Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74791 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Ratna Pertiwi
"Bisnis minyak pelumas dalam negeri memiliki prospektif yang cerah, seiring dengan pertumbuhan industri otomotif. Terutama setelah penetapan Keputusan Presiden (Keppres) No. 21 Tahun 2001 tentang Penyediaan dan Pelayanan Pelumas yang semakin membuka peluang bagi perusahaan asing untuk mernperluas bisnisnya di Indonesia. Walau sudah banyak pemain lama yang menguasai sebagian besar pasar, namun tidak menutup kemungkinan bagi pemain barn untuk meriembus pasar pelumas karena konsumsi minyak pelumas nasional yang terus meningkat. Sebagai pemain baru, tentu perlu dilakukan berbagai upaya untuk dapat bersaing. Untuk mendukung upaya tersebut, PT. COPDI mengembangkan Supply chain management sebagai bagian support dalam memutar roda bisnis perusahaan, terutama dalam mengatasi permasalahan arus material, informasi dan finansial dalam hubungan kerja samanya dengan pihak eksternal (distributor dan pemasok) dan internal. Supply chain management berpotensi untuk memperbaiki tiga komponen penggerak dari performs finansial, yaitu pertumbuhan, keuntungan dan utilisasi kapital. Namun temyata dalam pelaksanaan belum memadai, semua aktivitas operasional supply chain yang dilakukan selama ini berjalan dengan minim peraturan dan tanpa kebijakan tertulis dari perusahaan. Akibat rninimnya peraturan dan kebijakan tersebut, performa supply chain yang berdampak kepada kinerja keuangan perusahaan menjadi belum terukur.
Performa supply chain sangat tergantung dari kebijakan dan prosedur yang pengukuran cash to cash cycle dengan tujuan untuk memperbaiki kebijakan dan prosedur yang terkait dengan pergerakan piutang, persediaan dan hutang perusahan. Pengukuran yang digunakan dalam karya akhir ini dibatasi pada pengukuran finansial yang terkait dengan aktivitas supply chain. Untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaan perlu dilihat dari masingmasing komponen cash to cash cycle, yaitu days sales outstanding, days of inventory dan days payable outstanding. ICondisi salt ini menunjukkan lamanya pembayaran piutang dari distributor melebihi ketentuan credit term yang berlaku, perputaran persediaan di gudang yang lambat dan pembayaran hutang ke pemasok yang melebihi credit term. Hal tersebut terjadi karena kurang diterapkannya kebijakan dan prosedur yang berlaku. Tidak adanya kebijakan penalti bila terjadi keterlambatan dalam pembayaran piutang dari distributor, demikian pula dengan pembayaran hutang ke pemasok, pembelian barang distributor yang melebihi limit kredit, pemesanan barang ke pemasok yang tidak mengikuti prosedur dan proses operasional lainnya yang berjalan tidak sesuai aturan.
Salah satu perbaikan yang dilakukan adalah membuat kebijakan dan prosedur untuk kegiatan finansial dan operasional yang belurn ada peraturan tertulisnya. Dengan menetapkan credit term yang baru pada pembayaran piutang dan kebijakan pembelian barang oleh distributor tidak melebihi limit kredit, lamanya days sales outstanding dapat dipersingkat. Sementara untuk lamanya dayA payable outstanding, tetap dipertahankan dengan memanfaatkan keuntungan dari posisi PT. COPDI sebagai anak perusahaan dari perusahaan yang sama dengan pemasok. Saat ini PT. COPDI tidak menggunakan metode perhitungan dalam mengatur besarnya barang yang dipesan ke pemasok. Besamya pemesanan didapat dari penjualan rata-rata selama 6 bulan kebelakang, laporan re-order dari PT. BDPI, permintaan distributor dan forecast dari tim penjualan. Perencanaan pemesanan seperti ini mengalami beberapa kendala karena tidak adanya persediaan pengarnan, tidak adanya re-order point dan tidak terukurnya jumlah barang di gudang apakah kelebihan atau kekurangan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan klasifikasi ABC dan metode fixed order quantity. Dalam perhitungan pergerakan barang hanya digunakan barang-barang dalam klasifikasi A. Dengan menggunakan model fixed order quantity didapat penurunari nilai persediaan sebesar 32.79%. Penurunan nilai persediaan berdampak pada penurunan harga pokok sebesar 0.67% dan dipersingkatnya days inventory outstanding. Setelah dilakukan perbaikan kebijakan dan prosedur financial terutama mengenai piutang dan pergerakan persediaan dipercepat, berdampak pada peningkatan nilai cash cycle sebesar 91%.

Domestic lubricants business has bright prospective in conjunction with automotive industry growth especially after pronouncement of President Decree No 21 year 2001 on Lubricants Supply and Services. This decree opened the opportunity for foreign company to expand its business in Indonesia. Although there were many previous player already had dominate most of the market, but the possibility for new player to enter lubricants market was still wide open. The possibility can be happened because of the continuous increasing of national lubricants oil consumption. As a new player, PT. COPDI without doubt has to do numerous efforts to keep up with the competition. To support those efforts, PT. COPDI had developed supply chain management as support function to maintain the ongoing company business, especially in term to overcome problems in material, information and financial flows that occurred in relationship with external (supplier and distributor) and internal factor.
Supply chain management had the potential to fix three components driver of financial performance, which is growth, profit and capital utilization. But in actual fact the company operational activities has not accommodated those potentials. Currently, the entire supply chain operational activities proceed with lack of company rules and regulations. As the results of that lack of rules and regulations, supply chain performance that have effect to company financial performance could not be recorded. The performance of supply chain closely depends on company rules and regulations. To identify supply chain performance, cash to cash cycle valuation being used in this thesis with the purpose to mend company rules and regulation that related to account payable, inventory and account receivable movements. Valuation used throughout this thesis limited into financial valuation that related to supply chain activity. To comprehend the company liquid level we need to overlook each of cash to cash cycle components, which are days sales outstanding, days of inventory and days payable outstanding. At the moment, the company state of affairs showed that payment term from distributor for account receivable exceeds the company credit term regulation, also inventory turnover in the warehouse was much slowed and payments to supplier for account payable exceed the credit term agreement.
These conditions happened because the business processes within the company have not followed the rules and regulation in place. There were no penalty for late payment from distributor for account receivable and also the payment to supplier for account payable, distributor could bought exceed the credit limit and credit term, ordering material processes that were not followed the procedure and other operational processes that were not followed regulation in place.
One of the improvements that can be done was to form rules and regulations for financial and operational activities that have no written regulation. With new credit term for account receivable payment and new regulation that were not allowing distributor to buy exceed the credit limit and credit term, expectantly the length of days sales outstanding could be shortened. While for entrancement on days payable outstanding, the length of days were kept as the way it is, taking advantage on the positioned of PT. COPDI as sister company of the supplier.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18200
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sesde Asrul Stani
"Pembangunan infrastruktur jalan raya di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, namun dalam implementasinya permasalahan pembebasan tanah dan keterbatasan pendanaan menjadi masalah utama dalam mewujudkan pembangunan tersebut. Pembangunan proyek Jalan Layang merupakan salah satu upaya dalam meminimalisasi permasalahan pembebasan tanah, selain itu melakukan Kerjasama Operasi (KSO) dan menerapkan pembiayaan berbasis Non Cash Loan (NCL) berupa Supply Chain Financing (SCF) pada proyek diharapkan mampu memberikan kinerja proyek menjadi baik, yang dapat tercermin pada Project Cash Flow (PCF) atau arus keuangan proyek positif sehingga dapat menjawab masalah keterbatasan pendanaan proyek. Supply Chain Financing (SCF) adalah instrument keuangan yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan dengan berbagai syarat dan ketentuan berlaku kedalam sebuah rantai pasok yang terjadi antara pembeli dan penjual, yang bertujuan sebagai optimasi manajemen modal kerja dan likuiditas perusahaan. Namun pemilihan skema pembiayaan SCF ini juga memiliki kelemahan dimana ada cost of money (diskonto) yang terjadi pada pelaksanaannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Cost Structure NCL SCF dan mengevaluasi implementasi penggunaan fasilitas SCF terhadap kinerja proyek jalan layang dengan studi kasus proyek KSO pada PT.X. Metodologi penelitian menggunakan metode survey dan metode studi kasus, sedangkan untuk mengetahui cost structure yang terjadi menggunakan analisa statistik deskriptif. Penelitian ini menghasilkan sebuah tabel cost  structure atau komponen biaya utama berupa Bahan, Alat dan Sub Kontraktor yang bisa diimplementasikan dalam proses NCL SCF, serta prosedur implementasi pengadaan SCF sampai dengan penagihannya.

Indonesia infrastructure road development in recent years has experienced a very significant increase, but in its implementation the issue of land acquisition and limited funding are the main problem in realizing this development. Elevated Road Project is one of the way to minimize the effect land acquisition, and also Joint operation (JO) and applying Non Cash Loan (NCL) at the form Supply Chain Financing (SCF) in project can have good performance effect that can be see positif Project Cash Flow (PCF). Supply Chain Financing (SCF) is a financial instrument issued by financial institutions with various terms and conditions applicable to a supply chain that occurs between buyers and sellers, which aims to optimize the management of working capital and company liquidity. However, the selection of the SCF financing scheme also has a weakness where there is a cost of money that must be spent in the process. The purpose of this study was to determine the NCF SCF Cost Structure and evaluate the implementation of the use of SCF facilities on the elevated road project performance with a JO project case study at PT.X. Research metodology using survey and project cases study, while for the conducted to determine cost structure using statistical descriptive analysis. This study produce cost structure table which is majority for material, equipment, and sub contractor can be implemented using NCL SCF, also implementation procurement procedure using SCF until invoicing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Amaliyah
"Negara-negara emerging market diproyeksikan akan menjadi pemimpin dalam revolusi telekomunikasi dunia. Diperkirakan pads periode 2004-2009 delapan puluh persen pertambahan pelanggan baru pada jaringan bergerak akan berasal dari Afrika, Asia, dan Eropa Timur.
Indonesia adalah salah satu negara asia yang tergolong dalam emerging market. Di negara berpenduduk lebih dari dua ratus dua puluh juta penduduk ini pertumbuhan industri telekomunikasi jaringan bergerak maju dengan pesat. Perusahaan-perusahaan yang ada di dalam industri ini pun tumbuh dan berkembang. Tak terkecuali PT Excelcomindo Pratama Tbk. (Perseroan) yang merupakan perusahaan swasta pertama penyedia jasa layanan telekomunikasi seluler di Indonesia.
Analisis fundamental dengan pendekatan top-down dilakukan untuk menentukan nilai wajar saham Perseroan. Diawali dengan analisis atas makro ekonomi, diteruskan dengan analisis industri telekomunikasi dan terahir analisis atas perusahaan. Analisis makro ekonomi dilakukan untuk mengidentifikasi kondisi makro ekonomi Indonesia yang memengaruhi perusahaan. Analisis industri ditujukan untuk melihat kondisi industri telekomunikasi di Indonesia dan bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan. Analisis perusahaan dilakukan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan melakukan valuasi atas harga saham perusahaan.
Analisis industri dilakukan untuk melihat lebih jauh peta industri telekomunikasi di Indonesia. Dengan menggunakan kerangka five forces. ancaman-ancaman yang datang dari pembeli, suplier, pendatang baru, barang substitusi maupun dari intensitas persaingan antar perusahaan dalam industri dapat diidentifikasi. Analisis ini jugs mencakup analisis siklus industri, siklus bisnis, dan strategi yang diambil perusahaan dalam menciptakan keunggulan bersaing.
Dalam analisis perusahaan, kinerja keuangan dilakukan dengan mcnggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan adalah rasio aktivitas, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas. Pengukuran dengan menggunakan rasio keuangan ini ditujukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan, trend yang terjadi dan membantu untuk memprediksi kemungkinan kinerja keuangan di masa yang akan datang. Analisis rasio dilakukan selama periede 2001-2005 dengan menggunakan data laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan setiap tahun. Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan selama 2001 sampai dengan 2005 mengalami fluktuasi.
Penentuan harga wajar saham dilakukan dengan menggunakan metode free cash flow to equity dengan two stage model. Alasan digunakannya metode ini adalah karena pertimbangan bahwa cash flow yang dimiliki perusahaan tidak seluruhnya dikembalikan kepada pemegang saham namun digunakan pula untuk investasi dalam bentuk capital expenditure yang berorientasi pada pertumbuhan perusahaan. Alasan lainnya adalah tidak adanya tekanan yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan hutang secara besar¬besaran. Hal ini karena salah satu strategi pengembangan usaha Perseroan adalah menggunakan infrastruktur yang dimiliki Telekom Malaysia selaku pemegang saham terbesar agar beianja modal perusahaan dapat ditekan. Pendekatan two stage model diambil karena diyakini bahwa Perseroan akan mengalami pertumbuhan yang tinggi pada lima tahun mendatang untuk kemudian turun dan mencapai kestabilan.
Berdasarkan asumsi-asumsi yang diambil dan penghitungan dengan menggunakan pendekatan di atas, hasil valuasi menunjukkan bahwa harga wajar saham Perseroan sebesar Rp 2,892.28 sedangkan harga penutupan pada 31 Desember 2005 menunjukkan angka Rp 2.275. Sehingga dapat dikatakan bahwa harga saham mengalami under valued.

Emerging market countries are projected to be leaders in world telecommunication revolution. It is estimated that, during period between 2004-2009, 80% of new customer of mobile network will come from Africa, Asia, and Eastern Europe.
Indonesia is one of Asian countries considered as emerging marker. In the country with a population of more than two hundreds and twenty million citizen, mobile network telecommunication service grows rapidly. Companies in this country also grow and develop. PT Excelcomindo Pratama Thk. (Copartner ship, the first private company providing cellular telecommunication service in Indonesia, is not an exception.
Fundamental analysis with top-down approach is conducted to determine feasible stock value of the company. It is started with an analysis of macro economy, followed by telecommunication industry analysis, and ended with an analysis of the company. Macro economic analysis is performed to identify Indonesia macro economy influencing the company. Industry analysis is aimed at viewing telecommunication industry condition in Indonesia and how it affects the company performance. Company analysis is done to identify the company's financial performance and to evaluate the company's stock price.
Industry analysis is done .o see further telecommunication industry map in Indonesia. Using five forces framework, threats coming from buyer, supplier, new corner, substitute and intensity of competition among companies in the industry, can be identified. This analysis also includes industry cycle, business cycle, and strategy taken by company in creating competitive advantage.
In company analyses, financial performance is measured by financial ratios. The financial ratios applied are activity ratio, liquidity ratio, solvability ratio and profitability ratio. Measurement using these financial ratios is intended to know companies financial strength and weakness, prevailing trend and to assists in predicting company's future financial performance. Ratio analysis is conducted during period between 2001 and 2005 by using financial report published annually by the company. Generally, it can he said that the company experience fluctuation of performance during period between 2001 and 2005.
The determination of feasible stock price is done using free cash flow to equity method with two stage model. The reason for using this method is due to a consideration that cash flow owned by the company is not entirely returned to stakeholder but it is used also for investment in the form of company growth oriented capital expenditure. The other reason is that there is no barrier for the company to do debt on a large scale. This is the case because one of the company's strategy is to use infrastructure of Telecom Malaysia as the biggest stakeholder, in order that the company capital expenditure can be minimized. Two stage model is used because it is assumed that the company will experience high growth in coming five years followed by a downward and ultimately reach stability.
Based on above mentioned assumptions and calculation / measurement, the result of valuation indicates that the feasible stock price is Rp 2.89228 while closing price by 31 December 2005 is Rp 2.275. Hence, it can be said that the stock price is under valued."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marsuki
"ABSTRAK
PT. X merupakan salah satu perusahaan eksplorasi minyak
Amerika yang beroperasi di Indonesia. Perkembangan
perusahaan dibidang eksporasi minyak bumi hingga saat ini
semakin mantap dan pesat. Mengingat kondisi perusahaan yang
besar tersebut, maka sistem pengendalian manajemen yang
diterapkan menjadi kian kompleks. Untuk menerapkan sistem
pengendalian manajemen secara efektif. Perlu adanya sistem
pengukuran prestasi kerja yang akurat, relevans, dan
representatif. Dengan demikian pemilihan metode pengukuran
prestasi kerja perlu mendapatkan perhatian yang fundamental,
agar tujuan dari pengukuran sebagai sarana controls,
corrective actions, dan reward systems akan tercapai.
Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan oleh Top Management
untuk mengukur prestasi kerja manajer dan unit investasi
ekonomi, yaitu dengan financial indicators dan nonfinancial
indicator. PT. X telah menerapkan kedua pendekatan tersebut
secara integratif. Untuk financial indicators, metode
pengukuran prestsi kerja yang dipakai adalah dengan Return
on Average Capital Employed (ROACE). Sedangkan nonfinancial
indicators, metode pengukuran prestasi kerja yang
dipakai lebih banyak dititik beratkan pada human power
development (Tidak dibahas dalam karya akhir ini).
ROACE berorientasi pada prestasi kerja jangka pendek.
Berhubung prestasi kerja meliputi dua kategori, yaitu
prestasi kerja jangka pendek dan prestasi kerja jangka
pajang, maka penerapapan ROACE sebagai metode pengukuran
prestasi kerja menimbulkan permasalahan dalam operasi PT. X
Permasalahan tersebut terjadi pada prestasi kerja jangka
panjang perusahaan. Adapun masalahnya yaitu usulan investasi
modal yang bertujuan untuk meningkatkan returns perusahaan
dalam jangka panjang tidak mendapatkan perhatian (enggan
dilakukan oleh) manajer eksekutif. Oleh karena operasi PT. X
mempunyai tingkat business risks dan financial risks yang
cukup tinggi. untuk itu, ROACE tersebut perlu ditinjau kembali
dan sedapat mungkin diupayakan adanya metode pengukuran
prestasi kerja alternatif, dimana dengan metode tersebut
dapat mengcover terhadap permasalahan yang ada.
FASB Statement 69 mengembangkan suatu metode pengukuran
prestasi kerja untuk perusahaan eksplorasi minyak yaitu
dengan Discounted future net cash flows (DNCF). DFNCF
disamping berorientasi pada prestasi kerja jangka panjang,
juga jangka pendek. Pengukuran prestasi kerja berdasarkan
pada metode DFNCF adalah bersifat komprehensif, integratif,
dan diagnostif. Oeh karenanya, metode tersebut sangat
bermanfaat bagi para Top Management, dan analist and user far
financial statement perusahaan eksplorasi. minyak dalam
mengukur prestasi kerja perusahaan yang bersangkutan.
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayveen Sumantyohadi
"Industri baja nasional merupakan salah satu industri yang dinamis karena memiliki lingkungan yang terus berubah. Hal ini berpengaruh terhadap proses penilaian suatu aset atau perusahaan yang digunakan investor dalam mengambil keputusan investasi. Investor yang bijaksana akan melakukan analisa yang matang sebelum mengambil keputusan menanamkan modalnya di industri ini.
Salah satu analisa yang cukup efektif dan akurat dalam melakukan proses penilaian aset atau perusahaan adalah dengan melakukan analisa fundamental. Keefektifan analisa fundamental adalah bahwa analisa tersebut tidak hanya dilakukan hanya pada nilai aset atau perusahaan semata tetapi juga sumber dari nilai itu sendiri. Diperlukan informasi yang berbeda untuk menilai dua aset yang berbeda pula. Persepsi yang digunakan dalam suatu penilaian hams didukung oleh realitas yaitu bahwa harga suatu aset hams mencerminkan cash flow yang diharapkan dapat dihasilkan dikemudian hari.
Analisa fundamental dimulai dengan analisa perekonomian makro, analisa industry dimana perusahaan berada dan analisa perusahaan itu sendiri. Analisa makro mencakup analisa terhadap analisis pertumbuhan ekonomi dengan indikator-indikator seperti Produk Domestik Bruto, inflasi dan tingkat suku bunga, perkembangan investasi di Indonesia baik Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing, serta prospek pertumbuhan ekonomi itu sendiri di masa depan. Analisa industri merupakan analisa terhadap industri baja secara khusus serta perkembangannya di Indonesia akhir-akhir ini serta analisa industriindustri yang terkait erat dengan industri baja baik secara langsung atau pun tidak langsung. Sementara itu analisa perusahaan adalah melihat kondisi dan kineija perusahaan di masa lalu dan sekarang untuk memperkirakan prospek perusahaan di masa depan. Yang dilakukan di analisa perusahaan adalah analisa terhadap laporan keuangan, strategi perusahaan, dan penghitungan nilai wajar pcrusahaan dengan menggunakan metode discounted free cash flow.
Berdasarkan analisa fundamental yang dilakukan dengan metode discounted free cash flow diperoleh indikasi nilai wajar perusahaan sebesar USD 185,475,310 atau nilai intrinsic saham sebesar USD 4,745 per lembar saham. Selanjutnya penulis membandingkan dengan nilai par yaitu nilai pada saat saham tersebut disetor dan menganalisa perbedaannya. Namun demikian dengan bet.jalannya waktu kesimpulan tersebut dapat saja berubah dengan adanya kondisi yang baru. Hal ini disebabkan karena variabel-variabel yang telah dibuat menjadi tidak relevan lagi sehingga kesimpulan akhir yang telah diperoleh dapat juga berubah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elok Savitri Pusparini
"Penelitian ini melingkupi analisis sederhana namun cukup mendalam tentang bagaimana kondisi makro ekonomi negara Indonesia memberikan dampak terhadap hampir semua bisnis, baik secara positif, maupun negatif. Salah satu topik yang senantiasa menarik untuk diangkat adalah industri tembakau yang memberikan kontribusi terbesar dalam APBN Indoonesia. Beberapa temuan membuktikan bahwa ternyata industri tembakau yang secara signifikan dibatasi ruang geraknya melalui berbagai regulasi yang mengikat, ternyata tetap bertahan dan tetap mengalami pertumbuhan meski selama beberapa tahun terakhir tidaklah terlalu signifikan.
Tahun 2005 sekali lagi terbukti sebagai tahun penuh tantangan sebagai dampak dari perubahan kondisi pcrekonomian secara umum yang memberikan tekanan tersendiri terhadap industri tembakau sebagaimana halnya dengan industri lain di Indonesia. Industri tembakau terus mengalami pertumbuhan meski dengan angka yang tertekan secara signifikan di akhir kuartal kecmpat tahun 2005, seining dengan peningkatan harga jual Bahan Bakar Minyak yang menggerakkan laju inflasi, Industri juga harus menghadapi tantangan yang berasal dari peningkatan prosentase pajak yang dibebankan terhitung sejak bulan Juli 2005. Pemerintah mengumumkan kenaikan Harga Jual Eceran Rokok sebesar 15%, setelah dua tahun terakhir produsen mengupayakan untuk tetap menjaga stabilitas harga procluknya serta membatasi diri terhadap ekspansi pasar secara keseluruhan. Sehagai konsekuensinya, saat ini industri tembakau sedang dihadapkan pada prospek stagnasi yang potensial terjadi terhadap daya beli konsumen seiring dengan peningkatan laju inflasi.
Untuk menjadi lebih fokus dalam membahas topik tentang industri tembakau, penelitian ini akan mengambil sampel PT British Amarican Tobacco Indonesia, Tbk (PT BATI) sebagai objek yang akan diteliti.
PT BATI telah beroperasi selama lebih dari 88 tahun dan secara konstan dan konsisten mempertahankan sejarah dan nilai yang diyakininya yang diterjemahkan kedalam regulasi untuk memproduksi berbagai macam merek dalam lini produk rokok putih, dengan dilingkupi oleh standar rata kelola perusahaan yang tinggi. Di akhir tahun 2005, PT BATI telah berhasil mempertahankan pangsa pasar sebesar 31% dalam industri rokok putih di Indonesia.
Penelitian ini akan menyoroti lebih dalam tentang analisis fundamental saham PT BATI dengan menggunakan Discounted Cash Flow untuk mendapatkan nilai Free Cash Flow to the Firm (FCFF), sehingga di akhir perhitungan akan dapat ditemukan berapa sebenarnya nilai intrinsik dari saham BATI. Metode ini digunakan sebagai salah satu alat untuk melakukan proyeksi terhadap kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Sedangkan biaya modal, akan digunakan Weighted Average Cost of Capital (WACC), sementara tingkat rcsiko saham dircpresentasikan oleh nilai Beta. Pengukuran yang dilakukan juga melibatkan beberapa asumsi makro seperti: Produk Domestik Bruto, Suku Bunga Bank Indonesia, tingkat inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, serta prosentase Harga Jual Eceran (HJE) khusus untuk produk rokok.
Dalam melakukan proyeksi terhadap kondisi masa datang, penelitian ini menggunakan 3 skenario: Most Likely, Optimistic, dan Pessimistic. Dengan mengambil due date per tanggal 27 Desember 2005, ternyata saham BATI yang diperdagangkan di BEJ ditutup dalam kondisi Overvalue, di mana harga saham ditutup pada level RP 6.500,00 sementara nilai intrinsik dengan menggunakan skenario Most Likely adalah Rp 6.287,00.
Sebagai hasil akhir, penelitian ini memberikan rckomendasi bagi para Investor untuk melepas saham BATI karena nilainya saat ini sedang berada di atas nilai intrinsiknya. Sementara untuk PT BATI sendiri, Peneliti menyarankan agar perusahaan mencari alternatif strategi dalam upaya mempertahankan pangsa pasar yang ada, lebih jauh lagi, agar perusahaan dapat bertahan di dalam intensitas persaingan yang semakin tinggi.

This study covers simple analysis on how macroeconomics condition of Indonesia affects almost every kind of business in positive or negative way. One of interesting subject to discuss is tobacco industry, which contributes the highest percentage of APBN. The evidence founded that tobacco industry which is significantly affected with tight regulatory keep on surviving and reaches its business growth.
The Year 2005 proved once again to be a challenging year as the impact of general economic change placed pressure upon tobacco industry and almost all industries as well. The industry continued to grow although the rate of growth was significantly reduced in the fourth quarter of 2005 as fuel price increases drove up inflation. The Industry faced an additional challenge through an excise tax increase effective from July 2005. The Government announced at mid year a 15% increase in the Retail Price (HJE) after virtually two consecutive years of price stability and an expansion in the total market. As a consequence, the industry now faces the prospect of potential stagnation of consumer purchasing power if inflation continues to rise.
In order to be more focus in array of discussion, this study take PT British American Tobacco Indonesia, Tbk (PT BATI) as subject to he discussed. PT BATI has operated in Indonesia for 88 year and constantly continues their history and regulation to produce range of white cigarette products while operating with the highest standards of corporate governance. At the end of year 2005, PT BATI has succeeded to maintain 31% market share in white cigarette industry.
We will look closely to fundamental analysis of PT BATI?s stock with using Discounted Cash Flow to find Free Cash Flow to the Firm (FCFF) method as one of some ways to forecast cash flow of the company in the up-coming years. To support financial needs, Company uses both external and internal equity and liability. To measure Cost of capital, researcher uses Weighted Average Cost of Capital, and coefficient Beta represents the risk of individual equity (BATI's Stock). The measurement will also include some macroeconomics assumptions, such as: Gross National Product, Bank Indonesia commercial rate, inflation rate, currency rate (Indonesian Rupiah to American Dollar), and percentage of Retail Price (HJE) for cigarette products.
In forecasting the future condition, this study uses three possible scenarios: Most Likely, Optimistic, and Pessimistic. The result of measurement shows that as per December 27 2005, BATI's stock traded in Jakarta Stock Exchange (JSX) closed in overvalued condition. Using Most Likely scenario, intrinsic value per share was Rp 6.287, 00 and market stock price closed at Rp 6.500,00.
As a result, this study recommends Investors to sell BATI's stock to raise gain in their investment due to overvalued of BATI's Stock at closing price as per December 27, 2005. For PT BA TI, this study recommends company to search brand new strategy to gain higher percentage of market share in white cigarette industry, even more fly to create a new playground out of current industry's intensity of rivalry."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18456
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Adelina
"ABSTRAK
Pada skripsi ini dibahas mengenai pemilihan strategi green supply chain management
(GSCM) untuk PT. XYZ dengan menggunakan metode Analytical Network Process (ANP).
GSCM dilakukan sebagai upaya mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas-aktivitas yang
dilakukan perusahaan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kriteria dan
subkriteria pemilihan strategi GSCM dan menganalisis pemilihan strategi GSCM yang sesuai
untuk PT.XYZ. Melalui penelitian ini akan terbentuk jaringan ANP yang terdiri dari 6
kriteria dan 29 subkriteria yang terkumpul berbagai studi literatur dan pendapat para pakar.
Dari 6 kriteria terdapat 1 kriteria yang berisi strategi GSCM, yaitu terdiri dari risk-based
strategy, efficiency-based strategy, innovation-based strategy, dan closed loop strategy.
Metode ANP memudahkan pemilihan strategi GSCM yang kompleks melalui proses yang
terstuktur dengan mempertimbangkan perspektif konsep ramah lingkungan dari para pakar
dan perusahaan. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa innovation-based strategy sebagai
strategi green supply chain management yang paling tepat dan sesuai untuk PT.XYZ

ABSTRACT
This study elaborates business strategy selection for green supply chain management for
PT.XYZ via Analytical Network Process. GSCM is initiated as a response to reduce
environmental impacts from industrial activities. The purposes of this study are identifying
criteria and sub criteria in selecting GSCM Strategy and analyzing a suitable GSCM strategy
for PT.XYZ. This study proposes ANP network of 6 criteria and 29 sub criteria, which
collected from literature review and experts judgement. One from six criteria contains GSCM
strategy choices which are risk-based strategy, efficiency-based strategy, innovation-based
strategy, dan closed loop strategy. ANP solves complex GSCM strategy-selection by using
more structured process and considering green perspectives from experts and PT.XYZ. The
result from this research is innovation-based strategy as the most suitable and proper green
supply chain management strategy for PT.XYZ"
2016
S62676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Indriarsih
"ABSTRAK
Tujuan dan karya akhir ini adalah untuk mengetahui miai intrinsik saham
perusahaan yaitu PT Merck Indonesia Tbk. yang bergerak dalam industri farmasi
dengan menggunakan dua metode penilaian perusahaan yaitu metode arus kas bebas
(free cash flow model) dan economic profit model.
Nilai intrinsik perusahaan diperoleh dari perhitungan nilai sekarang dari arus
kas bebas dan economic profit perusahaan di masa depan dengan menggunakan
weighted average cost of capital. Arus kas bebas dan economic profit perusahaan di
masa depan diperoleh dengan terlebih dahulu membuat proyeksi laporan keuangan
perusahaan yaitu laporan neraca dan laporan laba rugi selama beberapa tahun ke
depan.
Namun sebelum menyusun proyeksi laporan keuangan, terlebih dahulu
diperlukan analisis industri farmasi serta analisis kinerja perusahaan yang diperoleh
dari analisis rasio laporan keuangan perusahaan selama beberapa tahun yaitu dari
tahun 1994?2000.
Analisis industri dan perusahaan pada dasarnya adalah untuk mengidentifikasi
karakteristik ataupun potensi industri serta posisi perusahaan di dalam industri
tersebut untuk memperoleh landasan dan asumsi yang memadai untuk menyusun
proyeksi laporan keuangan.
Proyeksi laporan keuangan disusun dengan membuat tiga skenario yang
menggambarkan skenario dalam keadaan normal, optimis, dan pesimis. Dari masing
masing ketiga skenarto tersebut dihitung nilai intrinsik perusahaan dengan
menggunakan dua metode yang telah disebutkan sebelumnya yaitu metode arus kas
bebas (free cash flow model) dan economic profit model. Nilai intrinsik saham yang
dihitung dengan kedua metode yang berbeda tersebut harus menghasilkan nilai yang
sama.
Dengan adanya tiga skenario yang berbeda maka akan menghasilkan tiga nilai
intrinsik yang berbeda pula. Dari ketiga nilai tersebut, bisa diperoleh satu nilai yang
diharapkan per lembar saham (expected value per share) dengan memberikan
probabilitas kejadian pada masing-masing skenario di atas.
Nilai intrinsik saham perusahaan ini kemudian dibandingkan dengan harga
pasar saham perusahaan pada tanggal penilaian yaitu pada akhir tahun 2001 untuk
mengetahul apakah saham perusahaan di pasar overvalued atau undervalued. Dan
hasil perbandingan ternyata saham perusahaan di pasar Mengalami undervalued.
Hal yang perlu diingat adalah dalaim proses penilaían perusahaan ini adalah
asumsi yang digunakan adalah berdasarkan data sekunder yaitu laporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di J3ursa Efek Jakarta. Pemilihan dan penggunaan asumsi
yang berbeda dan karya akhir ini akan menghasilkan nilal intrinsik yang berbeda
pula.
"
2002
T3096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>