https://access.unram.ac.id/wp-content/

UI - Tugas Akhir :: Kembali

UI - Tugas Akhir :: Kembali

Analisis Kalimat "Wa Qutilu Wa Qatalu" pada Q.S Ali-Imran : 195 Qiraat Imam Hamzah al-Kufi dan Imam al-Kisai al-Kufi = Analysis of the Sentence “Wa Qutilu Wa Qatalu” on Q.S Ali-Imran : 195 with Imam Hamzah al-Kufi and Imam al-Kisai al-Kufi's Qiraat

Syahri Helmi Zacky; Abdul Muta`ali, supervisor; Letmiros, examiner; Gina Najjah Hajidah, examiner (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021)

 Abstrak

Jurnal ini dilatarbelakangi oleh perbedaan tata cara pembacaan kalimat “Wa Qutilū wa Qātalū” pada Qiraat Imam Ḥamzah dan Imam Al-Kisāī dengan “Wa Qātalū wa Qutilū” atau “Wa Qātalū wa Quttilū” pada Qiraat lainnya yang terdapat pada Q.S Ali-Imran ayat 195. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah analisis deskriptif. Teori yang digunakan merupakan teori Abul Faḍl Ar-Rāzī mengenai Sabʻatu Aḥruf. Ilmu Qirā’āt Sabʻah adalah ilmu mengenai tujuh tata cara membaca al-Quran yang sahih dan mutawatir karena memiliki sanad periwayatan tersambung hingga Rasulullah dan memiliki kaidah-kaidah dan aturannya tersendiri. Pembacaan “Wa Qutilū wa Qātalū” pada Q.S Ali-Imran ayat 195 di Qiraat Imam Ḥamzah dan Imam Al-Kisāī berkaitan dengan ciri khas kedua Qiraat tersebut yang memiliki kaidah Taqdīm, dan Ta’khīr. Berdasarkan tinjauan secara morfologis (ṣaraf), kata Qutilū merupakan verba pasif (fiʻil majhūl) yang bermakna dibunuh atau terbunuh, sedangkan Qātalū merupakan verba aktif (fiʻil maʻlūm) yang bermakna berperang. Berdasarkan tinjauan sintaksisnya (naḥwu) partikel و yang memiliki makna mendahulukan kata pertama (as-sābiq), mengakhirkan kata pertama (al-lāḥiq), dan berbarengan atau bersamaan (muṣāḥibun) antara 2 kata yakni Qutilū dan Qātalū. Berdasarkan tinjauan linguistik pragmatik (balāghah) Taqdīm dan Ta’khīr pada ayat ini dapat menimbulkan 2 makna diantaranya: Taqdīm dengan niat Ta’khīr yakni menyebutkan kata Qutilū di awal dengan maksud diakhirkan sehingga maknanya sama dengan mayoritas kaidah qiraat yang lain yaitu mereka berperang dan terbunuh. Makna yang kedua berkaitan dengan majaz mursal kulliyyah yakni menyebutkan keseluruhan pada kata Qutilū dengan maksud sebagian saja, sehingga maknanya adalah sebagian dari mereka terbunuh pada saat peperangan dan sebagian dari mereka tetap hidup, dan terus berperang meskipun beberapa sahabatnya terbunuh, sehingga makna yang kedua merupakan pujian bagi para sahabat Rasulullah yang tetap berperang meskipun beberapa sahabat mereka gugur.

This research journal discusses the difference of qiraat recitation that was used on a sentence in QS. Al-Imran verse 195. The difference being the use of "Wa Qutilū wa Qātalū" in Imam Hamzah’s and Imam Kisai's qiraat compared to the use of "Wa Qātalū wa Qutilū” or “Wa Qātalū wa Quttilū” that was used in other qiraats. Abdul Fadl Ar-Razi's theory on Sabʻatu Aḥruf and the method of descriptive-analysis was used in this research. Qirā’āt Sabʻah is the study of the seven styles of qiraat; the science of reading the Qur'an. These seven styles have their own characteristics and principles while still being shahih and mutawatir. Qiraa'at Sab'ah can be traced back to the times of the Prophet Muhammad PBUH. The sentence “Wa Qutilū wa Qātalū” in verse 195 of QS. Al-Imran follows both Imam Hamzah’s and Imam Kisai's qiraat. These two qiraat have a distinct Taqdīm and Ta’khīr qualities. In morphology (ṣaraf), “Qutilū” means “killed” and is a passive verb (fiʻil majhūl) while “Qātalū” on the other hand is an active verb (fiʻil maʻlūm) meaning “to go to battle/war”. Meanwhile, in syntax (naḥwu), the particle “و” can be interpreted as as-sābiq, al-lāḥiq and muṣāḥibun in its use between “Qutilū” and “Qātalū”. As-sābiq refers to the 1st verb in a sentence (in this case “Qutilū”) as the verb that happened first. While al-lāḥiq means the opposite. The 2nd verb in a sentence (“Qātalū”.) happened before the 1st verb. Muṣāḥibun means that both verb happens simultaneosly. In pragmatics (balāghah), the sentence “Wa Qutilū wa Qātalū” invoke two meanings. First, Taqdīm and Ta’khīr; “Qutilū” was mentioned in the beginning but with the intention of it being mentioned in the ending. Thus rendering the meaning the same like the other qiraat; they go to war then got killed at the war. Second, majaz mursal kulliyyah; “Qutilū” only refer to a part and not a whole with the intention being: not everybody was “Qutilū” or killed, some are still alive and continued fighting during the war. That’s why the second verb is “Qātalū” which is also a praise toward the sahabat that keeps on fighting bravely.

 File Digital: 1

Shelf
 TA-Syahri Helmi Zacky.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tugas Akhir
No. Panggil : TA-pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik :
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
TA-pdf 16-24-06614603 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 9999920554224
Cover