Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161659 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dharsono Sony Kartika
Bandung : Rekayasa Sains , 2007
306 KAR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 1999
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Institut Kesenian Jakarta
050 POH 1:1 (2007) (1)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Joko Suyono
"Tulisan ini ingin memperlihatkan kaitan antara arca perunggu kecil dan mandala. Yang menjadi obyek penelitian adalah 23 arca kecil perunggu Nganjuk yang dimiliki Museum Nasional Arca-arca ini dahulu adalah bagian dari kumpulan arca yang ditemukan di persawahan Candi Lor, Nganjuk pada tahun 1913 . Candi Lor adalah candi yang dibangun oleh Mpu Sindok. Tulisan ini memperkirakan arca-arca kecil Nganjuk itu merupakan arca-arca yang dulu di zaman Mpu Sindok ditaruh di altar untuk keperluan ritual. Tulisan ini berpendapat bahwa arca-arca Nganjuk tersebut merepresentasikan sebuah jenis mandala tertentu.
Tulisan memperlihatkan bahwa mandala arca tersebut adalah Vajradhatu Mandala. Untuk keperluan itu telaah mempergunakan konsep Vajradhatu Mandala milik Buddhisme Shingon. F.D.K Bosch dalam sebuah artikelnya di tahun 1929 pernah menyinggung kemungkinan membaca arca Nganjuk berdasar mandala Shingon, namun ia hanya sepintas membicarakan itu. Shingon Buddhisme adalah satu sekte Buddhisme di Jepang yang dikenal sejak abad 9 sampai sekarang menggunakan Vajradhatu Mandala. Pendiri Shingon, Kukai mempelajari konsep mandala itu di Cina. Studi-studi mutakhir memperlihatkan bahwa konsep Vajradhatu Mandala selain dibawa Kukai ke Jepang juga menyebar ke Asia Tenggara meski kemudian diganti dengan jenis mandala lain.
Vjradhatu Mandala adalah sebuah mandala yang berpusat pada Vairocana. Dalam konsep Shingon dalam Vajradhatu Mandala terdapat lapisan inti dan lapisan luar. Lapisan inti terdiri dari 37 pantheon utama dan lapisan luar adalah lapisan yang berisi dewa-dewa proteksi atau pelindung. Lapisan terakhir dari lapisan luar ini adalah lapisan yang disebut Trailokyavijaya yang terdiri dari penjelmaan Vajrapani dan beberapa dewa berekspresi krodha. Tulisan ini hendak menunjukkan bahwa – sisa arca-arca kecil Nganjuk yang dimiliki Museum Nasional memiliki unsur-unsur tersebut. Vairocana, Empat Tathagata dan juga Trailokyavijaya.

The paper shows that the mandala of the statue is the Vajradhatu Mandala. For this purpose, this study is using the Vajradhatu Mandala concept of Shingon Buddhism. F.D.K Bosch in an article in 1929 mentioned the possibility of reading the Nganjuk statues based on the Shingon mandala, but he wrote about it briefly. Shingon Buddhism is a sect of Buddhism in Japan, which has been known since the 9th century to date using the Vajradhatu Mandala. Shingon founder, Kukai, studied the concept of the mandala in China. Recent studies show the concept of Vajradhatu Mandala was not only brought by Kukai to Japan but also spread to Southeast Asia, although it was later replaced by other types of mandalas.
The Vajradhatu Mandala is a mandala centered on Vairocana. There is a core layer and an outer layer in the Shingon concept in the Vajradhatu Mandala. The core layer consists of 37 main pantheons and the outer layer is a layer that contains protective gods. The last layer of this outer layer is called Trailokyavijaya that consists of the incarnations of Vajrapani and several gods that have krodha’s expression. The objective of this paper is to show that the remaining small Nganjuk statues owned by the National Museum have these elements: Vairocana, the Four Tathagatas, and also Trailokyavijaya.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadan Anugrah
Jakarta: Jala Permata, 2008
302.2 DAD k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzuri
Jakarta: Djambatan , 1989
746.662 HAM c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kornelia Larasati Suhardi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3594
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kumala Dewi
"Berbicara mengenai pergaulan remaja biasanya tidak lepas dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama teman sebaya, misalnya pesta-pesta, sekedar berkumpul bersama teman, bermain musik, berolahraga dan lain-lain. Pergaulan remaja juga sering dikaitkan dengan dimulainya hubungan pertemanan dengan lawan jenis dan meningkat pada hubungan pacaran atau kencan. Hampir semua remaja, dari keluarga kaya maupun miskin, mengalami hal serupa ini.
Kini muncul dan berkembang suatu istilah yang disebut dengan begaul. Istilah tersebut memberikan pengertian bahwa dalam pergaulan di lingkungan remaja terdapat remaja yang tergolong anak gaul' dan bukan anak gaul. Begaul kini menjadi sebuah fenomena khas remaja Jakarta di era tahun '90-an, yang artinya tidak hanya mempunyai banyak teman dan melakukan kegiatan bersama tetapi juga menyangkut gaya hidup yang cenderung konsumtif dan materialistis. Mereka yang tergolong sebagai anak gaul biasanya memang berasal dari keluarga golongan ekonomi menengah atas dan sering menjadi sorotan negatif masyarakat.
Menurut Andersson (1969) para tokoh pendidikan sejak lama telah mengemukakan bahwa seluruh proses sosialisasi merupakan proses pendidikan: Havighurst dan Neugarten (1957) menyebut keluarga dan peer group sebagai suatu lingkungan belajar, dan Sjostrand (1967) berpendapat bahwa sekolah hanya mencakup sebagian kecil dari proses pendidikan yang terjadi dalam masyarakat.
Menurut Lewin, perilaku remaja yang begitu mementingkan peer group disebabkan oleh keadaan remaja yang berada pada periode transisi di mana mereka mengubah group membership (Lewin dalam Rice, 1990).
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana konsep begaul menurut remaja dan bagaimana gambaran budaya remaja Jakarta. Konsep adalah ciri-ciri penting dari suatu obyek atau peristiwa tertentu dan aturan-aturan yang menghubungkan ciri-ciri im (Solso, 1979). Konsep begaul mencakup pemahaman seseorang tentang apa yang menjadi ciri-ciri atau unsur begaul tersebut, termasuk definisi, tujuan, manfaat dan kerugiannya.
Subyek penelitian adalah remaja berusia 15-18 tahun yang tinggal di Jakarta minimal selama 1 tahun, dengan jumlah 102 orang. Pelaksanaannya dengan membagikan kuesioner secara insidental dengan porsi yang seimbang antara remaja Iaki-laki dan perempuan. Berdasarkan data yang diperoleh, penulis mengolahnya dengan teknik analisis kuantitatif berupa persentase dan teknik analisis kualitatif yaitu dengan melakukan teknik content analysis, dengan cara menganalisis dan menggolong-golongkan isi hasil jawaban subyek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep begaul meliputi unsur-unsur seperti sosialisasi, informasi, hura-hura, dan friendship. Gambaran budaya remaja yang terdiri dari unsur material dan non material menunjukkan adanya ciri khas pada remaja Jakarta yang dapat membedakannya dengan remaja yang tinggal di kota-kota lain di Indonesia.
Dalam diskusi, hasil penelitian ini dikaitkan dengan tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh remaja (Havighurst, 1972 dalam Rice, 1990) dan penelitian-penelitian mengenai konformitas pada remaja.
Saran yang dapat dilakukan untuk penelitian berikutnya adalah menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara terstruktur dan observasi agar dapat lebih mudah melakukan probing mengenai hal-hal yang masih belum jelas dan masih ingin ditanyakan lebih lanjut. Penulis juga menyarankan untuk melakukan penyebaran yang merata dari setiap wilayah Jakarta supaya dapat sekaligus memperoleh data perbandingannya. Teori mengenai popularitas pada masa remaja ternyata juga dibutuhkan untuk membahasnya lebih dalam."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Dewi Apriliawati
"Dalam suatu organisasi tidak bisa lepas dari unsur manusia, baik yang berkedudukan sebagai pimpinan maupun sebagai bawahan faktor sumber daya manusia tersebut mempunyai peran central dalam organisasi. Penelitian ini bermaksud mengungkap kontribusi konsep diri instruktur dan budaya organisasi terhadap kepuasan kerja instruktur BLK se JABOTABEK Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. PopuIasi penelitian adalah seluruh instruktur BLK se JABOTABEK dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (angket). Dalam analisis data dilakukan dengan teknik korelasi dan regresi.
Dari penelitian tersebut menunjukkan hasil:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kepuasan kerja instruktur.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja instruktur.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan budaya organisasi.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dare budaya organisasi dengan kepuasan kerja instruktur.
5. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, untuk meningkatkan kepuasan kerja, disarankan perlunya pengembangan konsep diri instruktur dan tetap dipertahankannya budaya organisasi seperti kerjasama yang baik di antara sesama pegawai, di antara unit organisasi dan lain sebagainya.
6. Terdapatnya hubungan atau koefsien korelasi tersebut di atas, bukan berarti hanya variable konsep diri dan budaya organisasi yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur di BLK se JABOTABEK, namun masih ada variabel lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur. Karena itu perlu diadakan penelitian mengenai variable-variabel lain yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja instruktur. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Andreas
"Suatu sistem teori penyakit meliputi kepercayaan - kepercayaan mengenai ciri-ciri sehat, sebab-sebab sakit, serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan lain yang digunakan oleh para dokter. Sistem-sistem teori penyakit berkenaan dengan kausalitas, penjelasan yang diberikan oleh penduduk mengenai hilangnya kesehatan, dan penjelasan mengenai pelanggaran tabu, mengenai gangguan keseimbangan antara unsur- unsur panas dingin dalam tubuh, atau kegagalan pertahanan immunologi organ manusia terhadap agen-agen patogen seperti kuman-kuman dan virus. Semua sistem penyebab penyakit sebagian terbesar bersifat rasional dan logis, dalam arti bahwa teknik-teknik penyembuhan merupakan fungsi dari, atau berasal dari, suatu susunan ide konsepsional yang khusus tentang sebab-sebab penyakit. Sistem-sistem kausalitas penyakit hanya dapat dipandang sebagai suatu yang tidak rasional oleh masyarakat lain, yang percaya bahwa premis yang mendasari penjelasan itu seluruhnya atau sebagiannya bertentangan dengan fakta (Foster, 1986: 46).
Suatu sistem perawatan kesehatan adalah suatu perawatan sosial yang melibatkan interaksi antara jumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuh. Sistem perawatan kesehatan memperhatikan cara-cara yang dilakukan oleh berbagai masyarakat untuk merawat orang sakit dan untuk memanfaatkan "pengetahuan" tentang penyakit untuk menolong si pasien. Fungsi yang terwujudkan dari suatu sistem perawatan kesehatan adalah untuk memobilisasi sumber-sumber daya si pasien, yakni keluarganya dan masyarakatnya, untuk menyertakan mereka dalam mengatasi masalah tersebut.
Pada sistem teori penyakit masyarakat Serpong, tidak lepas dari religi dan sistem kepercayaan, serta teknologi dalam ilmu pengetahuan modern. Karena sekalipun mereka mengetahui bahwa banyak penyakit disebabkan oleh kuman-kuman yang masuk ke dalam tubuh manusia, tetapi mereka juga percaya bahwa banyak penyakit yang disebabkan gangguan setan, roh halus atau kuaiat (ketulah) terhadap pusaka, barang tua, tempat-tempat angker, atau bebatuan yang dihuni makhluk-makhluk halus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>