Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208696 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugih Harti
"The research of Relation Analisys Among the Motivation, the Education and Training, and also the Work Diciplin Variables toward the Cleaning investigator's Performance on the Cleaning Agency of DKI Jakarta Province was Carried out based upon the writer's concem about the cleaning investigators performance with the purpose to improve their quality to be more professional. Where the function of the cleaning investigator is to give information to society, govemment or private sectors and to maintain and also to preserve the surroundings. In other words, to guide or to enforce the society on the cleaning field.
This research has a purpose to determine the relation of motivation, education and training, and also the work discipline toward the performance of the cleaning investigator on the Cleaning Agency of DKI Jakarta Province. Descriptive quantitative method was used on this research, with the 73 of population, however, the total of the questioners that rectumed were only 52. Using the linker! scale, closed was used to collect the primary data. Where as data analyzing which had been used was linier regression equation, using the SPSS (Statistical Product and Service Solution) computer soltware. In this research, data was categorized into two variables, that is, investigator perfomances as an attached variable (Y) while motivation, education and training, work discipline as a free variable (X).
From the result which had been processed showed, whether collectively or individually, that the discipline variable has a strong correlation to the improvement of investigators perfomance white the biggest score, and then the motivation variable subsequently. While education and training variable that had been processed, whether collectively or individually, showed that it has a low correlation to the improvement of investigator's performance. According to this research data as a whole and simultaneously that the four variables have inlluence to the performance improvement for 63 %, it means that 37 % ofthe rest couldn't be explained on this research or came from the other variables out ofthe research.
In accordance with those, to improve the performance of the investigator it is suggested that an investigator management, in the cleaning investigator case, should be improved gradually through the human resource development system together with the taking care of the priorities on work discipline factor and then followed by the motivation factor."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22486
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Indriyani
"ABSTRAK
Aplikasi Qlue diperkenalkan kepada masyarakat bersamaan dengan peresmian Jakarta Smart City oleh Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2014. Aplikasi Qlue merupakan salah satu aplikasi penunjang Jakarta Smart City itu sendiri dengan tujuan meningkatkan pelayanan publik dan partisipasi masyarakat dalam membangun kota pintar. Pelayanan publik yang paling menonjol adalah pelayanan kebersihan yang dibuktikan dengan Dinas Kebersihan DKI Jakarta yang selalu berada di peringkat 3 teratas dinas terbaik menurut Qlue. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana penggunaan aplikasi Qlue pada Dinas Kebersihan DKI Jakarta serta implikasinya terhadap pelayanan kebersihan. Pendekatan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam, dan studi dokumen terkait. Hasil penelitian ini adalah terjadiya peningkatan pelayanan kebersihan melalui aplikasi Qlue pada Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Namun di sisi lin, banyaknya sisi negatif pada penggunaa aplikasi Qlue, seperti masyarakat yang menjadi malas dan hanya mengandalkan Qlue. Selain itu, koordinasi antara PPSU dan petugas kebesihan juga tidak jelas sehingga kinerjanya menjadi tidak optimal. Tidak adanya sosialisasi juga menyebabkan laporan yang terjadi berulang-ulang tanpa ada solusi yang preventif. Banyaknya keluhan juga dapat menunujukan kinerja Dinas Kebersihan DKI Jakarta tidak optimal sehingga indikator dalam menentukan peringkat terbaik dalam apliksi Qlue perlu disesuaikan dan ditinjau kembali, karena banyak keluhan belum tentu semakin baik.

ABSTRACT
Qlue is an application introduced together with Aplikasi Qlue Jakarta Smart City by Jakarta 39 s Governor in 2014. Qlue is a supporting application for Jakarta Smart City in increasing society 39 s participation to provide a better public services. The public services which most significant is cleaning sector which evidenced as Dinas Kebersihan DKI Jakarta always be in top three as Qlue recorded. The purpose of this research is to analyze how Qlue can be beneficial for supporting Smart City and Dinas kebersihan. The approach is with qualitative approach, data conducted by in depth interview and document study. This reserch found that sanitary services by the agency has increased with Qlue application in Dinas Kebersihan DKI Jakarta. In contrary, negative effects occurred in Qlue application users, like citizens became lazy and over used the application. Besides that, coordination between PPSU and sanitary staffs has become unclear and less performance. No socialization resulted in the repetititve report without real solutions. Increased amounts of problems also showed that Dinas Kebersihan DKI Jakarta performance is not optimized, indicators showed that Qlue applicaton ranks needed more evaluation. "
2017
S66536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cucu Suminar
"Latar belakang penelitian ini muncul dari kenyataan, bahwa dalam sistem keorganisasian pegawai negeri sipil diatur berdasarkan peraturan tentang kepegawaian. Sistem ini di dalamnya tercakup peraturan tentang kepangkatan/golongan dan jabatan pegawai negeri sipil. Sistem pegawai negeri sipil tersbut mengatur aturan tata kerja pada unit-unit kerja dalam organisasinya untuk berbagai keahlian, sehingga tugas setiap pegawai negeri dalam jabatan tertentu dapat dikelompokkan, seperti jabatan struktural dan jabatan fungsional.
Sehubungan dengan sistem organisasi pegawai negeri yang telah disebutkan di atas, baik itu sistem kepangkatan/golongan atupun jabatan, pada dasarnya berhubungan langsung dengan pekerjaan. Selain itu diatur pula tata cara pembagian kerja dalam struktur pegawai negeri sipil bertujuan atau dirancang untuk mencapai kinerja tertentu. Tujuan pekerjaan (job) biasanya bersifat ideal dan realistis.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa adanya korelasi antara pengembangan karir dan pemberdayaan karyawan terhadap kepuasan kerja pegawai, di lingkungan Dinas Dikmenti DKI Jakarta.
Selain itu dari hasil penelitian ditemukan juga pertama, bahwa sebagian besar pendidikan pegawai di lingkungan Dinas Dikmenti berpendidikan S1 dan 82 yang umumnya bergolongan III dan IV yang rata-rata sudah bekerja 15 tahun ke atas. Kedua, sebagian besar pegawai di lingkungan Dinas Dikmenti memiliki kepuasan kerja tinggi. Ketiga, sebagian besar pegawai di lingkungan Dinas Dikmenti setuju ada pengembangan karir, baik pada jabatan fungsional maupun pada jabatan struktural. Keempat, sebagian besar pegawai di lingkungan Dinas Dikmenti setuju atas pemberdayaan karyawan, baik pada jabatan fungsional maupun pada jabatan struktural, Kelima, penelitian ini menunjukkan adanya korelasi antara pengembangan karir dan pemberdayaan karyawan terhadap kepuasan kerja karyawan di lingkungan Dinas Dikmenti DKI Jakarta. Keenam, bahwa penelitian ini ternyata tidak terdapat perbedaan antara kepuasan kerja jabatan fungsional dan jabatan struktural.
Berdasarkan hasil temuan ini disarankan, untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan di lingkungan Dinas Dikmenti perlu ada upaya dari pimpinan memberikan kebebasan dan kesempatan baik karyawan yang memiliki jabatan fungsional maupun jabatan struktural untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan harapan mereka.

The background of this research starts out of the fact that in an organizational system, civil service is regulated based on the personnel regulations. The system includes regulations about rank/grade and civil service position. The civil service system regulates rules of procedures in each working unit in their organization for various skills. Therefore the tasks of each civil service in certain jobs can be classified into structural and functional positions.
In relation with the aforementioned civil service organizational system, both systems of rank/grade and position are basically directly related with the jobs. Apart from that the procedures of jobs distribution in the structure of civil service are regulated with the purpose of achieving certain performance. The purpose of the jobs is usually idealistic and realistic.
The results of the research show that there is a correlation between career development path and personnel empowerment towards personnel work satisfaction in service office of dikmenti, special province of Jakarta.
Besides, the results of the research also find that firstly majority of the personnel education level in this office is strata one and masters degree, which means that they are generally in grades III and 1V with an average of above 15 years of service. Secondly, majority of the personnel in this office has high jobs satisfaction. Thirdly, majority of the personnel in this office agrees that there is career development path, both in structural and functional positions. Fourthly, majority of the personnel in this office agrees that there is personnel empowerment, both in structural and functional positions. Fifthly, the research shows that there is a correlation between career development path and personnel empowerment towards personnel work satisfaction in service office of dikmenti, special province of Jakarta. Sixthly, the research also shows that there is no difference between work satisfaction of structural and functional positions.
Based on these results, it is suggested that to increase the personnel work satisfaction in service office of dikmenti, it is necessary for the management to make some efforts to give the freedom and opportunity to those in structural and functional positions to carry out the jobs in line with their competency and hopes.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Endah Utami
"Pembangunan Kota Jakarta merupakan keterpaduan berbagai sektor, salah satunya adalah pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang merupakan tugas pokok Dinas Pertamanan propinsi DKI Jakarta. Hasil yang optimal dapat tercapai sesuai yang diharapkan bila dilakukan dengan efektif dan efisien. Kurangnya motivasi dan kurangnya pembinaan atas togas pokok dan fungsi yang menjadi tanggung jawab dari setiap pelaksana tugas merupakan hal-hal perlu dicermati. Berangkat dari pengamatan itulah penulis mengangkat topik ini sebagai topik penelitian. Adapun pokok permasalahan dari topik penelitian ini adalah mencari hubungan antara variabel motivasi berprestasi, variable pembinaan dan variabel efektifitas kerja.
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah mencari adanya hubungan antara variabel motivasi berprestasi, variabel pembinaan dan variabel efektifitas kerja karyawan. Berdasarkan hasil penelitian dengan teknik pengumpulan data melalui penyebaran angket dan analisis dengan mempergunakan teknis analisa statistik, maka dapat dikemukakan bahwa memang terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel motivasi berprestasi, variabel pembinaan,dan variabel efektifitas kerja. Secara signifikan dari perhitungan data statistik diperoleh hasilnya adalah sebagai berikut: koefisien korelasi untuk hubungan motivasi berprestasi dengan efektifitas kerja adalah sebesar 0,376, koefisien korelasi untuk hubungan pembinaan dengan efektifitas kerja adalah sebesar 0,444, koefisien korelasi untuk hubungan motivasi dan pembinaan secara bersama-sama dengan efektifitas kerja adalah sebesar 0,556. Selanjutnya masing-masing r kerja tersebut dibandingkan dengan r tabel untuk uji signifikansinya terhadap sampel, kemudian untuk uji signifikan agar dapat berlaku bagi seluruh populasi digunakan t - test dan F-test, selanjutnya dihitung koefisien determinasinya untuk mengetahui kategori interpertasinya serta perhitungan dengan regresi liner untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing variable. Dan perhitungan-perhitungan tersebut seluruhnya mendapatkan hasil yang signifikan dan positif, dengan demikian hipotesa serta pertanyaan penelitian dapat diterima dan positif.
Selanjutnya saran untuk meningkatkan efektifitas melalui motivasi berprestasi dan pembinaan adalah dengan memberlakukan sistem reward dan punishment secara konsisten dan meningkatkan pembinaan melalui pendidikan dan latihan di dalam maupun di luar unit kerja sesuai dengan bidang tugas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yose Daniel
"Konflik pekerjaan-keluarga merupakan konflik antar-peran seseorang di keluarga dan/atau pekerjaan yang dapat mengakibatkan penurunan performa hingga depresi. Petugas sampah Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur rentan mengalami konflik dengan bekerja hingga 8 jam sehari atau lebih dari 40 jam/minggu. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan lama kerja objektif dan masa kerja terhadap terjadinya konflik pekerjaan-keluarga pada Petugas Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur. Penelitian cross sectional dilakukan pada 61 petugas sampah di Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur melalui consecutive sampling dimana responden mengisi kuesioner konflik pekerjaan-keluarga untuk menentukan adanya konflik pekerjaan-keluarga pada subjek. Uji chi square dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara lama kerja objektif dan masa kerja dengan konflik pekerjaan-keluarga. Rata-rata lama kerja objektif pekerja yaitu 49,31 jam/minggu dan masa kerja 7 tahun. Prevalensi konflik pekerjaan-keluarga 29,5%. Pekerja dengan lama kerja objektif ≥ 49,5 jam/minggu mengalami kejadian konflik pekerjaan-keluarga lebih tinggi dibanding dengan lama kerja objektif ≤ 49,5 jam/minggu (p=0,015; OR 6,667; CI 95% 1,45 – 30,75). Masa kerja di bawah atau di atas 7 tahun tidak berhubungan bermakna dengan terjadinya konflik pekerjaan-keluarga (p=0,757; OR 0,74; CI 95% 0,2 – 2,7)
.Work-family conflict is an inter-role conflict on a person where either family interferes with work or work interferes family which in turn can cause performance decrement and depression due to the problems occuring. Trashbin crews at Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Timur work for 8 hours daily up to 40 hours/week which makes them vulnerable to work-family conflict. The aim of this study is to observe the interaction between working hours and organisational tenure to the occurrence of work-family conflict in trashbin crew at Dinas Lingkunan Hidup Jakarta Timur. This study uses 61 sample of trashbin crew using consecutive sampling by asking the respondent to fill out the work-family conflict questionnaire to determine the presence of work-family conflict in a subject. Chi-square test is used to find out the correlation between working hours and organisational tenure with work-family conflict. Mean of working hours of sample is 49,31 hours/week and organisational tenure of 7 years. Crew with working hours more than 49,5 hours/week experienced more work-family conflict than those who works less(p=0,015; OR 6,667; CI 95% 1,45 – 30,75). Organisational tenure above or below 7 years have no significant relation with the occurrence of work-family conflict (p=0,757; OR 0,74; CI 95% 0,2 – 2,7)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhadi
"Balai Latihan Kerja (BLK) adalah lembaga pelatihan di bawah Departemen Tenaga Kerja yang mempunyai fungsi dan peranan dalam pengembangan sumber daya manusia Indonesia melalui pelatihan ketrampilan. Di dalam menjalankan tugas dan fungsinya BLK didukung oleh instruktur, tinggi atau rendahnya kinerja instruktur akan berpengaruh terhadap efisiensi dan kinerja BLK.
Menyadari hal tersebut Depnaker berusaha meningkatkan kinerja instruktur melalui jalur pendidikan formal dan training serta berbagai upaya peningkatan motivasi kerja. Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengungkap adanya hubungan antara tingkat pendidikan, pengalaman training dan motivasi kerja dengan kinerja instruktur BLK di Jawa Tengah.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian korelational, dimana populasi penelitian adalah instruktur BLK di Jawa Tengah, sedangkan sampel ditarik secara stratified random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan instrumen penelitian tentang motivasi kerja dikembangkan berdasarkan teori dua faktor (The Motivation-Hygiene Theory), sedang kinerja instruktur dikembangkan dari pedoman penilaian kinerja instruktur (Ditjen Binalattas Depnaker). Selanjutnya untuk analisis data digunakan teknik analisis korelasi dan regresi.
Hasil penelitian ini menunjukkan:
1. Terdapat hubungan yang' signifikan antara tingkat pendidikan dengan kinerja instruktur, meskipun pengalaman training dan motivasi kerja telah dikontrol.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman training dengan kinerja instruktur, meskipun tingkat pendidikan dan motivasi kerja telah dikontrol.
3. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara motivasi kerja dengan kinerja instruktur (variabel tingkat pendidikan dan pengalaman training dikontrol) dan hubungannya menjadi signifikan jika kedua variabel bebas tersebut tidak dikontrol.
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan, pengalaman training dan motivasi kerja secara bersama-sama dengan kinerja instruktur.
5. Tingkat pendidikan, pengalaman training dan motivasi kerja dapat memprediksi variasi kinerja instruktur sebesar 46,884 persen.
6. Tingkat pendidikan memberikan sumbangan efektif lebih besar dalam menjelaskan kinerja instruktur (30,657 persen) dibanding pengalaman training (9,363 persen) dan motivasi kerja (6,864 persen).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan agar instruktur diberi kesempatan untuk melanjutkan pendidikan formalnya ke jenjang yang lebih tinggi, instruktur yang pengalaman trainingnya masih kurang perlu ditingkatkan lagi sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi yang ada di dunia kerja. Faktor-faktor motivator dan pemelihara perlu diperbaiki, dikembangkan dan ditingkatkan agar mampu mendorong meningkatkan motivasi kerja instruktur. Bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti kinerja instruktur agar alat ukur yang ada lebih disempurnakan dan menambah variabel-variabel bebas lain sebagai prediktor, disamping pendekatan kuantitatif kiranya perlu juga dilengkapi dengan pendekatan kualitatif."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Pamungkas
"Tren positif pertumbuhan apartemen di provinsi DKI Jakarta, dipandang sebagai suatu potensi untuk menggali Penerimaan Asli Daerah (PAD) melalui retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan hunian apartemen di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi derajat kesediaan membayar, besaran surplus konsumen dan mengetahui faktorfaktor apa yang mempengaruhi besaran kesediaan membayar retribusi pelayanan persampahan hunian apartemen di Provinsi DKI Jakarta.
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang digunakan untuk menganalisa secara deskriptif kuantitatif. Teknik untuk pengambilan sampel adalah stratified random sampling dengan 100 responden. Dengan target apartemen yang merata untuk lima wilayah kota Administrasi Jakarta.
Dari penelitian ini diketahui besaran kesediaan membayar responden, total kesediaan membayar (Total WTP) dan surplus konsumen. Secara parsial menyatakan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap WTP. Sedangkan jumlah tanggungan dan tingkat pendapatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadapWTP.

Positive trend growth of apartments in Province of DKI Jakarta, seen as a potential to explore region own source revenue (PAD), through waste/cleaning services retribution residential apartment in Province of DKI Jakarta. The goal from this research is to identify the degree of willingness to pay, amount of consumer surplus and determine what factors affect the amount of willingness to pay for waste/cleaning services retribution residential apartment in Province of DKI Jakarta.
This research used primary and seconder data, used quantitive descriptive analysis. Technique for taking sample is stratified random sampling with 100 respondens. With a target that is evenly distributed apartment for five municipalities of Jakarta Administration.
From this research we know amount of respondent's willingness to pay, total willingness to pay (Total WTP) and consumer surplus. Partially stated that the education levels had no significant effect on WTP. While the number of dependents and income levels had a significant effect on WTP.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T42564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandang
"Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta dalam rangka melaksanakan tugas di bidang kebersihan lingkungan telah menetapkan visi dan misi yaitu "Menjadikan kota Jakarta yang bersih, sebersih ibukota yang telah maju dengan memberdayakan masyarakat". Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, Dinas Kebersihan Provinsi DK1 Jakarta menghadapi berbagai tantangan, khususnya terkait dengan kualitas kinerja aparatur Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta. Dalam kaitan ini, permasalahan yang muncul adalah
(1) Bagaimana gambaran profil sumber daya aparatur saat ini?
(2) Bagaimana implikasi profil sumber daya aparatur saat ini terhadap perencanaan stratejik pengembangan sumber daya aparatur? (3) Bagaimana perencanaan pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan untuk merealisasikan visi Dinas Kebersihan?
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah (1) Untuk memperoleh gambaran atau profil sumber daya aparatur (2) Untuk menganalisis implikasi profil sumber daya aparatur Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta (3) Untuk menganalisis jenis-jenis pendidikan dan pelatihan yang diperlukan oleh masing-masing unit. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah sebagai bahan masukan untuk pertimbangan perumusan kebijakan perencanaan pengembangan sumber daya aparatur.
Dari segi metode penelitian, pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini pada dasarnya pendekatan kuantitatif. Sedangkan tipe penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis. Populasi penelitian ini adalah seluruh aparatur di lingkungan Kantor Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian adalah 773 orang yang berasal dari 9 unit satuan kerja di lingkungan Kantor Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta.
Berdasarkan hasil studi lapangan melalui teknik wawancara, diskusi kelompok inti dan studi dokumentasi data kepegawaian sebagaimana yang tertuang dalam DUK diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Sebagian besar pegawai di lingkungan Kantor Dinas Kebersihan berusia produktif, dengan latar belakang pendidikan SD dan SLTA. Ditinjau dari kebutuhan diktat, maka setiap unit satuan kerja memerlukan berbagai jenis diktat. Adapun jenis pendidikan yang relevan dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis jenjang pendidikan antara lain Pascasarjana (S2) sebanyak 32 orang dengan 13 disiplin ilmu, Strata-1 sebanyak 89 orang dengan 17 disiplin ilmu, dan Diploma 215 orang dengan 31 disiplin ilmu. Sedangkan jenis-jenis pelatihan yang dibutuhkan terbagi ke dalam tiga kelompok antara lain diklatpim sebanyak 66 orang dengan tiga jenis diklatpim, diktat teknis manajemen sebanyak 190 orang dengan 11 jenis pelatihan, dan diktat teknis substantif sebanyak 492 orang dengan 27 jenis pelatihan.
Atas dasar gambaran profil saat ini, dalam penelitian ini diajukan rekomendasi kebijakan yang terkait dengan perencanaan stratejik perekrutan karyawan, sistem pengorganisasian pekerjaan, sistem pembinaan karir, pengembangan kemampuan pegawai dan perlunya pengembangan sistem informasi kepegawaian."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12299
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiswan
"The main duties and functions of Employee's Education and Training Center (ETC) of Department Justice and Human Rights are to conduct, to coordinate and to organize especially related with the field of employee's education and training center to all human resources of Department Justice and Human Rights which divided in to 10 units of Echelon I, 59 Echelon II, 203 Echelon III, 549 Echelon IV, also 30 provincial office with total employees consists of 52.188 people.
The factual problems is the existence of phenomenon that the performance level of employees of Education and Training Center isn't optimal. Meanwhile the conceptual problems is if the employees have high quality, so the performance level is also high.
Davis (1993: 227) explain that one's performance is influenced by competence and motivation one has, the competence is influenced by knowledge and skill, meanwhile motivation is influenced by attitude and situation, next the performance of employee and resource will influence the organization's achievements.
The objective of this research is to know and to prove how strong is the performance of employee. This research uses survey sampling or "census" by taking population of all employees of ETC at Department Justice and Human Right especially those who are at staff level consists of 80 people. Meanwhile the instrument that is used to collect variable data of competence is using statement essay form questioner which consists of 17 questions, meanwhile the statement for work motivation variable consists of 9 questions, each score uses liken scale 1 to 5.
Meanwhile performance variable data collecting is by direct scoring to staff performance by each direct superior (Head of subsection or head of sub field). Around 95 % of all performance evaluation at low and mid level of organization is conducted by direct superior of that employee (Robbins, 2001: 260), the scoring instrument that is used is the evaluation design model which developed by James E. Neal (2004 : 25 - 51) with scoring scale 1 to 5.
The data analysis technique uses correlation analysis Spearman rho, the result of finding in the research shows:
1. There is positive and significant relations between competence variable and performance variable, with correlation coefficient (r) is 0.430 with significance level is 0.027, and this relations means that the higher the competence level one has, so the higher the performance level.
2. There is positive and significant relations between work motivation variable and performance variable, with correlation coefficient (r) is 0.445 and significance level is 0.021, and this relations means that the higher an employee is motivated, the higher the performance level.
In order to deal. with Reform Era Nowadays which result a lot of implication especially about strong demand of community to public organization performance especially with changing is service sector, so it is urgent to be balanced with the improvement of human resource quality through education and training way so the knowledge improvements, because along with the improvement of human resource quality will also increase the individual performance, and so on will also influence the organization performance. Result of this research will show that the competence and work motivation of employee has positive and significant relations with employee's performance. So the two factors have big advantage to employee individually.
The performance improvement of employee will be better and will give bigger advantage if started with increasing employees work motivation first, then followed by improving employee competence, because based on result of statistical test, work motivation variable, shows the relation which stronger if compared with the competence variable even the score differences is not too big. The policy directs to the improvement of employee work motivation should orient the valent factor, hope and instrumentality. Meanwhile, the improvement of employee's competence should be by giving education and training based on competence which is suited organizational needs."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Marlina
"Sampah yang dihasilkan di DKI Jakarta tiap harinya adalah sebanyak 25.176 m3 (Dinas Kebersihan DKI Jakarta) sedangkan yang tertanggulangi sebesar 24.162 m3 (95,97 %).
Banyaknya jumlah sampah yang dihasilkan ini mengakibatkan meningkat pula beban Pemda DKI Jakarta untuk membiayai pengelolaan sampah agar sampah tidak menumpuk dan berserakan dimana-mana. Salah satu sumber pembiayaan bagi kegiatan penanggulangan sampah adalah dari penerimaan retribusi kebersihan. Namun dalam kenyataannya potensi retribusi yang ada belum tergali secara optimal sehingga target penerimaan retribusi sampah belum dapat terpenuhi sesuai dengan potensi yang ada. Hal ini disebabkan antara lain belum optimalnya tingkat pemungutan retribusi dan struktur tarif yang belum mencerminkan biaya pengelolaan kebersihan. Tetapi umumnya pemerintah daerah tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai harga layanan yang diberikannya. Susunan tarif untuk suatu layanan tertentu sering mempertimbangkan aspek keadilan, tetapi seringkali tidak terkait erat dengan biayanya.
Penelitian ini ingin menganalisis bagaimana struktur tarif retribusi kebersihan di DKI Jakarta, apakah tarif retribusi sudah memenuhi prinsip cost recovery atau belum dan bagaimana peranan retribusi kebersihan terhadap biaya pengelolaan kebersihan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitis. Subyek penelitian adalah Tarif Retribusi Kebersihan di DKI Jakarta, sedangkan unit analisa adalah Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Instrumen yang digunakan dalan penelitian ini adalah wawancara langsung dengan menggunakan pedoman wawancara. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pejabat dan pegawai Dinas Kebersihan DKI Jakarta sedangkan data skunder diperoleh dari studi kepustakaan dan penelusuran dokumen yang ada hubungannya dengan tarif retribusi kebersihan. Data skunder yang diperoleh melalui penelusuran dokumen dilakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif sedangkan data primer yang diperoleh melalui wawancara dilakukan analisis secara kualitatif.
Teori yang digunakan adalah teori tentang public goods, private goods dan mix goods sebagai dasar untuk menentukan apakah suatu pelayanan dibiayai dengan pajak atau dengan retribusi. Dasar dari retribusi adalah cost recovery. Kebijakan mengenai tarif retribusi dapat diambil pemerintah di atas biaya atau di bawah biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan pelayanan. Retribusi di bawah biaya umumnya diambil bila pelayanan pada dasarnya adalah suatu public goods, apabila pelayanan sebagian swasta dan sebagian lagi pemerintah, pelayanan private goods yang dapat disubsidi dan private goods yang mungkin disubsidi karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Sedangkan retribusi di alas biaya biasanya dikenakan untuk tujuan-tujuan pengaturan yang melibatkan sedikit biaya langsung, untuk memperkuat disiplin atas konsumsi dan karena adanya permintaan yang cukup banyak dan penduduk mau membayar tinggi untuk hal itu karena tingkat keperluannya atau popularitasnya dan keterbatasan suplainya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarif retribusi kebersihan yang sekarang berlaku di DKI Jakarta belum menggarnbarkan semua pengeluaran yang diperlukan untuk biaya pengelolaan kebersihan. Tarif ditetapkan di bawah biaya yang diperlukan untuk pengelolaan kebersihan sehingga prinsip cost recovery tidak bisa dicapai.
Retribusi tidak bisa dipungut sesuai dengan potensi yang ada karena struktur tarif yang ada pada Perda tidak dilaksanakan sepenuhnya, yang dipakai adalah tarif minimum, khususnya untuk obyek rumah tinggal dan toko padahal rumah tinggal merupakan penyumbang retribusi yang terbesar (sekitar 50 %) dari total retribusi yang berhasil dipungut. Retribusi yang dipungut hanya bisa membiayai 7,28 % dari total pengeluaran untuk pengelolaan kebersihan.
Dari hasil penelitian ini disarankan agar dalam penetapan tarif retribusi kebersihan sebaiknya mernasukkan belanja pegawai dan biaya pemeliharaan instalasi TPA Bantar Gebang dimana pengeluaran untuk kedua kegiatan tersebut cukup besar. Agar retribusi kebersihan dapat dipungut sesuai dengan potensi yang ada maka pemungutan retribusi harus sesuai dengan tarif yang ada, rangkap tugas sub seksi kebersihan keluralian dipisahkan antara pengawas operasional kebersihan dan sebagai petugas pemungut retribusi dan Dinas Kebersihan harus meningkatkan pelayanan kebersihan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12274
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>