat perbedaan bermakna pada jenis operasi yang dijalani. Dari hasil perhitungan didapatkan sensitivitas dan spesifisitas USG diafragma dibandingkan fluoroskopi pada subjek penelitian sebesar 100%(95%CI 82,35%-100%) untuk sensitivitas, dan 95.5%(95% CI 77,16%-99,88%) untuk spesifisitas. Lebih lanjut dilakukan perhitungan nilai prediksi positif dengan hasil 95%(95%CI 73,68%-99,27%) dan nilai prediksi negatif 100% (95% CI 83,89%-100%). Ultrasonografi memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik dibandingkan fluoroskopi sebagai metode diagnostik pada populasi dengan kecurigaan paralisis diafragma pasca operasi penyakit jantung bawaan dengan sensitivitas 100% dan spesifisitas 95.5%.

Diaphragmatic paralysis after congenital heart disease surgery can increase patient mortality and morbidity. Establishing a diagnosis of this disorder is key for making follow-up decisions such as diaphragm plication. Fluoroscopy as the gold standard has limitations for performing post-surgical patients with congenital heart disease.This study is a comparative diagnostic study that evaluates the ability of diaphragmatic ultrasound to diagnose diaphragmatic paralysis in patients with suspected diaphragmatic paralysis after surgery for congenital heart disease at RSJPDHK from June 2022 to May 2024. Each diaphragmatic ultrasound result was recorded and compared with the findings on fluoroscopy examination. Of the 2,287 heart surgery performed at RSJPDHK, there were 41 patients who met the inclusion and exclusion criteria. The median patient age was 10 (1-119) months and 43.9% were male. There are significant differences in the type of surgery undertaken. From the calculation results, it was found that the sensitivity and specificity of diaphragm ultrasound compared to fluoroscopy in research subjects was 100% (95% CI 82.35% - 100%) for sensitivity, and 95.5% (95% CI 77.16% - 99.88%) for specificity. Furthermore, the positive predictive value was calculated with results of 95% (95% CI 73.68%-99.27%) and negative predictive value of 100% (95% CI 83.89%-100%). Ultrasonography has good sensitivity and specificity compared to fluoroscopy as a diagnostic method in the population with suspected diaphragmatic paralysis after surgery for congenital heart disease with a sensitivity of 100% and a specificity of 95.5%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Moses Hanky JR. Tandayu
"Latar Belakang : Deteksi infark pada populasi sindroma koroner akut non elevasi segmen ST (SKA-NEST) pada praktik klinis sulit dan menyebabkan kegagalan stratifikasi risiko yang tepat. Pemeriksaan enzim jantung tidak tersedia secara luas, memiliki waktu tunggu yang lama, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Tujuan : Mengetahui akurasi dasar dan akurasi paska training kecerdasan buatan Learning Intelligent for Effective Sonography (LIFES) dalam mendeteksi infark miokard pada populasi SKA-NEST berdasarkan gambaran ekokardiografi
Metode : Penelitian ini merupakan studi diagnostik yang mengevaluasi kemampuan kecerdasan buatan berbasis deep learning LIFES dalam mendeteksi infark miokard pada pasien SKA-NEST di RSJPDHK pada tahun 2019-2023 berdasarkan gambaran ekokardiografi. Dilakukan transfer learning menggunakan dataset penelitian dan cross validation untuk mengetahui tingkat akurasi model baru paska transfer learning.
Hasil : Sebanyak 721 subjek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dari tahun 2019-2023. 310 diantaranya adalah pasien infark miokard non elevasi segmen ST (IMA-NEST). Sebanyak 67,8 % subjek adalah laki-laki dengan median usia 61 tahun. Median waktu dilakukan ekokardiografi dari admisi adalah tiga hari. Terdapat perbedaan signifikan pada beberapa parameter ekokardiografi pada kelompok infark vs non infark berupa median FEVKi 53% vs 63 % (p < 0,001), median LVEDD 48,8 mm vs 44,6 mm (p < 0,001), median rerata E/E’ 12,0 vs 9,8 (p < 0,001) dan median LAVI 30 ml/m2 vs 26 ml/m2 (p < 0,001). Performa diagnostik LIFES terhadap infark didapatkan paling baik pada tampilan PLAX dengan sensitivitas 88,7 % dan spesifisitas 20,4 % AUC 0,55 pada LIFES fase 2 model 1. Paska transfer learning, model LIFES-MI menghasilkan akurasi terbaik pada tampilan A4C dengan sensitivitas 41,3 % dan spesifisitas 83,7% AUC 0,61.
Kesimpulan Model kecerdasan buatan LIFES fase 2 model 1 memiliki sensitivitas yang baik untuk deteksi infark miokard, sedangkan model LIFES-MI memiliki spesifisitas yang baik dalam mendeteksi infark miokard berdasarkan gambaran ekokardiografi pada populasi SKA-NEST.

Background: Detecting myocardial infarction in the non-ST segment elevation acute coronary syndrome (NSTEACS) population in clinical practice is challenging and leads to failure in appropriate risk stratification. Cardiac enzyme assays are not widely available, have long waiting times, and incur significant costs.
Objective: To determine the baseline accuracy and post-training accuracy of the Learning Intelligent for Effective Sonography (LIFES) artificial intelligence in detecting myocardial infarction in the NSTEACS population based on echocardiographic findings.
Method: This study is a diagnostic study that evaluates the ability of deep learning-based artificial intelligence LIFES in detecting myocardial infarction in NSTEACS patients at RSJPDHK from 2019 to 2023 based on echocardiographic videos.. Transfer learning was performed using the research dataset and cross-validation to determine the accuracy level of the new model post-transfer learning.
Results: A total of 721 subjects met the inclusion and exclusion criteria from 2019 to 2023. Among them, 310 were non-ST segment elevation myocardial infarction (NSTEMI) patients. 67.8% of the subjects were male with a median age of 61 years. The median time from admission to echocardiography was three days. There were significant differences in several echocardiographic parameters between the infarct and non-infarct groups, including median EF% 53% vs 63% (p < 0.001), median LVEDD 48.8 mm vs 44.6 mm (p < 0.001), median mean E/E' 12.0 vs 9.8 (p < 0.001), and median LAVI 30 ml/m2 vs 26 ml/m2 (p < 0.001). LIFES diagnostic performance for infarction was best achieved in the PLAX view with sensitivity of 88.7% and specificity of 20.4%, AUC 0.55 in LIFES phase 2 model 1. Post-transfer learning, the LIFES-MI model produced the best accuracy in the A4C view with sensitivity of 41.3% and specificity of 83.7%, AUC 0.61.
Conclusion: The Learning Intelligent for Effective Sonography (LIFES) phase 2 model 1 has good sensitivity for detecting myocardial infarction, while the LIFES-MI model has good specificity in detecting myocardial infarction based on echocardiographic findings in the NSTEACS population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prijo Sidipratomo
"PENDAHULUAN
Nodul dingin soliter kelenjar tiroid adalah nodul yang pada pemeriksaan sidik tiroid (scintigrafi) tidak atau kurang menangkap zat radioaktif dibandingkan jaringan tiroid sekitarnya ( 5 ). Apabila pada sidik tiroid dijumpai adanya nodul dingin yang soliter maka harus dilakukan penilaian lebih lanjut karena mempunyai peluang keganasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan nodal-nodul lain yang terjadi pada Kelenjar tiroid (4, 0). Beberapa pemeriksaan dilakukan untuk menelusuri hal seperti biopsi terbuka, biopsi jarum besar, biopsy jarum halus, dan USG ( 4, 10, 20 ).
Beberapa penulis telah melaporkan akurasi biopsi jarum halus dalam membedakan jinak dengan ganas. Waifish, dKK. mendapatkan antara 88% - 95% ( 20 ), Budisantoso R mendapatkan 100%, sedangkan Djoko Mulyanto mendapat lebih dari 70% (14). Pemeriksaan USG relatif merupakan pemeriksaan yang masih baru, tidak invasif dan tanpa persiapan. Makalah ini akan mengemukakan hasil pengamatan pemeriksaan USG pada nodul dingin soliter dihubungkan dengan gambaran histologiknya. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T6709
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sophia Utami
"Latar Belakang: Penyakit arteri perifer (PAP) adalah manifestasi aterosklerosis sistemik, yang seringkali melibatkan penyandang diabetes melitus (DM) tipe 2. Tes ankle brachial index (ABI) telah digunakan sebagai penapis PAP, tetapi ABI normal belum menyingkirkan PAP. USG dupleks (UD) lebih sensitif namun lebih mahal daripada tes ABI, sehingga perlu diketahui karakteristik penyandang DM tipe 2 yang paling diprioritaskan untuk menjalani pemeriksaan UD.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa UD dapat mendeteksi PAP pada penyandang DM tipe 2 dengan ABI normal, mengenali gambaran UD PAP, dan mengenali karakteristik penyandang DM tipe 2 yang paling diprioritaskan untuk menjalani pemeriksaan UD.
Bahan dan Cara Kerja: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan mengikutsertakan 40 tungkai. Setiap subyek menjalani roc ABI, pemeriksaan UD dan pen ilaian faktor-faktor risiko. Arteri-arteri ekstremitas bawah d iperiksa, dengan penilaian terhadap ketebalan kompleks intima media (KIM) arteri femoralis, adanya plak, dan evaluasi spektrum Doppler.
Hasil: Dari pemeriksaan UD ditemukan PAP pada 50% (20 dari 40) tungkai. Gambaran UD PAP yang didapatkan berupa penebalan KIM arteri femoralis (20%, 4 dari 20 tungkai) dan adanya plak dengan spektrum Doppler yang masih normal di arteri-arteri ekstremitas bawah (100%, 20 dari 20 tungkai). Terdapat hubungaxi bermakna antara obesitas dan kejadian PAP (Rasio Odds = 22,45).
Kesimpulan: Dari penelitian ini, kami menyimpulkan bahwa: 1) UD dapat mendeteksi PAP pada penyandang DM tipe 2 dengan A131 normal; 2) Gambaran UD PAP pada pasien-pasien tersebut berupa penebalan KIM arteri femoralis dan adanya plak dengan spektnim Doppler normal di arteri-arteri ekstremitas bawah; 3) Obesitas merupakan karakteristik penyandang DM tipe 2 yang paling diprioritaskan untuk menjalani pemeriksaan UD.

Background: Peripheral arterial disease (PAD) is a manifestation of atherosclerosis disease, which commonly involves the non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) patients. Ankle brachial index (A13I) test has been used as a screening test for PAD, but a normal ABI does not exclude PAD. Duplex ultrasonography (DU) is more sensitive but more expensive than ABI, so it is neccessaty to assess the characteristics q f NIDDM patiens who are mostly indicated to undergo DU examination.
Objectives: The objectives of this study are to prove that DU can detect PAD in NIDDM patients with normal ABI, to assess DU appearances of PAD, and to assess the characteristics of NIDDM patiens who are mostly indicated to undergo DU examination.
Materials and Methods: This study was conducted in a cross sectional design, which involved 40 legs. Every subject underwent ABI and DU examinations. Lower extremity arteries were examined, with assessment for femoral intitnal medial thickness (IMT), the presence of plaque, and evaluation of Doppler spectrum .1-or each artery. The risk factors were evaluated by anamnesis, physical examination and laboratory examination.
Results: From DU examination, as many as 50% (20 _ from 40 legs) are found to have PAD. The DU appearances q f PAD include increase_ femoral artery LMT (20%, 4 from 20 legs) and the presence of plaques with normal Doppler spectrums in the lower extremity arteries (100%, 20 from 20 legs). There was a significant relationship between obesity and the evidence of PAD (Odds ratio = 2 2, 45).
Conclusions: From this study, we conclude that: I) DU can detect PAD in NIDDM patients with normal ABI, 2) 7Tie DUI appearances of PAD in those patients include increase femoral arrey IMT and the presence of plaques with normal Doppler spectntras in the lower extremity arteries: 3) Obesity is the characteristic of NIDDM patients who are mostly indicated to undergo DU examination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21426
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Ucok Harianto Gumarang Urat
"[ABSTRAK
Tujuan. Studi ini merupakan studi ultrasonografi untuk menilai efektivitas proyeksi lateral dekubitus dibandingkan dengan proyeksi pronasi dengan atau tanpa manuver dorsofleksi dalam mendiagnosis plantar fasciitis.
Metode. 45 pasien yang terdiri atas 12 pasien memiliki keluhan di kedua kaki, 6 pasien memiliki keluhan di kaki kanan dan 15 pasien di kaki kiri. Pengukuran tebal fasia plantaris menggunakan proyeksi sagital di mana fasia plantaris melewati aspek anterior dari batas inferior tulang kalkaneus.
Hasil. Tidak terdapat korelasi hasil pengukuran ketebalan fasia plantaris antara posisi lateral dekubitus dan posisi pronasi dengan dorsofleksi (p=0,008) dan terdapat korelasi hasil antara posisi lateral dekubitus dan posisi pronasi tanpa dorsofleksi (p=0,064) pada kelompok plantar fasciitis. Posisi lateral dekubitus pada plantar fasciitis memiliki peningkatan rata-rata ketebalan fasia plantaris dibandingkan dengan posisi pronasi.
Kesimpulan. Posisi pronasi merupakan teknik yang umum dipakai dalam menilai plantar fasciitis, namun demikian proyeksi lateral dekubitus dapat menjadi teknik yang efektif dan memberikan kenyamanan bagi pasien plantar fasciitis dengan beberapa kondisi tertentu yang tentunya akan berguna bagi ahli radiologi dalam menjalankan praktek klinik.

ABSTRACT
Objective. The purpose of this ultrasound study was to investigate the efficacy ofdecubitus lateral projection compared with prone projection and with or without dorsiflexion ankle maneuver in the detection of plantar fasciitis.
Methods. Fourty-five patients with right unilateral (n=6), left unilateral (n=15) and bilateral (n=12) heel pain andfourty-four age and sex matched healthy subjects were studied. Sagittal imaging of the plantar fascia was performed and its thickness was measured on both technic at a point where the plantar fascia crosses the anterior aspect of the inferior border of the calcaneus.
Result. There is no correlation was found between decubitus lateral projection and prone projection with dorsiflexion of plantar fascia thickness measurements (p=0,008) and there is a correlation was found between decubitus lateral projection and prone projection without dorsiflexion of plantar fascia thickness measurements (p=0,064)on plantar fasciitis group. Compared with the prone projection, patients with decubitus lateral projection had increases in plantar fascia thicknesses.
Conclusions. Prone projection is the common technic in the assessment of plantar fasciitis, however decubitus lateral projections can also serves as an effective technic and comfortable position that can be used at plantar fasciitis patients with specific conditions which may be very useful for the radiologist in clinical practice., Objective. The purpose of this ultrasound study was to investigate the efficacy ofdecubitus
lateral projection compared with prone projection and with or without dorsiflexion ankle
maneuver in the detection of plantar fasciitis.
Methods. Fourty-five patients with right unilateral (n=6), left unilateral (n=15) and bilateral
(n=12) heel pain andfourty-four age and sex matched healthy subjects were studied. Sagittal
imaging of the plantar fascia was performed and its thickness was measured on both technic at a
point where the plantar fascia crosses the anterior aspect of the inferior border of the calcaneus.
Result. There is no correlation was found between decubitus lateral projection and prone
projection with dorsiflexion of plantar fascia thickness measurements (p=0,008) and there is a
correlation was found between decubitus lateral projection and prone projection without
dorsiflexion of plantar fascia thickness measurements (p=0,064)on plantar fasciitis group.
Compared with the prone projection, patients with decubitus lateral projection had increases in
plantar fascia thicknesses.
Conclusions. Prone projection is the common technic in the assessment of plantar fasciitis,
however decubitus lateral projections can also serves as an effective technic and comfortable
position that can be used at plantar fasciitis patients with specific conditions which may be very
useful for the radiologist in clinical practice.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zaki Imaduddin
"Ultrasonografi (USG) merupakan alat diagnostik pencitraan yang berguna untuk mendeteksi dan menganalisis struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia, salah satuya mendeteksi atau menganalisis biometri janin. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengukur biometri janin dari citra hasil scanning alat USG. Citra janin yang dideteksi dan diukur meliputi besar diameter kepala dan panjang tulang paha. Proses deteksi dan pengukuran dilakukan melalui beberapa tahap yaitu cropping objek dan non-objek, ekstraksi fitur, seleksi fitur, dan pengukuran besaran dari organ janin. Untuk ekstraksi fitur menggunakan Haar-like Feature, untuk pendeteksian menggunakan Adaboost Classifier, dan untuk metode pengukuran biometri menggunakan Randomized Hough Transform.
Pada penelitian ini, digunakan 300 data citra biparietal kepala dan 200 data citra tulang paha. Dari hasil pengolahan data, didapatkan hasil deteksi biparietal kepala janin sebanyak 44 gambar dengan error rata-rata sebesar 0,0388 dan correlation coefficient yang dihasilkan sebesar 0,984. Sementara hasil untuk deteksi tulang paha janin sebanyak 18 dengan error rata-rata sebesar 0,554 dan correlation coefficient yang dihasilkan sebesar 0,788. Dengan metode yang diajukan pada penelitian ini, diperlukan adanya pengembangan metode yang lebih optimal sehingga tahapan dalam pengintegrasian sistem ke dalam sebuah alat pengukuran organ janin dapat diaktualisasikan. Tentunya dengan sistematika pemakaian alat yang lebih sederhana dan harga yang lebih terjangkau.

Ultrasonography (USG) is a diagnostic tool for detecting and analyzing organ structure in human body. One of the example usage of USG is to detect and analyze biometric features of a fetus. This study aims to detect and measure features of fetus from scanned image offetalhead (biparietal diameter) and femur length using ultrasound equipment. The detection and measurement process have several steps. It consists of cropping object and non-object, extracting features, selecting features, and measuring the fetal organs sizes. In this study, Haar-like feature is used to extract the feature meanwhile AdaBoost classifier is used for object detection and Randomized Hough Transform is applied for biometry measurement.
In this research, we used 300 biparietal head image data and 200 image data of femur. After the data processing stage, we obtained the detection of biparietal as many as 44 images with an average error of 0.0388 and Correlation Coefficient result of 0,984, while the results for the detection of fetal femur error as many as 18 with an average of 0,554 and Correlation Coefficient result of 0,788. The result of this research can be optimized further to realize a fully integrated system that can detect and measure fetal organ with usable user interaction and affordable price.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soni, Nilam J.
"This book will be a welcome resource for any physician or health care practitioner looking to further their knowledge and skills in point-of-care ultrasound."
Oxford: Saunder Elsevier, 2015
616.075 43 SON p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Asriyanto
"ABSTRAK
Telah dilakukan identifikasi terhadap citra USG payudara normal, benign dan
malignant. Diperoleh rentang nilai pixel untuk lesi benign 22-26 dan rentang lesi
malignant 37-39. Pada citra USG normal diperoleh nilai pixel fat sebagai acuan
(isoechoic) pada rentang 49-55. Diperoleh nilai rasio (a/b) dari panjang (a) dan
tinggi (b) lesi untuk kasus benign >1 dan untuk malignant a/b < 1. Evaluasi citra
dilakukan dengan menggunakan Software Image-J. Hasil penelitian menunjukkan
karakteristik yang berbeda dari beberapa lesi payudara pada citra USG yang sulit
diamati secara visual biasa. Metode ini diharapkan dapat membantu diagnosis lesi
payudara sebagai upaya deteksi dini kanker payudara. Telah dilakukan filterisasi
citra USG payudara dengan Adobe CS6 Extended untuk mendeteksi kehadiran
mikrokalsifikasi, citra USG hasil filterisasi berhasil menujukkan kehadiran
mikrokalsifikasi yang sebelumnya tidak tampak secara visual.

Abstract
Identification has been done on breast ultrasound image of normal, benign and
malignant. Range of pixel values obtained for benign lesions in ranges 22-26 and
malignant lesions in ranges 37-39. In the normal ultrasound image obtained pixel
value as the reference fat (isoechoic) in the range 49-55. Obtained value of the ratio
(a/b) of the length (a) and high (b) cases of benign lesions for > 1 and for
malignant (a/b) < 1. Image evaluation performed using Image-J software. The
results show different characteristics from multiple breast lesions on ultrasound
images are difficult to observe visually normal. This method is expected to aid in
the diagnosis of breast lesions as a means of early detection of breast cancer.
Filtering has been performed breast ultrasound images with Adobe CS6 Extended
to detect the presence of microcalcifications, ultrasound image filtering results
successfully showed the presence of microcalcifications that were not perceivable."
2012
T30995
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>