Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74682 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"With reference to Homi Bhabha's concept of dissemination(1994) which suggests that the writing of a nation is a double-writing constructed from pedagogical and performative disourses with the possibility of generating tensions which question...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muchammad Nasucha
"Informasi merupakan suatu hal yang sangat periling arti dan perannya bagi setiap manusia. Baik dalam konteksnya sebagai seorang individu ataupun individu yang merupakan bagian dari konteks yang Iebih luas Iagi seperti organisasi bahkan inter-organisasi.Seluruh tindakan manusia dalam semua tataran akan selalu didasarkan kepada informasi yang dimilikinya. Perubahan drastis yang terjadi sekarang inipun baik di dalam negeri maupun di luar negeri -dalam konteks yang lebih Iuas lagi- disebabkan oleh satu hal ini (informasi). Tanpa informasi bisa dibayangkan bagaimana keadaan yang terjadi, manusia akan berada dalam ketidakpastian. Jadi dengan kata lain, informasi adalah suatu hal yang sangat penting bagi setiap individu. Dalam konteks kenegaraan pun demikian Falsafah pembentukan suatu negara adalah untuk melindungi hak-hak setiap warganya terpenuhi, di mana pun dan kapan pun. Jadi hal inipun seharusnya juga menjadi sesuatu yang harus diatur dan dijamin oleh negara, karena segala sesuatu yang terjadi pada negara dan setiap warganya terkait dengan informasi yang dimiliki dan dipahami oleh setiap warga negara.
Pemahaman setiap warga atas sesuatu yang disebut sebagai informasi merupakan sesuatu yang beragam, hal ini seperti juga yang telah banyak disinggung dan dijelaskan dalam berbagai sumber baik itu berupa buku teks, jurnal ataupun lainnya. Keberagaman ini memang terjadi pada setiap manusia karena setiap manusia diciptakan dengan keunikannya masing-masing.
Informasi yang menjadi kebutuhan dasar dan hak setiap individu pada praktiknya diiapangan terkait dengan berbagai bidang seperti ekonomi, politik, sosial, budaya dan lainnya. Informasi politik sangat terkait dengan hak-hak individu dalam konteksnya sebagai warga negara tak bisa dilepaskan dengan pengelolanya atau penyedianya, yang darinya ia mendapatkan dan memenuhi kebutuhan informasi tersebut, Bagairnana keadaan terkait dengan ketersediaan informasi dan Cara mendapatkan informasi -akses informasi- adalah prasyarat utarna bagi terpenuhinya kebutuhan informasi setiap warga.
Untuk mengetahui dan memahami masalah informasi politik yang ada dimasyarakat sekarang ini yang paling mungkin dan tepat adalah dengan melihat dan perspektif para pelaku politik (human relations approach). Ada berbagai kekuatan politik di sekitar kehidupan masyarakat, salah satunya adalah partai politik. Apa informasi politik menurut mereka, bagaimana mereka mendapatkan informasi tersebut dan mengapa mereka menggunakan informasi tersebut.
Konsep atau kerangka teoritis yang digunakan peneliti dalam mengeksplor masalah informasi politik ini adalah pola awal model komunikasi yang ada dalam konteks politik, pernahaman ientang informasi politik, akses dan ketersediaan informasi juga konsep organisasi (human relations atau interpretif approach: yang melihat informasi sebagai konstruk yang dibentuk melalui proses interaksi para pelakunya) terkait dengan komunikasi dan informasi yang bisa menggambarkan secara konseptual hubungan antara informasi politik dan individu/para pelakunya, yang tentunya tidak bisa dipisahkan dengan konteks pribadinya dan organisasinya. dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, ketepatan menentukan metodologi yang didalamnya tercakup asumsi-asumsi metodologi: ontology -informasi, akses informasi dan lainnya merupakan sesuatu yang terkait kuaat dengan nilai subyektif para pelakunya yang relevan dengan konteksnya masing-masing, epistemology: bagaimana peneliti mendekati dan mendapatkan pengetahuan tentang subjek penelitian, peneliti berusaha sedekat mungkin untuk memahami segala hal terkait informasi politik dari perspektif para pelakunya, secara metodologi peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data, analisis dan interpretasi data yang sesuai dengan paradigma penelitian yang dipilih sesuai dengan masalah penelitian dan tujuan penelitian. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal terkait informasi politik maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data interview -mendapatkan informasi yang sifatnya personal-, observasi -mengamati langsung atau pun melalui yang ada di media khususnya terkait dengan tindakan dan hal-hal yang sifatnya urnum, dan studi dokumen atau data lainnya- untuk melengkapi informasi yang tidak didapatkan dan interview dan observasi. Sasaran penelitian ini adalah partai politik yang meliputi para pelakunya disetiap struktur partai (dari pusat hingga grassroots). Kemudian menganalisanya dengan kerangka teoritis dan konseptual terkait -analisis induktif dan analisis perbandingan-. Interpretasi yang dilakukan adalah interpretasi hermeneutic cycles yang merupakan lanjutan dan analisis induktif (lingakaran yang terus menerus).
Dari Penelitian Akses Informasi Politik Publik Indonesia: Perspektif Partai Keadilan Sejahtera ini didapatkan bahwa pemahaman tentang informasi itu sendiri beragam, namun informasi politik yang urnumnya dipahami sebagai informasi politik adalah informasi yang terkait dengan pemerintahan dan partai politik. Melihat ketersediaan dan akses yang ada dari pandangan mereka, maka bisa kits lihat bahwa menurut kebanyakan mereka adalah masih kurang bahkan tidak ada ini tentunya didasarkan atas apa yang mereka alami sehari-hari khususnya dalam konteks politik.
Selanjutnya peneliti rnerekomendasikan bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam pada masyarakat yang berbeda dengan memperhatikan konteks dan karakter-karakter penting terkait masalah informasi nasional. Untuk para pembuat kebijakan untuk memperhatikan segala kebutuhanlhak mereka yang tentunya dengan memahaminya dari kaca mata mereka. Khususnya bagi pemerintah untuk menyiapkan sistem komunikasi dan informasi nasional yang sistematis dan ketersediaan saluran infonnasi (aksesnya) ada dan mudah dijangkau oleh semua warga dimanapun dan kapanpun."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T22019
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bridging different institution within the Indonesian agency for agricultural research and development (IAARD) system and bringing various programs into one focus objective in dissemenation of agriculture technology is a novel approach to acclerate dissemination process...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Ruth Angelika Dwicahya
"ABSTRAK
Skripsi tersebut mendeskripsikan strategi pemanfaatan media sosial dan situs web sebagai media daring yang dilakukan oleh humas instansi pemerintah. Instansi yang menjadi unit observasi pada penelitian ini yakni Kementerian Sekretariat Negara Kemensetneg . Saat ini, instansi pemerintah sedang memulai menggunakan media daring secara aktif. Media daring yang tersebut dikelola oleh Bidang Diseminasi Informasi. Skripsi tersebut bertujuan untuk memahami mengenai pemanfaatan akun media sosial dan situs web Kemensetneg berdasarkan perspektif fungsional dalam pengambilan keputusan. Kemensetneg memiliki peran dan posisi yang sangat strategis sebab pelayanan-pelayanan yang diberikan menyangkut kepentingan nasional. Paradigma yang digunakan adalah konstruktivisme dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data adalah wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian, bila dilihat secara keseluruhan, Humas Kemensetneg telah menjalankan fungsi dan strategi pemanfaatan baik media sosial maupun situs web. Penelitian ini merekomendasikan agar strategi dilakukan dengan spesifik yakni menentukan tujuan berdasarkan SMART dan menyusun perencanaan dengan fishbone diagram. Selain itu, rekomendasi dari penelitian ini adalah penyesuaian konten dan teknis pemanfaatan media sosial dengan target audiens serta kolaborasi dengan pihak-pihak yang terlibat.

ABSTRACT
The research describes the utilization strategy of social media and website as the parts of online media conducted by government public relation. In this era, the government institutions have been starting to utilize online media actively. The online media is handled by Dissemination Information Division. The institution that becomes the observation unit in this research is the Ministry of State Secretariat. That institution has greatly strategic role and strategic position because of the services provided public and national services. The purpose of this research is understanding the utilization of social media accounts and website of that institution refering to functional perspective in decision making. Researcher use constructivism paradigm, qualitative approach which is descriptive. Method of data collections are in depth interview and documentation study. Based on the results of research, overall PR of Ministry of State Secretariat has been running function and utilization strategy both social media and website. This research recommends professional PR to determine specific goal based on SMART and specific planning by creating fishbone diagram. In addition, the recommendations of this research are professional PR should fit content and technical use of social media with the target audience and collaboration with the involved parties."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nurmalasari
"Penelitian mengenai kegiatan berbagi informasi di kalangan pengajar di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB UI) dalam pengembangan ilmu dilakukan pada bulan April 2007. Tujuannya adalah untuk mengetahui kegiatan berbagi informasi di antara pengajar FIB UI dalam pengembangan ilmu yang mencakup motivasi berbagi informasi, kepada siapa berbagi informasi, media yang digunakan, jenis informasi yang dibagi, dan hambatan yang ada dalam berbagi informasi. Penelitian ini berfokus pada pengembangan ilmu di tingkat departemen karena pengelompokkan ilmu terjadi di tingkat departemen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S15197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Gufran Pribadi
"Penelitian ini mengenai penyebaran informasi koleksi audio-visual yang terdapat di Pusat Dokumentasi dan Penelitian Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Penyebaran informasi dilakukan untuk pemenuhan fungsi informasi (Sulistyo-Basuki, 1991:27) perpustakaan terhadap pemakainya. Aspek terpenting dalam manajemen perpustakaan adalah interaksi antara layanan perpustakaan terhadap pemakainya. Secara umum, perpustakaan dipandang sebagai suatu institusi yang terlibat dalam penyebaran informasi (the dissemination of information)_perpustakaan menjadi penghubung antara pengguna dan informasi yang diciptakan. Penyebaran informasi memiliki cara dalam proses terjadinya yakni melalui penyaluran informasi. Saluran informasi dalam proses penyebaran informasi yakni melalui perpustakaan, industri tercetak, radio, telepon, industri pangkalan data, serta televisi. (Rubin, 1998:10) Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, penyebaran informasi koleksi audio-visual di Pusat Dokumentasi dan Penelitian (Pusdoklit) Audio-Visual (AV) Departemen Berita (biasa disebut Redaksi atau News Departement) RCTI dapat melalui saluran informasi (1) tatap muka, (2) telepon, (3) faksimili, (4) surat, (5) intramail, (6) internet, (7) downlink, dan (8) tapeless. Masalah penelitian ini adalah penyebaran informasi koleksi audio-visual yang dilakukan di Pusdoklit AV Redaksi RCTI melalui saluran informasi yang digunakan. Masalah ini muncul dari pertanyaan penelitian, mengapa penyebaran informasi di Pusdoklit AV Redaksi RCTI dilakukan melalui saluran informasi tersebut. Tujuan dilakukannya penelitian tentang penyebaran informasi koleksi audio-visual di Pusdoklit AV RCTI adalah untuk memahami penyebaran informasi koleksi audio-visual yang berlangsung di Pusdoklit AV Redaksi RCTI. Metode penelitian ini dengan analisis semiosis yakni analisis yang menginterpretasikan penyampaian tanda (signs) berupa pesan kebutuhan informasi audio-visual dari pihak yang ditandai (signified) yakni pengguna kepada penanda (signify) yakni petugas. Diadaptasi dari Aart van Zoest (1992:3) dalam Serba-serbi Semiotika. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini tentang penyebaran informasi koleksi audio-visual di Pusdoklit AV Redaksi RCTI adalah penghubung antara interpretasi petugas yang menerima pesan berupa kebutuhan informasi audiovisual pengguna dengan saluran informasi yang digunakan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S15545
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Haudialwan Zakiya
"Di masa pandemi COVID-19, penimbunan menjadi fenomena umum, ketika masyarakat berbondong-bondong ke pasar atau swalayan untuk membeli berbagai kebutuhan mulai dari makanan hingga kebutuhan alat kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi perilaku penimbunan yang terjadi guna mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang fenomena ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyebaran informasi di media sosial yang mengandung stimulus mempengaruhi persepsi konsumen terhadap manfaat yang dirasakan dari menimbun hingga pada akhirnya konsumen memutuskan untuk menimbun. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang dikumpulkan melalui kuesioner yang digunakan secara online melalui media sosial (Whatsapp dan Instagram). Data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan aplikasi PLM-SEM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa risiko yang diterima, tingkat keparahan yang dirasakan, dan kelangkaan yang dirasakan tidak berpengaruh signifikan terhadap manfaat yang dirasakan dari penimbunan dan penimbunan, tetapi norma sosial berpengaruh signifikan terhadap manfaat yang dirasakan dari penimbunan. Hasilnya bisa menjadi acuan untuk menentukan kebijakan dalam menghadapi fenomena panic buying yang berujung pada penimbunan. Oleh karena itu, media harus menyadari bahwa konten yang mereka terbitkan harus bebas dari berita yang dilebih-lebihkan sehingga dapat memberikan informasi yang sebenarnya kepada publik.

During the COVID-19 pandemic, stockpiling became a common phenomenon, when people flocked to markets or supermarkets to buy various needs ranging from food to the need for health equipment. Therefore, it is important to explore the stockpiling behavior that occurs in order to get a clearer picture of this phenomenon. This study aims to find out how the dissemination of information on social media containing stimuli affect consumer perceptions of perceived benefits of stockpiling until the consumer decides to stockpile in the end. This study is survey study collected through questionnaire employed by online through social media (Whatsapp and Instagram). The data is analyzed quantitatively utilizing PLM-SEM app. The results of this study show that perceived risk, perceived severity, and perceived scarcity do not have a significant effect on the perceived benefits of stockpiling and stockpiling, but social norms have a significant effect on the perceived benefits of stockpiling. The result can become a reference for determining policies in the face of the panic buying phenomenon which leads to stockpiling. Therefore, the media must realize that the content they publish must be free from exaggerated news so that they can provide real information to the public."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrul Muhammad Ghiffari
"Era digital semakin berkembang pesat, ditandai dengan semakin banyak platform di internet guna menunjang aktivitas persebaran informasi. Web 2.0 sebagai bentuk inovasi baru di internet dengan tujuan memberikan keleluasaan bagi para pengguna untuk dapat berpartisipasi sebagai produsen maupun konsumen informasi di media digital melalui budaya partisipatoris. Keluaran dari fenomena tersebut ialah kehadiran content creator sebagai penyalur informasi baru di era Web 2.0 pada platform media sosial. Penelitian ini memadukan digital citizenship sebagai landasan etika dalam menjalankan budaya partisipatoris di dunia digital. Sehingga, peran warganet sebagai aktor budaya pengawasan diperlukan untuk menjaga batasan atau pelanggaran content creator yang berpotensi terjadi di dunia digital. Begitu pula bagi warganet sebagai bagian dari berjalannya budaya partisipatoris di media sosial. Penelitian ini berfokus untuk menganalisis budaya partisipatif content creator yang terbilang masih sangat bebas dengan disertai budaya pengawasan dari warganet agar tidak terjadi pelanggaran etika. Hasilnya, pengguna media sosial baik content creator maupun warganet memiliki kesadaran untuk menjaga etika di dunia digital. Namun, tak jarang ditemui ragam perilaku warganet lain yang melewati batas etika. Bentuk-bentuk budaya partisipatoris seperti afiliasi, ekspresi, pemecahan masalah kolaboratif, dan sirkulasi merupakan hasil implementasi yang dilakukan content creator. Sementara, warganet memiliki cara sendiri untuk menjalankan fungsi pengawasan persebaran konten di dunia digital melalui komentar.

The digital era is growing rapidly, marked by the increasing number of platforms on the internet to support information dissemination activities. Web 2.0 as a form of new innovation on the internet with the aim of providing freedom for users to be able to participate as producers and consumers of information in digital media through participatory culture. The output of this phenomenon is the presence of content creators as distributors of new information in the Web 2.0 era on social media platforms. This study combines digital citizenship as an ethical basis for implementing participatory culture in the digital world. Thus, the role of netizens as actors of supervisory culture is needed to maintain the boundaries or violations of content creators that have the potential to occur in the digital world. Likewise for netizens as part of the implementation of participatory culture on social media. This study focuses on analyzing the participatory culture of content creators which is still relatively free accompanied by a culture of supervision from netizens so that ethical violations do not occur. As a result, social media users, both content creators and netizens, have an awareness to maintain ethics in the digital world. However, it is not uncommon to find various other netizen behaviors that cross ethical boundaries. Forms of participatory culture such as affiliation, expression, collaborative problem solving, and circulation are the results of implementation carried out by content creators. Meanwhile, netizens have their own way to carry out the function of monitoring the distribution of content in the digital world through comments."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>