Dari tahun 1969/70-1995/96 Indonesia selalu mengalami defisit Neraca Transaksi Berjalan, kecuali pada tahun 1979/80 dan 1980/81, dan defisit tersebut cenderung semakin membesar. Tulisan ini mencoba mengestimasi pangsa barang ekspor, impor, konsumsi dan investasi dalam GNP (variable profit) Indonesia. Dari sini dapat dilihat bagaimana perubahan dalam harga-harga output (barang konsumsi, investasi dan ekspor) dan harga-harga input variabel (impor dan upah pekerja) serta jumlah modal mempengaruhi pangsa ekspor, impor, konsumsi dan investasi dalam GNP Indonesia. Tulisan ini juga menelaah apa yang sekiranya dapat dilakukan untuk mengatasi, paling tidak memperkecil defisit transaksi berjalan. Estimasi pangsa barang konsumsi, investasi, ekspor dan impor dilakukan dengan menggunakan sebuah bentuk fungsional barn, yaitu Symmetric Normalized Quadratic GNP (variable profit) Function. Pendekatan fungsi GNP memungkinkan untuk meneliti masalah ini dalam kerangka kerja teoretis yang ketat. Model ini berdasarkan pada teori produksi, di mana impor dianggap sebagai input bagi teknologi, dan ekspor sebagai outputnya. Impor digunakan dengan jasa-jasa faktor domestik untuk memproduksi komoditi ekspor serta barang-barang untuk penyerapan pasar domestik. Penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan harga ekspor dan/atau harga barang investasi akan meningkatkan pangsa ekspor, dan peningkatan jumlah modal akan menurunkan permintaan terhadap barang impor serta meningkatkan penawaran barang investasi. Peningkatan upah pekerja akan meningkatkan pangsa barang impor dalam GNP. Laju pertumbuhan teknologi selama periode analisis terus meningkatkan pangsa barang konsumsi dan menurunkan pangsa barang investasi. Kemajuan teknologi mengakibatkan pangsa ekspor meningkat pada awal periode analisis, tetapi kemudian menurun, sedangkan pangsa impor yang semula menurun berubah menjadi meningkat setelah pertengahan periode analisis. Defisit transaksi berjalan dapat diatasi/diperkecil antara lain dengan meningkatkan pangsa ekspor dan/atau menurunkan pangsa impor dalam GNP. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan efisiensi di sektor ekspor dan sektor barang investasi, serta dengan meningkatkan jumlah modal.