Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105557 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Surabaya: Dinas Kesehatan Daerah. Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur, 1993
R 016.61 BIB
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini berisi mengenai data bibliografi bidang kesehatan yang terbit tahun 1990-1991 di Jawa Timur.;Buku ini berisi mengenai data bibliografi bidang kesehatan yang terbit tahun 1990-1991 di Jawa Timur."
Surabaya: Dinas Kesehatan, 1992
R 613.074 BIB
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Surabaya: Dinas Kesehatan Daerah, 1994
R 613.06 IND b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Surabaya: Dinas Kesehatan Daerah. Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur, 1993
R 016.61 IND
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Surabaya: Dinas Kesehatan Daerah, 1994
R 613.016 IND b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Djuhar
"ABSTRAK
Abad ke-20 disebut oleh para ilmuwan sebai;ai abad le_dakan ilmu pengetahuan. Hasil-hasil penelitian dan pengem_bangan disusun dalam bentuk paket-paket ilmu pengethuan, umumnya dalam bentuk literatur, dan disebarluaskan Demi_kian seterusnya, sehingga terjadilah apa yang disebut se_bagai ledakan literatur atau yang lebih dikenal dengan sebutan ledakan informasi (information explosion).
Timbulnya ledakan informasi membuat pemakai informasi tidak lagi dapat mengikuti perkembangan ilmu yang diminati_nya atas swadaya sendiri. Waktu yang terbatas untuk mencari informasi, lokasi tempat kerja yang berjauhan dengan per_pustakaan atau pusat-pusat informasi, semakin meningkatnya pertumbahan jumlah dan macam literatur yang diterbitkan, serta meningkatnya harga-harga terbitan, merupakan bebera_pa faktor yang menyebabkan para ilmuwan menjadi tergantung pada layanan perpustakaan dan pusat-pusat informasi dalam mendapatkan dan memenuhi kebutuhan mereka akan informasia Di pihak lain, keterbatasan dana dan sarana telah menyebab_kan kebanyakan perpustakaan dan pusat informasi tidak mung_kin lagi berswasembada dalam pelayanannya. Kerjasama dalam bentuk sistem jaringan menjadi keharusan.

"
1984
S15229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutanto Priyo Hastono
"Latar belakang. Angka kematian perinatal di Indonesia masih tinggi. Angka kematian perinatal pada tahun 1980 sebesar 46 per 1000 kelahiran dan pada tahun 1986 didapatkan angka kematian perinatal sebesar 40,5 per 1000 kelahiran. Salah satu faktor yang diduga mempunyai daya ungkit yang besar dalam menurunkan kematian perinatal adalah pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal yang baik akan dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu selama hamil, sehingga dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.
Tujuan. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara pelayanan antenatal dengan kematian perinatal.
Metode. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Studi Prospektif Keluarga Berencana dan Kesehatan di Kecamatan Gabus Wetan dan Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu. Jumlah sampel penelitian adalah 1284 ibu hamil anggota rumah tangga sampel studi KB-Kesehatan yang melahirkan bayi dari periode I Juni 1991 sampai dengan 30 Desember 1992 dan diamati minimal selama 3 bulan dari seluruh masa kehamilannya. Pelayanan antenatal dilihat dari segi kualitasnya, yaitu melihat pelayanan antenatal selain dari jumlah kunjungannya, juga memperhitungkan jenis pemeriksaan yang diterima selama masa kehamilan.
Hasil. Setelah dikontrol variabel kovariat penolong persalinan dan kondisi persalinan, risiko kejadian kematian perinatal pada ibu hamil yang memperoleh kualitas pemeriksaan buruk 5 kali lebih tinggi dibandingkan ibu hamil yang memperoleh kualitas pemeriksaan baik (OR=4,7, 95% CI:1,59-12,86, p=0,0037). Nilai Atributable Risk sebesar 78,5 %, artinya bila semua ibu hamil memperoleh pemeriksaan kehamilan dengan kualitas baik, maka akan menurunkan kejadian kematian perinatal sebesar 78,5 %.
Kesimpulan. Angka kematian perinatal pada penelitian ini adalah 40,5 per 1000 kelahiran. Kualitas pemeriksaan kehamilan yang baik akan dapat mengurangi risiko kejadian kernatian perinatal. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"To implement health decentralization, Ministry of Health has launched Health Ministerial Decree No. 004 year 2003, stating that in order to strengthen health management in decentralization era there was a need to facilitate health research and development in local government. The study was to conduct a Training Need Assessment (TNA) for local human resources in health research and development. This TNA study was a case study in East Kalimantan Timur Province, with the samples of Balitbangda provinsi/kabupaten/kota, Dinas Kesehatan provinsi/kabupaten/kota, and Bappeda provinsi/kabupaten/kota. From ten basic substances questioned to respondents, i.e. (i) research institution management, (ii) research project management, (iii) research methodology, (iv) Health Systems Research (HSR) methodology, (v) qualitative data analysis, (vi) quantitative data analyisis, (vii) multivariate statistical analysis, (viii) scientific article writing, (ix) policy analysis, and, (x) advocacy of research results, the study has shown most of human resources' competence falling in the category of "fair competence" and "intennediate competence" and a smallportion of them in the category of "no competence" and "excellent". If seen from the institutions' need, above 83% has stated that there was a need for such substances. Seen from the availability of training of the substances by the institutions, above 80% has stated unavailable by the institutions. From the perspective of individuals' need, above 80% stated that the training of such substances was in need by the respondents. To improve health research and development in local government, the study recommended (i) National Institute of Health Research and Development has to produce standard training modules, both research management and research methodology, to improve human resources'competencies of local government, (ii) a facilitation model of health research for local goverment has to involve research and development institutions, i.e. Bappeda, Dinas Kesehatan, Balitbangda, and Badan Diklat Daerah, (iii) human resources to be trained were from Balitbangda, Bappeda or Dinas Kesehatan, depending on the institutions' current situation.
"
BULHSR 9:4 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"To implement health decentralization, Ministry of Health has launched Health Ministerial Decree No. 004 Year 2003, stating that in order to strengthen health management in decentralization era there was a need to facilitate health research and development in local government. The study was to conduct a training need assessment for local human resources in health research and development. This TNA study was a case study in East Kalimantan, would samples of Balitbangda Provinsi/Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan, and Bappeda. From 10 basic substances questioned to respondent it has shown most human resources competent falling in the category of fair competence and intermediate competence. If seen from the institution needs above 83% has stated that there was a need for such substances. Seen from availability of training of the substances by the institution above 80% has stated unavailable. From prespective of individual needs above 80% stated that the training was in need by the respondents."
BULHSR 9:4 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendahuluan: Program kesehatan lingkungan (kesling) merupakan upaya preventif untuk meningkatkan kualitas
kesehatan lingkungan, sehingga bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan manusia dan sesuai Kepmenkes RI No. 1428/2006, yaitu kesling wajib di laksanakan puskesmas. Tujuan: adalah mengkaji perbedaan pelaksanaan program pelayanan kesehatan lingkungan antar puskesmas perkotaan dengan perdesaan, perbedaan output kinerja program kesling berdasarkan ketersediaan tenaga sanitarian/kesling dan pemberian feed back kinerja antar puskesmas. Metode: Analisis perbedaan melalui metode diskriptif berupa tabel dan grafik dari data sekunder Rifaskes 2011. Populasi adalah puskesmas di Kabupaten Tuban sekaligus sebagai total sampel dan puskesmas sebagai unit analisis. Hasil: Puskesmas di Kabupaten Tuban belum optimal melaksanakan seluruh program kesehatan lingkungan.
Beda pukesmas perkotaan dan perdesaan adalah puskesmas perkotaan tidak semua program kesling dilaksanakan,
sedangkan perdesaan melaksanakan semua program pelaksanaan kesling, tetapi hasilnya belum maksimal. Ada perbedaan ketersediaan tenaga sanitarian antar puskesmas termasuk dalam mencapai output dan ada perbedaan antar puskesmas yang melaksanakan penilaian kinerja dengan memperoleh feed back hanya 9 (27%) puskesmas saja, dan manfaat feed back belum berpengaruh pada perbaikan kinerja program kesling. Kurang 50% puskesmas memperoleh kinerja dengan kategori ”baik” pada penilaian TTU dan program kesling yang lain masih termasuk kinerja ”kurang baik”. Kesimpulan: Secara diskriptif ada perbedaan pelaksanaan program kesling antara puskesmas, ketersediaan tenaga sanitarian masih
kurang dan manfaat feed back belum berpengaruh untuk perbaikan kinerja program kesehatan lingkungan."
613 BULHSR 17:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>