Sekitar 90% bayi yang tertular dari ibu dengan HBsAg reaktif akan berkembang mengalami hepatitis B kronik. Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan, namun belum bisa sepenuhnya mencegah penularan Hepatitis B pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan terhadap hepatitis B pada anak, membuat model probabilitas kejadian hepatitis B pada anak, dan menelaah penerapan program DDHB sebagai tindakan pencegahan dan pengendalian MTCT. Penelitian ini menggunakan pendekatan concurrent mixed method, penelitian kuantitatif dengan desain studi kohort retrospektif dilakukan dengan melibatkan 166 pasangan ibu dan anak. Sedangkan penelitian kualitatif menggunakan desain studi kasus melalui indepth-interview kepada 23 informan. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Analisis multivariat menggunakan GLM binomial link log dilakukan untuk menghitung risk rasio (aRR) hepatitis B pada anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan kadar HBV-DNA tinggi (>106 copies/mL) memiliki risiko lebih tinggi untuk menularkan HBV kepada anaknya (aRR=2,9; 95%CI=1,37-6,20). Anak yang tidak mendapat HBIg (aRR=5,6; 95%CI=2,28-13,76), tidak vaksin HB-0 (aRR=2,9; 95%CI=1,37-6,20), tidak vaksin HB-1 (aRR=10,4; 95%CI=5,23-20,87), dan tidak vaksin HB-2 (aRR=12,1; 95%CI=5,21-28,35) memiliki risiko infeksi HBV yang lebih tinggi. Probabilitas kejadian hepatitis B pada anak berdasarkan kelima faktor risiko tersebut sebesar 94%. Temuan ini menekankan pentingnya program DDHB dioptimalkan secara komprehensif bagi ibu hamil dalam mengidentifikasi kadar HBV-DNA untuk memfasilitasi terapi antivirus sesuai kebutuhan, pemberian HBIg dan vaksin hepatitis B (HB-0, HB-1, dan HB-2) kepada anak efektif mengurangi risiko penularan hepatitis B pada anak, menjadikannya sebagai strategi kunci dalam mencegah infeksi hepatitis B pada anak.
With approximately 90% of infants born to HBsAg-positive mothers developing chronic hepatitis B, immunization remains crucial but does not fully eliminate the risk of transmission. This study aimed to analyze risk factors contributing to hepatitis B in children, develop a probability model for its occurrence, and evaluate the implementation of the DDHB program as a preventive and control measure for MTCT. Methods: This study employed a concurrent mixed-method approach. The quantitative component used a retrospective cohort design involving 166 mother-child pairs. The qualitative component utilized a case study design with in-depth interviews conducted with 23 informants. The research was carried out in Makassar City and Gowa Regency, South Sulawesi Province. A multivariate analysis using a binomial GLM with a log link was conducted to calculate the adjusted risk ratio (aRR) for estimating hepatitis B in children. The results indicated that mothers with high HBV-DNA levels (>106 copies/mL) had a significantly increased risk of transmitting HBV to their children (aRR=2.9, 95%CI=1,37-6,20). Children who did not receive hepatitis B immunoglobulin (HBIg) (aRR = 5.6, 95%CI=2,28-13,76), did not vaccinate HB-0 (aRR = 2.9, 95%CI=1,37-6,20), did not vaccinate HB-1 (aRR = 10.44, 95%CI=5,23-20,87), or did not vaccinate HB-2 (aRR = 12.11, 95%CI=5,21-28,35) were at significantly higher risk of HBV infection. The probability of hepatitis B incidence in children based on these five risk factors was 94%. These findings emphasize the importance of comprehensively optimizing DDHB programs for pregnant women in identifying HBV-DNA levels to facilitate antiviral therapy as needed. Likewise, providing HBIg and hepatitis B vaccines (HB-0, HB-1, and HB-2) to children is effective in reducing the risk of hepatitis B transmission in children, making it a key strategy in preventing hepatitis B infection in children.