Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187067 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferry Ardiyanto
"Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang sedang berkembang pesat. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan yang signifikan dalam hal jumlah reksa dana, jumlah pemodal, dan total Nilai Aktiva Bersih. Oleh karena itu, pemodal semakin banyak memiliki pilihan sehingga selain mempertimbangkan manfaat yang dapat diberikan oleh reksadana, pemodal juga harus melihat kinerja reksa dana tersebut.
Pada penelitian ini kinerja reksa dana yang akan diteliti dibatasi pada kinerja manajer investasi dalam hal stock selection ability dan market timing ability. Stock selection ability adalah kemampuan manajer investasi dalam memilih saham yang tepat yang akan dimasukkan atau dikeluarkan dari portofolio reksa dana sehingga memberikan imbal hasil yang lebih baik daripada imbal hasil pasar. Market timing ability adalah kemampuan manajer investasi untuk memilih saat yang tepat dalam membeli atau menjual saham dalam portofolio reksa dana.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah manajer investasi mempunyai stock selection ability dan market timing ability atau tidak. Model yang digunakan adalah Model Treynor dan Mazuy (1966) dan Model Henrikkson dan Merton (1981), Berdasarkan Model Treynor dan Mazuy, diregresikan antara kelebihan imbal hasil portofolio sebagai variabel terikat dengan kelebihan imbal hasil pasar dan kuadrat kelebihan imbal hasil pasar sebagai variabel bebas. Pada Model Henrikkson dan Menon, diregresikan antara kelebihan imbal hasil portofolio sebagai variabel terikat dengan kelebihan imbal hasil pasar dan variabel dummy (1 apabila rm-rf> 0, dan 0 apabila lainnya) yang sudah dikalikan dengan kelebihan imbal hasil pasar sebagai variabel bebas.
Hasil penelitian berdasarkan Model Treynor dan Mazuy menunjukkan bahwa dari 14 reksa dana yang diteliti, ternyata manajer investasinya tidak ada yang mempunyai stock selection ability dan market timing ability. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya koefisien Be dan B2 yang positif dan signifikan pada a = 5%.
Sementara itu, hasil penelitian berdasarkan Model Henrikkson dan Merton menunjukkan bahwa hanya 1 dari 14 reksa dana yang diteliti, yang manajer investasinya mempunyai stock selection ability. Reksa dana tersebut adalah BNI Reksa Dana Berkembang dengan koefisien 6g sebesar 0.018622 (signiikan pada a = 5%). Artinya stock selection ability memberikan kontribusi peningkatan imbal hasil reksa dana BNI Reksa Dana Berkembang sebesar 1.8622 basis poin per bulan untuk setiap kenaikan imbal hasil reksa dana BNI Reksa Dana Berkembang sebesar 100 basis poin per bulan dengan asumsi tidak ada variabel lain yang mempengaruhi.
Sedangkan hasil penelitian terhadap market timing ability menunjukkan bahwa tidak satupun dari 14 reksa dana yang diteliti, yang manajer investasinya rnempunyai market timing ability. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya koefisien 62 yang positif dan signifikan pada a = 5%. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Novitri Muliani
"Meningkatnya kebutuhan hidup seiring dengan meningkatnya nilai inflasi di indonesia, mengakibatkan butuhnya investasi yang dapat memberikan keuntungan lebih dari nilai inflasi. Hal ini membuat investor berupaya mencari investasi selain deposito sehingga membuat perkembangan industri reksa dana menjadi pesat di Indonesia. Penelitian ini menggunakan model Treynor Mazuy bertujuan untuk bisa memberikan gambaran megenai kemampuan market timing dan stock selection para manajer investasi.
Dari hasil Uji Time Series yang dilakukan untuk bisa menggambarkan kemampuan market timing dan stock selection manajer investasi secara keseluruhan, didapatkan hasil hampir semua manajer investasi mempunyai kemampuan market timing yang buruk. Sementara kemampuan mereka dalam melakukan stock selection jauh lebih baik, tapi hanya memberikan nilai tambah yang sedikit terhadap excess return portofolio pada manajer investasi tersebut.

The growing needs of life along with increasing inflation in Indonesia resulted in the quickness of investment that can provide an advantage over inflation. This makes investors seek investments that can improve their finances, thus making the development of the mutual fund industry to be fast in indonesia. This research employs Treynor Mazuy model to figure up the market timing and stock selection ability of the fund manager.
The result of the Time series test of this model, we could find out that almost all fund managers in Indonesia have bad market timing ability. They have much better stock selection ability, even though the ability has small effect for their excess return portfolio.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Bachreza Nauval
"Pertumbuhan industri reksa dana merupakan salah satu industri keuangan yang fenomenal di Indonesia. Setelah IHSG menyentuh titik terendah yaitu sebesar 292,12 maka saat itu adalah masa-masa sulit dalam industri rcksa dana, hal ini disebabkan oleh kondisi makro ekonomi Indonesia yang memberikan kebijakan berupa peningkatan suku bunga perbankan, schingga deposito merupakan sarana penempatan dana masyarakat yang cukup banyak menjadi pilihan dan Iebih memberikan rasa aman bagi para deposannya. Langkah pemerintah dan Bank Sentral berikutnya adalah berusaha untuk menstimulus sektor rat yang selama ini cukup terpuruk oleh tingginya tingkat suku bunga.Langkah yang diambil sejak saat itu adalah penurunan tingkat suku bunga sccara bcrtahap. Dengan menurunnya trend tingkat suku bunga Bank Indonesia, maka industri reksa dana pun mendapatkan imbasnya, berupa diterbitkannya berbagai macam reksa dana , hal ini tcrjadi karena deposito sudah tidak bisa memberikan imbal hasil yang relatif tinggi. Momen tersebut merupakan waktu yang baik bagi para manajer investasi.Para manajer investasi seakan berlomba untuk menerbitkan rcksa dana yang pada saat itu merupakan titik balik industri reksa dana sebagai wahana untuk berinvestasi.
Pada penelitian ini kinerja reksa dana saham yang akan diteliti dibatasi pada kemampuan manajer investasi dalam hal marker timing. Market timing merupakan strategi yang dipakai oleh manajer investasi dengan membuat keputusan mambeli atau menjual instrumcn sekuritas .Keputusan untuk menggunakan strategi marker riming didasari pada peramalan perubahan parameter-paramaeter ekonomi makro yang selanjutnya akan mernpengaruhi tingkat basil investasi di pasar uang dan pasar modal. Tingkat keberhasilan dalam penerapan market timing ditentukan oleh keberhasilan peramalan (forecast) yang benar tentang bull market dan bear market.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah manajer investasi memiliki market riming ability. Selain itu juga untuk mengatahui reksa dana mana yang memiliki kemampuan market timing agar dapat menjadi acuan bagi investor dalam mcmilih reksa dana.
Dari hasil regresi terhadap rcksa dana yang memiliki kemampuan marker timing hanya 2 reksa dana. Dikatakan memiliki kemampuan market timing dikarenakan regresi reksa dana tersebut mcmiliki nilai koefisien b2 yang signifikan pada a= 5%, sedangkan sisanya tidak memiliki koefisien yang signifikan pada a= 5%. Kedua reksa dana yang memiliki kemampuan marrket timing yaitu reksa dana Manulife Dana Saharn dan Phinisi Dana Saham. Manulife Dana Saham memiliki Probabilita F-stat yang signifikan pada a= 5% dan 132 < 5% yaitu sebesar 0,41% dan nilai koefisien B2 yang positif, yaitu sebesar 0,4428. Phinisi Dana Sahara juga memiliki kemampuan market riming dengan Probabilita F-stat yang signifikan pada a= 5% dan 132 < 5% sebesar 1,1%.hal ini merupakan syarat bahwa kedua reksa dana tersebut memiliki kemampuan market timing.

Mutual funds growing in one of phenomenal industry in money instrument in Indonesia. The Indonesia Composite Index has touched the lowest point in 292.12. that number capture the hardest situation in mutual fund, those situation affected by macroeconomics condition in 1998. Skyrocketing in interest rate of time deposit has drive customer to place their fund into time deposit which is on that situation, time deposit have rose in placement fund better than investment instrument. Next step to neutralized those condition, government hand in hand with Central Bank trying to stimulate real sector to compensate after real sector touch the lowest point. The point to get by liniment action is to decrease interest rate smoothly to single digit.
Decreasing interest rate has gave good impact to mutual fund and others financial instrument, this is the optimistic period investment manager to create various product of mutual fund and customer kit not comfortable with their return in time deposit and customer have nianv choices to switch their fund hack to the mutual fund.
On this thesis I want to observe and analyze market timing performance on mutual fund which underlie in equities. Market timing is a strategy who used by investment manager to buy or to sell securities. Decision to use market timing was driven by recasting on macroeconomics parameter and the next step is stimulating return in capital market. Probability of success to use market timing strategy conducted by ability forecasting about market moving event their moving to bull or bear situation.
The purpose on this thesis is proving that the investment manager have market liming ability or not as long as they maintain fiend's customer, then author want to see is the market timing strategy give more information for the customer? Then have selling point to give advantages on their product.
From regression output on equities mutual fund, there is only give two products that have market tinting performance. We can say those mutual funds have market timing performance because they have coefficient (32 significant at a = 5% and the rest does not have coefficient (32 significant at a= 5%.The mutual fund who have market timing performance are Manulife Dana Saham and Phinisi Dana Saham. Manulife Dana Saham have F-stat probability significant at a= 5% and Rr < 5%. is 0.41% and positive outcome number 0.4425. Phinisi Dana Saham have market timing performance too, which F-stat probability significant at a= 5% and (32< 5%.is 1.1% and positive outcome number 0.3520.Those requirement are signal that both of those mutual fund have market timing ability.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19784
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmadini Adi Putri
"Karya akhir ini bertujuan untuk mengukur kemampuan Reksa Dana Saham di Indonesia dengan melihat kemampuan market timing dan stock selection yang dilakukannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan Sharpe Measure dan Treynor measure, secara umum reksa dana saham di Indonesia pada tahun 2006-2011 memiliki kinerja yang baik. Namun berdasarkan Jensen alpha ada dua reksa dana yang memiliki kinerja superior dan berdasarkan Information Ratio hanya terdapat satu reksa dana saham yang memiliki kinerja superior. Berdasarkan model Treynor-Mazuy dan Henriksson-Merton sebagian besar manajer investasi dalam penelitian ini tidak memiliki kemampuan market timing hanya ada empat reksa dana saham yang memiliki kemampuan market timing.

The object of this final paper is to measure the ability of Equity Mutual Fund in Indonesia by looking at the ability of market timing and stock selection . The results showed that based on the Sharpe and Treynor Measure, in general equity mutual funds in Indonesia in the year 2006-2011 has a good performance. However, based on Jensen's alpha there are two mutual funds that have superior performance and based on the Information Ratio there is only one equity mutual fund that have superior performance. Based on the Treynor-Mazuy model and Henriksson-Merton model majority of investment managers in this study did not have market timing ability of mutual funds and that only four stocks that have market timing ability."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30257
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irkham Wibisono
"Skripsi membahas mengenai kemampuan market timing dan selectivity dari manajer investasi reksa dana saham dan reksa dana campuran di Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode Henriksson Merton (HM) Rentang waktu penelitian adalah Januari 2008 sampai Desember 2013 dengan menggunakan data harian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada periode penelitian tidak ada manajer investasi reksa dana saham dana reksa dana campuran yang secara signifikan positif mempunyai kemampuan selectivity. Sedangkan hasil analisis kemampuan market timing terdapat delapan manajer investasi reksa dana saham yang memiliki kemampuan market timing dan satu manajer investasi reksa dana campuran yang memiliki kemampuan market timing.

This undergraduate thesis discusses about testing market timing and selectivity of mutual funds investment manager in Indonesia. The Method used is Henriksson Merton, sampel research uses equity mutual funds and balanced mutual fund that active during the period January 2008 until December 2013.
The results show that the fund manager of equity mutual fund and fund manager of balanced mutual fund do not exhibit selectivity. While the results of market timing ability are eight fund manager of equity mutual fund have the ability and a fund manager of balanced mutual fund have this ability.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska Natasha
"Booming-nya industri reksa dana beberapa tahun terakhir telah menarik perhatian para investor untuk mempertimbangkan pilihan ini sebagai alternatif investasi yang menarik. Melihat kinerja historis reksa dana saham beberapa tahun terakhir yang sangat bervariasi, maka investor perlu sangat berhati-hati dalam memilih reksa dana. Investor harus mempertimbangkan tidak hanya berdasarkan besarnya return yang ditawarkan, tetapi juga berdasarkan pertimbangan kinerja manajer investasi selaku pengelola portofolio karena akan mempengaruhi besarnya return yang akan diterima investor. Manajer investasi yang layak dipilih adalah yang manajer yang bisa memberikan nilai tambah bagi return yang diterima investor melalui kemampuan yang dimilikinya. Evaluasi kinerja manajer investasi dalam mengelola portofolio dapat dilihat melalui kemampuan selectivity dan market timing yang dimilikinya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kemampuan selectivity dan market timing yang dimiliki oleh manajer investasi pada reksa dana saham di Indonesia. Pengukuran kedua kemampuan ini dilakukan dengan menggunakan 2 model, yaitu Henriksson-Merton dan Treynor-Mazuy untuk mendapatkan konsistensi hasil. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2005 - 2007 dengan menggunakan data mingguan dan dengan batasan transaksi perdagangan pada hari Rabu. Dan berdasarkan hasil pengolahan data, penelitian ini mampu menunjukkan dan membuktikan adanya kemampuan market timing yang lebih superior dibandingkan kemampuan selectivity pada reksa dana saham di Indonesia selama periode penelitian."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Finanda Marsalina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi adanya kemampuan selectivity dan market timing dari manajer investasi reksa dana saham di Indonesia pada tiga periode penelitian yang berbeda (lima tahun terakhir, bullish, dan bearish) dan melihat korelasi diantara kedua kemampuan tersebut. Sampel penelitian menggunakan reksa dana saham yang aktif pada periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2008. Pengukuran kemampuan selectivity dan market timing ini menggunakan parametrik model Henrikson Merton.
Hasil penelitian menunjukkan belum terdapat kemampuan selectivity dan market timing yang signifikan dari manajer investasi yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan return, dan terdapat korelasi negatif diantara kedua kemampuan tersebut.

This research aims to identify the ability of selectivity and market timing of equity mutual fund stock managers investment in Indonesia in three different periods of research (the last five years, bullish, and bearish) and to see the correlation between these abilities. Sample research uses equity mutual funds that were active during the period January 2004 until December 2008. Measurement of selectivity and market timing ability uses parametric Henrikson Merton model.
The results of the research shows selectivity and market timing ability of investment managers insignificantly which give positive ontribution to increase the return of equity mutual fund, and there is a negative correlation between these ability.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
6586
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anton
"Reksa dana adalah salah satu alternatif untuk investasi yang dikelola oleh perusahaan investasi. Penelitian ini mencoba untuk melihat kinerja reksa dana saham di Indonesia pada periode Januari 2008-Maret 2012 menggunakan Sharpe Ratio, Treynor Measure, model Henriksson-Merton dan model Treynor-Mazuy untuk market timing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara Sharpe Ratio, Treynor Measure dan market timing dengan kinerja reksa dana saham, persistensi dari kinerja reksadana saham, dan untuk melihat apakah pengukuran-pengukuran tersebut dapat digunakan untuk memprediksi kinerja reksadana saham tersebut di periode selanjutnya. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa meskipun terdapat indikasi adanya Sharpe Ratio, Treynor Measure dan market timing pada reksa dana dengan performa baik pada periode yang sama, pengukuran-pengukuran tersebut tidak dapat digunakan untuk melihat persistensi kinerja maupun kinerja reksadana di periode mendatang.

Mutual fund is one of the alternatives for investment that is managed by investments companies. This study tries to see the performance of Indonesian equity mutual funds in January 2008-March 2012 using Sharpe Ratio, Treynor Measure, Henriksson-Merton model and Treynor-Mazuy model for market timing. The goal of this study is to find the relation of Sharpe Ratio, Treynor Measure, Henriksson-Merton and Treynor-Mazuy model for market timing to its performance, persistence of performance, and to see if these measures can be used to predict future performance. This study found that although there is an indication that good Sharpe Ratio, Treynor Measure and market timing in the observed period as a whole, these measurement does associate with the persistence of the mutual funds performance and cannot be used as predictor for future performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32218
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vivi Laksana
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fund size dan fund age terhadap kinerja reksa dana saham di Indonesia tahun 2009-2013. Sampel penelitian ini terdiri dari 29 reksa dana saham di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan regresi data panel. Dengan menggunakan metode Sharpe dan Treynor sebagai pengukuran kinerja, hasil penelitian ini menemukan bahwa secara simultan, fund size dan fund age berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham. Kemudian, fund size memiliki pengaruh signifikan positif terhadap kinerja reksa dana saham. Tetapi, fund age memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap kinerja reksa dana saham.

The research aims to analyze the effect of fund size and fund age on equity mutual fund performance in Indonesia for the period 2009-2013. The sample used are 29 equity mutual funds. This research is a quantitative research by using panel data regression. By using Sharpe and Treynor methods as the mutual fund performance measurement, the results of this research indicate that simultaneously, fund size and fund age have significant effect on equity mutual fund performance. Furthermore, fund size has positive significant relationship on equity mutual fund performance. On the other hand, fund age has negative significant relationship on equity mutual fund performance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S54297
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renatha Gunstina
"Menurut laporan BAPEPAM, industri Reksa Dana di Indonesia pada tahun 2002 telah meningkat 21.3%, dari hanya 108 Reksa Dana pada akhir Desember 2001, menjadi 131 Reksa Dana pada akhir Desember 2002. Sementara itu dana kelolaan pada akhir tahun 2002 juga meningkat drastis hingga 300% dibandingkan dengari tahun 2001. Dan peningkatan dana kelolaan tersebut sebesar 80% berasal dan Reksa Dana Obligasi terutama obligasi rekap.
Dengan semakin berkembangnya instrumen Reksa Dana masalah yang dihadapi dari sudut pandang pemodal adalah bagaimana memilih aftematif Reksa Dana yang ada berdasarkan kinerja portofolio. Pertanyaan tentang apakah Manajer Investasi Reksa Dana dapat memberikan perkiraan pengembalian (expected return) di atas rata-rata pada benchmark yang tepat adalah isu yang relevan bagi investor. Karena pengukuran kinerja Reksa Dana merupakan perihal pokok yang dibahas dalam penelitian ini.
Jensen (1968) melahirkan suatu model yang mengukur kinerja portofolio dengan memperhitungkan profil risiko dan imbal hasil (risk adjusted return). Selanjutnya studi yang dilakukan oleh Traynor dan Mazuy (1966) serta Henriksson dan Merton (1981) berusaha merefleksikan kemampuan market timing dan stock selection sehingga diharapkan dapat diketahui saat yang tepat untuk memegang suatu portofolio. Model-model tersebut disebut model tradisional (unconditional) karena tidak memperhitungkan variabel-variabel perubahan kondisi makro ekonomi sebagai dasar pengambilan keputusan perubahan pembobotan dana pada pengukuran kinerja portofolio.
Menurut Ferson dan Warhter (1996) model-model unconditional mengabaikan kenyataan tingginya expected return di pasar modal terutama pada saat perekonomian yang sedang mengalami pemulihan sehingga keputusan Manajer Investasi yang terlihat mampu menghasilkan abnormal return pada masa pemulihan adalah bias. Sehubungan dengan itu Ferson mengembangkan suatu model conditional untuk mengatasi masalah pengukuran kinerja Manajer Investasi yang bias di masa pemulihan ekonomi. Pada model conditional diasumsikan bahwa portofolio yang disusun berdasarkan informasi yang tersedia di masyarakat (public information) tidak dapat dikatakan memiliki informasi yang superior. Manajer Investasi yang mampu secara tepat menggunakan lebih banyak informasi dibandingkan dengan yang tersebar di publik, dikatakan memiliki kemampuan superior sehingga diharapkan menghasilkan abnormal performance (Curley & Bear, 1979).
Dalam penelitian ini penulis mengkaji model pengukuran kinerja portofolio pendapatan tetap di Indonesia. Dengan menerapkan model unconditional (single factor dan multiple factor) dan conditional (single factor dan multiple factor), ingin diketahui model manakah yang lebih mampu menjelaskan kemampuan superior Manager Investasi. Kemampuan Manajer Investasi pada portofolio pendapatan tetap yang dinamis dapat diukur dari besamya R-squared (R2) dan kecilnya standard error (S.E) regresi.
Penulis juga menilai pengaruh indikator makro ekonomi terhadap pengukuran kinerja portofolio. Tiga indikator makro ekonomi yang digunakan yaitu laju inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, dan pertumbuhan uang beredar. Selain itu penulis juga menguji keberartian spread yield rating dan term spread yield claim pengukuran kinerja portofolio Reksa Dana Pendapatan Tetap di Indonesia.
Dan hasil penelitian diperoleh bahwa S.E regresi dan sum of squared residual (SSR) versi conditional untuk semua model, lebih besar dibandingkan S.E. regresi dan SSR versi unconditional. Dan secara statistik dengan uji beda dua varian terbukti bahwa bias model unconditional lebih besar dibandingkan bias model conditional. Secara empiris terlihat bahwa R2 conditional untuk model Jensen, model Treynor-Mazuy, dan model Tiga Faktor lebih besar dibandingkan R2 unconditional. Ini merupakan indikasi bahwa indikator makro ekonomi cocok dikenakan pada model Jensen, model Treynor-Mazuy, dan model Tiga Faktor.
Penelitian ini berhasil mengidentitikasikan bahwa dua indikator makro ekonomi yaitu jumlah uang beredar dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar temyata tidak memiliki keberartian penting secara statistik ketika dikenakan pada model Jensen, model Traynor - Mazuy, dan model Tiga Faktor. Sedangkan untuk indikator laju inflasi adalah signTikan pada tingkat kekeliruan 5% bails pada model Jensen, model Traynor -Mazuy, maupun model Tiga Faktor. Secara empiris hat ini menunjukkan bahwa investor di pasar obligasi secara rata-rata lebih banyak menggunakan informasi laju inflasi dalam membuat keputusan investasi.
Hasil regresi model Tiga Faktor versi unconditional maupun versi conditional antara variabel kelebihan pengembalian portofolio dengan spread yield rating tertinggi dalam investment grade dengan rating terendah dalam investment grade, berkisar antara 0.040130 hingga 0.053475. Ini merupakan indikasi awal bahwa semakin melebar spread yield-nya hingga 100 bp, maka Manajer Investasi memiliki peluang arbitrage sebesar 4.01 bp hingga 5.34 bp untuk meningkatkan kelebihan pengembalian portofolio.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa Manajer investasi telah menjadikan rating sebagai salah satu pertimbangan utama investasi dan menjadi acuan penting dalam penentuan yield yang diharapkan. Spread yield rating di pasar obligasi Indonesia, menunjukkan adanya rasionalitas dan konsistensi Manajer Investasi dalam perdagangan obligasi. Selisih tersebut merupakan premi risiko yang diminta manajemen untuk mengkompensasi risiko yang ditanggung atas investasi.
Parameter antara variabel kelebihan pengembalian portofolio dengan term spread, selisih yield obligasi pemerintah 10 tahun dengan yield obligasi pemerintah 5 tahunan, berkisar antara -0.9261840 hingga -0.631610. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin lebar hingga 10 bp term spread obligasi pemerintah jangka panjang dengan jangka pendek, yang merupakan indikator semakin besamya opportunity cost dari penghindaran pajak, maka kemampuan manajer untuk menghasilkan abnormal return menurun sebesar 6.31 bp hingga 9.26 bp.
Hubungan negatif antara variabel kelebihan pengembalian portofolio dengan term spread dapat dijelaskan bila dilihat dari nisi perpajakan. Peneliti melihat adanya kecenderungan Reksa Dana yang melebur setelah mencapai usia 5 tahun karena adanya fasilitas pembebasan pajak jika usia Reksa Dana kurang dari 5 tahun. Spread yield antara yield obligasi pemerintah jangka panjang dengan yield obligasi pemerintah jangka pendek sesungguhnya merupakan opportunity cost yang dihadapi oleh Manajer Investasi karena mefakukan kebijakan penghindaran pajak. Dapat dinyatakan bahwa semakin lebar term spread obligasi pemerintah jangka panjang dengan jangka pendek maka kemampuan manajer untuk menghasilkan abnormal return menjadi semakin mengecil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>