Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112404 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sumarah Adhyatma
"Buku yang berjudul "Manik-manik di Indonesia : beads in Indonesia" ini ditulis oleh Sumarah Adhyatman dan Redjeki Arifin. Buku ini membahas berbagai macam manik-manik yang berada di Indonesia."
Jakarta: Djambatan, 1993
R 746.5 ADH m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Singapore: Times Editions , 1988
R 735 SEN
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Sarwo Trengginas
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan unsur-unsur Renaissance pada bangunan Javasche Bank atau yang sekarang dikenal sebagai Museum Bank Indonesia. Pada abad ke-19 pengaruh gaya “Indische Empire Style” membanjiri bangunan yang ada di Hindia Belanda. Pengaruh gaya tersebut membuat bangunan-bangunan di Hindia terlihat mewah nan megah dan bangunan tersebut dibangun seakan-akan seperti berada di Eropa. Salah satu unsur yang melekat pada bangunan kolonial pada masa itu adalah Renaissance. Renaissance yang menampilkan unsur-unsur Klasik seperti pilar-pilar Romawi, dormer, lucarne, louvre, Tympanium dan unsur-unsur Eropa lainnya menghiasi kota-kota besar di Hindia Belanda seperti Semarang, Surabaya, Bandung, dan tentu saja Batavia. Pada masa sekarang bangunan-bangunan kolonial yang memiliki unsur ini dapat dijumpai di Kota Tua. Salah satunya adalah gedung Museum Bank Indonesia. penelitian ini mencoba untuk menjelaskan unsur Renaissance pada bangunan tersebut.

The aim of this research is to explain Renaissance’s elements in Javasche Bank building or known as Bank of Indonesia Museum. In 19th century the influence of the “Indische Empire” style were flooding the buildings in the Dutch East Indies (Hindia Belanda). This influence made the buildings in the Dutch East Indies (Hindia Belanda) looked magnificent and luxurious. Moreover, it made the buildings seemed to be like being in Europe. One of the inherent elements in those buildings was Renaissance. Renaissance showed classic’s elements like Roman pillars, Dormer, Lucarne, Louvre, Tympanium, and another Europe’s elements that decorated big cities in the Dutch East Indies (Hindia Belanda) such as Semarang, Surabaya, Bandung and of course Batavia. In the present time, the colonial’s buildings that had these elements are located in Jakarta Old Town. One of those buildings is Museum Bank Indonesia. This research tries to explain Renaissance’s elements in that building.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Purser, Warwick
Jakarta: Equinox Publishing Indonesia, 2005
R 745.5 PUR m
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
"Penelitian ini dilakukan terhadap sepuluh situs Islam di sepanjang pantai utara Jawa. Dimulai dari Cirebon, Demak, Jepara, Kudus, Gresik, Tuban dan Lamongan. Pemilihan situs-situs ini terkait dengan sejarah awal masuknya Islam ke Jawa, Dalam pengamatan ini yang menjadi unit analisis adalah bangunan-bangunan yang ada pada situs-situs Islam meliputi mesjid, kompleks makam dan keraton. Ketiga unit analisis ini dapat dianggap sebagai penanda keislaman karena memang mesjid dan kompleks makam sangat berkait dengan kegiatan keagamaan, sedangkan keraton dari masa Islam dapat diajukan sebagai penanda karena keterkaitannya dalam sejarah. Pengamatan terhadap ragam bias yang dipakai pada bangunan Islam dapat dijadikan data yang penting untuk menjelaskan sejauh mana Islam diserap dalam kebudavaan Jawa dan sebaliknya bagaimana Islam dapat diakomodasikan dalam kebudayaan Jawa. Dalam hal ini ragam hias dapat dianggap sebagai suatu penanda, apakah melalui bentuknya ataupun melalui pemaknaannya. Dui seluruh data yang ada, ragam bias dapat digolongkan dalam beberapa bentuk motif"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
D1833
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irmawati Marwoto Johan
Depok: Universitas Indonesia, 2003
D1832
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rawung, Josephine Imelda Wiesye
"Kajian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi dan keletakan medalion di Percandian Panataran. Medalion adalah ragam hias berbentuk lingkaran atau oval, yang di dalamnya dipahatkan suatu obyek atau figur dalam bentuk relief. Medalion di percandian Panataran dipahatkan dalam bentuk relief tinggi dan berselang-seling dengan panil relief cerita Ramayana seperti di candi Induk serta menembus ruang dalam candi dan berselang-seling dengan arca tokoh seperti di candi Naga. Di dalam medalion tersebut dipahatkan sejumlah hewan yang terdiri dari berbagai jenis, yaitu mamalia, unggas, reptil, dan hewan mitos. Di candi Induk Panataran salah satu hewan rnitos yaitu hare dipahatkan dalam medalion yang letaknya mengapit tangga nark candi dan pada bagian awal dan akhir kisah Ramayana. Penempatan medalion berhiaskan hare tersebut selain sebagai pembatas panil relief cerita dan penunjuk awal dan akhir rangkaian relief cerita Ramayana, kemungkinan juga dimaksudkan agar orang yang membaca relief cerita tersebut untuk melakukan yoga. Pemahatan hewan-hewan dalam medalion di candi Induk Panataran sangat mungkin dimaksudkan (1) untuk menghormati dewa dan dewi yang dilambangkan dengan adanya penggambaran hewan-hewan yang berhubungan dengan dewa atau dewi, misalnya sebagai vahana atau atributnya, (2) penggambaran berbagai jenis hewan pada percandian tersebut merupakan perlambangan dewa Siva sebagai Penguasa Hewan."
1996
S11894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Wibawarta
"ABSTRAK
Hubungan Jepang-Indonesia sudah berlangsung sejak lama, jauh sebelum perang dunia II. banyak aspek dalam hubungan Jepang dan Indonesia yang luput dari perhatian, salah satunya adalah hubungan dalam bidang seni beladiri.
Seni beladiri Jepang masuk ke Indonesia melalui beberapa jalur atau cara. Namun yang paling fenomenal ketika banyak mahasiswa Indonesia memperoleh beasiswa untuk belajar di Jepang, sebagai hasil dari perjanjian pembayaran pampasan perang. Tak diduga ternyata banyak mahasiswa Indonesia yang mempelajari berbagai seni beladiri Jepang dan membawanya pulang ke Indonesia.
Di Indonesia, seni bela diri Jepang, seperti karate dan judo, dengan cepat merebut perhatian masyarakat dan menjadi sangat populer, bahkan mampu menggusur seni beladiri asli Indonesia, pencak silat.
Dalam perjalanannya, seni beladiri Jepang telah berhasil menegakkan eksistensinya, sekalipun masalah-masalah organisasi, teknik dan dana tetap ada."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Taylor, Paul Michael
Washington D.C : National Museum of Natural History, 1991
R 709.598 TAY b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"Biaro-biaro di Padanglawas mempunyai banyak temuan kearcaan yang berhubungan Dewa Siwa. Itu semua memperlihatkan relief tentang orang atau raksasa dalam berbagai pose seperti di Biaro Bahal I, Biaro Tandihat I, dan Biaro Pulo. Pose yang berhubungan dengan tari tradisional dan sesuai dengan Siwa sang penghancur, pada saat ini ada persamaan dengan tari tradisional dengan suku bangsa Pakpak di Sumatera Utara. Juga ditemukan beberapa bukti seperti trisula, beberapa pose dari Siwa Tandawa, cerita tentang Hutan Thilai, Nandi dan Ganesa, kesemuanya berhubungan dengan Dewa Siwa sebagai dewa agama Hindu. Untuk memahami latar belakang keagamaan di Biaro-biaro Padanglawas maka digunakan penalaran induktif deduktif dari berbagai data arkeologis. Hasil yang dicapai meliputi beberapa pose tari dan relief tokoh yang ada di Biaro Tandihat I memperlihatkan kesamaan dengan cerita tarian Dewa Siwa dari beberapa tempat dan adanya pengkultusan kepada Dewa Siwa."
SBA 17:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>