Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26945 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jenpriwati
Jakarta : Kawan Pustaka, 2003
306.7 AJE p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6296
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian berjudul Peran Keluarga dalam Pendidikan Seks pada Anak Pra Remaja untuk menghadapi Menstruasi awal bertujuan untuk mengetahui peran keluarga dalam pendidikan seks pada anak pra-remaja dalam menghadapi menstruasi awal....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Peran komunikasi orangtua dalam pendidikan seks pada remaja bertujuan diketahuinya peran komunikasi orangtua dalam pendidikan seks pada remaja ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Ria Andrini
"Terjadinya peningkatan sikap dan perilaku seksual di kalangan remaja menimbulkan berbagai masalah, karena bukan Jianya tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang ada di Indonesia, namuiTjuga menimbulkan dampak negative lainnya, seperti kehamilan di luar nikah, depresi, penyakit kelamin, bahkan tertularnya penyakit AIDS. Untuk memecahkan permasalahan ini, yang harus dilakukan bukan hanya memperbaiki remajanya saja, tetapi juga dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mendukung usaha tersebut. Isu-isu perilaku seksual remaja, akhirnya selalu berujung pada satu kesimpulan yang sama, yakni pentingnya diberikan pendidikan seks pada remaja sebagai langkah antisipatif untuk mencegah kesalahan perilaku. Orang tua sebagai individu yang terdekat dengan anak seharusnya dapat menerangkan arti yang sebenarnya dari seks dengan cara yang sehat dan baik karena ia sangat berperan dalam pembentukan nilai dan sikap anak. Namun, pendidikan seks itu sendiri menyebabkan timbulnya pendapat yang saling bertentangan dan kerap kali sulit untuk diterapkan oleh orang tua karena adanya nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat yang menganggap seks merupakan suatu hal yang tabu untuk dibicarakan.
Dari permasalahan inilah, maka ingin diketahui bagaimana intensi orang tua untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya. Penelitian ini berdasarkan teori Planned Behavior (Ajzen, 1988) yang merupakan respon dan pengembangan dari teori Reason Action. Teori ini mengatakan bahwa intensi adalah penentu langsung dari tingkah laku dan pengukuran intensi yang tepat akan memberikan peramalan tingkah laku yang akurat. Lebih lanjut, teori ini menyatakan bahwa intensi ditentukan oleh tiga faktor, yaitu sikap terhadap tingkah laku, norma subyektif, dan perceived behavior control (baik perceived behavior control belief (PBCb), maupun perceived behavior control direct (PBCd)). Dalam menentukan intensi, masing-masing faktor memiliki kekuatan yang berbeda-beda dan perbedaan tersebut dapat menjelaskan latar belakang timbulnya intensi yang hendak diteliti.
Dengan tehnik incidental sampling, sebanyak 116 orang tua yang memiliki anak pra remaja, dilibatkan sebagai subyek penelitian. Prosedur dan alat pengumpulan data mengikuti model Ajzen dan Fishbein (1980). Untuk pengolahan data, digunakan komputer sebagai alat bantu untuk mendapatkan perhitungan persentase, korelasi pearson, regresi berganda, t-test, dan anova.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah subyek penelitian ternyata memiliki intensi yang kuat untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya. Selain itu, juga diketahui bahwa terdapat hubungan linear antara sikap, norma subyektif, PBC (baik PBCb maupun PBCd) dengan intensi. Dari hasil analisis berganda diketahui hanya PBCb yang tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap intensi. Sedangkan sikap, norma subyektif, dan PBCd memiliki pengaruh yang siginifikan, dengan sumbangan terbesar diberikan oleh norma subyektif. Jadi, intensi orang tua untuk memberikan pendidikan seks kepada anak remajanya sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka mengenai harapan orang-orang yang dianggap penting bagi dirinya agar ia memberikan pendidikan tersebut kepada anak remajanya.
Dari penelitian ini juga diketahui bahwa hampir separuh subyek penelitian berpendapat bahwa pendidikan seks kepada remaja paling baik diberikan oleh orang tuanya sendiri dan separuh dari jumlah subyek menyetujui pemberian pendidikan seks kepada anak di usia remaja awal (12 -15 tahun).
Beberapa saran yang dapat dikemukakan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebaiknya jumlah sampel diperbesar dengan penyebaran berdasarkan data kontrol yang merata sehingga dapat dilakukan pengolahan statistik lebih lanjut, untuk mendapatkan hasil yang lebih kaya dan rinci. Selain pemberian kuesioner, sebaiknya juga dilakukan wawancara untuk mendapatkan jawaban yang lebih kaya dan akurat dalam peramalan intensi. Selanjutnya juga disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut, seperti topik-topik masalah seks yang sering dibicarakan dan ditanyakan antara anak dan orang tua, disarankan agar melakukan wawancara kepada para orang tua karena ternyata dari penelitian ini diketahui terdapat perbedaan pengetahuan antara apa yang ingin diberikan orang tua dan yang ingin diketahui anak. Pengetahuan mengenai pendidikan seks, ternyata bukan hanya diperlukan bagi remaja, tetapi juga bagi orang tua karena berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks masih kurang. Hal bisa dilakukan dengan memperbanyak seminar, menyediakan buku-buku panduan mengenai pendidikan seks, dll. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boyke Dian Nugraha
Jakarta: Bumi Aksara, 1995
613.951 BOY p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Hubungan seksual sebelum nikah pada remaja merupakan masalah yang serius, berhubungan dengan peningkatan penularan penyakit menular seksual, mempunyai pasangan lebih dari satu, dan kehamilan dini. Suatu kerangka kerja model perilaku terintegrasi (Integrated Behavioral Model, IBM) digunakan untuk menilai berbagai faktor prediktor hubungan seksual prematur pada remaja. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi inisiasi hubungan seksual sebelum nikah pada remaja level 10 dan 11 berdasarkan kerangka kerja IBM, meliputi komunikasi tentang seks kelompok peers, orang tua, paparan perilaku pornografi, kepercayaan normatif, agen personal, dan keinginan hubungan seksual. Metode yang digunakan adalah menyertakan 626 responden dalam survei awal. Responden adalah siswa sekolah menengah atas level 10 - 11 di kota Denpasar. Data dikumpulkan dengan kuesioner laporan sendiri khususnya prediktor inisiasi hubungan seksual sebelum menikah. Penelitian ini menemukan bahwa pajanan pornografi, perilaku langsung dan tidak langsung berhubungan secara signifikan dengan inisiasi hubungan seksual sebelum nikah (nilai p < 0,05). Remaja laki-laki tampaknya melakukan lebih banyak aktivitas seksual daripada remaja perempuan. Penelitian ini berimplikasi terhadap pemahaman perilaku langsung dan pajanan pornografi mungkin digunakan dalam meningkatkan program kesehatan dan kesehatan remaja.

Premarital sexual inisiation on adolescence is a serious problem, associated with increased transmition sexually transmitted disease/STD, had having more partners, and early pregnancy. An Integrated Behavioral Model (IBM) framework used to assess predictors of premarital sexual on adolescents. The purpose of this research is to explore predictors of premarital sexual inisiation in adolescents grade 10 and 11 based on IBM framework, includes: communication about sex with peers, parents, pornography exposure, attitude, normative belief, personal agency, and intention to have sex. Method that used is 626 respondent included in earlier survey, and respondent were students of senior high school grade 10 ? 11 in Denpasar City. Data collected with self reported questionaire particularly predictor of premarital sexual initiation. The result found that pornography exposure, indirectly attitude, and directly attitude were significantly associated with premarital sexual initiation (p < 0,05). Male adolescents engage in more sexual activity like premarital sexual inisiation than female adolescents. This study has implications for understanding how directly attitude and pornography exposure may be used in intervention to promoting adolescents health program and adolescents ressiliency."
Jakarta: Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar Bali, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Isni Nur Aini
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S2805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Rachmawati
"Pendidikan seks adalah pendidikan jenis kelamin, yakni bagaimana mendidik anak menjadi normal, baik laki-laki atau perempuan, tidak menjadi homoseksual, lesbi, atau banci, tidak ada gangguan orientasi seksual (Hawari, 1999). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi persepsi orang tua terhadap pentingnya pendidikan seks pada anak usia remaja. Penelitian ini dilakukan di kelurahan Paseban pada tanggal 19 - 29 November 2001 denganjumlah responden 30 orang. Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif sederhana. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik simple random sampiing. Alat pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini adalah, kuesioner yang terdiri dari 15 buah pertanyaan dan disusun berdasarkan variabel yang terkait, yaitu persepsi dan pendidikan seks. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan tes tendensi semral, prosentase dan standar deviasi. Setelah diuji dengan mean dan standar deviasi diperoleh bahwa 80% respondcn memiliki persepsi positif terhadap pentingnya pendidikan seks pada anak usia remaja dengan nilai rata-rata 49.3 dan standar deviasi 5.48."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5034
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>